Anda di halaman 1dari 12

ALAT ANALISIS PERENCANAAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

MENGGUNAKAN METODE “FOCUS DISCUSSION GROUP”

(Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dari Mata Kuliah


Pengembangan Masyarakay)

Disusun Oleh :

KELOMPOK 8

PUTRI PERMATA SARI 150610140095


MUTHIA KHANSA KHANSA 150610140096
DARYL AZIZ ALIFIO 150610140107

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2016
FGD DIGUNAKAN KARENA :

 Masalah yang diteliti tidak dapat dipahami dengan metode survei atau wawancara
 Untuk memperoleh data kualitatif yang bermutu dalam waktu yang relative
singkat
 Metode ini dirasakan cocok bagi permasalahan yang bersifat sangat lokal dan
spesifik

APLIKASI FGD

A. Persiapan FGD
1. Persiapan dalam Tim
 Proyek atau tim fasilitator menyediakan panduan pertanyaan FGD sesuai dengan
masalah atau topik yang akan didiskusikan. Panduan pertanyaan wajib disiapkan
dengan baik, didukung pemahaman konsep dan teori yang melatarinya. FGD
tanpa persiapan disain pertanyaan hanya menghasilkan FGD asalan atau abal-abal,
dan karenanya buang waktu dan biaya saja. FGD yang benar dan baik adalah yang
memiliki panduan pertanyaan terdiri atas serangkaian sistematis dari pertanyaan
pertanyaan terbuka yang akan digunakan fasilitator sebagai acuan memandu FGD.
 Tim Fasilitator FGD biasanya berjumlah 2-3 orang, terdiri dari: pemandu diskusi
(fasilitator moderator), pencatat (notulen) dan pengamat (observer). Sekurang-
kurangnya tim fasilitator terdiri dari 2 orang, yakni: pemandu diskusi dan pencatat
proses dan hasil diskusi.
 Pemandu diskusi (fasilitator-moderator) perlu membekali dirinya untuk
memahami dan mampu menjalankan peran, sebagai berikut:
 Menjelaskan topik diskusi. Tugas ini dijalankan oleh pemandu diskusi (fasilitator-
moderator). Ia tidak perlu ahli tentang masalah atau topik yang didiskusikan, yang
terpenting adalah harus menguasai pertanyaanpertanyaannya. Seorang pemandu
diskusi juga harus mampu melakukan pendekatan dan mampu memotivasi peserta
FGD agar peserta terdorong dan dapat spontan mengeluarkan pendapat. Apabila
fasilitor memiliki rasa humordan mampu memanfaatkannya untuk tujuan tugas
memandu diskusi, maka proses dan hasil FGDbiasanya akan menjadi lebih baik.
 Mengarahkan kelompok, bukan diarahkan oleh kelompok. Pemandu diskusi
bertugas mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan harus netral terhadap jawaban
peserta. Jangan memberi penilaian jawaban benar atau salah maupun memberikan
persetujuan atau tidak setuju. Hindari penyampaian pendapat pribadi karena dapat
mempengaruhi pendapat peserta nantinya. Pemandu juga harus mampu
mengendalikan ketertibanpeserta dalam menyampaikan pendapat dengan cara
memfasilitasi kesempatan bagi setiap peserta secara adil (tidak pilih-pilih).
 Pemandu diskusi hendaknya mampu mengendalikan dirinya sendiri. Kendalikan
nada suara dan pilihan kata-kata dalam mengajukan pertanyaan. Pemandu diskusi
juga harus menanamkan sikap sabar. Di lain pihak hindarilah pembicaraan yang
bertele-tele agar waktu tidak lebih banyak digunakan oleh pemandu dikusi sendiri.
Ingatlah waktu yang relatif terbatas harus dimanfaatkan secara efisien dan
optimal.
 Amati peserta dan tanggap terhadap reaksi mereka. Pemandu harus selalu
menunjukkan semangat,konsentarsi dan perhatian yang tinggi untuk mendorong
semua peserta berpartisipasi dalam diskusi. Amati komunikasi non-verbal antar
peserta dan tanggaplah terhadap hal itu. Jangan biarkan ada orang yang
memonopoli dikusi atau ada pula yang selalu diam.
 Ciptakan suasana informal dan santai tetapi serius. Biasakan menatap mata peserta
dengan penuh perhatian secara merata untuk menciptakan hubungan dialogis yang
baik dan terjaga.
 Fleksibel dan terbuka terhadap saran, perubahan-perubahan dan lain-lain.
 Jika peserta meminta komentar pemandu diskusi, tidak perlu menghindar.
Tanggapilah secara singkat dengan menggunakan jawaban mungkin dan upayakan
segera mengembalikan pertanyaan atau melanjutkan pertanyaan kepada peserta.
Untuk ini pemandu harus mampu melakukan elaborasi, mengembangkan
pertanyaan.
 Mempersiapkan peranan Pencatat (Notulen). Pencatat (Notulen) bertugas
mencatat hasil dan proses diskusi. Jika di dalam tim ia hanya berdua saja dengan
pemandu diskusi, maka pencatat sekaligus berperan sebagai pengamat (observer).
Sebaiknya pencatat juga dilengkapi dengan alat tape recorder. Sedangkan foto
camera biasanya diperlukan untuk kepentingan dokumentasi. Catatan yang akan
dibuat, meliputi :
 Waktu pertemuan FGD, terdiri dari Tanggal Pertemuan dan Jam pertemuan (jam
mulai dan jam selesai).
 Nama masyarakat atau nama kampung/dusun/desa. Catat juga secara singkat
informasi tentang masyarakat atau wilayah yang mungkin mempengaruhi aktivitas
peserta. Misalnya: jarak dari desa ke pusat-pusat pelayanan administrasi-birokrasi
yang lebih tinggi (jarak ke ibukota kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi) dan
sebagainya.
 Tempat lokasi pertemuan (nama gedung, ruang, atau tempat lainnya). Catat juga
secara ringkat informasi tentang lokasi itu yang mungkin dapat mempengaruhi
partipasi peserta dalam kegiatan FGD. Misalnya, apakah ruang cukup luas,
menyenangkan, dan sebagainya.
 Jumlah peserta dan beberapauraian meliputi : nama peserta, umur, jenis kelamin
pendidikan dan sebagainya. Sebaiknya ini dibuat dalam bentuk daftar hadir
dilengkapi dengan tanda tangan peserta yang ditandanangani peserta pada saat
FGD berlangsung.
 Deskripsi umum mengenai dinamika kelompok, misalnya : derajat partisipasi
peserta, apakah ada peserta yang mendominasi, peserta yang terkesan bosan,
peserta yang selalu diam, dan lain-lain.
 Pencatat menuliskan setiap kata-kata yang diucapkan dalam bahasa lokal yang
berkenaan dengan masalah atau topik diskusi.
 Pencatat juga dapat menjalankan tugas sebagai pengamat, mengingatkan pemandu
dikusi kalau ada pertanyaan yang terlupakan, jawaban yang masih perlu
diperdalam, atau mengusulkan pertanyaan baru.
 Pencatat dapat meminta peserta mengulangi jawaban atau komentarnya agar
benar-benar dapat dicatat secara lebih jelas dan lengkap. Berkenaan dengan ini
pencatat harus menghindari interpretasi atau penafsiran pribadi dalam membuat
catatan dari hasil dikusi.
 Pencatat bertugas merekam diskusi dengan menggunakan alat tape recorder serta
memeriksa casset dan batrai jika perlu diganti. Hal ini amat penting untuk
menjamin seluruh diskusi terekam dengan baik. Penggunaan foto camera
dilakukan sekedar untuk dokumentasi kegiatan, misalnya pada waktu senggang di
awal, pertengahan, atau akhir acara.

