Praktikum kromatografi gas ini menggunakan satu sampel campuran. Variable
suhu yang digunakan adalah 150 ℃, 175℃, 200℃, dan 225℃. Semakin tinggi variable suhu yang digunakan, semakin rapat pula interval waktu yang didapatkan dan pemisahannya kurang baik begitupun sebaliknya, semakin rendah suhu yang digunakan, interval waktu yang didapatkan juga akan semakin terpisah dan pemisahan yang didapatkan semakin baik dan memakan waktu lama untuk mendapatkan senyawa. Sebab hal ini, digunakan suhu 175℃ untuk menguji zat yang ada pada sampel. Untuk mengetahui zat yang ada pada sampel, diinjeksikan suatu cuplikan yang telah disediakan, yaitu C8, C10, C12, dan C14 dengan dilakukan pada suhu yang sama agara data yang diterima detector menunjukkan waktu retensi yang sama. Waktu tambat ialah waktu yang menunjukkan berapa lama suatu senyawa tertahan dalam kolom. (Gritter, 1991) Pada suhu 175 ℃ terdeteksi 5 peak yang berarti terdapat 5 senyawa dalam campuran tersebut. Senyawa pertama terdeteksi pada waktu retensi 2.05, senyawa kedua terdeteksi pada 2.39, senyawa ketiga terdeteksi pada 3.18, senyawa keempat terdeteksi pada 4.98 dan senyawa kelima pada 6.56 dengan peak tertinggi pada senyawa kedua yaitu 2.39. Digunakan cuplikan C8 terdeteksi 7 peak dengan peak tertinggi pada 2.07. Digunakan cuplikan C10 terdeteksi 7 peak dengan peak tertinggi pada 2.41. Dengan cuplikan C12 terdeteksi 11 peak dengan peak tertinggi pada 3.25. Dengan cuplikan C14 terdeteksi 9 peak dengan peak tertinggi pada 5.36. Banyaknya peak yang ikut terdeteksi berarti banyak juga senyawa yang terdeteksi, hal ini terjadi karena adanya impurities. Impurities yang ada dapat dikarenakan karena tisu yang tertempel pada penginjeksi atau karena adanya senyawa yang menempel pada kolom. Jadi, semakin rendah suhu yang digunakan pada kolom, hasil pemisahan yang didapatkan semakin baik dan memakan waktu lama. Begitupun sebaliknya, semakin tinggi suhu yang digunakan, pemisahan yang didapatkan juga kurang baik.