Anda di halaman 1dari 41

KATA PENGANTAR

Terlebih dahulu penulis ucapkan rasa syukur atas rahmat dan karunia
Allah Subhannahu wata’ala sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
sesuai waktu yang telah ditentukan.
Dalam makalah ini penulis membahas “Asuhan Keperawatan Keluarga
Pasien Dengan Gangguan Jiwa Resiko Perilaku Kekerasan”. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga. Oleh karena itu,
pengantar penulis mengucapkan terimakasih kepada terutamanya Allah
Subhannahu Wata’ala.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam
makalah ini. Untuk itu penulis mengharap kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Terakhir, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Magelang, 24 Februari 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... 1


DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ........................................................................................................... 3
B. Rumusan masalah...................................................................................................... 4
C. Tujuan ....................................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Keluarga............................................................................................. 5
B. Konsep Dasar Resiko Perilaku Kekerasan ................................................................ 10
BAB III
A. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan RPK ........................................................... 21
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 40
B. Saran .......................................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan
untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan
datangnya tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008). Menurut Stuart dan
Laraia (1998), perilaku kekerasan dapat dimanifestasikan secara fisik
(mencederai diri sendiri, peningkatan mobilitas tubuh), psikologis
(emosional, marah, mudah tersinggung, dan menentang), spiritual (merasa
dirinya sangat berkuasa, tidak bermoral).
Peran perawat dalam membantu pasien perilaku kekerasan adalah
dengan memberikan asuhan keperawatan perilaku kekerasan. Pemberian
asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan
hubungan kerjasama antara perawat dengan pasien, keluarga dan atau
masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Keliat dkk,
1999).
Berdasarkan standar yang tersedia, asuhan keperawatan pada
pasien perilaku kekerasan dilakukan dalam lima kali pertemuan. Pada
setiap pertemuan pasien memasukkan kegiatan yang telah dilatih untuk
mengatasi masalah kedalam jadwal kegiatan. Diharapkan pasien akan
berlatih sesuai jadwal kegiatan yang telah dibuat dan akan dievaluasi oleh
perawat pada pertemuan berikutnya. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan
akan dinilai tingkat kemampuan pasien dalam mengatasi masalahnya yaitu
mandiri, bantuan, atau tergantung. Tingkat kemampuan mandiri, jika
pasien melaksanakan kegiatan tanpa dibimbing dan tanpa disuruh;
bantuan, jika pasien sudah melakukan kegiatan tetapi belum sempurna dan
dengan bantuan pasien dapat melaksanakan dengan baik; tergantung, jika
pasien sama sekali belum melaksanakan dan tergantung pada bimbingan
perawat (Keliat, 2001).

3
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah asuhan keperawatan keluarga yang mengalami gangguan
jiwa “Resiko Perilaku Kekerasan?
C. TUJUAN
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Keluarga. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
meningkatkan hasil pembelajaran mata kuliah Keperawatan Keluarga
mahasiswa Keperawatan Magelang.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP KELUARGA
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masayarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Setiadi,2008).
Keluarga adalah dua atau tiga individu yang tergabung karena
hubungandarah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka
hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di
dalam peranannya masing-masing, menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan (Bailon dan ( Maglaya, 1989 dalam Setiadi,2008).
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional dan social diri tiap anggota keluarga (Duval
dan logan,1986 dalam Setiadi,2008).

2. Tipe Keluarga
Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe keluarga,
yaitu :
a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan
anak-anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama.
2) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya
dengan satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian,
pisah, atau ditinggalkan.
3) Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak
atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.

5
4) Bujang dewasa yang tinggal sendiri
5) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari
nafkah, istri tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau
bekerja.
6) Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih
atau anggota yang tidak menikah hidup berdekatan dalam
daerah geografis.
b. Keluarga non tradisional
1) Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak
menikah (biasanya terdiri dari ibu dan anaknya).
2) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai
anak
3) Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin
sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah
4) Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih
satu pasangan monogamy dengan anak-anak, secara bersama
menggunakan fasilitas, sumber dan mempunyai pengalaman
yang sama.
Menurut Allender dan Spradley (2001)
a. Keluarga tradisional
1) Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari
suami, istri, dan anak kandung atau anak angkat
2) Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah
dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah,
misalnya kakek, nenek, paman, dan bibi
3) Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri
tanpa anak
4) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang
tua dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan
karena perceraian atau kematian.

