Anda di halaman 1dari 4

Kekerasan pada umumnya ditujukan kepada kelompok yang dianggap lemah.

Anak merupakan salah


satu kelompok yang rentan mendapatkan perilaku kekerasan. Manusia disebut sebagai anak dengan
pengukuran atau Batasan usia, kondisi ini tercermin dari perbedaan Batasan usia di setiap negara.
Kekerasan terhadap anak adalah semua bentuk/tindakan perlakuan menyakitkan secara fisik maupun
emosional, penyalahgunaan seksual, trafiking, penelantaran, eksploitasi komersial termasuk eksploitasi
seksual komersial anak yang mengakibatkan cidera/kerugian nyata ataupun potensial terhadap
kesehatan anak, kelangsungan hidup anak, tumbuh kembang anak atau martabat anak, yang dilakukan
dalam konteks hubungan tanggung jawab, kepercayaan atau kekuasaan. Kekerasan terhadap anak
termasuk dalam perbuatan disengaja yang dapat menimbulkan kerugian atau bahaya terhadap anak
secara fisik maupun emosional.

Bentuk kekerasan terhadap anak meliputi antara lain:

1. Kekerasan fisik: kekerasan yang mengakibatkan cidera fisik nyata atau potensial terhadap anak
sebagai akibat dari tindakan kekerasan yang dilakukan orang lain.
2. Kekerasan seksual: Kekerasan terhadap anak dalam kegiatan seksual yang tidak dipahaminya.
Kekerasan seksual meliputi eksploitasi seksual dalam prostitusi atau pornografi, perabaan,
memaksa anak untuk memegang kemaluan orng lain, hubungan seksual, perkosaan, hubungan
seksual yang dilakukan oleh orang yang mempunyai hubungan darah (incest) dan sodomi.
3. Kekerasan emosional: Suatu perbuatan terhadap anak yang megakibatkan atau sangat mungkin
akan mengakibatkan gangguan kesehatan atau perkembangan fisik, mental, spiritual, moral dan
sosial. Contohnya seperti pembatasan gerak, sikap tindak yang meremehkan anak, mengancam,
menakut-nakuti, mendiskriminasi, mengejek atau menertawakan, atau perlakuan lain yang kasar
atau penolakan.
4. Penelantaran anak: Ketidakperdulian orang tua atau orang yang bertanggung jawab atas anak
pada kebutuhan mereka. Kelalaian di bidang kesehatan seperti penolakan atau penundaan
memperoleh layanan kesehatan, tidak memperoleh kecukupan gizi dan perawatan medis.
Kelalaian di bidang Pendidikan meliputi pembiaran mangkir (membolos) sekolah yang berulah,
tidak menyekolahkan pada Pendidikan yang wajib diikuti setiap atak, atau kegagalan memenuhi
kebutuhan Pendidikan yang khusus. Kelalaian lain di bidang fisik meliputi pengusiran dari ruamh
dan pengawasan yang tidak memadai. Kelalaian di bidang emosional meliputi kurangnya
perhatian, penolahkan atau kegagalan memberikan perawatan psikologis, kekerasan terhadap
pasangan di hadapan anak dan pembiaran penggunaan rokok, alcohol dan narkoba oleh anak.
5. Eksploitasi anak: Penggunaan anak dalam pekerjaan atau aktivitas lain untuk keuntungan orang
lain, termasuk pekerja anak dan prostitusi. Kegiatan ini merusak atau merugikan kesehatan fisik
dan mental, perkembangan Pendidikan, spiritual, moral dan sosial – emosional anak.

Sementara menurut Suharto, pengelompokkan kekerasan pada anak menjadi:

