PENDAHULUAN
Glaukoma adalah suatu keadaan di mana terjadi peningkatan tekanan intra
okuler (TIO) secara mendadak akibat aposisi iris dengan jalinan trabekular pada sudut
bilik mata. Kondisi iris yang terdorong atau menonjol ke depan menyebabkan
outflow humour aquous terhambat sehingga TIO meningkat. Penutupan sudut yang
terjadi secara mendadak menimbulkan gejala yang berat seperti: nyeri pada mata,
sakit kepala, pandangan kabur, halo, mual dan muntah. Pasien glaukoma akut
seringkali misdiagnosed karena keluhan sistemik yang dirasa lebih dominan seperti
nyeri kepala, mual dan muntah.1
Insidensi glaukoma meningkat seiring meningkatnya pertambahan usia
dengan puncak usia pada dekade ke-enam dan tujuh. Faktor resiko lain meliputi ras
Asia, 2-4x lebih sering terjadi pada populasi wanita, hiperopia dan adanya riwayat
glaukoma pada keluarga.1
Glaukoma dapat menyebabkan kebutaan yang bersifat ireversibel dalam
hitungan jam maupun hari. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO)
tahun 2002, dilaporkan bahwa glaukoma merupakan penyebab kebutaan paling
banyak kedua dengan prevalensi sekitar 4,4 juta (sekitar 12,3% dari jumlah kebutaan
di dunia).1
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi
glaukoma di Indonesia adalah 4,6%.Glaukoma akut merupakan kasus kedaruratan
medis yang membutuhkan tatalaksana cepat dan tepat untuk memperoleh prognosis
yang baik.1
1
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. I
Jenis Kelamin :Perempuan
Umur : 84 tahun
Agama : Islam
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : penglihatan kabur
2. Anamnesis Terpimpin:
Seorangperempuan datang ke RS dengan keluhan penglihatan
kabur pada kedua mata, dan yang paling berat dia rasa yaitu pada mata
kiri, yang dialami sejak lebih kurang 5 tahun yang lalu, selain itu pasien
juga mengeluh sering keluar air matanya, rasa gatal(-), nyeri (-), pasien
sudah lama mendapat pengobatan dengan keluhan yang sama, dan pasien
juga pernah dianjurkan untuk tindakan operasi tapi pasien menolaknya.
4. Riwayat alergi :
Tidak ada.
5. Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak Ada
2
7. Riwayat Pengobatan :
Berobat dengan keluhan yang sama sejak 5 tahun yang lalu
C. STATUS GENERAL
Kesadaran : Kuantitatif = GCS 15, composmentis
Kualitatif = baik, tidak berubah
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
2. Pemeriksaan Palpasi
Palpasi OD OS
TIO Tn Tn(++)
Nyeri Tekan (-) (-)
Massa Tumor (-) (-)
Glandula pre-aurikuler Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
3
3. Tonometri
TOD TOS
6,0/5,5 = 14,6 0/5,5 = 41,5
2/7,5 = 42,5
4/10 = 43,5
4. Visus
VOD : 6/50
VOS : 0
5. Pemeriksaan Slit Lamp
SLODS: Palpebra edem (-), Hiperemis (-), Cilia: sekret (-), Konjungtiva:
Inj.Konjungtiva (-) inj. Perikorneal (-), Kornea: infiltrate di sentral dan
perifer (+) minimal, keruh(+), BMD kesan menyempit pada mata kiri, iris
coklat, pupil bulat, lensa keruh..
6. Pemeriksaan Funduskopi
Funduskopi pada mata kanan
Rasio = 0,5
E. RESUME
seorang perempuan datang ke RS. dengan keluhan penglihatan kabur
pada kedua mata, dan yang paling berat dia rasa yaitu pada mata kiri, yang
dialami sejak lebih kurang 5 tahun yang lalu, selain itu pasien juga mengeluh
sering keluar air matanya, rasa gatal(-), nyeri (-), pasien sudah lama mendapat
pengobatan dengan keluhan yang sama, dan pasien juga pernah dianjurkan
untuk tindakan operasi tapi pasien menolaknya. Riwayat sebelumnya (-),
riwayat alergi (-), riwayat trauma (-), riwayat keluarga (-).
4
F. DIAGNOSIS KERJA
ODS Glaukoma sudut sempit
G. TERAPI
Medikamentosa
- C.timol 0,5 % 2 x 1
- Galasetan 3 x 250
- KSR 1 x 1
H. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad cosmeticum : dubia ad bonam
5
BAB III
PENUTUP
Mata merupakan alat indra yang terdapat pada manusia yang secara konstan
menyesuaikan pada jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek
yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera
di hantarkan pada otak. Penglihatan pada manusia melibatkan deteksi gelombang
cahaya yang sangat sempit dengan panjang gelombang sekitar 400 sampai 750
nm.Panjang gelombang terpendek dipersepsi sebagai warna biru, dan panjang
gelombang terpanjang dipersepsi sebagai warna merah. Mata memiliki fotoreseptor
yang mampu mendeteksi cahaya, tetapi, sebelum cahaya mengenai reseptor yang
bertanggung jawab untuk deteksi ini, cahaya harus difokuskan ke retina ( ketebalan
200 μm) oleh kornea dan lensa.1
6
Kepulauan Riau (1,26%), Sulawesi tengah (1,21%), Sumatera Barat (1,14%) dan
terendah di Provinsi Riau (0,04%).13