LAPORAN PRAKTIKUM
NIM : 12215050
2016
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II ISI
2.2.1 Penentuan densitas dan Specific Gravity dari sampel D crude oil …………. 11
2
3.2 Analisis Keberjalanan dan Hambatan Praktikum ……………………………….. 18
LAMPIRAN ………………………………………………………………….…….. 25
3
DAFTAR GAMBAR
4
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Data waktu alir dan massa picnometer ditambah massa sampel……...... 11
Tabel 2.2 : Data densitas dan Specific Gravity sampel D crude oil ……………...... 13
Tabel 3.1 : Data suhu, waktu alir, dan densitas sampel B …………………………. 20
Tabel 3.2 : Data suhu, waktu alir, dan densitas sampel D …………………………. 20
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
1.4 Prinsip Percobaan dan Dasar
1.4.1 Prinsip Percobaan
Prinsip yang digunakan pada percobaan ini adalah menentukan viskositas
kinematik menggunakan persamaan konversi viskositas kinematik dengan mengukur
waktu alir sampel crude oil mengalir dari oil cup ke dalam flask 50 cc pada temperatur
tertentu. Selain itu, menentukan viskositas dinamik dengan mengalikan viskositas
kinematik dan densitas dari suatu sampel crude oil yang diperoleh. Densitas diukur
menggunakan picnometer dengan mengurangi massa picnometer yang telah terisi sampel
crude oil dan massa picnometer yang masih kosong lalu dibandingkan dengan volume
picnometer. Dapat ditentukan juga specific gravity (SG) dari sampel crude oil dengan
membandingkan densitas sampel dengan densitas air. Lalu ditentukan Viscosity Index (VI)
dari sampel crude oil tersebut.
7
Viskositas relatif adalah viskositas yang menyatakan rasio viskositas suatu fluida
terhadap viskositas pelarut murni. Viskositas relatif tak berdimensi dan umumnya
digunakan untuk menguji polimer atau kontrol kualitas polimer.
d. Viskositas Nyata
Viskositas nyata adalah viskositas yang bergantung pada laju tekanan geser tiap saat.
Unit atau satuannya dinyatakan dalam cP atau mPa.s. Viskositas nyata disebut juga
sebagai apparent viscosity.
a. Tekanan
Pada minyak, jika tekanan diatas bubble-point pressure (Pb), viskositas minyak akan
turun jika tekanan turun karena penurunan tekanan menyebabkan jarak antar molekul
semakin renggang sehingga dapat bergerak lebih leluasa dan menjadi lebih mudah
untuk mengalir (viskositas turun). Akan tetapi, pada tekanan dibawah bubble-point
pressure (Pb), penurunan tekanan akan menaikkan viskositas. Hal ini terjadi karena
pada tekanan dibawah Pb, banyak dissolved gas yang keluar dari minyak yang
membawa fraksi ringan sehingga hidrokarbon yang tersisa merupakan hidrokarbon
berfraksi berat/rantai panjang yang lebih sulit mengalir sehingga viskositas minyak
menjadi lebih besar (viskositas naik).
Pada gas, jika tekanan rendah, viskositas akan meningkat dengan peningkatan
temperatur sedangkan pada tekanan tinggi, viskositas akan menurun dengan
peningkatan temperatur. Hal ini disebabkan oleh efek Joule-Thomson.
b. Jenis hidrokarbon
Semakin panjang/berat kandungan hidrokarbon, maka viskositasnya pun semakin besar
karena partiker lebih lembam.
c. Temperatur
Peningkatan temperatur akan memberi energi kinetik tambahan yang berakibat pada
naiknya kecepatan molekul sehingga viskositasnya akan meningkat.
d. Bentuk molekul
Semakin banyak ikatan rangkap, semakin dekat jarak antara molekul yang
mengakibatkan viskositas semakin besar.
8
e. Ikatan antarmolekul
Keberadaan ikatan kuat seperti hidrogen akan meningkatkan viskositas.
f. Konsentrasi
Semakin tinggi konsentrasi suatu zat, viskositasnya akan semakin tinggi.
Viskositas suatu fluida dapat diukur dengan alat bernama viskometer. Jenis-jenis
viskometer misalnya adalah viskometer ostwald, viskometer redwood, dan viskometer
hoppler. Untuk percobaan kali ini, digunakan viskometer redwood.
Harga viskositas kinematik dapat dihitung dengan menggunakan persamaan dan konversi
viskositas kinematik.
