Anda di halaman 1dari 12

TUGAS SWAMEDIKASI

JERAWAT DAN PELINDUNG MATAHARI

Dosen Pengampu:

Dra. Rina Melani, Apt

Di susun oleh
Kelompok 6:

Devi Endah Puspaningrum (175020120)


Ariyo Handono Putro (175020123)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jerawat atau dalam bahasa medis disebut dengan acne vulgaris
merupakan salah satu penyakit kulit yang sering mendapat perhatian bagi
para remaja dan dewasa muda. Insiden tertinggi terdapat pada perempuan
antara umur 14–17 tahun dan
pada laki-laki antara umur 16–19 tahun. Tetapi dapat pula timbul pada
usia diatas 40 tahun dan penyakit ini dapat pula menetap pada usia lanjut.
10% kasus didapat pada usia 30–40 tahun. Bentuk yang lebih berat dari
acne terdapat pada kira-kira 3% laki- laki, lebih jarang pada perempuan
(Sampelan dkk., 2017).
Acne memiliki gambaran klinis beragam, mulai dari komedo,
papul, pustul, hingga nodus dan jaringan parut, sehingga disebut
dermatosispoli morfik dan memiliki peranan poligenetik. Etiologi dan
patogenesis terjadinya acne vulgaris yang pasti belum diketahui, namun
ada berbagai faktor yang berkaitan dengan patogenesis acne seperti :
perubahan pola keratinisasi, produksi sebum yang meningkat,
peningkatan hormon androgen, terjadinya stress psikis, faktor lain yaitu
usia, ras, familial, makanan, cuaca. Pemakaian bahan kosmetika tertentu
dalam jangka waktu yang lama akan dapat menyebabkan timbulnya
jerawat. Bahan yang dapat dan sering menyebabkan acne vulgaris ini
terdapat pada berbagai krim muka seperti bedak, bedak dasar
(foundation), pelembab (moisturiser), dan krim penahan sinar matahari
(sunscreen). Penyebab utamanya yaitu unsur minyak yang berlebih yang
ditambahkan dalam kandungan kosmetik agar tampak lebih halus.
Kandungan minyak ini dapat menyumbat pori-pori dan menyebabkan
timbulnya acne (Ramdani dan Sibero, 2015).
Radiasi ultra violet adalah salah satu musuh bagi para wanita
karena sinar UV dapat menyebabkan kulit kusam dan flek pada wajah.
Namun kita tidak perlu khawatir karena masalah ini dapat diatasi dengan
cara menggunakan krim tabir surya. Secara alami kulit sudah berusaha
melindungi dirinya beserta organ-organ di bawahnya dari bahaya sinar
UV matahari, antara lain dengan membentuk butir-butir pigmen kulit
(melanin) yang sedikit banyak memantulkan kembali sinar matahari.
Tabir surya merupakan sediaan kosmetik yang digunakan dengan
maksud memantulkan atau menyerap secara aktif cahaya matahari
terutama pada daerah dengan emisi gelombang ultraviolet dan
inframerah, sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan kulit karena
sinar UV. Berdasarkan kandungan zat aktifnya, sediaan tabir surya
dibedakan menjadi 2 yaitu sunblock dan sunscreen. Sunblock
merupakan sediaan tabir surya yang mekanisme kerjanya secara fisik
memantulkan sinar UV, sedangkan sunscreen secara kimia menyerap
sinar UV agar tidak menyerang sel kulit.

B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian jerawat?

b. Apa saja faktor yang menyebabkan timbulnya jerawat?

c. Bagaimana cara mengobati dan mencegah jerawat?

d. Apa yang dimaksud dengan tabir surya?

e. Bagaimana melindungi kulit dari paparan bahaya sinar matahari?