2. Persiapan Kelompok: Mempersiapkan Undangan


Persiapan kelompok dilakukan dengan cara mengundang peserta untuk
berpartisipasi dalam FGD yang akan dilakukan. Berkenaan dengan ini hendaknya
diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
 Siapkan undangan tertulis tetapi lakukan juga kunjungan tatap muka langsung
untuk mengundang peserta.
 Jelaskan maksud dan tujuan kegiatan serta lembaga yang mengadakan kegiatan
studi.
 Jelaskan rencana FGD dan mintalah peserta untuk berpartisipasi dalam FGD.
Sebutkan juga mereka yang sudah bersedia ikut serta untuk mendorong peserta
lain juga ikut dalam FGD.
 Beritahukan tanggal, waktu, tempat dan lamanya pertemuan sesuai dengan yang
tertera pada undangan tertulis.
 Apabila seseorang tidak bersedia memenuhi undangan, maka coba tekankan
kembali arti pentingnya keikut sertaannya dalam FGD. Jika tetap menolak juga,
sampaikanlah maaf dan terima kasih. Hubungan baik dansilaturrahim tetap harus
dijaga dan tidak boleh terganggu hanya karena orang yang diundang tidak
berkenan memenuhi undangan.
 Jika orang yang diundang menyatakan kesediaannya berpartisipasi, maka ulanglah
sekali lagi tanggal, tempat dan waktu pelaksanaan FGD untuk mengingatkan
kembali.

