Anda di halaman 1dari 24

EFEKTIVITAS PENERAPAN SUPERVISI KEPALA RUANG TERHADAP

PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI


RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

EFFECTIVENESS OF THE HEAD OF WARD SUPERVISION TOWARD


DOCUMENTING OF NURSING CARE IN THE WARD OF
PKU MUHAMMADIYAH HOSPITAL OF BANTUL

Goziyan1, Elsye Maria Rosa2


1. Mahasiswa Pascasarjana, Magister Manajemen Rumahsakit,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2. Dosen Pascasarjana, Magister Manajemen Rumahsakit,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
E-mail : goziyan_ns@ymail.com

ABSTRAK

Latar belakang: Kegiatan pendokumentasian asuhan keperawatan


merupakan unsur pokok dalam pertanggung jawaban kinerja profesi
keperawatan. Untuk itu diperlukan supervisi keperawatan agar efektifitas
dan efisiensi kerja optimal. Sekitar 4 bulan terahir pelaksanaan supervisi
keperawatan di rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul sedang vakum, hasil
wawancara terhadap kepala ruang tersirat bahwa ada indikasi ketidak
puasan kepala ruang yang juga ditunjuk sebagai supervisor dalam hal
penerimaan insentif.
Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan
quasi experiment pre dan post-test tanpa kelompok kontrol. Populasi adalah
seluruh kepala ruang rawat inap RS PKU Muhammadiyah Bantul. Sampel 5
orang kepala ruang rawat inap, dengan menggunakan total sampling.
Hasil dan pembahasan: Hasil penelitian diketahui persentase rata-rata
pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan sebelum pelatihan
supervisi keperawatan di ruang rawat inap RS PKU Muhammadiyah Bantul
sebesar 42,6%, dan setelah pelatihan diperoleh persentase sebesar 51,4%.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan paired t-test diketahui p value untuk
efektivitas penerapan supervisi kepala ruang terhadap pelaksanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap RS PKU
Muhammadiyah Bantul sebesar 0,002 (p<0,05). Terdapat peningkatan
sebesar 8,8% dalam persentase rata-rata pelaksanaan pendokumentasian
asuhan keperawatan sebelum dan sesudah pelatihan supervisi kepala ruang.
Kesimpulan: Pelatihan supervisi kepala ruang terbukti efektif terhadap
pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap RS
PKU Muhammadiyah Bantul.

Kata Kunci : supervisi, kepala ruang, dokumentasi asuhan keperawatan.


ABSTRACT

Background: Activity of care documentation is a main element of


responsibility for care profession performance. Therefore, treatment
supervision is needed in order that effectiveness and efficiency of work are
optimum. In approximately recent 4 months, the implementation of treatment
supervision in the PKU Muhammadiyah Hospital of Bantul was vacuum, results
of interview with the ward heads indicated that there was indication of
dissatisfaction of ward head which was also appointed as supervisor in terms of
incentive acceptance.
Method: This study is quantitative research with quasi experiment pre and
post-test design without control group. Respondents of this study were all
inpatient ward heads using total sampling.
Results and discussion: Results of this study indicated that average
percentage of care documentation (standard operational procedure)
implementation before treatment supervision training in the inpatient wards of
PKU Muhammadiyah Hospital of Bantul was 42.6%, and after training, the
percentage was 51.4%. Based on results of statistical test with paired t-test, it
was found that p-value of effectiveness of ward head supervision application on
implementation of care documentation in the inpatient ward s of PKU
Muhammadiyah Hospital of Bantul was 0.002 (p<0.05). There was 8.8%
increase in average percentage of care documentation implementation before
and after ward head supervision training.
Conclusion: The ward head supervision training was found effective on
implementation of care documentation in the inpatient wards of PKU
Muhammadiyah Hospital of Bantul.