1. Kekerasan fisik: Kekerasan anak secara fisik adalah kekerasan yang dilakukan seseorang berupa
melukai bagian tubuh anak seperti penyiksaan, pemukulan dan penganiayaan terhadap anak,
dengan atau tanpa menggunakan benda-benda tertentu, yang menimbulkan luka-luka fisik atau
kematian pada anak. Bentuk luka dapat berupa lecet atau memar akibat persentuhan atau
kekerasan benda tumpul.
2. Kekerasan psikis: Kekerasan anak secara psikis meliputi penghardikan, penghinaan,
penyampaian kata-kata kasar dan kotor. Pelaku biasanya melakukan tindakan mental abuse,
menyalahkan, melabeli atau juga mengkambinghitamkan. Anak yang mendapatkan perlakuan ini
umumnya menunjukkan gejala perilaku maladaptive, seperti menarik diri, pemalu, menangis jika
didekati, takut keluar rumah dan takut bertemu dengan orang lain.
3. Kekerasan seksual: Kekerasan secara seksual adalah kekerasan yang berupa pemaksaan
hubungan seksual, perlakuan prakontak seksual antara anak dengan orang yang lebih besar
(melalui kata, sentuhan, gambar visual, exhibisionism), maupun perlakuan kontak seksual secara
langsung antara anak dengan orang dewasa (incest, perkosaan, eksploitasi seksual).
4. Kekerasan sosial: Kekerasan anak secara sosial dapat mencakup penelantaran anak dan
eksploitasi anak. Penelantaran anak adalah sikap dan perlakuan orang tua yang tidak
memberikan perhatian terhadap proses tumbuh-kembang anak. Misalnya anak dikucilkan,
diasingkan dari keluarga, atau tidak diberikan Pendidikan dan perawatan kesehatan. Eksploitasi
anak menunjuk pada perlakuan sewenang-wenang terhadap anak yang dilakuan keluarga atau
masyarakat. Sebagai contoh, memaksa anak untuk melakukan sesuatu demi kepentingan
ekonomi, social, atau politik tanpa memperhatikan hak-hak anak. Misalnya, anak dipaksa untuk
bekerja di pabrik yang membahayakan (pertambangan, sector alas kaki) dengan upah rendah
dan tanpa peralatan yang memadai, atau dipaksa melakukan pekerjaan rumah tangga melebihi
batas kemampuannya.

Adapun pasal yang menjerat pelaku menganiayaan anak, diatur khusus dalam Pasal 76C UU 35
Tahun 2014 yang berbunyi: “Setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan,
menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan Kekerasan terhadap Anak.” Sementara, sanksi
bagi orang yang melanggar pasal di atas (pelaku kekerasan/penganiayaan) ditentukan dalam Pasal
80 UU 35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
yang berbunyi:

(1) Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76C, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak
Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).
(2) Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) luka berat, maka pelaku dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah).
(3) Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mati, maka pelaku dipidana dengan
pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
(4) Pidana ditambah seperti dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat
apabila yang melakukan pernganiayaan tersebut Orang Tuanya.

Penelantaran anak juga ditindak dalam KUHP pasal 304 – 309 tentang Meninggalkan Orang yang
Perlu, yang berbunyi:

Pasal 304:
Barang siapa dengans engaja menempatkan atau membiarkan seorang dalam keadaan sengsara,
padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan dia wajib memberi
kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang itu, diancam dengan pidana penjara paling
lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Pasal 305:
Barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh tahun untuk ditemukan atau
meninggalkan anak itu dengan maksud untuk melepaskan diri daripadanya, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun enam bulan.

Pasal 306:
(1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan apsal 304 dan 305 mengakibatkan luka-luka berat, yang
bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun enam bulan.

(2) Jika mengakibatkan kematian pidana penjara paling lama sembilan tahun.
Pasal 307:
Jika yang melakukan kejahatan berdasarkan pasal 305 adalah bapak atau ibu dari anak itu , maka
pidana yang ditentukan dalam pasal 305 dan 306 dapat ditambah dengan sepertiga.

Pasal 308:
Jika seorang ibu karena takut akan diketahui orang tentang kelahiran anaknya, tidak lama sesudah
melahirkan, menempatkan anaknya untuk ditemukan atau meninggalkannya dengan maksud untuk
melepaskan diri daripadanya, maka maksimum pidana tersebut dalam pasal 305 dan 306 dikurangi
separuh.

Pasal 309:
Dalam hal pemidanaan berdasarkan salah satu kejahatan dalam pasal 304 – 308, maka hak-hak
tersebut dalam pasal 35 No.4 dapat dicabut.

 Pratiwi, Ratih Putri. Kekerasan Terhadap Anak Wujud Masalah Sosial Yang Kronis. 2006.
Cited: http://psikologi.or.id/mycontents/uploads/2011/07/kekerasan-terhadap-anak.pdf
 Huda, Nurul, SH.MHum. Kekerasan Terahadap Anak dan Masalah Sosial yang Kronis. 2008. Pena
Justisia Volume VII No. 14. Cited:
journal.unikal.ac.id/index.php/hukum/article/download/176/112

Anda mungkin juga menyukai