Anda di halaman 1dari 27

MODUL III

PENENTUAN VISKOSITAS DENGAN REDWOOD VISCOMETER

LAPORAN PRAKTIKUM

Nama : Afdhal Baravanni

NIM : 12215050

Kelompok : Kelompok 3 (Rabu)

Tanggal Praktikum : 28 September 2016

Tanggal Penyerahan : 5 Oktober 2016

Dosen : Zuher Syihab, ST, Ph.D.

Asisten Modul : Bintan Pradika (12213068)

Prayudha Rifqi Safiraldi (12213092)

LABORATORIUM ANALISIS FLUIDA RESERVOIR

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN

2016

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………… 1

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………… 2

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………… 4

DAFTAR TABEL ………………………………………………………………… 5

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Judul Percobaan ………………………………………………………………… 6

1.2 Tujuan Percobaan ………………………………………………………………. 6

1.3 Alat dan Bahan Percobaan ……………………………………………………… 6

1.4 Prinsip Percobaan dan Dasar Teori ………………………………………………7

1.4.1 Prinsip Percobaan …………………………………………………………… 7

1.4.2 Dasar Teori Percobaan ……………………………………………………… 7

BAB II ISI

2.1 Data Hasil Percobaan …………………………………………………………... 11

2.2 Pengolahan Data ……………………………………………………………….. 11

2.2.1 Penentuan densitas dan Specific Gravity dari sampel D crude oil …………. 11

2.2.2 Penentuan massa picnometer+sampel D crude oil ………………………… 13

2.2.3 Penentuan viskositas kinematik ……………………………………………. 14

2.2.4 Penentuan viskositas dinamik ……………………………………………… 15

2.2.5 Penentuan Viscosity Index (VI) …………………………………………….. 17

BAB III ANALISIS

3.1 Asumsi Percobaan ………………………………………………………………. 18

2
3.2 Analisis Keberjalanan dan Hambatan Praktikum ……………………………….. 18

3.3 Analisis Hasil Percobaan ……………………………………………………….. 19

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan ………………………………………………………………………… 22

4.2 Saran …………………………………………………………………………….. 22

4.3 Kesan dan Pesan ………………………………………………………………… 22

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………… 24

LAMPIRAN ………………………………………………………………….…….. 25

3
DAFTAR GAMBAR

Grafik 2.1 : Grafik Specific Gravity vs suhu ………………………………………… 13

Grafik 2.2 : Grafik massa total (massa picnometer+massa sampel) vs suhu….……... 14

Grafik 2.3 : Grafik viskositas kinematik vs suhu ……………………………………. 16

Grafik 2.4 : Grafik viskositas dinamik vs suhu ……………………………………… 17

4
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Persamaan dan konversi viskositas kinematik ………………………… 9

Tabel 2.1 : Data waktu alir dan massa picnometer ditambah massa sampel……...... 11

Tabel 2.2 : Data densitas dan Specific Gravity sampel D crude oil ……………...... 13

Tabel 2.3 : Data suhu dan viskositas kinematik …………………………………… 15

Tabel 2.4 : Data suhu dan viskositas dinamik ……………………………………... 17

Tabel 3.1 : Data suhu, waktu alir, dan densitas sampel B …………………………. 20

Tabel 3.2 : Data suhu, waktu alir, dan densitas sampel D …………………………. 20

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Judul Percobaan


Judul percobaan pada modul ini adalah “Pengukuran Viskositas dengan Redwood
Viscometer”.

1.2 Tujuan Percobaan


Mengetahui pemakaian redwood viscometer untuk :
a. Mengukur viskositas minyak yang diperoleh sebagai fungsi dari waktu pengaliran
(dalam detik).
b. Menghitung Viscosity Index (VI) suatu sampel minyak.