Keywords: supervision, head ward, documentation of nursing care


PENDAHULUAN Deswani (2009)
Kegiatan pendokumentasian mengemukakan bahwa masalah
merupakan unsur pokok dalam yang sering muncul dan dihadapi
pertanggungjawaban kinerja di Indonesia saat ini adalah
profesi keperawatan. Tanpa sebagian besar perawat belum
dokumentasi yang benar dan jelas, memberikan pelayanan
kegiatan pelayanan keperawatan keperawatan sesuai dengan
yang telah dilaksanankan oleh standar asuhan keperawatan.
perawat tidak dapat Pelaksanaan asuhan keperawatan
dipertanggungjawabkan dalam juga tidak disertai
upaya peningkatan mutu pendokumentasian yang lengkap.2
pelayanan keperawatan dan
Permasalahan dalam
perbaikan status kesehatan klien,
pelaksanaan sistem dokumentasi
dokumentasi merupakan sarana
keperawatan saat ini antara lain:
komunikasi antar petugas
1) Saat ini masih banyak perawat
kesehatan dalam rangka
yang belum menyadari bahwa
pemulihan kesehatan klien.1
tindakan yang mereka lakukan
Perawat sebagai salah satu harus dipertanggungjawabkan, 2)
tenaga yang mempunyai Banyak pihak menyebutkan bahwa
kontribusi besar bagi pelayanan kurangnya dokumentasi juga
kesehatan berperan penting dalam disebabkan karena banyak yang
upaya meningkatkan mutu tidak tahu data apa saja yang harus
pelayanan kesehatan. Dalam upaya dimasukkan dan bagaimana cara
peningkatan mutu, seorang membuat dokumentasi yang benar,
perawat harus mampu 3) Kurangya kontrol
melaksanakan asuhan pendokumentasian.2
keperawatan sesuai standar, yaitu
Salah satu fungsi manajemen
mulai dari pengkajian sampai
ialah directing dimana di dalamnya
dengan evaluasi berikut
terdapat kegiatan supervisi
dokumentasinya.2
keperawatan. Fakta menunjukkan terahir pelaksanaan supervisi
pelaksanaan supervisi keperawatan di rumah sakit PKU
keperawatan diberbagai rumah Muhammadiyah Bantul sedang
sakit belum optimal.3 Penelitian vakum karena sesuatu hal yang
Mularso (2006) menemukan tidak dijelaskan secara terperinci
bahwa kegiatan supervisi lebih oleh para responden, namun
banyak pada kegiatan pengawasan, berdasarkan hasil wawancara
bukan pada kegiatan bimbingan, tersebut tersirat bahwa ada
observasi dan penilaian.4 indikasi ketidak puasan para
kepala ruang yang juga ditunjuk
Kemampuan manajerial yang
sebagai supervisor dalam hal
harus dimiliki oleh kepala ruangan
penerimaan insentif.
antara lain perencanaan,
(planning), pengorganisasian Berdasarkan latar belakang
(organizing), penggerakan dan penulis merasa tertarik melakukan
pelaksanaan, pengawasan serta penelitian untuk mengetahui lebih
pengendalian (controlling), dan lanjut tentang evektifitas supervisi
evaluasi. Dari beberapa fungsi kepala ruang terhadap penerapan
manajerial kepala ruangan pelaksanaan dokumentasi asuhan
tersebut terlihat bahwa salah satu keperawatan.
yang harus dijalankan oleh kepala
ruangan adalah bagaimana BAHAN DAN CARA
melakukan supervisi untuk Jenis dan Rancangan Penelitian
meningkatkan kualitas dan mutu Jenis penelitian ini adalah
pelayanan keperawatan.5 penelitian kuantitatif dengan
rancangan quasi eksperimen pre
Hasil wawancara dengan
test dan post test tanpa kelompok
kepala bidang keperawatan dan
kontrol.
lima orang kepala ruang yang
Subjek dan Objek Penelitian
dijadikan responden diketahui
Subyek penelitian ini adalah
bahwa sudah sekitar 4 bulan
seluruh kepala ruang rawat inap
RS PKU Muhammadiyah Bantul untuk menilai proses pelaksanaan
yang berjumlah 5 orang. dokumentasi asuhan keperawatan.
Sedangkan obyek penelitian adalah
Analisis Data
pelaksanaan pendokumentasian
Data dikumpulkan dengan
asuhan keperawatan di ruang
cara melakukan observasi yang
rawat inap Rumah Sakit PKU
dipandu dengan check list yang
Muhammadiyah Bantul
telah disiapkan peneliti berupa
Populasi, Sampel dan Penelitian
check list tentang pelaksanaan
Populasi penelitian adalah
dokumentasi asuhan keperawatan.
seluruh kepala ruang rawat inap
Observasi yang dilakukan melalui
RS PKU Muhammadiyah Bantul.
dua tahap sebelum dilakukan
Teknik pengambilan sampel
intervensi (pre-test) dan tahap
berdasarkan non probability
setelah dilakukan intervensi (post-
dengan teknik total sampling.
test) dengan panduan check list
yang sama untuk menilai kembali
pelaksanaan dokumentasi asuhan
Instrumen Penelitian dan
keperawatan.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang sudah dikumpulkan
Instrumen penelitian ini
lalu diolah dengan bantuan
adalah check list observasi berupa
aplikasi SPSS for windows release
form dokumentasi asuhan
18. Uji hipotesis untuk melihat
keperawatan yang dikembangkan
keefektifan pelaksanaan supervisi
sesuai dengan form dokumentasi
terhadap penerapan dokumentasi
asuhan keperawatan yang
asuhan keperawatan
digunakan di Rumah Sakit PKU
menggunakan uji paired t-test
Muhammadiyah Bantul. Sebelum
dengan confident interval sebesar
pelatihan, dilakukan pre-test
95% dan taraf signifikansi p<0,05
terlebih dahulu dan post-test
(hipotesis nol ditolak). Jika hasil
setelah dilakukanya pelatihan
yang diperoleh p<0,05 maka
berarti terdapat perbedaan dalam
penerapan dokumentasi asuhan inap RS PKU
keperawatan antara sebelum dan Muhammadiyah Bantul
sesudah dilakukanya pelatihan Berikut adalah tabel hasil
supervsi keperawatan. rata-rata pre-test dan post-test
pelaksanaan dokumentasi
HASIL asuhan keperawatan di ruang
1. Hasil rata-rata pre-test dan ruang rawat inap RS PKU
post-test pelaksanaan Muhammadiyah Bantul.
dokumentasi asuhan
keperawatan di ruang rawat