C. Tujuan

a. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya jerawat.

b. Mengetahui cara pengobatan dan pencegahan jerawat.

c. Mengkaji bagian-bagian dari sinar UV yang berbahaya bagi tubuh


dan cara penanganannya.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Jerawat
1. Definisi Jerawat
Jerawat merupakan kelainan pada kulit akibat penyumbatan
muara saluran lemak sehingga terjadi penumpukan lemak dan
disertai radang (Depkes RI, 1996). Jerawat atau acne vulgaris adalah
penyakit peradangan kelenjar sebasea yang sering dijumpai dan
berkaitan dengan folikel rambut (unit pilosebasea). Terdapat dua
jenis jerawat : meradang dan tidak meradang. Kedua jenis jerawat
tersebut ditandai oleh pembentukan sebum yang berlebihan. Sebum
yang berlebihan tersebut tertimbun di folikel sehingga folikel
membengkak.
Pada jerawat yang meradang, folikel tersumbat oleh sebum dan
bakteri yang berproliferasi di kanal. Akhirnya, folikel mengalami
ruptur, dan sebum serta bakteri keluar ke dermis dan menyebabkan
peradangan jaringan dermis. Pada jerawat yang tidak meradang,
folikel tidak pecah tetapi tetap berdilatasi. Sebum mengalir ke
permukaan kulit (blackhead, komedo terbuka) atau kanalis tetap
tersumbat (whitehead, komedo tertutup) (Corwin, 2000).
2. Tipe Jerawat
a. Komedo
Komedo sebenarnya adalah pori – pori yang tersumbat, bisa
terbuka atau tertutup. Komedo yang terbuka (blackhead), terlihat
seperti pori-pori yang membesar dan menghitam. Komedo yang
tertutup (whitehead) memiliki kulit yang tumbuh di atas pori-pori
yang tersumbat sehingga terlihat seperti tonjolan putih kecil.
Jerawat jenis komedo ini disebabkan oleh sel-sel kulit mati dan
sekresi kelenjar minyak yang berlebihan pada kulit.
b. Jerawat biasa
Jenis jerawat ini mudah dikenal, tonjolan kecil berwarna
pink atau kemerahan. Terjadi karena pori-pori yang tersumbat
terinfeksi oleh bakteri jenis propionibacterium acne. Bakteri ini
biasanya hidup disaluran kelenjar sebaceous yang tersumbat,
yaitu didaerah tempat beradanya asam lemak pada kantung
kelenjar sebaceous yang tersembunyi di dalam pori-pori kulit.
Diberi nama propionibacterium karena mampu memproduksi
asam propionik (propionic acid). Bakteri ini merupakan jenis
anaerobik sehingga dapat hidup tanpa butuh oksigen, dan
mempunyai ciri-ciri aerotolerant yang menimbulkan iritasi
pada daerah sekitarnya. Bakteri yang menginfeksi bisa dari
waslap, kuas makeup, jari tangan, juga telepon. Stres, hormon
dan udara yang lembap, dapat memperbesar kemungkinan
terbentuknya jerawat.
c. Jerawat batu (Cystic acne)
Cystic acne adalah jerawat yang besar-besar, dengan
peradangan hebat, berkumpul diseluruh muka. Penderita cystic
acne biasanya juga memiliki keluarga dekat yang menderita
jerawat jenis ini. Secara genetik penderitanya memiliki :
1. Kelenjar minyak yang over aktif yang membanjiri pori-pori
dengan kelenjar minyak
2. Pertumbuhan sel-sel kulit yang tidak normal yang tidak bisa
beregenerasi secepat kulit normal
3. Memiliki respon yang berlebihan terhadap peradangan
sehingga meninggalkan bekas di kulit
3. Penyebab Jerawat
Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab timbulnya jerawat
antara lain :
a. Keturunan
b. Ras
c. Makanan berlemak
d. Psikis/pikiran
e. Bakteri
f. Kosmetik
Penyumbatan pori-pori seringkali terjadi oleh penggunaan
kosmetik yang mengandung banyak minyak atau penggunaan
bedak yang menyatu dengan foundation. Foundation yang
terkandung pada bedak menyebabkan bubuk bedak mudah
menyumbat pori-pori.
g. Pengaruh hormonal yang merupakan faktor terpenting karena
pada umumnya jerawat timbul pada masa akil baliq dimana
terjadi perubahan-perubahan aktivitas hormon dalam tubuh
4. Pencegahan dan Penanganan Jerawat
a. Pencegahan
Bila jerawat sudah sembuh perawatan tetap diperlukan untuk
mencegah timbulnya jerawat. Tindakan berikut ini selain
mencegah juga dilakukan selama perawatan jerawat :
 Pembersihan kulit saat mandi dan sebelum tidur dengan