1.3 Alat dan Bahan Percobaan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sbb.
a. Alat
- Redwood Viscometer
- Oil cup
- Termometer
- Oil cup thermometer
- Flask 50 cc
- Heater
- Picnometer
- Stopwatch
- Valve
b. Bahan
- Sampel “D” crude oil

6
1.4 Prinsip Percobaan dan Dasar
1.4.1 Prinsip Percobaan
Prinsip yang digunakan pada percobaan ini adalah menentukan viskositas
kinematik menggunakan persamaan konversi viskositas kinematik dengan mengukur
waktu alir sampel crude oil mengalir dari oil cup ke dalam flask 50 cc pada temperatur
tertentu. Selain itu, menentukan viskositas dinamik dengan mengalikan viskositas
kinematik dan densitas dari suatu sampel crude oil yang diperoleh. Densitas diukur
menggunakan picnometer dengan mengurangi massa picnometer yang telah terisi sampel
crude oil dan massa picnometer yang masih kosong lalu dibandingkan dengan volume
picnometer. Dapat ditentukan juga specific gravity (SG) dari sampel crude oil dengan
membandingkan densitas sampel dengan densitas air. Lalu ditentukan Viscosity Index (VI)
dari sampel crude oil tersebut.

1.4.2 Dasar Teori Percobaan


Viskositas merupakan salah satu sifat fluida yang dinyatakan dalam suatu besaran yang
menunjukkan keengganan suatu fluida untuk mengalir. Faktor yang mempengaruhi
viskositas diantaranya yaitu tekanan dan temperatur. Jenis-jenis viskositas diantaranya :
a. Viskositas Dinamik
Viskositas dinamik adalah viskositas yang dipengaruhi oleh tekanan geser yang tetap.
Unitnya dinyatakan dalam cP (centipoise). Satu centipoise sama dengan 1 gram
massa/100 detik cm. Viskositas dinamik digunakan dalam ilmu eksak atau penelitian.
b. Viskositas Kinematik
Viskositas kinematik adalah viskositas yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi dan beban
tekanan yang proporsional terhadap densitas suatu fluida. Suatu fluida yang berada
dibawah pengaruh gravitasi akan memiliki beban hidrostatik yang terletak pada
densitas cairan tersebut. Unit atau satuannya adalah cSt (centistoke) atau 1 cm2/100
detik. Umumnya, viskositas kinematik digunakan untuk fluida petrokimia seperti
bahan bakar atau pelumas.
c. Viskositas Relatif

7
Viskositas relatif adalah viskositas yang menyatakan rasio viskositas suatu fluida
terhadap viskositas pelarut murni. Viskositas relatif tak berdimensi dan umumnya
digunakan untuk menguji polimer atau kontrol kualitas polimer.
d. Viskositas Nyata
Viskositas nyata adalah viskositas yang bergantung pada laju tekanan geser tiap saat.
Unit atau satuannya dinyatakan dalam cP atau mPa.s. Viskositas nyata disebut juga
sebagai apparent viscosity.

Hal-hal yang mempengaruhi viskositas yaitu :

a. Tekanan
Pada minyak, jika tekanan diatas bubble-point pressure (Pb), viskositas minyak akan
turun jika tekanan turun karena penurunan tekanan menyebabkan jarak antar molekul
semakin renggang sehingga dapat bergerak lebih leluasa dan menjadi lebih mudah
untuk mengalir (viskositas turun). Akan tetapi, pada tekanan dibawah bubble-point
pressure (Pb), penurunan tekanan akan menaikkan viskositas. Hal ini terjadi karena
pada tekanan dibawah Pb, banyak dissolved gas yang keluar dari minyak yang
membawa fraksi ringan sehingga hidrokarbon yang tersisa merupakan hidrokarbon
berfraksi berat/rantai panjang yang lebih sulit mengalir sehingga viskositas minyak
menjadi lebih besar (viskositas naik).
Pada gas, jika tekanan rendah, viskositas akan meningkat dengan peningkatan
temperatur sedangkan pada tekanan tinggi, viskositas akan menurun dengan
peningkatan temperatur. Hal ini disebabkan oleh efek Joule-Thomson.
b. Jenis hidrokarbon
Semakin panjang/berat kandungan hidrokarbon, maka viskositasnya pun semakin besar
karena partiker lebih lembam.
c. Temperatur
Peningkatan temperatur akan memberi energi kinetik tambahan yang berakibat pada
naiknya kecepatan molekul sehingga viskositasnya akan meningkat.
d. Bentuk molekul
Semakin banyak ikatan rangkap, semakin dekat jarak antara molekul yang
mengakibatkan viskositas semakin besar.