Tabel 1.
Hasil pre-test dan post-test pelaksanaan dokumentasi asuhan
keperawatan diseluruh ruang rawat inap RS PKU Muhammadiyah
Bantul
Ruang rawat inap Kelengkapan pendokumentasian
No asuhan keperawatan
Pre-test Post-test
1 Al-Insan 43 55
2 ICU 38 51
3 Ar-Rahman 42 50
4 Al-Araf 40 46
5 An-Nisa 50 55
6 Rata-rata 42,6 51,4

Sedangkan grafik hasil pre-test inap RS PKU Muhammadiyah


dan post-test pelaksanaan Bantul dapat dilihat pada
dokumentasi asuhan grafik di bawah ini.
keperawatan di ruang rawat
Grafik 1.
Hasil pre-test dan post-test kelengkapan pendokumentasian
asuhan keperawatan diseluruh ruang RS PKU Muhammadiyah Bantul
60

50

40

30 Pre-Test
20 Post-Test

10 Column1

Berdasarkan grafik diatas dapat pre-test persentase


diketahui bahwa diseluruh kelengkapan sebesar 42%,
ruang rawat inap yang diteliti, sedangkan pada saat post-test
terjadi peningkatan dalam persentase mencapai 50%. Di
persentase pelaksanaan ruang Al-Araf pada saat pre-
dokumentasi asuhan test persentase kelengkapan
keperawatan dari sebelum dan sebesar 40%, sedangkan pada
setelah dilakukan pelatihan saat post-test persentase
supervisi kepala ruang. Hasil mencapai 46%. Di ruang An-
pre-test di ruang Al-Insan Nisa pada saat pre-test
menunjukkan persentase persentase kelengkapan
sebesar 43%, sedangkan pada sebesar 50%, sedangkan pada
saat post-test persentase saat post-test persentase
mencapai 55%. Di ruang ICU mencapai 55%.
pada saat pre-test persentase
kelengkapan sebesar 38%, 2. Hasil Uji Hipotesis
sedangkan pada saat post-test Efektivitas Penerapan
persentase mencapai 51%. Di Supervisi Kepala Ruang
ruang Ar-Rahman pada saat dalam Pelaksanaan
Dokumentasi Asuhan pelaksanaan dokumentasi
Keperawatan di Ruang asuhan keperawatan di ruang
Rawat Inap Rumah Sakit rawat inap Rumah Sakit PKU
PKU Muhammadiyah Bantul. Muhammadiyah Bantul maka
Untuk mengetahui digunakan uji paired T-test
efektivitas penerapan dengan hasil uji statistik
supervisi kepala ruang dalam sebagai berikut.

Tabel 2.
Hasil uji hipotesis efektivitas penerapan supervisi kepala ruang dalam
pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat inap
RS PKU Muhammadiyah Bantul

Variabel kelengkapan
Standar Standar P
pendokumentasian asuhan N Mean
deviasi error value
keperawatan
Pre- test 5 42,38 4,789 2,142
0,002
Post-test 5 53,37 7,118 3,183