pembersih yang sesuai diiringi dengan pemakaian toner untuk
menghilangkan sisa pembersih
 Pilih produk kosmetika yang sesuai
 Hindari kosmetika yang berat dan lengket
 Rajin membersihkan komedo
 Hindari makanan yang berlemak dan pedas
 Cukup minum air putih, buah dan sayur
 Hindari melakukan scrub wajah jika sedang terjadi peradangan
jerawat
b. Penanganan Jerawat
1. Terapi Topikal
Berdasarkan cara kerjanya maka obat jerawat dapat
dikelompokkan dalam beberapa jenis.
Obat bebas untuk jerawat terdapat dalam bentuk
sediaan topikal atau obat luar berupa salep, krim, lotion, jeli,
dan sabun.
Terapi obat yang dapat diperoleh sebagai obat bebas
hanya obat jerawat yang mempunyai efek keratolitik seperti
benzoil peroksida, asam salisilat, resorsinol.
 Sulfur/Belerang Endap
Mempunyai sifat germisida, fungisida, parasitisida
dan juga mempunyai efek keratolitik. Namun saat ini
penggunaan sulfur untuk obat jerawat tidak dianjurkan
lagi karena sudah obsolet dan telah tersedia obat yang
lebih efektif. Hal yang perlu diperhatikan adalah hindari
kontak dengan mata, mulut, dan mukosa. Efek yang tidak
diinginkan adalah iritasi kulit.
 Asam Salisilat
Mempunyai sifat keratolitik yang dapat melunakkan
kulit sehingga dapat membantu penyerapan obat lain dan
fungisida yang lemah. Efek yang tidak diinginkan adalah
iritasi kulit.
 Resorsinol
Mempunyai efek antifungi, antibakteri dan
keratolitik. Hal yang perlu diperhatikan pada
penggunaanya adalah tidak dianjurkan pemakaian jangka
lama karena dapat mengganggu fungsi tiroid. Efek yang
tidak diinginkan berupa iritasi, reaksi alergi pada kulit.
 Benzoil Peroksida
Benzoil peroksida secara perlahan-lahan
melepaskan oksigen aktif yang memberikan efek
bakteriostatik juga mempunyai efek keratolitik dan
mengeringkan sehingga dapat menunjang efek
pengobatan. Hal yang perlu diperhatikan adalah hindari
kontak dengan mata, mulut, dan mukosa. Efek yang tidak
diinginkan adalah iritasi kulit.
2. Terapi Sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan untuk penderita jerawat
sedang sampai berat, dengan prinsip menekan aktivitas jasad
renik, menekan reaksi radang, menekan produksi sebum, dan
mempengaruhi keseimbangan hormonal.
 Isotretinoin
Isotretinoin dapat menurunkan produksi sebum,
mengubah komposisi sebum, dan menghambat
pertumbuhan Propionibacterium acnes di folikel, serta
menghambat inflamasi. Isotretinoin diindikasikan untuk
nodular parah atau jerawat dengan inflamasi pada pasien
yang tidak memberikan respon terhadap terapi
konvensional, untuk jerawat dengan luka, untuk jerawat
yang sering timbul, dan jerawat yang disebabkan oleh
psikologi.
 Oral Antibacterial Agents
Beberapa antimikroba yang dapat digunakan untuk
mengobati jerawat adalah eritromisin, azitromisin,
tetrasiklin, kotimoksazole, dan klindamisin. Eritromisin
memiliki efikasi yang mirip dengan tetrasiklin namun
mudah resisten. Azitromisin aman untuk digunakan
untuk jerawar ringan hingga sedang dengan inflamasi.
Kotrimoksazole dapat digunakan pada pasien yang tidak
dapat mentoleransi tetrasiklin dan eritromisin atau pasien
yang resistensi terhadap dua obat tersebut. Klindamisin
digunakan secara terbatas pada pasien yang mengalami
diare dan memiliki resiko colitis pseudomembranours.
 Oral Contraceptives
Ortho Tri-Cyclen disetujui oleh FDA untuk terapi
pengobatan jerawat sedang yang tidak merespon terapi
topikal. Produk ini mengandung ethinyl estradiol 0.035
mg dan norgestimate yang bervariasi dari 0.180, 0.215,
dan 0.250 mg. Kombinasi tersebut dapat meningkatkan
hormon sex-ikatan globulin dan dapat mengaktivasi
testoteron.
B. Pelindung Matahari
Paparan sinar matahari secara berlebih merupakan mediator
eksogen utama terjadinya kerusakan pada kulit yang dapat mempercepat
terjadinya penuaan dan resiko terjadinya kanker pada kulit. Sinar UV
pada dasarnya memiliki manfaat dalam pembentukan vitamin D3
(Cholecalciferol) yang digunakan untuk metabolisme pembentukan