8
e. Ikatan antarmolekul
Keberadaan ikatan kuat seperti hidrogen akan meningkatkan viskositas.
f. Konsentrasi
Semakin tinggi konsentrasi suatu zat, viskositasnya akan semakin tinggi.

Viskositas suatu fluida dapat diukur dengan alat bernama viskometer. Jenis-jenis
viskometer misalnya adalah viskometer ostwald, viskometer redwood, dan viskometer
hoppler. Untuk percobaan kali ini, digunakan viskometer redwood.

Harga viskositas kinematik dapat dihitung dengan menggunakan persamaan dan konversi
viskositas kinematik.

Skala Viskositas Flowtime (detik) Persamaan dan Rumus


32 < t < 100 v = 0.00226t – 1.95/t
Saybolt Universal
t > 100 v = 0.00220t – 1.35/t
43 < t < 100 v = 0.00269t – 1.79/t
Redwood
t > 100 v = 0.00247t – 0.50/t

Tabel 1.1 : Persamaan dan konversi viskositas kinematik

Kemudian, penentuan Viscosity Index (VI). Viskosity index adalah suatu bilangan
yang menyatakan besarnya perubahan viskositas akibat perubahan termperatur.

 Untuk minyak dengan VI antara 0 – 100

𝐿−𝑈
𝑉𝐼 = × 100
𝐿−𝐻

Keterangan :
VI = Viscosity Index
L = Viskositas kinematik pada 210° F untuk minyak dengan VI = 0
U = Viskositas kinematik minyak pada 100° F
H = Viskositas kinematik pada 100° F untuk minyak dengan VI =100
Y = Viskositas kinematik pada 210° F

 Untuk minyak dengan VI diatas 100


9
𝐻
𝑌𝑁 =
𝑈

Harga Viscosity Index :

𝑎𝑛𝑡𝑖𝐿𝑜𝑔 𝑁 − 1
𝑉𝐼 = + 100
0.00715

10
BAB II

ISI

2.1 Data Hasil Percobaan

Data waktu alir sampel D crude oil dan massa picnometer ditambah sampel D crude oil
pada percobaan ditampilkan pada tabel berikut.

Suhu sampel (oC) Waktu alir (detik) Massa Total (gram)

35 43.30 19.41

40 40.91 21.10

48 36.78 21.64

50 35.34 19.5

55 34.37 24.5

Tabel 2.1 : Data waktu alir sampel D crude oil dan massa picnometer ditambah massa
sampel D crude oil

: Tidak dilakukan percobaan terhadap data tersebut oleh praktikan. Data diberikan oleh
asisten

2.2 Pengolahan Data

2.2.1 Penentuan densitas dan Specific Gravity dari sampel D crude oil

a. Penentuan densitas sampel

Densitas sampel dapat ditentukan dengan menggunakan data pada tabel 2.1 dengan
menggunakan rumus :

𝑀𝑝𝑠 − 𝑀𝑝
𝜌 =
𝑉𝑝

11
Keterangan :

- Mps : massa picnometer yang berisi sampel


- Mp : massa picnometer kosong
- Vp : volume picnometer yang digunakan.