6
5) Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dariseorang
dewasa saja
6) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami
istri yang berusia lanjut.
b. Keluarga non tradisional
1) Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian
darah hidup serumah
2) Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan
anak hidup bersama dalam satu rumah
3) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup
bersama dalam satu rumah tangga
Menurut Carter dan Mc Goldrick (1988) dalam Setiawan dan
Darmawan (2005)
a. Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan
satu keluarga inti.
b. Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama-sama.
c. Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan

3. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur
keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya :
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Setiawati dan
Darmawan (2005), yaitu:
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi
kebutuhan pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan
sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini

7
anak, memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh
pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya anak.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga
dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota
keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan
fisik, mental, dan spiritual, dengan cara memelihara dan merawat
anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota
keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti
sandang, pangan, dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui
keefektifan sumber daya keluarga.
e. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan
tetapi untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan
generasi selanjutnya.
f. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih
saying dan rasa aman/ memberikan perhatian diantara anggota
keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan
memberikan identitas keluarga.
g. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan
pengetahuan, keterampilan membentuk perilaku anak,
mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa mendidik anak
sesuai dengan tingkatan perkembangannya.

4. Tugas Keluarga
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan.

8
Asuhan keperawatan keluarga mencantumkan lima tugas keluarga
sebagai paparan etiologi/ penyebab masalah dan biasanya dikaji pada
saat penjajagan tahap II bila ditemui data malaadapti pada keluarga.
Lima tugas keluarga yang diaksud adalah:
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk
bagaimana persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit,
pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab dan persepsi
keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk
sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya
masalah, bagaimana masalah dirasakan keluarga, bagaimana
keluarga menanggapi masalah yang dihadapi, adakah rasa takut
terhadap akibat atau adakah sifat negative dari keluarga terhadap
masalah kesehatan, bagaimana system pengambilan keputusan
yag dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,
seperti bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat,
dan perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber
yang ada dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap anggota
keluarga yang sakit.
d. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti
pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan
penyakit yang dilakukan keluarga. Upaya pemeliharaan
lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota
keluarga dalam menata lingkungan dalam dan lingkungan luar
rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga.
e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan, seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas
kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas
kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan
fasilitas kesehatan, apakah pelayanan kesehatan terjangkau oleh

9
keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik yang
dipersepsikan keluarga.

B. KONSEP DASAR RESIKO PERILAKU KEKERASAN


1. DEFINISI
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan
untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak
menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Jenny, Purba,
Mahnum, & Daulay, 2008).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik
kepada diri sendiri maupun orang lain (Yosep, 2007).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik
pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai amuk dan gaduh
gelisah yang tak terkontrol (Farida & Yudi, 2011).
Resiko perilaku kekerasan atau agresif adalah perilaku yang
menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam
bentuk destruktif dan masih terkontrol (Yosep, 2007). Resiko
mencederai diri yaitu suatu kegiatan yang dapat menimbulkan
kematian baik secara langsung maupun tidak langsung yang
sebenarnya dapat dicegah (Depkes, 2007).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
perilaku kekerasan yaitu ungkapan perasaan marah yang
mengakibatkan hilangnya kontrol diri dimana individu bisa
berperilaku menyerang atau melakukan suatu tindakan yang dapat
membahayakan diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

10
2. ETIOLOGI
Menurut Direja (2011) faktor-faktor yang menyebabkan perilaku
kekerasan pada pasien gangguan jiwa antara lain
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor psikologis
a) Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu
tujuan mengalami hambatan akan timbul dorongan agresif
yang memotivasi perilaku kekerasan.
b) Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan
masa kecil yang tidak menyenangkan.
c) Rasa frustasi.
d) Adanya kekerasan dalam rumah, keluarga, atau lingkungan.
e) Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak
terpenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan
tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang
rendah. Agresi dan kekerasan dapat memberikan kekuatan
dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri serta
memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya
berasumsi bahwa perilaku agresif dan tindak kekerasan
merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakberdayaannya dan rendahnya harga diri pelaku
tindak kekerasan.
f) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku
yang dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologik
dipengaruhi oleh contoh peran eksternal dibandingkan
anak-anak tanpa faktor predisposisi biologik.
2) Faktor sosial budaya
Seseorang akan berespons terhadap peningkatan
emosionalnya secara agresif sesuai dengan respons yang
dipelajarinya. Sesuai dengan teori menurut Bandura bahwa
agresif tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Faktor