Kemudian, penentuan Viscosity Index (VI). Viskosity index adalah suatu bilangan
yang menyatakan besarnya perubahan viskositas akibat perubahan termperatur.
𝐿−𝑈
𝑉𝐼 = × 100
𝐿−𝐻
Keterangan :
VI = Viscosity Index
L = Viskositas kinematik pada 210° F untuk minyak dengan VI = 0
U = Viskositas kinematik minyak pada 100° F
H = Viskositas kinematik pada 100° F untuk minyak dengan VI =100
Y = Viskositas kinematik pada 210° F
𝑎𝑛𝑡𝑖𝐿𝑜𝑔 𝑁 − 1
𝑉𝐼 = + 100
0.00715
10
BAB II
ISI
Data waktu alir sampel D crude oil dan massa picnometer ditambah sampel D crude oil
pada percobaan ditampilkan pada tabel berikut.
35 43.30 19.41
40 40.91 21.10
48 36.78 21.64
50 35.34 19.5
55 34.37 24.5
Tabel 2.1 : Data waktu alir sampel D crude oil dan massa picnometer ditambah massa
sampel D crude oil
: Tidak dilakukan percobaan terhadap data tersebut oleh praktikan. Data diberikan oleh
asisten
2.2.1 Penentuan densitas dan Specific Gravity dari sampel D crude oil
Densitas sampel dapat ditentukan dengan menggunakan data pada tabel 2.1 dengan
menggunakan rumus :
𝑀𝑝𝑠 − 𝑀𝑝
𝜌 =
𝑉𝑝
11
Keterangan :
𝜌 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑆𝐺 =
𝜌 𝑎𝑖𝑟
𝜌 air = 1 gram/ml. Karena nilai densitas air adalah 1 gram/ml, sehingga nilai SG
nya akan sama dengan nilai densitasnya. Berikut adalah tabel yang menyatakan
hubungan suhu dengan densitas dan SG.
12
48 0.86 0.86
50 0.86 0.86
55 0.95 0.95
Tabel 2.2 : Data densitas dan Specific Gravity sampel D crude oil
0.94
0.92
y = 0.0042x + 0.6803
0.9 R² = 0.4838
0.88
0.86
0.84
0.82
0.8
0 10 20 30 40 50 60
Digunakan regresi linear pada Microsoft Excel untuk memperoleh massa sampel
pada suhu 35oC dan 48oC, ditampilkan dengan grafik berikut.
13
Massa Total (gram)
30
y = 0.1716x + 13.406
25
R² = 0.4406
20
15
10
0
0 10 20 30 40 50 60
y = 0.1716x + 13.406
m = 19.41 gram
m = 21.64 gram
14
v = 0.00226 (43.30) – 1.95/(43.30)
v = 0.052823 cSt
Untuk sampel pada temperatur 40 oC
v = 0.00226t – 1.95/t; t = 40.91 detik
v = 0.00226 (40.91) – 1.95/(40.91)
v = 0.04478 cSt
Untuk sampel pada temperatur 48 oC
v = 0.00226t – 1.95/t; t = 36.78 sekon
v = 0.00226 (36.78) – 1.95/(36.78)
v = 0.030105 cSt
Untuk sampel pada temperatur 50 oC
v = 0.00226t – 1.95/t; t = 35.34 detik
v = 0.00226 (35.34) – 1.95/(35.34)
v = 0.02469 cSt
Untuk sampel pada temperatur 55 oC
v = 0.00226t – 1.95/t; t = 34.37 detik
v = 0.00226 (34.37) – 1.95/(34.37)
v = 0.020941 cSt
15
Viskositas Kinematik (cSt)
0.060000
0.050000
y = -0.0017x + 0.1114
0.040000
R² = 0.984
0.030000
0.020000
0.010000
0.000000
0 10 20 30 40 50 60
μ=𝜌xv
Dengan μ adalah viskositas dinamik (cP), 𝜌 adalah densitas (gram/ml), dan v adalah
viskositas kinematik (cSt).
17
2.2.5 Penentuan Viscosity Index (VI)
Penentuan VI memerlukan nilai L, U, dan L-H yang dapat dilihat dari tabel “basic
value for L and H for kinematic viscosity”. Untuk viskositas kinematik dibawah 2 cSt
pada 210 oF (98.8889 oC) digunakan persamaan :
L = v (1.655 + 1.2655v)
H = v (0.1725 + 0.34984v)
18
BAB III
ANALISIS
Hambatan pada praktikum kali ini yaitu pada pengambilan data sampel.