Perhitungan densitas sampel :

 Untuk sampel pada temperatur 40 oC


𝑀𝑝𝑠−𝑀𝑝 21.1 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 17 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌 = = = 0.82 gram/ml
𝑉𝑝 5 𝑚𝑙

 Untuk sampel pada temperatur 50 oC


𝑀𝑝𝑠−𝑀𝑝 19.5 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 15.2 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌 = = = 0.86 gram/ml
𝑉𝑝 5 𝑚𝑙

 Untuk sampel pada temperatur 55 oC


𝑀𝑝𝑠−𝑀𝑝 24.5 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 15 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝜌 = = = 0.95 gram/ml
𝑉𝑝 10 𝑚𝑙

Berdasarkan referensi yang diberikan asisten, didapat densitas sampel pada


temperatur 35 oC adalah 0.86 gram/ml dan pada temperatur 48 oC adalah 0.86
gram/ml.

b. Penentuan Specific Gravity sampel


Specific Gravity (SG) dapat ditentukan berdasarkan data densitas sesuai rumus :

𝜌 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑆𝐺 =
𝜌 𝑎𝑖𝑟

𝜌 air = 1 gram/ml. Karena nilai densitas air adalah 1 gram/ml, sehingga nilai SG
nya akan sama dengan nilai densitasnya. Berikut adalah tabel yang menyatakan
hubungan suhu dengan densitas dan SG.

Suhu (oC) Densitas (gram/ml) SG (dimensionless)


35 0.86 0.86
40 0.82 0.82

12
48 0.86 0.86
50 0.86 0.86
55 0.95 0.95

Tabel 2.2 : Data densitas dan Specific Gravity sampel D crude oil

Specific Gravity (SG)


0.96

0.94

0.92
y = 0.0042x + 0.6803
0.9 R² = 0.4838

0.88

0.86

0.84

0.82

0.8
0 10 20 30 40 50 60

Grafik 2.1 : Grafik Specific Gravity vs suhu sampel

2.2.2 Penentuan massa picnometer dan massa sampel D crude oil

Digunakan regresi linear pada Microsoft Excel untuk memperoleh massa sampel
pada suhu 35oC dan 48oC, ditampilkan dengan grafik berikut.

13
Massa Total (gram)
30

y = 0.1716x + 13.406
25
R² = 0.4406

20

15

10

0
0 10 20 30 40 50 60

Grafik 2.2 : Grafik massa total (massa picnometer+massa sampel) vs suhu

Dari regresi tersebut, didapatkan persamaan

y = 0.1716x + 13.406

dengan y adalah massa (gram) dan x adalah suhu (celcius).

Dengan memasukkan x = 35 oC, maka

m = 19.41 gram

Dengan memasukkan x = 48 oC, maka

m = 21.64 gram

2.2.3 Penentuan viskositas kinematik

Viskositas kinematik dapat dihitung dengan persamaan konversi viskositas kinematik


pada tabel 1.1 menggunakan persamaan Saybolt Universal.

 Untuk sampel pada temperatur 35 oC


v = 0.00226t – 1.95/t; t = 43.30 detik

14
v = 0.00226 (43.30) – 1.95/(43.30)
v = 0.052823 cSt
 Untuk sampel pada temperatur 40 oC
v = 0.00226t – 1.95/t; t = 40.91 detik
v = 0.00226 (40.91) – 1.95/(40.91)
v = 0.04478 cSt
 Untuk sampel pada temperatur 48 oC
v = 0.00226t – 1.95/t; t = 36.78 sekon
v = 0.00226 (36.78) – 1.95/(36.78)
v = 0.030105 cSt
 Untuk sampel pada temperatur 50 oC
v = 0.00226t – 1.95/t; t = 35.34 detik
v = 0.00226 (35.34) – 1.95/(35.34)
v = 0.02469 cSt
 Untuk sampel pada temperatur 55 oC
v = 0.00226t – 1.95/t; t = 34.37 detik
v = 0.00226 (34.37) – 1.95/(34.37)
v = 0.020941 cSt

Suhu sampel (oC) Waktu Alir (s) Viskositas Kinematik (cSt)


35 43.30 0.052823
40 40.91 0.044780
48 36.78 0.030105
50 35.34 0.024690
55 34.37 0.020941

Tabel 2.3 : Data suhu, waktu alir dan viskositas kinematik

15
Viskositas Kinematik (cSt)
0.060000

0.050000

y = -0.0017x + 0.1114
0.040000
R² = 0.984

0.030000

0.020000

0.010000

0.000000
0 10 20 30 40 50 60

Grafik 2.3 : Grafik viskositas kinematik vs suhu

2.2.4 Penentuan viskositas dinamik

Viskositas dinamik dapat dicari dengan menggunakan persamaan :

μ=𝜌xv

Dengan μ adalah viskositas dinamik (cP), 𝜌 adalah densitas (gram/ml), dan v adalah
viskositas kinematik (cSt).