11
ini dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin
sering mendapatkan penguatan maka semakin besar
kemungkinan terjadi. Budaya juga dapat mempengaruhi
perilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu
mendefinisikan ekspresi marah yang dapat diterima dan yang
tidak dapat diterima.
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan
menerima perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaiannya
masalah perilaku kekerasan merupakan faktor predisposisi
terjadinya perilaku kekerasan.
3) Faktor biologis
Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya stimulus
elektris ringan pada hipotalamus (pada sistem limbik) ternyata
menimbulkan perilaku agresif, dimana jika terjadi kerusakan
fungsi limbik (untuk emosi dan perilaku), lobus frontal (untuk
pemikiran rasional), dan lobus temporal (untuk interpretasi
indra penciuman dan memori) akan menimbulkan mata terbuka
lebar, pupil berdilatasi, dan hendak menyerang objek yang ada
di sekitarnya.
Selain itu berdasarkan teori biologik, ada beberapa hal yang
dapat mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan,
yaitu sebagai berikut
a) Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem
neurologis mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan
menghambat impuls agresif. Sistem limbik sangat terlibat
dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan
respon agresif.
b) Pengaruh biokimia, menurut Goldstein dalam Townsend
(1996) menyatakan bahwa berbagai neurotransmitter
(epinefrin, norepinefrin, dopamine, asetilkolin, dan
serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi dan

12
menghambat impuls agresif. Peningkatan hormon androgen
dan norepinefrin serta penurunan serotonin dan GABA (6
dan 7) pada cairan serebrospinal merupakan faktor
predisposisi penting yang menyebabkan timbulnya perilaku
agresif pada seseorang.
c) Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif
sangat erat kaitannya dengan genetik termasuk genetik tipe
kariotipe XYY, yang umumnya dimiliki oleh penghuni
penjara tindak kriminal (narapidana)
d) Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan
berbagai gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada
limbik dan lobus temporal) trauma otak, apenyakit
ensefalitis, epilepsi (epilepsi lobus temporal) terbukti
berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak
kekerasan.
b. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam,
baik berupa injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri.
Beberapa faktor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai
berikut.
1) Klien
Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan
yang penuh dengan agresif, dan masa lalu yang tidak
menyenangkan.
2) Interaksi
Penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik,
merasa terancam baik internal dari permasalahan diri klien
sendiri maupun eksternal dari lingkungan.
3) Lingkungan
Panas, padat, dan bising.

13
Menurut Shives (1998) dalam Fitria (2009), hal-hal yang dapat
menimbulkan perilaku kekerasan atau penganiayaan antara lain
sebagai berikut.
1) Kesulitan kondisi sosial ekonomi.
2) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu.
3) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuannya dalam menempatkan diri sebagai orang
yang dewasa.
4) Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti
penyalahgunaan obat dan alkohol serta tidak mampu
mengontrol emosi pada saat menghadapi rasa frustasi.
5) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan
pekerjaan, perubahan tahap perkembangan, atau perubahan
tahap perkembangan keluarga.

3. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Direja (2011) tanda dan gejala yang terjadi pada perilaku
kekerasanterdiri dari :
a. Fisik
Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang
mengatup, wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
b. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan
nada keras, kasar, ketus.
c. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak
lingkungan, amuk/agresif.
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu,
dendam, jengkel,tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin
berkelahi, menyalahkan, dan menuntut.

14
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak
jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
f. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak
bermoral, dan kreativitas terhambat.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan
sindiran.
h. Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual

4. POHON MASALAH

Perilaku Kekerasan PPS :


Halusinasi
Regimen
Terapeutik
Inefektif Harga Diri Rendah Isolasi Sosial :
Kronis Menarik Diri

Koping Keluarga Berduka


Tidak Efektif Disfungsional
Gambar 2.2 Pohon Masalah Perilaku Kekerasan
Sumber : (Fitria, 2010)