Berdasarkan tabel 2 diatas, 1. Supervisi


dapat diketahui bahwa hasil
Supervisi secara umum
uji statistik menunjukkan p
adalah melakukan
value = 0,002 dengan nilai
pengamatan secara langsung
p<0,05. Maka dapat
dan berkala oleh “atasan”
disimpulkan bahwa pelatihan
terhadap pekerjaan yang
supervisi kepala ruang efektif
dilakukan “bawahan” untuk
terhadap pelaksanaan
kemudian bila ditemukan
dokumentasi asuhan
masalah, segera diberikan
keperawatan di ruang rawat
bantuan yang bersifat
inap Rumah Sakit PKU
langsung guna mengatasinya.6
Muhammadiyah Bantul.
Berdasarkan hasil
wawancara dengan kepala
PEMBAHASAN
bidang keperawatan dan lima Pelaksanaan supervisi ini
orang kepala ruang yang dilakukan langsung oleh
dijadikan responden diketahui masing-masing kepala ruang.
bahwa sudah sekitar 4 bulan Berdasarkan pemantauan
terahir pelaksanaan supervisi peneliti ketika melakukan pre-
keperawatan sedang vakum test dan post-test diketahui
karena sesuatu hal yang tidak bahwa beberapa tehnik
dijelaskan secara terperinci supervisi keperawatan telah
oleh para responden, namun dilakukan oleh seluruh kepala
berdasarkan hasil wawancara ruang yang dijadikan
tersebut tersirat bahwa ada responden, baik berupa
indikasi ketidakpuasan para supervisi dengan tehnik
kepala ruang yang juga langsung maupun secara tidak
ditunjuk sebagai supervisor langsung.
dalam hal penerimaan insentif. Beberapa contoh tehnik
Herzberg dalam Suarli & supervisi secara langsung yang
Bahtiar (2009) menyimpulkan dilakukan adalah memberikan
bahwa ketidakpuasan dan pengarahan langsung kepada
kepuasan dalam bekerja bawahannya baik ketika
muncul dalam dua dimensi melakukan tindakan
(kelompok faktor) yang keperawatan maupun pada
terpisah, salah satunya adalah saat pengisian form
faktor ekstrinsik seperti gaji dokumentasi asuhan
dan mutu supervisi. Jika faktor keperawatan. Sedangkan
tersebut tidak baik, maka akan tehnik supervisi secara tidak
memunculkan ketidakpuasan.6 langsung juga dilakukan
Namun pelaksanaan seperti ketika mengecak
supervisi dimasing-masing kelengkapan asuhan
ruang yang dijadikan tempat keperawatan yang telah ditulis
penelitian tetap berjalan. oleh perawat primer
Sementara itu saling menyalahkan. Sehingga
berdasarkan hasil pengamatan tercipta suasana kekeluargaan
peneliti pada saat pre-test dan didalam lingkungan kerjannya.
post-test diketahui juga bahwa Hasil penelitan dari
seluruh kepala ruang telah Berggren (2002) tentang
melakukan beberapa model tindakan supervisor
supervisi diantaranya model keperawatan kaitannya
konvensional dimana kepala dengan gaya mengambil
ruang melakukan inspeksi kebijakan dan pendekatan etis
secara langsung terhadap terhadap supevisi klinis
kinerja bawahannya. Selain itu, ditemukan bahwa dalam
model supervisi klinis berupa melakukan intervensi seorang
pengarahan langsung pada supervisor terlibat secara
saat melakukan tindakan langsung untuk berbagi ilmu
keperawatan kepada pasien pengetahuan terhadap
juga sudah dilakukan. Model perawat yang disupervisinya.
supervisi lainnya yang juga Selain itu pendekatan personal
telah dilakukan adalah model berupa penghargaan sebagai
artistik, dimana kepala ruang rekan kerja dan sesama
melakukan supervisi dengan manusia juga sangat
pendekatan personal dan diperhatikan.7
bersifat kekeluargaan.
2. Penerapan dokumentasi
Hal ini sesuai dengan
asuhan keperawatan
hasil wawancara yang
dilakukan dengan kepala Kozier et al (2008)
ruang Al-Araf yang mendefinisikan dokumentasi
menyebutkan bahwa kepala asuhan keperawatan sebagai
ruang menyelesaikan masalah dokumen formal dan legal
secara terbuka dan yang menjadi bukti dari
mengembangkan budaya tidak tindakan keperawatan yang
dilakukan kepada pasien Muhamamdiyah Bantul yang
melalui pendekatan proses dijadikan sebagai lokasi
keperawatan yang mencakup penelitian diketahui bahwa
pengkajian, diagnosa, diseluruh ruang rawat inap
perencanaan, implementasi menunjukkan peningkatan
dan evaluasi.8 dalam persentase pelaksanaan
Berdasarkan hasil pre- dokumentasi asuhan
test dan post-test tentang keperawatan dari sebelum dan
penerapan pendokumentasian setelah dilakukan pelatihan
asuhan keperawatan di lima supervisi kepala ruang.
ruang rawat inap RS PKU

Tabel 3
Hasil pre-test dan post-test form pengkajian sampai dengan evaluasi
keperawatan di ruang rawat inap PKU Muhammadiyah Bantul

No Aspek yang dinilai Kelengkapan


pendokumentasian asuhan
keperawatan
Pre-test (%) Post-test (%)
1 Pengkajian (R1,R2,R3,R4,R5) 50,4 58,8
2 Diagnosa (R1,R2,R3,R4,R5) 36,4 45
3 Intervensi (R1,R2,R3,R4,R5) 37,2 46
4 Implementasi 29,6 42,2
(R1,R2,R3,R4,R5)
5 Evaluasi (R1,R2,R3,R4,R5) 58,2 64,4
6 Rata-rata (R1,R2,R3,R4,R5) 42,6 51,4