Sebelumnya sudah ada pembagian tugas dalam penyelenggaraan praktikum. Ada
beberapa praktikan yang mengambil sampel “D” Crude Oil, mengatur kerja Redwood
Viscometer, mencatat data yang diperoleh, dan mengondisikan alat-alat praktikum.
Praktikan tidak mengambil data sampel saat suhu sampel telah mencapai 45 oC. Hal
ini disebabkan karena keterlambatan dalam penyediaan flask 50cc yang ketika itu
sedang dicuci dan suhu telah melebihi suhu yang diinginkan, bahkan suhu pada saat
itu telah mendekati 50 oC. Sehingga diputuskan oleh praktikan mengambil data sampel
untuk suhu 50 oC terlebih dahulu dan pengambilan data sampel untuk 45 oC diakhir
19
saja. Namun ternyata penurunan suhu/pendinginan sampel membutuhkan waktu yang
relatif lama, sehingga pada akhirnya prakktikan tidak melakukan pengambilan data
sampel untuk suhu 45 oC. Pemerolehan data 45 oC diganti dengan data sampel untuk
35 oC dan 48 oC diberikan referensi oleh asisten.
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 2.1 : “Data waktu alir sampel D crude
oil dan massa picnometer ditambah massa sampel D crude oil”, dapat dilihat bahwa
dengan naiknya suhu, viskositas semakin menurun. Salah satu hal yang mempengaruhi
viskositas adalah suhu. Suhu yang meningkat akan merubah kecepatan molekul-
molekul minyak dan molekul-molekul tersebut semakin ingin bergerak. Kecepatan
molekul yang mengalami peningkatan tersebut juga meningkatkan energi kinetik
molekul. Dengan energi kinetik yang bertambah, molekul-molekul minyak semakin
ingin untuk bergerak sehingga menurunkan keengganan (viskositas)-nya untuk
mengalir.
Densitas sampel “D” crude oil berubah seiring peningkatan suhu (Tabel 2.2). Jika
dibandingkan dengan densitas sampel lain dari referensi, yaitu sampel “B” crude oil,
densitasnya menurun relatif kecil. Berikut data densitas sampel “B” crude oil :
45 0.88
50 0.864
55 0.84
20
50 0.86
55 0.95
21
L = v (1.655 + 1.2655v)
H = v (0.1725 + 0.34984v)
y = -0,0017x + 0,1114
dengan y adalah viskositas dan x adalah suhu. Namun, setelah dilakukan perhitungan
terhadap viskositas kinematik pada suhu 98.8889 oC, diperoleh y = -0,05671113. Hasil
yang bernilai negatif. Berdasarkan definisi, viskositas indeks adalah suatu bilangan
yang dapat menyatakan besarnya perubahan viskositas akibat perubahan temperatur.
Karena hasil yang diperoleh negatif, viskositas indeks tidak dapat ditentukan.
22
BAB IV
4.1 Simpulan
1. Viskositas kinematik dan visositas dinamik dari sampel dapat dilihat pada tabel 2.4
dan 2.5.
2. Viscosity Index sampel tak dapat ditentukan karena nilai viskositas pada suhu
98.8 oC bernilai negatif dan tak mungkin viskositas bernilai negatif.
4.2 Saran
Saat awal praktikum, suasananya menegangkan. Sistem kick, tes awal dan tes alat
memberikan sedikit tekanan pada diri saya. Dalam suasana yang seperti itu membuat
saya dan teman-teman saya agak gugup. Bahkan ada teman saya yang sampai lupa
judul percobaan padahal saya yakin dia sudah paham mengenai modul percobaan kali
ini. Suasananya yang tegang membuat saya gemetaran ketika tes awal. Saran saya,
suasananya agak sedikit dicairkan lagi namun serius agar praktikan lebih fokus.
Baru pertama saya praktikum seasik ini. Tes alatnya menegangkan dan suasananya
benar-benar memicu adrenalin. Pertanyaan yang ditanyakan pada saat tes awal
memicu saya untuk berpikir lebih dan menganalisis permasalahannya. Walaupun saya
masih belum terbiasa dengan suasana yang seperti itu dan masih sedikit gugup, saya
akan berusaha untuk membiasakan diri, karena akan ada banyak tantangan yang lebih
sulit lagi di dunia kerja nantinya.
