Anda di halaman 1dari 3

K ONF LIKISRA EL - PAL EST INA

BU KAN PERAN G A BAD I I SLAM -


YAHUD I
REDAKSI 27 JU LI 2017

S T AT U S 2 5

Eksekusi mati tiga warga Yerusalem oleh polisi Israel setelah ketiganya membunuh
dua polisi Israel di kota tua tersebut, 14 Juli 2017, menimbulkan eskalasi baru pada konflik
puluhan tahun dua negara itu.

Insiden itu kemudian diikuti dengan pemasangan detektor logam di Masjid Al-Aqsa,
pelarangan salat Jumat bagi warga Palestina yang berusia di bawah 50 tahun, dan
penembakan imam Masjid Al-Aqsa dengan peluru karet. Tindakan Israel tersebut segera
menimbulkan protes besar di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia.

Muhammad Zazuli:

KONFLIK AL-AQSA ADALAH BAGIAN DARI KONFLIK ABADI DAN KONFLIK


BATIN UMAT MANUSIA

Sebenarnya bingung juga mau komentar apa soal konflik yang sekarang terjadi di Al-
Aqsa. Perbuatan Israel yang menghalangi orang Palestina beribadah jelas salah karena ibadah
adalah hak asasi setiap insan. Tapi, reaksi keras dan serangkaian aksi teror dan pembunuhan
yang dilakukan oleh sebagian orang Palestina terhadap warga Israel juga bukanlah tindakan
yang bisa dibenarkan. Peristiwa pembunuhan 2 orang polisi Israel oleh 3 orang teroris dengan
senapan dan senjata tajam di wilayah inilah yang memicu militer Israel membatasi akses
warga Palestina ke area Al-Aqsa dan memasang alat detektor logam di wilayah tersebut.

Ini adalah suatu konflik yang sangat rumit, kompleks, dan sudah berlarut-larut sejak
ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. kebencian antara dua umat beragama ini sudah sampai
tulang sumsum, mendarah daging dari generasi ke generasi sampai Tuhan pun seakan tidak
sanggup mendamaikan hamba-hambaNya lagi. Bagi kedua belah pihak, bahkan Tuhan
digambarkan ikut terlibat, merestui, dan “memprovokasi” perseteruan ini.

Api tidak bisa dipadamkan dengan api. Kebencian tidak bisa diakhiri dengan
kebencian. Semua seruan dan kampanye hanya akan semakin memprovokasi dan
memperuncing masalah ini. Sungguh kasihan nasib bangsa Palestina yang seolah berjuang
sendirian menghadapi masalah ini. Para bangsawan di Arab Saudi dan negara-negara Timur
Tengah lain lebih suka memikirkan kenyamanan dan kenikmatan mereka dan keluarganya
sendiri daripada membantu perjuangan rakyat Palestina. Arab Saudi bahkan menjadi sekutu
setia Amerika Serikat yang menjadi beking Israel. Begitu juga Turki yang justru menjalin
kerja sama diplomatik cukup baik dengan Israel.

Tujuh juta kaum radikal yang rajin demo di negeri ini juga lebih suka mencaci maki
presidennya sendiri daripada berjuang di Palestina mengorbankan nyawa. Seruan jihad dan
Aksi Bela Islam yang mereka gaungkan tidak lebih dari agenda politis para elite dan para
sponsornya saja yang haus dan serakah akan kekuasaan. ISIS yang mereka banggakan juga
sama sekali tidak peduli dengan perjuangan rakyat Palestina untuk mendapatkan hak dan
kemerdekaannya. Agama hanya digunakan sebagai topeng, tameng, dan pembenaran untuk
kekuasaan dan kekayaan duniawi saja.

Bagi kaum Israel, mereka merasa sedang berjuang membela dan mempertahankan
tanah yang dijanjikan Tuhan dan menganggap konflik ini bagian dari perjuangan agama
hingga akhir zaman.Bagi warga Palestina (dan juga dunia Islam lain pada umumnya), mereka
sedang berjuang membela tanah suci (Al-Aqsa merupakan kiblat pertama bagi kaum muslim
dan diyakini sebagai situs sejarah peristiwa Isra Mikraj Nabi Muhammad saw.) dan juga
menganggap konflik ini sebagai bagian dari perjuangan agama hingga akhir zaman.
Jika sudah seperti ini, solusi yang sehat dan “win-win solution” tidak akan pernah
terjadi karena masing-masing pihak berpikir bahwa “lawan harus ditumpas habis dan hak kita
harus kita rebut dan kita miliki sepenuhnya atas nama Tuhan.”Yang kasihan adalah para
korban wanita dan anak-anak, orang-orang yang tewas dan menjadi cacat, mereka yang harus
kehilangan rumah, keluarga, pendidikan, kesenangan, serta hak hidup layak serta semua
anugerah kehidupan yang seharusnya bisa mereka nikmati dan rasakan hanya karena konflik
abadi atas nama agama dan bangsa ini.

Fitriyan Zamzami: Apakah umat Islam dan Yahudi bakal selalu terlibat perang abadi?

Umar ibnu Khattab mungkin tak sepakat. Ingat, sewaktu ia merebut Yerusalem dari
Bizantium dengan tangannya sendiri, ia membersihkan Kuil Sulaiman yang dirobohkan kaum
pagan dan ditutupi kotoran. Ia kemudian mengundang 70 keluarga Yahudi yang sebelumnya
terusir untuk kembali ke Yerusalem dan beribadah seleluasanya. Saat muslim menguasai
Andalusia, ada konsep convivencia yang menjaga pemeluk tiga agama samawi hidup rukun
dan saling bantu. Salah satu pemikir Yahudi paling penting, Maimonedes, lahir dari masa-
masa itu. Pada masa-masa Holocaust, banyak orang Yahudi diselamatkan keluarga-keluarga
muslim.

Saat ini di Amerika Serikat, umat Yahudi kerap berdiri paling depan membela muslim
dari Islamofobia era Trump. Yang terjadi di Palestina saat ini adalah penindasan sekelompok
manusia atas kelompok lainnya, titik. Ia semestinya bisa diakhiri tanpa ilusi soal perang akhir
zaman ….

HAMNI RAHMA HASIBUAN

Anda mungkin juga menyukai