 Untuk sampel pada temperatur 35 oC


μ=𝜌xv
μ = 0.85 x 0.052823
μ = 0.044900 cP
 Untuk sampel pada temperatur 40 oC
μ=𝜌xv
μ = 0.82 x 0.04478
μ = 0.036720 cP
 Untuk sampel pada temperatur 48 oC
μ=𝜌xv
μ = 0.86 x 0.030105
16
μ = 0.025890 cP
 Untuk sampel pada temperatur 50 oC
μ=𝜌xv
μ = 0.88 x 0.02469
μ = 0.021727 cP
 Untuk sampel pada temperatur 55 oC
μ=𝜌xv
μ = 0.95 x 0.020941
μ = 0.019894 cP
Suhu sampel (oC) Viskositas Dinamik (Cp)
35 0.044900
40 0.036720
48 0.025890
50 0.021727
55 0.019894

Tabel 2.4 : Data suhu dan viskositas dinamik

Viskositas Dinamik (cP)


0.05
0.045
0.04 y = -0.0013x + 0.0895
R² = 0.9706
0.035
0.03
0.025
0.02
0.015
0.01
0.005
0
0 10 20 30 40 50 60

Grafik 2.4 : Grafik viskositas dinamik vs suhu

17
2.2.5 Penentuan Viscosity Index (VI)

Penentuan VI memerlukan nilai L, U, dan L-H yang dapat dilihat dari tabel “basic
value for L and H for kinematic viscosity”. Untuk viskositas kinematik dibawah 2 cSt
pada 210 oF (98.8889 oC) digunakan persamaan :

L = v (1.655 + 1.2655v)

H = v (0.1725 + 0.34984v)

Namun, setelah dilakukan perhitungan terhadap viskositas kinematik pada suhu


98.8889 oC menggunakan regresi linear, didapatkan hasil bernilai negatif sehingga
Viscosity Index (VI) tidak dapat ditentukan.

18
BAB III

ANALISIS

3.1 Asumsi Percobaan

Asumsi yang digunakan dalam percobaan ini antara lain :

a. Pemanasan sampel merata (homogen)


b. Oil cup, picnometer, dan flask bebas dari kontaminasi
c. Tidak ada hambatan pada aliran sampel dari orifice ke flask oleh gesekan angin
maupun dengan dinding silinder flask
d. Suhu sampel homogen (merata)
e. Suhu dan tekanan lingkungan dianggap konstan
f. Kesalahan paralaks/human eror diabaikan
g. Volume sampel tepat pada batas volume (50 cc)
h. Penentuan waktu alir tepat berhenti saat sampel sudah mencarai 50 cc dan mulai
tepat saat sampel jauh dari oil cup ke flask.
i. Suhu dalam picnometer saat pengukuran Specific Gravity (SG) tidak berubah
j. Arus listrik Redwood Viscometer tidak berubah

3.2 Analisis Keberjalanan dan Hambatan Praktikum

Hambatan pada praktikum kali ini yaitu pada pengambilan data sampel.
Sebelumnya sudah ada pembagian tugas dalam penyelenggaraan praktikum. Ada
beberapa praktikan yang mengambil sampel “D” Crude Oil, mengatur kerja Redwood
Viscometer, mencatat data yang diperoleh, dan mengondisikan alat-alat praktikum.
Praktikan tidak mengambil data sampel saat suhu sampel telah mencapai 45 oC. Hal
ini disebabkan karena keterlambatan dalam penyediaan flask 50cc yang ketika itu
sedang dicuci dan suhu telah melebihi suhu yang diinginkan, bahkan suhu pada saat
itu telah mendekati 50 oC. Sehingga diputuskan oleh praktikan mengambil data sampel
untuk suhu 50 oC terlebih dahulu dan pengambilan data sampel untuk 45 oC diakhir

19
saja. Namun ternyata penurunan suhu/pendinginan sampel membutuhkan waktu yang
relatif lama, sehingga pada akhirnya prakktikan tidak melakukan pengambilan data
sampel untuk suhu 45 oC. Pemerolehan data 45 oC diganti dengan data sampel untuk
35 oC dan 48 oC diberikan referensi oleh asisten.