Saya sangat berterimakasih kepada asisten yang telah membimbing kami, bang
Bintan Pradika dan bang Prayudha Rifqi Safiraldi. Terimakasih kepada bang Bintan
dan bang Pray yang sudah memberikan kami referensi tambahan untuk data sampel
dengan suhu 35 oC dan 48 oC yang ketika praktikum kelompok kami tidak dapat
mengambil data sampel pada suhu tersebut. Saya memohon maaf kepada bang Bintan
23
karena pada waktu tes awal saya gemetaran karena saking gugupnya dan meng-upload
foto praktikum ke instagram lalu dikomen bang Bintan saya sedikit malu. Mohon
dukungannya bang untuk praktikum berikutnya
24
DAFTAR PUSTAKA
McCain, William D., Jr., 1990. The Properties of Petroleum Fluids, 2nd Edition.
Oklahoma: Pen Well Publishing Co.
25
LAMPIRAN
Joule-Thomson Effect
Apabila sejumlah gas berekspansi dengan cepat dari keadaan tekanan tinggi
menjadi bertekanan rendah, cepatnya waktu tidak memungkinkan gas untuk
mengalami perambatan kalor dari luar ke dalam sistem atau sebaliknya. Dengan
demikian q = 0 dan proses dapat dianggap berlangsung secara adiabatik. Ekspansi gas
yang berlangsung secara adiabatik tersebut menyebabkan perubahan suhu yang dapat
mengalami peningkatan atau penurunan. Perubahan temperatur karena penurunan
tekanan ketika gas berekspansi disebut dengan Joule-Thomson Effect. Perubahan
temperatur diakibatkan gaya tarik antarmolekul. Persamaan :
𝜕𝑉
𝑇 ( )−𝑉
∆𝑇 = 𝜕𝑇 ∆𝑝
𝐶𝑝
𝑉𝑇 𝜕𝑧
( )−𝑉
∆𝑇 = 𝑧 𝜕𝑇 ∆𝑝
𝐶𝑝
Perubahan volume terhadap suhu pada tekanan tetap dengan proses adiabatik, tidak ada
panas yang masuk atau keluar dari sistem.
Contoh kasus Joule Thomson Effect yaitu viskositas gas yang pada tekanan tinggi,
peningkatan suhu akan menurunkan viskositas, dan pada tekanan rendah, peningkatan
suhu akan meningkatkan viskositas. Pada tekanan tinggi, faktor z menurun seiring
dengan kenaikan temperatur. Penurunan faktor z ini terhadap T bernilai negatif. Dari
persamaan, dapat disumpulkan bahwa temperatur meningkat maka tekanan turun
sehingga jarak antarmolekul semakin renggang sehingga viskositas menurun. Pada
tekanan tinggi, temperatur meningkat ketika tekanan turun. Sebaliknya, pada tekanan
rendah, kenaikan temperatur mengakibatkan peningkatan viskositas suatu gas.
26
Fluid Properties
Ada lima jenis fluida reservoir, yaitu :
a. Black oil
Black oil memiliki komponen yang lebih berat lebih banyak dibandingkan jenis
fluida reservoir lainnya. Black oil memiliki karakteristik yaitu quality lines yang
rapat di sekitar dew-point line. Hal ini mengakibatkan penurunan tekanan yang
besar menghasilkan sedikit peningkatan fasa gas. Black oil disebut juga low
shrinkage oil.
b. Volatile oil
Volatile oil memiliki karakteristik yaitu quality lines yang rapat di sekitar bubble-
point line. Jika reservoir diproduksi, tekanan reservoir akan turun dan saat melintasi
bubble-point line, fasa gas mulai terbentuk. Penurunan tekanan yang sedikit
menghasilkan penurunan fasa liquid yang cukup besar. Volatile oil disebut juga
high shrinkage oil.
c. Retrograde gas
Dalam reservoir jenis ini, fluida tidak selalu dalam fasa gas. Jika reservoir
diproduksi, tekanan reservoir akan turun dan suatu saat akan melintasi dew-point
line sehingga sebagian gas akan terkondensasi. Namun, pada saat tertentu, sebagian
liquid akan menguap kembali menjadi gas.
d. Wet gas
Dalam reservoir jenis ini, fluida selalu dalam fasa gas. Saat diproduksi, tekanan
menurun dan ketika berada pada kondisi separator, sebagian gas akan terkondensasi
membentuk liquid. Gas yang terkondensasi tersebut disebut juga condensate.
e. Dry gas
Dry gas selalu dalam fasa gas, baik di dalam reservoir maupun di dalam separator.
Dry gas memiliki komponen yang lebih ringan lebih banyak dibandingkan dengan
jenis fluida reservoir lainnya.
27