B. Pelaksanaan Fgd
1. Persiapan sebelum Kegiatan (Acara Pertemuan) FGD
 Tim fasilitator (pengundang) harus datang tepat waktu sebelum peserta
(undangan) tiba. Tim fasilitator sebaiknya memulai komunikasi secara informal
dengan peserta yang berguna untuk menjalin kepercayaan dan pendekatan
masyarakat.
 Tim fasilitator harus mempersiapkan ruangan sedemikian rupa dengan tujuan agar
peserta dapat berpartisipasi secara optimal dalam FGD. Sebaiknya peserta duduk
melingkar bersama-sama dengan fasilitator pemandu dikusi. Pencacat biasanya
duduk di luar lingkaran tersebut tetapi masih di sekitar lingkaran itu. Fasilitator
harus mengusahaakan tidak ada interupsi dari luar dan menjamin bahwa semua
peserta yang berpartisipasi duduk selingkar.

2. Pembukaan FGD (Pemanasan dan Penjelasan)


 Pemandu diskusi hendaknya memulai dengan melakukan pemanasan dan
penjelasan tentang beberapa hal, seperti: sambutan, tujuan pertemuan, prosedur
pertemuan dan perkenalan.
 Dalam menyampaikan sambutan pembuka ucapkanlah terima kasih atas kehadiran
informan (peserta). Tekankan arti penting kehadiran mereka sambil menjelaskan
pengertian umum FGD.
 Jelaskanlah maksud dan tujuan diadakannya pertemuan FGD yang sedang
dilakukan. (3) Perkenalkan diri (nama-nama fasilitator) dan peranannya masing
masing. Kemudian mintalah pula peserta memperkenalkan diri. Pemandu harus
cepat mengingat nama peserta yang berguna pada saat memimpin diksusi.
 Jelaskan prosedur pertemuan, seperti: menjelaskan penggunaan alat perekam,
kerahasiaan dijaga dan hanya untuk kepentingan studi ini saja, peserta tidak perlu
menunggu untuk dimintai pendapat, silahkan berbicara satu per satu sehingga bisa
direkam dan tata tertib lainnya untuk kelancaran pertemuan.
 Jelaskan bahwa pertemuan tidak ditujukan untuk mendengarkan memberikan
ceramah kepada peserta dan tekankan bahwa fasilitator ingin belajar dari peserta.
Tekankan juga bahwa pendapat dari semua peserta sangat penting sehingga
diharapkan semua peserta dapat mengeluarkan pendapatnya. Sampaikan bahwa
oleh karena itu fasilitator akan mengemukakan sejumlah pertanyaan yang sudah
dipersiapakan sebelumnya.
 Mulailah pertemuan dengan mengajukan pertanyaan bersifat umum yang tidak
berkaitan dengan masalah atau topik diskusi. Setelah itu proses itu dilalui, barulah
mulai memandu pernyataan dengan menggunakan acuan panduan yang sudah
disediakan. Jangan lupa! Pemandu dikusi harus menguasai pertanyaan-pertanyaan
dan mengemukakan secara sistematis tanpa selalu harus membacakan secara kaku
panduan pertanyaan.

3. Penutupan FGD
 Untuk menutup pertemuan FGD, menjelang acara berakhir jelaskanlah kepada
peserta bahwa acara diskusi kita tentang masalah dan atau topik tadi segera akan
selesai. Jika pemandu sudah memiliki beberapa kesimpulan umum yang dinilai
cukup kuat, sampaikanlah secara singkat pointpoint pentingnya. Untuk itu
tanyakan kembali kepada masing-masing peserta apakah masih ada lagi pendapat
atau komentar yang ingin disampaikan atau ditambahkan. Komentar yang sesuai
dapat digali lebih mendalam.
 Menjelang pertemuan benar-benar ditutup, sampaikanlah terima kasih kepada
peserta atas partisipasi mereka dan nyatakan sekali lagi bahwa pendapat-pendapat
mereka semua sangat berguna. Sesudah FGD selesai, tim fasilitator harus segera
berkumpul untuk melengkapi catatanlapangan hasil dan proses FGD.