3.3 Analisis Hasil Percobaan

Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 2.1 : “Data waktu alir sampel D crude
oil dan massa picnometer ditambah massa sampel D crude oil”, dapat dilihat bahwa
dengan naiknya suhu, viskositas semakin menurun. Salah satu hal yang mempengaruhi
viskositas adalah suhu. Suhu yang meningkat akan merubah kecepatan molekul-
molekul minyak dan molekul-molekul tersebut semakin ingin bergerak. Kecepatan
molekul yang mengalami peningkatan tersebut juga meningkatkan energi kinetik
molekul. Dengan energi kinetik yang bertambah, molekul-molekul minyak semakin
ingin untuk bergerak sehingga menurunkan keengganan (viskositas)-nya untuk
mengalir.

Densitas sampel “D” crude oil berubah seiring peningkatan suhu (Tabel 2.2). Jika
dibandingkan dengan densitas sampel lain dari referensi, yaitu sampel “B” crude oil,
densitasnya menurun relatif kecil. Berikut data densitas sampel “B” crude oil :

Temperatur (°C) Densitas (gram/cc)


40 0.882

45 0.88

50 0.864

55 0.84

Tabel 3.1 : Data suhu dan densitas sampel B crude oil

Dengan melakukan regresi linear, data densitas sampel D diperoleh :

Suhu (oC) Densitas (gram/ml)


40 0.82
45 0.86

20
50 0.86
55 0.95

Tabel 3.2 : Data suhu dan densitas sampel D crude oil

Terlihat bahwa pada sampel B, peningkatan temperatur menyebabkan penurunan


densitas yang relatif kecil; sedangkan pada sampel D, peningkatan temperatur
menyebabkan densitas cenderung naik. Hal ini disebabkan karena perbedaan
picnometer yang dipakai dalam pengukuran densitas sampel D. Picnometer yang
berbeda-beda untuk setiap sampel dengan suhu tertentu dan kesalahan pada
pengukuran massa picnometer yang berisi sampel menyebabkan ketidakakuratan data.
Kesalahan terjadi pada saat pengukuran massa picnometer yang berisi sampel D crude
oil. Seharusnya sampel mengisi seluruh volume picnometer hingga ke ujungnya, tetapi
ada yang terisi penuh dan ada juga yang tidak penuh. Selain itu, pemakaian picnometer
yang berbeda-beda juga mempengaruhi densitas sampel D. Kelompok kami
menggunakan banyak picnometer dengan volume dan massa yang berbeda-beda, yaitu
picnometer 5 ml dengan massa picnometer kosong 17 gram, picnometer 5 ml dengan
massa picnometer kosong 15.2 gram, picnometer 10 ml dengan massa picnometer
kosong 15 gram. Massa picnometer kosong yang diperoleh juga sedikit tidak masuk
akal, misalnya saja picnometer 10 ml yang massanya lebih kecil daripada picnometer
5 ml. Seharusnya picnometer yang digunakan dalam menghitung massa sampel D
dalam picnometer tersebut tidak berbeda-beda.

Densitas sampel mempengaruhi perhitungan specific gravity (SG). Adanya


perbedaan kecenderungan sampel B dan sampel D, menyebabkan perbedaan pada hasil
perhitungan SG. Seharusnya, peningkatan suhu akan menurunkan SG. Hal ini
disebabkan oleh pemuaian sampel. Ketika suhu meningkat, maka sampel akan memuai
dan volume sampel meningkat tetapi massa sampel tetap sehingga densitasnya
menurun.