5. PENATALAKSANAAN
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2
yaitu:
a. Medis

15
1) Nozinan, yaitu sebagai pengontrol prilaku psikososia.
2) Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak diri.
3) Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan
menenangkan hiperaktivitas.
4) ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila
mengarah pada keadaan amuk.
b. Penatalaksanaan keperawatan
a. Psikoterapeutik
b. Lingkungan terapieutik
c. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
6. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Menurut Keliat (2014) data perilaku kekerasan dapat diperolah
melalui observasi atau wawancara tentang perilaku berikut ini:
1) Muk amerah dan tegang
2) Pandangan tajam
3) Mengarupkan rahang dengan kuat
4) Mengepalkan tangan
5) Jalan mondar-mandir
6) Bicara kasar
7) Suara tinggi, menjerit atau berteriak
8) Mengancam secara verbal atau fisik
9) Melempar atau memukul benda /orang lain
10) Merusak barang atau benda
11) Tidak mempunyai kemampuan untuk mencegah atau mengontrol
perilaku kekerasan.
b. Daftar Masalah
Menurut Keliat (2014) daftar masalah yang mungkin muncul pada
perilaku kekerasan yaitu :
1) Perilaku Kekerasan.
2) Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

16
3) Perubahan persepsi sensori: halusinasi.
4) Harga diri rendah kronis.
5) Isolasi sosial.
6) Berduka disfungsional.
7) Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif.
8) Koping keluarga inefektif.
c. Diagnosa Keperawatan
1) 00138 Resiko Perilaku Kekerasan terhadap orang lain
2) 00073 Ketidakmampuan Koping keluarga
Rencana Asuhan Keperawatan
1. 00138 Resiko Perilaku Kekerasan terhadap orang lain hal 436
Definisi: Rentan melakukan perilaku, yakni individu menunjukkan
bahwa ia dapat membahayakan orang lain secara fisik, emosional,
dan/atau seksual
Faktor Risiko :
 Bahasa tubuh (mis, sikap tubuh kaku/rigid, mengepalkan jari
dan rahang terkunci, hiperaktivitas, denyut jantung cepat, nafas
terengah-engah, cara berdiri mengancam)
 Kerusakan kognitif (mis, ketunadayaan belajar, gangguan
deficit perhatian, penurunan fungsi intelektual)
 Kejam pada hewan
 Menyalakan api
 Riwayat penganiayaan pada massa kanak-kanak
 Riwayat melakukan kekerasan tak langsung (mis, merobek
pakaian, membanting obyek yang tergantung didinding,
mencorat-coret didinding, berkemih dilantai, defekasi dilantai,
mengetuk-ngetuk kaki, berteriak, melempar obyek,memecah
candela, banting pintu, agresif seksual)
 Riwayat penyalahgunaan zat
 Pola ancaman kekerasan
 Riwayat menyaksikan perilaku kekerasan dalam keluarga

17
 Pola perilaku kekerasan terhadap orang lain
 Riwayat perilaku kekerasan antisocial (mis, mencuri, memaksa
meminjam, memaksa meminta hak istimewa, memaksa
mengganggu pertemuan, menolak untuk makan menolak
minum obat, menolak instruksi)
 Impulsif
 Pelanggaran kendaraan bermotor (mis, sering melanggar lampu
lalu lintas, menggunakan kendaraan bermotor untuk
melepaskan kemarahan)
 Gangguan neurologis (mis, EEG positif, CT, MRI, temuan
neurologis, trauma kepala, gangguan kejang)
NOC :
1401 Menahan diri dari agresifitas
 140110 mengidentifikasi kapan merasa marah
 140115 mengidentifikasi cara alternative untuk melakukan
agresi
 140104 menahan diri dari menghancurkan barang-barang milik
orang lain

NIC :
4350 Manajemen perilaku
1) Tahan diri dari mendebat atau melakukan tawar menawar [pada
pasien] untuk menetapkan batasan [perilaku]
2) Komunikasikan tentang harapan bahwa pasien akan
mempertahankan kontrol / kondisinya
3) Konsultasikan dengan keluarga untuk menetapkan data dasar
kognitif pasien
4) Tetapkan batas dengan pasien
5) Menetapkan rutinitas
6) Menetapkan pergeseran-pergeseran ke konsistensi dalam
Iingkungan dan rutinitas perawatan

18
7) Menggunakan pengulangan secara konsisten dapat dari
rutinitas kesehatan sebagai cara menetapkan mereka
8) Menghindari gangguan peningkatan aktivitas fisik, yang sesuai
9) Membatasi jumlah perawat memanfaatkan suara, berbicara
lembut rendah
10) Menghindari kesendirian pasien mengarahkan perhatian dari
sumber agitasi
11) Menghindari memproyeksikan gambar mengancam
12) Menghindari berdebat dengan pasien
13) Mengabaikan perilaku yang tidak pantas
14) Mencegah perilaku agresif-pasif
15) Pujian upaya pengendalian diri
16) Mengobati seperlunya
17) Menerapkan pergelangan tangan / kaki / hambatan dada, yang
diperlukan