DAMPAK FGD :

FGD adalah proses pemberian informasi dan belajar sekaligus. Setelah FGD
dilakukan, para peserta FGD sudah akan mengalami perubahan. Karena dalam diskusi
tersebut timbul aksi dan reaksi, mereka saling memberi dan menerima atau menolak.

Berikut ini merupakan dampak dari pelaksanaan Focus Discussion Grup yang
bersifat positif :

 Memberdayakan, membuat orang merasa lebih enak (karena dapat mengeluarkan


pendapat atau karena ada orang lain yang ternyata mempunyai pengalaman yang sama).
 FGD memberikan jalan bagi tumbuhnya rasa memiliki dan masyarakat yang diteliti.
Sehingga rekomendasi yang diberikan oleh peneliti dengan mudah diterima oleh
masyarakat.
 Kegiatan yang terlaksana lebih praktis dan ekomonis. Penggunaaan FGD memungkinkan
komunitas melakukan satu kegiatan dengan beberapa orang sekaligus. Dalam FGD
normalnya setiap kelompok terdiri dari 4 – 7 orang dan rata-rata satu kelompok waktunya
adalah 20 – 30 menit sehingga FGD akan menghemat waktu yang harus diluangkan
pemandu.
 FGD dapat mengungkap beberapa aspek sekaligus seperti pemahaman atas permasalahan
di sekitarnya, logika berfikir, pengambilan keputusan, inisiatif, ketrampilan komunikasi,
kepercayaan diri dan masih banyak hal lainnya.
 FGD lebih bersifat natural bila dibandingkan dengan wawancara, namun justru dari situ
dapat dilihat antisipasi peserta dalam menyelesaikan permasalahan atau kasus yang
diberikan. Selain itu bisa dilihat juga bagaimana ketahanannya dalam berhadapan dengan
situasi yang underpressure. Tidak seperti wawancara yang pressurenya dari pertanyaan
interviewernya, pressure dari FGD selain berupa kasus itu sendiri bisa dari anggota
kelompok lainnya (ketika si peserta membandingkan kemampuannya dengan kemampuan
anggota kelompok yang lainnya termasuk juga bagaimana pengendalian dirinya).

Selain dampak positif, berikut ini adalah kelemahan dan dampak negatif dari Focus
Discussion Grup:
 Karena dapat dilakukan secara cepat dan murah, FGD sering digunakan oleh pembuat
keputusan untuk mendukung dugaan/pendapat pembuat keputusannya. Persoalannya
adalah, seberapa jauh FGD dilakukan sesuai prinsip dan prosedur yang benar.
 FGD terbatas untuk dapat memperoleh informasi yang lebih mendalam dari seorang
individu yang mungkin dibutuhkan. Hal ini disebabkan FGD terbatas waktu dan memberi
kesempatan secara adil bagi semua peserta untuk menyampaikan pendapatnya. Untuk ini
FGD tidak boleh dipertentangkan dengan metode lainnya, tetapi justru harus dilihat
sebagai saling melengkapi.
 Teknik FGD mudah dilaksanakan, tetapi sulit melakukan interpretasi datanya.
 FGD memerlukan fasilitator moderator (pemandu diskusi) yang memiliki ketrampilan
tinggi. Hal ini amat berpengaruh terhadap hasil.

EFEKTIFITASNYA FGD

Perlu digaris bawahi bahwa hasil FGD tidak bisa dipakai untuk melakukan
generalisasi karena FGD memang tidak bertujuan menggambarkan (representasi) suara
masyarakat. Meski demikian, arti penting FGD bukan terletak pada hasil representasi
populasi, tetapi pada kedalaman informasinya. Lewat FGD, peneliti bisa mengetahui
alasan, motivasi, argumentasi atau dasar dari pendapat seseorang atau kelompok. FGD
merupakan salah satu metode penelitian kualitatif yang secara teori mudah dijalankan,
tetapi praktiknya membutuhkan ketrampilan teknis yang tinggi.

Pelaksanaan FGD dalam penelitian ini sangat direspon oleh peserta (penyuluh dan
peternak), karena teknik FGD merupakan teknik yang baru pertama kali mereka
dapatkan. Peserta mengalami dan memahami bahwa interaksi antar peserta merupakan
dasar untuk memperoleh informasi, peserta mempunyai kesempatan yang sama untuk
mengajukan dan memberikan pernyataan, menanggapi, maupun mengajukan pertanyaan.