Perhitungan Viscosity Index tidak dapat dilakukan karena dalam perhitungan


untuk viskositas kinematik dibawah 2 cSt pada 210 oF (98.8889 oC) digunakan
persamaan :

21
L = v (1.655 + 1.2655v)

H = v (0.1725 + 0.34984v)

Dengan menggunakan regresi linear diperoleh persamaan :

y = -0,0017x + 0,1114

dengan y adalah viskositas dan x adalah suhu. Namun, setelah dilakukan perhitungan
terhadap viskositas kinematik pada suhu 98.8889 oC, diperoleh y = -0,05671113. Hasil
yang bernilai negatif. Berdasarkan definisi, viskositas indeks adalah suatu bilangan
yang dapat menyatakan besarnya perubahan viskositas akibat perubahan temperatur.
Karena hasil yang diperoleh negatif, viskositas indeks tidak dapat ditentukan.

22
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

1. Viskositas kinematik dan visositas dinamik dari sampel dapat dilihat pada tabel 2.4
dan 2.5.
2. Viscosity Index sampel tak dapat ditentukan karena nilai viskositas pada suhu
98.8 oC bernilai negatif dan tak mungkin viskositas bernilai negatif.

4.2 Saran

Saat awal praktikum, suasananya menegangkan. Sistem kick, tes awal dan tes alat
memberikan sedikit tekanan pada diri saya. Dalam suasana yang seperti itu membuat
saya dan teman-teman saya agak gugup. Bahkan ada teman saya yang sampai lupa
judul percobaan padahal saya yakin dia sudah paham mengenai modul percobaan kali
ini. Suasananya yang tegang membuat saya gemetaran ketika tes awal. Saran saya,
suasananya agak sedikit dicairkan lagi namun serius agar praktikan lebih fokus.

4.3 Kesan dan Pesan

Baru pertama saya praktikum seasik ini. Tes alatnya menegangkan dan suasananya
benar-benar memicu adrenalin. Pertanyaan yang ditanyakan pada saat tes awal
memicu saya untuk berpikir lebih dan menganalisis permasalahannya. Walaupun saya
masih belum terbiasa dengan suasana yang seperti itu dan masih sedikit gugup, saya
akan berusaha untuk membiasakan diri, karena akan ada banyak tantangan yang lebih
sulit lagi di dunia kerja nantinya.

Saya sangat berterimakasih kepada asisten yang telah membimbing kami, bang
Bintan Pradika dan bang Prayudha Rifqi Safiraldi. Terimakasih kepada bang Bintan
dan bang Pray yang sudah memberikan kami referensi tambahan untuk data sampel
dengan suhu 35 oC dan 48 oC yang ketika praktikum kelompok kami tidak dapat
mengambil data sampel pada suhu tersebut. Saya memohon maaf kepada bang Bintan

23
karena pada waktu tes awal saya gemetaran karena saking gugupnya dan meng-upload
foto praktikum ke instagram lalu dikomen bang Bintan saya sedikit malu. Mohon
dukungannya bang untuk praktikum berikutnya 

24
DAFTAR PUSTAKA

McCain, William D., Jr., 1990. The Properties of Petroleum Fluids, 2nd Edition.
Oklahoma: Pen Well Publishing Co.

Laboratorium Analisa Fluida Reservoir. 2014. Buku Petunjuk Praktikum Fluida


Reservoir. Bandung: TM ITB.