Keterangan : R = Responden

Peningkatan persentase keperawatan yang dimulai


tersebut dapat dilihat dari dari pengkajian, penegakan
kelima aspek yang dinilai diagnosis keperawatan,
dalam proses intervensi, implementasi, serta
pendokumentasian asuhan evaluasi.
a. Pendokumentasian pengkajian keperawatan di
pengkajian keperawatan lima ruang tersebut
Pengkajian Khusus di ruang ICU
keperawatan adalah terdapat perbedaan form
mengumpulkan data yang pengkajian dibandingkan
berhubungan dengan dengan form pengkajian
kondisi pasien dan yang ada di ruang
mengidentifikasi masalah perawatan biasa. Secar
dan kebutuhan pasien umum item pengkajian
(Eggland, 1994). Tujuan relatif sama dengan form
pengkajian adalah yang ada diruang
mengumpulkan data secara perawatan biasa. Namun
menyeluruh untuk diruang ICU khusus untuk
menegakan diagnosa pengkajian persistem tubuh
keperawatan dan rencana dibuat lebih fokus terhadap
keperawatan yang efektif masalah-masalah yang
dalam perawatan pasien.9 bersifat kritis. Selain itu
Berdasarkan tabel 3 perbedaan juga telihat dari
tentang rata-rata penerapan item tipe masuk, cara
pendokumentasian masuk, penggunaan alat
pengkajian keperawatan di khusus yang bersifat invasif
lima ruang rawat inap yang dan adanya item sumber
diteliti diketahui bahwa pembiayaan pasien. Hal ini
persentase pada saat pre- sesuai dengan pendapat
test sebesar 50,4% dan post Eggland (1994) yang
test sebesar 58,4%. Hal ini menjelaskan bahwa format
menunjukkan peningkatan pengkajian tipenya
sebesar 8% dari aspek bervariasi dan bentuk yang
penerapan berbeda-beda dikarenakan
pendokumentasian terdapatnya lingkungan
yang spesifik (misalnya menunjukkan terjadi
ICU, IGD) yang peningkatan sebesar 8,6%
memerlukan pengkajian dari aspek penerapan
khusus.9 pendokumentasian
b. Pendokumentasian diagnosa keperawatan di
diagnosa keperawatan kelima ruang tersebut.
Menurut Eggland, 1994, Berdasarkan hasil pre-
dokumentasi diagnosa test diketahui bahwa
keperawatan pada dasarnya penegakkan diagnosa
adalah merupakan keperawatan sudah
pengambilan keputusan menekankan pada masalah
klinik oleh perawat, dalam yang bersifat aktual, namun
pengambilan keputusan karena pada saat proses
tersebut seorang perawat pengkajian pemeriksaan
membutuhkan pengetahuan fisik tidak di lakikan secara
dan keterampilan. head to toe, menyebabkan
Keputusan yang diambil masalah keperawatan tidak
mengenai diagnosa aktual, dapat tereksplor secara
diagnosa resiko tinggi, mendalam. Secara
prioritas keperawatan dan keseluruhan prawat sudah
intervensi yang efektif.9 mampu menegakkan
Berdasarkan tabel 3 diagnosis berdasarkan
tentang rata-rata penerapan prioritas masalah yang
pendokumentasian ditegakkan.
diagnosa keperawatan di c. Pendokumentasian
lima ruang rawat inap yang intervensi keperawatan
diteliti diketahui bahwa Menurut Eggland tahun
persentase pada saat pre- 1994, perencanaan adalah
test sebesar 36,4% dan post kerangka (daftar) atau
test sebesar 45%. Hal ini rancangan intervensi yang
komprehensif untuk sesuai dengan diagnosa
mencapai kriteria hasil keperawatan yang diangkat.
dengan kerangka waktu Hanya yang menjadi
yang ditentukan. Komponen kekurangan adalah 4 dari
dari rencana keperawatan 10 form yang dinilai ada
meliputi diagnosa, kriteria yang tidak mencantumkan
hasil (tujuan) dan tanda tangan dan nama
intervensi.9 terang perawat yang
Berdasarkan tabel 3 mendokumentasikan
tentang rata-rata penerapan tersebut, namun pada saat
pendokumentasian dilakukan post-test
intervensi keperawatan di diketahui bahwa hanya 2
lima ruang rawat inap yang dari 10 form yang kurang
diteliti diketahui bahwa mencantumkan nama
persentase pada saat pre- terang perawat yang
test sebesar 37,2% dan post mendokumentasikan
test sebesar 46%. Hal ini rencana keperawatan
menunjukkan terjadi tesebut.
peningkatan sebesar 8,8% d. Implementasi
dari aspek penerapan keperawatan
pendokumentasian Implementasi
intervensi keperawatan di keperawatan adalah
kelima ruang tersebut. sekumpulan rangkaian
Berdasarkan hasil tindakan atau aktivitas
observasi pada item keperawatan, implementasi
intervensi keperawatan keperawatan yang
diketahui bahwa pada saat dilakukan selanjutnya
pre-test seluruh form yang didokumentasikan dalam
dinilai telah merencanakan catatan klinik yang dibuat
intervensi keperawatan perawat, yang biasanya
disebut dengan catatan Implementasi juga
perawat (Eggland,1994).9 menentukan pemberi
Berdasarkan tabel 3 pelayanan dalam rangka
tentang rata-rata penerapan proteksi legal, penentuan
pendokumentasian biaya yang dibutuhkan
implementasi keperawatan pasien dan dengan data
di lima ruang rawat inap yang baik dapat digunakan
yang diteliti diketahui dalam riset.9
bahwa persentase pada saat Terkait dengan aspek
pre-test sebesar 29,5 dan legalitas, berdasarkan hasil
post test sebesar 64,4%. Hal observasi terhadap
ini menunjukkan terjadi penerapan
peningkatan sebesar 34,8% pendokumentasian asuhan
dari aspek penerapan keperawatan pada form
pendokumentasian implementasi, diketahui
implementasi keperawatan bahwa seluruh form yang
di kelima ruang tersebut. dinilai telah diisi sesuai
Eggland (1994) dengan jenis tindakan yang
menjelaskan bahwa dengan dilakukan dan telah sesuai
pendokumentasian dengan waktu (jam) saat
implementasi dan kritria dilakukan tindakan
hasil yang baik dapat keperawatan tersebut.
memberikan kontribusi Data-data berupa nama
pada evaluasi dengan pasien, nomor rekam medis,
tercapainya tujuan diagnosa medis, tanggal