Dalam pelaksnaan FGD baik di tingkat penyuluh maupun peternak, terlebih


dahulu dilakukan pre-tes, setelah itu dilanjutkan dengan FGD dan akhir kegiatan
dilakukan post-tes. Selama pelaksanaan, penyuluh maupun peternak terlibat langsung
dalam suasana diskusi yang terarah dan dipandu oleh seorang moderator. Narasumber
yang hadir pada saat pelaksanaan FGD adalah dari BPTP Bali, Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan Provinsi Bali dan Akademisi Universitas Udayana.

Alasan FGD dipergunakan yaitu :

 Adanya keyakinan bahwa masalah yang diteliti tidak dapat dipahami dengan metode
survei atau wawancara. Untuk memperoleh data kualitatif yang bermutu dalam
waktu yang relatif singkat.
 Sebagai metode yang dirasa cocok bagi permasalahan yang bersifat sangat lokal dan
sepesifik oleh karena itu FGD yang melibatkan masayarakat setempat dipandang
sebgai pendekatan yang paling serasi.
 Untuk menumbuhkan peranan memilih dari masyarakat yang diteliti, sehingga pada
peniliti memberikan rekomendasi, dengan mudah masyarakat mau menerima
rekomendasi tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan penyuluh sebelum FGD


40,54%, dan sesudah FGD 65,94%. Terjadi peningkatan cukup tinggi 25,40 (62,64%).
Indikator pengetahuan tertinggi peningkatannya adalah pemilihan bakalan 144,71%, dan
menduga umur sapi 109,52%. Hal ini disebabkan karena kedua indikator itu memang
dianggap penting untuk dipahami oleh penyuluh, sehingga tinggi perhatiannya dan untuk
lebih jauh memahaminya. Indikator yang terendah peningkatannya adalah pakan 10,67
(17,68%). Faktor lain yang berpengaruh adalah latar belakang pendidikan, umur dan
masa kerja menjadi penyuluh. Hal ini sesuai dengan pendapat Mosher (1987) yang
menyatakan semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang dialami oleh seseorang, maka
tingkat pengetahuan, ketrampilan serta sikapnya lebih terbuka terhadap teknologi baru.
Demikian juga masa kerja penyuluh yang cukup lama, sehingga penyuluh lebih
meningkatkan pengetahuannnya untuk belajar dan mencari informasi yang lebih lengkap.

Kemudahan dalam berinteraksi secara cepat dengan penyuluh dan intensitas


kunjungan terhadap kelompok binaan juga akan mempengaruhi sikap peternak. Jika
jumlah kelompok tani maupun kelompok ternak yang dibina oleh penyuluh terlalu
banyak, apalagi satu penyuluh bisa membina dua wilayah binaan dengan jarak yang jauh,
maka bisa dipastikan perubahan sikap peternak sulit untuk diubah. Suparta et al. (2009)
menyebutkan bahwa penyuluhan, pelayanan dan pengaturan secara umum merupakan
pilar utama pembangunan pertanian dan peternakan, secara khusus menjadi penentu
keberhasilan usahatani petani peernak. Rata-rata peningkatan penerapan peternak tentang
teknis dan manajemen beternak sapi bali sangat rendah yakni 12,75 (15,45%),
peningkatan terjadi dari 82,54% sebelum dilaksanakan FGD menjadi 95,29% setelah
dilaksanakan FGD. Nilai peningkatan masing-masing indikator penerapan teknis dan
manajemen beternak sapi juga sangat rendah. Nilai tertinggi peningkatannya adalah
perkandangan dan pengolahan limbah ternak 16,67 (21,19%). Dapat disimpulkan bahwa
teknik FGD dapat diterapkan dalam kegiatan penyuluhan sapi bali di Bali. Teknik
penyuluhan FGD dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan penerapan penyuluh di
Bali. Teknik penyuluhan FGD dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan penerapan
peternak sapi bali di Bali
Sumber :

http://ojs.unud.ac.id/index.php/mip/article/view/21457. Diakses pada 8 November 2016

http://www.kompasiana.com/santidiwyarthi/focus-group-discussion-diskusi-kelompok-
terarah_54f84ea2a333112a608b52c8. Diakses pada 8 November 2016

http://oaji.net/articles/2015/820-1444709885.pdf. Diakses pada 8 November 2016

Anda mungkin juga menyukai