Bab I-3
Bab I-3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor
5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air Limbah, Air limbah adalah sisa dari suatu usaha
dan/atau kegiatan yang berwujud cair. Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau
kadar unsur pencemar dan/atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam media air
dari suatu usaha dan/atau kegiatan.
Limbah cair tapioka merupakan limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan,
baik dari pencucian bahan baku sampai pada proses pemisahan pati dari airnya atau
proses pengendapan. Hasil limbah dari 2/3 pengolahan tepung tapioka sebesar 75%,
limbah ini berupa padat dan cair. Pemekatan dan pencucian pati dengan sentrifus
menghasilkan limbah cukup banyak juga dengan kandungan padatan tersuspensi halus
yang cukup tinggi Kehadiran zat-zat tersebut dalam limbah cair dapat menimbulkan
gangguan-gangguan sebagai berikut :
a. Menyebabkan perubahan rasa dan bau yang tidak sedap
b. Menimbulkan penyakit: misalnya gatal-gatal
c. Mengurangi estetika sungai
d. Menurunkan kualitas air sumur di sekitar pabrik tapioka
Parameter limbah cair yang harus diperhatikan dan diuji sebelum dibuang
kelingkungan diantaranya yaitu pH, BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD
(Chemical Oxygen Demand), DO (Dissolved Oxygen), padatan tersuspensi (TSS) dan
kekeruhan air, dan Warna.
Dari hasil analisis sampel limbah industri rumah tangga tapioka didapatkan
kadar TSS sebelum pengolahan adalah 1160 mg/L, kadar COD sebesar 1856 ppm,
dengan pH 4,8. terlihat bahwa kualitas limbah yang dihasilkan industri tapioka tersebut
melebihi ambang batas yang ditetapkan pemerintah untuk dibuang ke lingkungan,
untuk itu diperlukan pengolahan terhadap limbah tersebut sebelum dibuang ke
lingkungan agar memenuhi baku mutu standar yang ditetapkan pemerintah.
Untuk itu penulis ingin mengetahui proses pengolahan air limbah pada industri
tapioka agar kualitas limbah cair yang dibuang ke lingkungan memenuhi standar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa bahan baku yang digunakan dalam industri tapioka ?
2. Bagaimana proses pengolahan tepung tapioka ?
3. Limbah apa saja yang dihasilkan dalam proses industri tapioka ?
4. Bagaimana cara pengolahan limbah industri tapioka ?
C. Tujuan
1. Mengetahui bahan baku yang digunakan dalam industri tapioka.
2. Mengetahui proses pengolahan tepung tapioka.
3. Mengetahui limbah yang dihasilkan dalam proses industri tapioka.
4. Mengetahui cara pengolahan limbah industri tapioka.
D. Manfaat
1. Bagi Produsen Tapioka
Dapat memberikan informasi tentang pengolahan limbah yang sederhana, murah
dan ramah lingkungan, dengan mengetahui sistem pengolahan tersebut diharapkan
dapat menerapkan pada industrinya.
2. Bagi Dinas Kesehatan
Dapat membantu dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan melalui
peningkatan kesehatan lingkungan dari ancaman pencemaran limbah cair.
3. Bagi Dinas Perindustrian
Dapat memberikan informasi tentang pengolahan limbah yang ramah lingkungan,
dengan mengetahui pengolahan limbah tersebut diharapkan dapat
memasyarakatkannya.
4. Bagi Jurusan Kesehatan Lingkungan
Dapat memperbanyak pengetahuan IPTEK pengolahan limbah.
5. Bagi Penulis
Sebagai wahana dalam meningkatkan pola pikir yang rasional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
d. Metode Elektroflokulasi
Prinsip pengolahan limbah cair dengan menggunakan elektroflokulasi adalah
bahwa koagulan atau flokulan dihasilkan dari proses elektro-oksidasi dari anoda
yang umumnya dibuat dari besi atau aluminium.
BAB III
PEMBAHASAN
Senyawa Keterangan
Starter Mikroorganisme dan Nutrisi Starter limbah cair tapioka berfungsi untuk
mempercepat tumbuhnya mikroorganisme dalam air limbah. Limbah cair tepung
tapioka dimasukkan sebanyak 5 liter ke dalam reaktor, untuk mempercepat
pembentukan biofilm ditambahkan starter sebanyak 30 ml dan juga 5 gram pupuk
NPK 15%. Setelah semua bahan yang digunakan untuk menumbuhkan biofilm
dimasukkan kedalam reaktor kemudian cakram diputar dengan kecepatan 10 rpm
selama 14 hari sampai biofilm tumbuh pada cakram. Nutrisi dalam penelitian ini
berasal dari pupuk NPK 15% yang berfungsi memberikan nutrisi untuk bakteri
pengurai dalam membentuk biofilm.
3. Sistem ABR dan Sistim UAF
ABR merupakan suatu jenis reaktor anaerob laju tinggi yang terdiri dari
beberapa kompartemen bervolume sama. Antar tiap kompartemen ABR dipisahkan
oleh hanging dan standing baffle secara selang-seling yang berfungsi memaksa
cairan mengalir ke atas dan ke bawah pada tiap kompartemen untuk meningkatkan
kontak antara air limbah dan mikroorganisme dalam selimut lumpur pada tiap
dasar kompartemen (Hudson, 2010).
b. Kelayakan ekonomis
Evaluasi ekonomi didasarkan pada perhitungan biaya penyediaan
lahan, biaya konstruksi dan biaya peralatan pendukung. Bak ABR berbentuk
empat persegi panjang berjumlah 2 buah yang dibangun bersebalahan.
Masing-masing bak dilengkapi baffle berjumlah 7 buah. Bangunan separuh
terpendam dibawah permukaan tanah. Bangunan kedap ini atapnya
menggunakan lembar polikarbonat yang berfungsi sebagai penutup agar udara
tidak masuk kedalam bak.
Ukuran masing-masing bak adalah panjang 15m, lebar 4m dan tinggi
3,25m. Bak terisi air limbah setinggi 2,75m. Bangunan ini memerlukan lahan
seluas + 135 m2.
Konstruksi bak anaerob sistim UAF juga berbentuk empat persegi
panjang. Ruangan disekat menjadi 4 bagian. Tiga ruangan pertama diisi filter
media dari potongan plastik, PVC, kerikil, batu pecah atau media lain yang
berfungsi sebagai tempat mikroba melekat dan berkembangbiak. Penutup bak
digunakan polikarbonat. Air limbah masuk kedalam bak melalui pipa-pipa
pralon. Pipa dipasang sedemikian rupa sehingga air limbah mengalir menuju
keatas kemudian kontak dengan mikroba yang menempel pada filter. Ukuran
masing-masing bak adalah panjang 24m, lebar 5m dan tinggi 3,25m. Bak terisi
air limbah setinggi 2,75m. Bangunan ini memerlukan lahan seluas + 90m2.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
16