keperawatan, penentuan implementasi sudah diisi
perkembangan pasien secara lengkap. Namun 6
secara langsung, dari 10 form yang dinilai
kesempatan berkomunikasi saat pre-test di lima ruang
bagi semua staf. rawat inap menunjukkan
bahwa perawat hanya tindakan dan
mencantumkan paraf, tanpa mengidentifikasi kemajuan
mencantumkan nama pasien terhadap tujuan
terang perawat yang telah pencapaian. Pernyataan
melakukan tindakan dalam evaluasi dapat
keperawatan pada pasien. berupa evaluasi formatif
Hal ini tentu saja dapat yang merefleksikan
menjadi masalah jika observasi perawat dan
ditinjau dari aspek legalitas analisis terhadap pasien
hukum, jika ternyata pada respon langsung
terdapat tuntutan dari intervensi keperawatan.
pasien/keluarga. Secara evaluasi sumatif
Selain itu, tindakan merefleksikan rekapitulasi
keperawatan harus dan sinopsis observasi serta
berprinsip pada tindakan analisis mengenai status
yang aman, sejalan dengan kesehatan pasien terhadap
komponen pengobatan dan waktu.11
mempunyai alasan yang Berdasarkan tabel 3
jelas yang bersifat realistik. tentang rata-rata penerapan
Tindakan keperawatan pendokumentasian evaluasi
harus memprioritaskan keperawatan di lima ruang
peningkatan status rawat inap yang diteliti
kesehatan pasien dan diketahui bahwa persentase
pasien menjadi sumber pada saat pre-test sebesar
utama pemberian tindakan 58,2% dan post test sebesar
keperawatan.10 64,4%. Hal ini menunjukkan
e. Dokumentasi evaluasi terjadi peningkatan sebesar
keperawatan 6,2% dari aspek penerapan
Evaluasi keperawatan pendokumentasian evaluasi
adalah menilai keefektipan
keperawatan di kelima Dalam pelaksanaan
ruang tersebut. pencatatan keperawatan di
Pada form evaluasi RS PKU Muhammadiyah
untuk nama pasien, nomor Bantul, proses pencatatan
rekam medis, ruang rawat, dilakukan pada formulir
tanggal, nomor diagnosa catatan keperawatan yang
keperawatan dan terdiri dari lembaran
perkembangan pasien pengkajian dan penegakan
sudah diisi dengan lengkap. diagnosa keperawatan serta
Hanya saja pada data lembaran catatan
perkembangan pasien tidak perkembangan. Pada
seluruhnya dievaluasi lembaran pengkajian
berdasarkan implementasi dicatat informasi tentang
yang sudah dilakukan. identitas pasien, alasan
Tanda tangan atau peraf pasien dirawat, informasi
perawat sudah terisi 100%, tentang faktor predisposisi,
hanya saja 6 dari 10 forn hasil pemeriksaan fisik,
evaluasi yang dinilai tidak keadaan psikososial,
mencantumkan nama keadaan status mental
terang. dan nama serta tanda
Tanda tangan dan nama tangan perawat pengkaji.
terang perawat harus Pada lembaran
tertuang dalam kolom yang penegakan diagnosa
tersedia pada formulir keperawatan dicatat
asuhan keperawatan secara informasi tentang daftar
jelas, sebagai bukti legal dan masalah keperawatan dan
tanggung jawab atas diagnosa keperawatan yang
pelaksanaan asuhan dialami oleh pasien. Pada
keperawatan yang lembaran catatan
diberikan pada klien.11 perkembangan dicatat
informasi tentang identitas harus dibuat secara
pasien, informasi tentang tertulis, lengkap dan jelas
tindakan keperawatan atau dilakukan secara
yang dilakukan, hasil elektronik (Depkes RI,
evaluasi terhadap tindakan 2008). Kelengkapan
dan nama serta tanda dokumentasi asuhan
tangan perawat. Semua keperawatan merupakan
item yang terdapat dalam komponen yang penting
lembaran catatan untuk menilai kualitas
keperawatan hendaknya asuhan keperawatan yang
dapat diisi secara lengkap diberikan. Selain itu
dan akurat agar data atau kelengkapan dokumentasi
informasi yang terkandung asuhan keperawatan juga
didalamnya dapat bermanfaat dalam
dimanfaatkan dalam hal melindungi perawat dari
pengambilan keputusan gugatan hukum.12
dibidang pelayanan 3. Efektivitas Penerapan
keperawatan. Supervisi Kepala Ruang
Kelengkapan pengisian dalam Pelaksanaan
format dokumentasi Pendokumentasian Asuhan
asuhan keperawatan Keperawatan di Ruang
sebagai bagian tidak Rawat Inap RS PKU
terpisahkan dari rekam Muhamamdiyah Bantul
medis pasien merupakan Gillies (1994)
suatu keharusan yang harus menyatakan bahwa
dilaksanakan. Hal ini sesuai pengawasan merupakan suatu
dengan Permenkes perilaku kepemimpinan berupa
No.269/Menkes/Per/III/20 kegiatan mengawasi pekerjaan,
08 tentang rekam medis mengevaluasi dan
dimana rekam medis memperbaiki kinerja karyawan
dalam organisasi.13 Terkait statistik terbukti efektif
pelaksanaan pengawasan terhadap pelaksanaan
dalam hal penyelenggaraan dokumentasi asuhan
sistem informasi di rumah keperawatan di ruang rawat
sakit, Hatta (2008) menyatakan inap Rumah Sakit PKU
bahwa pengawasan pada Muhammadiyah Bantul.
proses kerja dan pengelolaan Hasil penelitian tersebut
sumber daya merupakan suatu sesuai dengan penelitian yang
hal yang sangat penting untuk dilakukan oleh Koagouw
dilakukan, misalnya (2004) dimana didapatkan
pengawasan pada sistem kelengkapan pengisian rekam
logistik rekam medis, medis di RSU Pancaran Kasih
pengawasan pada ketepatan GMIM Manado sebelum
dalam hal penggunaan, dilakukan pelatihan adalah
pengeluaran dan persediaan sebesar 64,38%. Namun
formulir rekam medis.14 setelah dilakukan pelatihan
Berdasarkan hasil uji terjadinya peningkatan
statistik dengan menggunakan terhadap kelengkapan
uji paired T-test, menunjukkan pengisian rekam medis
bahwa p value untuk efektivitas menjadi 83,53%.15
penerapan supervisi kepala Salah satu faktor yang
ruang terhadap pelaksanaan penting untuk meningkatkan