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan


dengan ketidakmampuan mencerna makanan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam
diharapkan nafsu makan klien normal lagi dengan kriteria hasil:
NOC
Status nutrisi (1004)
 100401 asupan gizi
 100402 asupan makanan
 100408 asupan cairan
 100403 energi
 100405 rasio berat badan/tinggi badan
 100411 hidrasi
NIC
Manajemen nutrisi (1100)

19
1. Identifikasi adanya alergi makanan atau intoleransi yang
dimiliki pasien
2. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
3. Berikan substansi gula
4. Tawarkan makanan yang ringan yang padat gizi
5. Berikan makanan yang terpilih( sudah dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
6. Bantu pasien untuk mengakses program program gizi
komunitas

20
BAB III
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan RPK
A. Pengkajian
Hari/tanggal : Selasa, 6 Januari 2018
Oleh : Metiska
Metode : Wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik
Data Keluarga
1. Identitas Keluarga
a. Nama KK : Tn P
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Umur : 69 tahun
d. Pendidikan : SD
e. Agama : Islam
f. Pekerjaan : Swasta
g. Alamat : RT 03/RW 05 limbangan, kec.
limbangan
h. Suku/kebangsaan : Jawa/Indonesia
i. Jumlah anggota keluarga : 4 orang
2. Susunan Anggota Keluarga

HUB DG
NO NAMA JENKEL UMUR AGAMA PENDDK PEKERJAAN KET
KK
Gangguan
1 Tn P L 69 th Ayah Islam SD -
jiwa
2 Tn D L 38 th Anak Islam SMA Wiraswasta sehat
3 Ny L P 34 th Anak Islam SMA Wiraswasta Sehat
4 An M L 9 th Cucu Islam TK pelajar sehat

21
Genogram

Keterangan
: perempuan
: laki-laki

: pasien

: meninggal

3. Tipe Keluarga
Jenis keluarga ini adalah keluarga inti yang terdiri dari Ayah, Ibu,
anak.Anak-anak tinggal serumah dengan orangtua
4. Suku Bangsa dan Agama
Keluarga Tn P semuanya suku jawa asli dan masih memegang adat
kebiasaan jawa yang ditampakkan dengan hubungan keluarga yang
masih kuat. Semua anggota keluarga beragama Islam
5. Status Sosial Ekonomi Keluarga

22
a. Penghasilan Keluarga
Penghasilan keluarga Tn P berasal dari Tn D dan Ny L.
Penghasilan sekitar Rp 2.500.000,-per bulan, sedangkan
penghasilan Tn D tidak tentu, tergantung proyek yang ada.
b. Pemanfaatan Dana Keluarga
Sebagian besar uang keluarga hanya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pokok saja. Pengelolaan dana keluarga diserahkan
kepada dan Ny L.
c. Sosial Keluarga
Hubungan antar anggota keluarga harmonis, dikarenakan
kebutuhan keluarga yang pas-pasan.
d. Aktivitas Rekreasi
Keluarga Tn P hampir tidak pernah mengadakan rekreasi dengan
bepergian ke suatu tempat. Waktu senggang yang ada mereka
gunakan untuk melihat TV atau berbincang-bincang dengan
tetangga dekat.

B. Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Keluarga Tn X saat ini termasuk dalam taraf perkembangan
keluarga dengan anak dewasa. (pelepasan)
2. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Secara umum tidak ada masalah dalam tahap perkembangan
keluarga saat ini.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga Saat Ini
a. Tn D
Ny L mengatakan bahwa Tn D saat ini dalam keadaan sehat, tidak
mempunyai keluhan-keluhan kesehatan yang berarti
b. Ny Y
Ny Y mengatakan bahwa Ny Y saat ini dalam keadaan sehat, tidak
mempunyai keluhan-keluhan kesehatan yang berarti.