Siagian, Ucok. 2002. Diktat Kuliah Fluida Reservoir. Bandung: TM ITB

https://en.wikipedia.org/wiki/Viscosity (diakses pada 2 Oktober 2016)

https://en.wikipedia.org/wiki/Specific_gravity (diakses pada 2 Oktober 2016)

https://en.wikipedia.org/wiki/Viscosity_index (diakses pada 3 Oktober 2016)

http://dinifriskaaprilia.blogspot.co.id/2013/05/efek-joule-thompson.html (diakses pada 4 Oktober


2016)

https://en.wikipedia.org/wiki/Joule–Thomson_effect (diakses pada 4 Oktober 2016)

25
LAMPIRAN

 Joule-Thomson Effect

Apabila sejumlah gas berekspansi dengan cepat dari keadaan tekanan tinggi
menjadi bertekanan rendah, cepatnya waktu tidak memungkinkan gas untuk
mengalami perambatan kalor dari luar ke dalam sistem atau sebaliknya. Dengan
demikian q = 0 dan proses dapat dianggap berlangsung secara adiabatik. Ekspansi gas
yang berlangsung secara adiabatik tersebut menyebabkan perubahan suhu yang dapat
mengalami peningkatan atau penurunan. Perubahan temperatur karena penurunan
tekanan ketika gas berekspansi disebut dengan Joule-Thomson Effect. Perubahan
temperatur diakibatkan gaya tarik antarmolekul. Persamaan :

𝜕𝑉
𝑇 ( )−𝑉
∆𝑇 = 𝜕𝑇 ∆𝑝
𝐶𝑝

Dengan mensubstitusi persamaan : pV = znRT, didapatkan

𝑉𝑇 𝜕𝑧
( )−𝑉
∆𝑇 = 𝑧 𝜕𝑇 ∆𝑝
𝐶𝑝

Perubahan volume terhadap suhu pada tekanan tetap dengan proses adiabatik, tidak ada
panas yang masuk atau keluar dari sistem.

Contoh kasus Joule Thomson Effect yaitu viskositas gas yang pada tekanan tinggi,
peningkatan suhu akan menurunkan viskositas, dan pada tekanan rendah, peningkatan
suhu akan meningkatkan viskositas. Pada tekanan tinggi, faktor z menurun seiring
dengan kenaikan temperatur. Penurunan faktor z ini terhadap T bernilai negatif. Dari
persamaan, dapat disumpulkan bahwa temperatur meningkat maka tekanan turun
sehingga jarak antarmolekul semakin renggang sehingga viskositas menurun. Pada
tekanan tinggi, temperatur meningkat ketika tekanan turun. Sebaliknya, pada tekanan
rendah, kenaikan temperatur mengakibatkan peningkatan viskositas suatu gas.

26
 Fluid Properties
Ada lima jenis fluida reservoir, yaitu :
a. Black oil
Black oil memiliki komponen yang lebih berat lebih banyak dibandingkan jenis
fluida reservoir lainnya. Black oil memiliki karakteristik yaitu quality lines yang
rapat di sekitar dew-point line. Hal ini mengakibatkan penurunan tekanan yang
besar menghasilkan sedikit peningkatan fasa gas. Black oil disebut juga low
shrinkage oil.
b. Volatile oil
Volatile oil memiliki karakteristik yaitu quality lines yang rapat di sekitar bubble-
point line. Jika reservoir diproduksi, tekanan reservoir akan turun dan saat melintasi
bubble-point line, fasa gas mulai terbentuk. Penurunan tekanan yang sedikit
menghasilkan penurunan fasa liquid yang cukup besar. Volatile oil disebut juga
high shrinkage oil.
c. Retrograde gas
Dalam reservoir jenis ini, fluida tidak selalu dalam fasa gas. Jika reservoir
diproduksi, tekanan reservoir akan turun dan suatu saat akan melintasi dew-point
line sehingga sebagian gas akan terkondensasi. Namun, pada saat tertentu, sebagian
liquid akan menguap kembali menjadi gas.
d. Wet gas
Dalam reservoir jenis ini, fluida selalu dalam fasa gas. Saat diproduksi, tekanan
menurun dan ketika berada pada kondisi separator, sebagian gas akan terkondensasi
membentuk liquid. Gas yang terkondensasi tersebut disebut juga condensate.
e. Dry gas
Dry gas selalu dalam fasa gas, baik di dalam reservoir maupun di dalam separator.
Dry gas memiliki komponen yang lebih ringan lebih banyak dibandingkan dengan
jenis fluida reservoir lainnya.

27

Anda mungkin juga menyukai