pendokumentasian asuhan kualitas catatan keperawatan
keperawatan di ruang rawat adalah dilakukannya supervisi
inap RS PKU Muhammadiyah oleh pimpinan terhadap proses
Bantul didapatkan hasil pendokumentasian atau
sebesar 0,002 dengan nilai pengisian lembaran catatan
p<0,05. Maka dapat keperawatan yang dilakukan
disimpulkan bahwa pelatihan oleh perawat. Sangat tidak
supervisi kepala ruang secara mungkin bagi pihak manajer
keperawatan untuk terbatas, tidak akurat bahkan
mengetahui proses mungkin bias.16
pendokumentasian yang Hatta (2008)
dilakukan oleh perawat serta menyatakan bahwa supervisi
kendala yang dihadapi terkait yang efektif diperlukan untuk
pengisian lembaran catatan memperbaiki kinerja staf,
keperawatan tanpa meningkatkan produktifitas
dilakukannya supervisi. dan menekan biaya. Seorang
Suyanto (2009) supervisor diharapkan bukan
mengatakan bahwa dalam saja mampu dalam melakukan
pelayanan keperawatan sangat fungsi supervisi akan tetapi
sulit bagi seorang manajer juga mempunyai kemampuan
keperawatan untuk dalam menjalin hubungan
mempertahankan kualitas kerja yang produktif dengan
asuhan keperawatan yang staf.14
diberikan tanpa disertai Selanjutnya Suyanto
dengan melakukan (2009) menyatakan bahwa
pengawasan atau supervisi. Hal dalam konteks dokumentasi
ini disebabkan karena tanpa asuhan keperawatan,
adanya supervisi, merupakan supervisi dapat dilakukan
suatu hal yang tidak oleh kepala ruangan,
memungkinkan bagi seorang pengawas perawatan dan
manajer keperawatan untuk kepala bidang keperawatan.
mengetahui setiap Kepala ruangan bertanggung
permasalahan yang terjadi di jawab untuk melakukan
unit pelayanan keperawatan pengawasan terhadap
secara keseluruhan, sedangkan pelayanan keperawatan di
informasi yang diberikan oleh ruangan yang dipimpinnya.
staf keperawatan sangat Pengawas perawatan
bertanggung jawab
melakukan supervisi terhadap oleh bidang perawatan selaku
setiap unit pelayanan top manajer di unit pelayanan
keperawatan dan kepala keperawatan.
bidang keperawatan selaku Supervisi dapat
top manajer dalam dilakukan dengan cara
keperawatan bertanggung mengobservasi roses
jawab untuk melakukan pencatatan yang dilakukan oleh
supervisi baik secara langsung perawat dan mengevaluasi
maupun secara tidak langsung mbaran catatan keperawatan
melalui para pengawas yang telah ditulis oleh
keperawatan.16 perawat. Dalam supervisi
Terkait pelaksanaan dinilai apakah proses
pencatatan keperawatan di RS pencatatan yang dilakukan oleh
PKU Muhammdiyah Bantul perawat sudah sesuai dengan
supervisi yang dilakukan oleh yang semestinya, apakah
kepala ruang belum optimal. lembaran catatan keperawatan
Hal ini terlihat dari masih telah diisi dengan lengkap
belum optimalnya perawat dan akurat,dan apakah semua
mendokumentasikan asuhan lembaran catatan keperawatan
keperawatan. Padahal yang diperlukan sudah
supervisi merupakan suatu tersedia di ruang rawat inap.
hal yang mutlak diperlukan. Selain itu pengawasan juga
Supervisi terhadap proses perlu dilakukan pada sistem
pelaksanaan pencatatan logistik rekam medis untuk
keperawatan ataupun terhadap terus memantau persediaan
berkas lembaran catatan formulir catatan
keperawatan dapat keperawatan,apakah
dilaksanakan oleh kepala persediaan formulir catatan
ruangan selaku manajer keperawatan masih
bangsal perawatan ataupun
mencukupi sesuai dengan sebagai objek yang disupervisi
kebutuhan. akan tetapi juga diposisikan
Dengan adanya sebagai partner kerja yang
pengawasan atau supervisi, memiliki ide dan pendapat
maka setiap permasalahan yang perlu dipertimbangkan
yang terjadi terkait dalam melakukan usaha-usaha
pelaksanaan proses pencatatan perbaikan terhadap
keperawatan akan mudah pelaksanaan proses pencatatan
terdeteksi sehingga dengan keperawatan.
segera dapat diambil suatu Oleh karena itu dengan
kebijakan strategis untuk berjalannya fungsi supervisi
mengatasi permasalahan manajer keperawatan maupun
tersebut. Pada pelaksanaan kepala ruang diharapkan
pengawasan terhadap tenaga kualitas catatan keperawatan
keperawatan dalam melakukan yang dihasilkan di ruang rawat
pencatatan, hendaknya inap semakin membaik
supervisi yang dilakukan tidak sehingga kualitas informasi
hanya mengawasi apakan yang terkandung dalam
perawat telah menjalankan lembaran catatan keperawatan
tugasnya dalam melakukan tersebut juga semakin
proses pencatatan secara baik meningkat dan dapat
dan benar, akan tetapi juga dimanfaatkan untuk
mencakup bagaimana pengambilan keputusan,
memperbaiki segala mengevaluasi kinerja staf dan
kekurangan serta mengatasi sebagai bahan evaluasi
hambatan yang dialami oleh terhadap mutu pelayanan
perawat selama melakukan keperawatan.
pencatatan keperawatan. Jadi Pelaksanaan pelatihan
dalam pelaksanaan supervisi, tentang pencatatan
perawat tidak hanya dijadikan keperawatan akan memberikan
peningkatan pengetahuan dan dokumentasi asuhan
ketrampilan kepada perawat keperawatan setelah
dalam mengisi lembaran penerapan supervisi
catatan keperawatan, keperawatan di ruang
disamping juga dapat rawat inap Rumah Sakit
meningkatkan pemahaman PKU Muhammadiyah
perawat tentang pentingnya Bantul.
keberadaan lembaran catatan 3. Pelatihan supervisi kepala
keperawatan yang terisi ruang terbukti efektif
dengan data-data yang lengkap terhadap pelaksanaan
dan akurat. Oleh karena itu dokumentasi asuhan
maka pengadaan pelatihan keperawatan di ruang
merupakan suatu keharusan rawat inap Rumah Sakit
untuk dilaksanakan. PKU Muhammadiyah Bantul