tulang dan sistem imun. Selain itu, radiasi sinar UV juga dapat
digunakan untuk terapi penyakit tbc, psoriasis, dan vitiligo. Akan
tetapi, paparan sinar UV secara terus-menerus justru dapat
memberikan efek buruk bagi kesehatan.
Sinar UV dibagi menjadi 3 daerah, yaitu: UV C (100-290 nm),
UV B (290-320 nm), dan UV A (320-400 nm) dimana sinar UV C dapat
tersaring oleh lapisan atmosfer dan tidak dapat sampai ke permukaan
bumi, UV B dapat menetrasi lapisan permukaan kulit yang paling
atas, dapat menyebabkan terjadinya kerusakan DNA dan terbakar
surya, dan sinar UV A yang dapat menetrasi lapisan kulit lebih dalam
sampai lapisan dermis, dapat menyebabkan terjadinya penuaan,
pigmentasi, eritema, tanning, dan kerusakan DNA akibat adanya senyawa
oksigen reaktif atau ROS (Reactive Oxcygen Species). Efek buruk jika
terpapar sinar UV terlalu lama dapat menyebabkan terjadinya kanker
kulit, terbakar surya, kerusakan mata seperti katarak dan melanoma,
penuaan kulit secara prematur, pigmentasi, eritema, dan kerusakan
sistem imun
Tabir surya merupakan sediaan kosmetik yang digunakan
dengan maksud memantulkan atau menyerap secara aktif cahaya
matahari terutama pada daerah dengan emisi gelombang ultraviolet
dan inframerah, sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan kulit
karena sinar UV. Berdasarkan kandungan zat aktifnya, sediaan tabir
surya dibedakan menjadi 2 yaitu sunblock dan sunscreen. Sunblock
merupakan sediaan tabir surya yang mekanisme kerjanya secara
fisik memantulkan sinar UV, sedangkan sunscreen secara kimia
menyerap sinar UV agar tidak menyerang sel kulit.
Parameter yang berbeda digunakan untuk mengevaluasi efikasi
produk tabir surya dan memberikan kepada pemakai yang berhubungan
dengan informasi pada label produk. Parameter yang biasa digunakan
disebut sebagai Sun Protection Factor (SPF) produk tabir surya, dengan
hubungan terhadap peningkatan dosis UV pada kulit yang dilindungi dapat
dengan tanpa menunjukkan eritema, sebagai perbandingan pada kulit yang
tidak terlindungi.
Faktor proteksi sinar (Sun Protecting Factor/SPF) yaitu
menunjukkan tingkat lamanya tabir surya bisa melindungi kulit dari
radiasi sinar matahari (UV) atau berapa lama anda bisa berada dibawah
sinar matahari tanpa membuat kulit terbakar (sun burn). Semakin tinggi
nilai SPF, semakin besar perlindungan yang akan didapat. Nilai SPF ini
berkisar antara 0 sampai 100.
Rata-rata waktu aman di bawah sinar UV sebelum kulit terasa
terbakar (jika belum memakai sunscreen) :
1. 10 menit bagi yang memiliki kulit cerah
2. 15 menit bagi yang memiliki kulit sedang
3. 20 menit bagi yang memiliki kulit gelap
Angka dalam SPF menunjukkan berapa kali lipat sunscreen dapat
melindungi kulit dengan waktu aman jika tidak memakai sunscreen.
Contoh, jika kulit Anda cerah dan memiliki sunscreen dengan SPF 25,
maka cara menghitungnya adalah 10 menit x SPF 25 = 250 menit (sekitar
4 jam), jadi sunscreen yang Anda kenakan efektif dalam melindungi kulit
selama 4 jam. Beda lagi jika Anda memiliki kulit gelap, maka cara
menghitungnya adalah 20 menit x SPF 25 = 500 menit (sekitar 8 jam),
jadi sunscreen SPF 25 untuk kulit gelap efektif melindungi kulit selama 8
jam.
Berdasarkan cara kerjanya, tabir surya dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Tabir surya kimiawi
Bekerja secara kimiawi dengan menyerap sinar UV agar tak
menyerang sel kulit hidup. Dibagi 2 berdasarkan tipe radiasi yang
dilindungi :
a. Penyerap UV A
Bahan-bahan kimia yang menyerap radiasi pada daerah 320-360
nm. Contohnya : Benzophenone dan avobenzone.
b. Penyerap UV B
Bahan-bahan kimia yang menyerap radiasi pada daerah 290-320
nm. Contohnya : Octyl salisilat dan octyl methoxycinnamate
2. Tabir surya fisik
Bekerja secara fisik dengan memantulkan sinar UV. Contohnya
Zinc Oxide dan Titanium Dioxide.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2018, http://www.alodokter.com/lindungi-tiga-bagian-tubuh-ini-dari-


sinar-ultraviolet (Diakses tanggal 27 Maret 2018)
Anonim, 2018, http://www.ekadiantari.com/2011/07/tabir-surya.html (Diakses
tanggal 27 Maret 2018)
Corwin, E.J., 2000, Buku Saku Patofisiologi, alih bahasa oleh Brahm U. Pendit,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 598 – 599
Depkes RI, 1996, Kompendia Obat Bebas, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta, 63 – 65
Hoesodo, S., 2018,
www.ajihoesodo.com/index.php%3Fview%3Darticle%26catid%3D1:keseha
tan%26id%3D26:jerawat-apa-dan-bagaimana-
merawatnya%26format%3Dpdf%26option%3Dcom_content%26Itemid%3
D49+&cd=10&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-b-ab, (Diakses
tanggal 27 Maret 2018)
PTNBR, 2012, Info Selamat dan Sehat, Pusat teknologi Nuklir dan Bahan
Radiometri, Bandung

Ramdani, R., dan Sibero, H.T., 2015, Treatment for Acne Vulgaris, JMAJORITY,
4 (2), 87 – 95

Sampelan, M.G., Pangemanan, D., dan Kundre, R.M., 2017, Hubungan


Timbulnya Acne Vulgaris dengan Tingkat Kecemasan pada Remaja di SMP
N 1 Likupang Timur, e-Jurnal Keperawatan (e-KP), 5 (1)

Anda mungkin juga menyukai