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Berdasarkan hasil 1. Handayaningsih, I., 2007,
Dokumentasi Keperawatan
penelitian dan pembahasan, maka
”DAR”: Panduan, Konsep, dan
dapat ditarik kesimpulan sebagai Aplikasi, Penerbit Mitra
Cendikia Press, Jogyakarta.
berikut:
2. Deswani. 2009. Proses
1. Belum optimalnya keperawatan dan berfikir kritis.
Jakarta. Salemba medika
pelaksanaan dokumentasi
3. Nurachmah, E. 2000. Prinsip
asuhan keperawatan pencatatan askep klien, Jurnal
Keperawatan Indonesia, vol 4.
sebelum penerapan
No 2.
supervisi keperawatan di 4. Mularso. 2006. Supervisi
keperawatan di RS Dr.A. Aziz
ruang rawat inap Rumah
Singkawang: Studi kasus, Tesis.
Sakit PKU Muhammadiyah Prog.S2 MMR.UGM.
5. Arwani, Heru Supriyatno. 2005.
Bantul.
Manajemen Bangsal
2. Adanya peningkatan Keperawatan. Jakarta. EGC
6. Suarli, S & Bahtiar, Y. 2009.
terhadap pelaksanaan
Manajemen Keperawatan
dengan Pendekatan Praktis. Pelatihan Terhadap
Jakarta : Penerbit Erlangga Kelengkapan Rekam Medis Pasi
7. Berggren, I. 2002. Nurse en Rawat Inap di RSU Pancaran
supervisors’ actions in relation Kasih GMIM Manado, Tesis
to their decision making style Program Pasca Sarjana UGM,
and ethical approach to clinical Yogyakarta.
supervision. Nursing and helath 16. Suyanto. 2009, Mengenal
care management issues. Kepemimpinan dan Manajemen
Retrieved 22 Juli 2012 from Keperawatan di Rumah Sakit,
http://search.ebscohost.com/ Cet. Ke-3, Yogyakarta. Mitra
8. Kozier, Barbara, Erb Glenora, Cendikia Press.
Blais, Kathleen. (1995). Funda
mental of nursing,
concepts, process, and practice. 5t
h Edition. California: Company I
nc.
9. Eggland. E.T, Heinemann. D.
S. 1994. Nursing Dokumenta
tion; Charting,
Recording and Reporting. J.B Lip
pincott Company. Philadelphia.
10. Lismindar. 2000. Proses
Keperawatan. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
11. Nursalam. 2002. Manajemen
Keperawatan: Aplikasi dalam
Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta. Salemba
Mediaka
12. Depkes R.I. 1999. Standar
Pelayanan Rumah Sakit,
Cetakan ke-5, Jakarta
13. Gillies, D. A. 1994. Nursing
Management: A System
Approach, Third Edition, W.B.
USA. Sauders Company.
14. Hatta, G.R. 2008, Pedoman Ma
najemen Informasi Kesehatan di
Sarana
Pelayanan Kesehatan, Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta
15. Koagouw,M.R.L.2004, Efek
Himbauan dan

Anda mungkin juga menyukai