23
c. Tn P
Pada saat pengkajian Tn P tampak menyendiri di rumah, kontak
mata tidak ada, sulit makan, sulit tidur, komunikasi flight of idea,
kadang suka membanting barang barang disekitarnya, Tn P sering
memukul dengan parut ketika makanan tidak ssesuai yang
diingingkan, badan bersih, rambut putih, terkadang marah tanpa
sebab kepada anak anaknya, Menurut Ny L, Tn P sudah lama
menderita penyakit ini, dimulai sejak dia kelas 1 SMP dan belum
pernah dirawat di RS manapun dikarenakan keluarga ingin
mengurusnya sendiri. Klien mulai seperti ini menurut keluarga
karena banyak pikiran dan dimulai saat menginjak SMA kelas 1
klien mulai kambuh lagi dan berobat ke paranormal tapi tidak
sembuh-sembuh Menurut Ny L pemicu penyakit klien karena
kecewa.
d. An M
Ny L mengatakan bahwa An M saat ini dalam keadaan sehat, tidak
mempunyai keluhan-keluhan kesehatan yang berarti.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya
Ny L mengatakan dalam keluarga Tn P tidak ada yang pernah
menderita penyakit hingga parah dan mondok di RS, dan di keluarga
yang lalu tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.

C. Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
a. Denah Rumah
Secara geografis letak rumah keluarga Tn D berada di salakan
limbangan, RT 03 RW 05 kec. Limbangan, Kendal denah Tn D
adalah sebagai berikut :

24
b. Keadaan Lingkungan Sekitar Rumah
1) Kondisi halaman rumah
Pada saat kunjungan halaman rumah bersih..
2) Pemanfaatan halaman
Halaman rumah berukuran 3 x 2 meter persegi.
3) Sumber air minum
Keluarga menggunakan sumur, kualitas air baik, tidak berbau
dan tidak berasa dan tidak berwarna
4) Pembuangan air kotor/limbah keluarga
Keluarga Tn D mempunyai saluran pembuangan air limbah
yang dialirkan dengan pralon dan ditampung di bak
penampungan yang tertutup.
5) Pembuangan sampah
Sampah rumah tangga diangkut tukang sampah.
6) Jamban
Keluarga Tn D mempunyai jamban sendiri, dan jarak
septiktank dengan sumur kurang lebih 6 meter.
7) Sumber pencemaran
Sumber pencemaran tidak ada.
8) Sanitasi rumah
Lingkungan disekitar rumah bersih.
2. Karakteristik Tetangga dan Komunitas

25
Jarak antar rumah berdekatan dan hubungan dengan tetangga baik.
Mobilitas Geografi Keluarga
3. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Tn D dan Ny L kadang mengikuti kegiatan-kegiatan di masyarakat
seperti pengajian, perkumpulan, dan kerja bakti.
4. Sistem Pendukung Keluarga/Fasilitas Keluarga
Fasilitas perdagangan seperti pasar yang berjarak + 1 km dari rumah,
fasilitas kesehatan yaitu Puskesmas berjarak + 3 km, bidan praktek + 2
km, rumah sakit sakitar 10 km, dan fasilitas peribadatan seperti masjid
100 meter dari rumah.

D. Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga
Komunikasi dalam keluarga berjalan dengan harmonis, menggunakan
bahasa Jawa dan Indonesia.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Kerukunan dan komunikasi terbuka khas suku jawa merupakan
kekuatan pada keluarga Tn D, mereka menerima keadaan masing-
masing dan bertekad menjaga kerukunan keluarga.
3. Struktur Peran
Setiap anggota berperan sesuai posisinya. Tn D berperan sebagai
pencari nafkah dibantu oleh Ny L juga masih mencari nafkah dengan
menjual gorengan di sekitar rumahnya.
4. Nilai dan Norma Keluarga
Keluarga Tn D menganut nilai dan norma Jawa/islami dalam
kehidupan sehari-hari, berkumpul dengan anggota keluarga pada
malam hari dan dengan sanak saudara pada waktu-waktu senggang.
Tidak ada nilai dan norma yang bertentangan dengan kesehatan.

E. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Biologis

26
a. Keadaan Kesehatan
Saat pengkajian, keluarga Tn D dalam keadaan sehat, namun
keluarga mengeluhkan kondisi Tn P yang tidak ada perbaikan dan
seperti itu saja.
b. Kebersihan Perseorangan
Seluruh anggota keluarga mempunyai kebiasaan mandi 2 kali
sehari, menggunakan sabun mandi, menggosok gigi dengan pasta
gigi, dan keramas 2-3 kali seminggu dengan menggunakan sampo.
Seluruh anggota keluarga nampak bersih..
c. Penyakit yang Sering Diderita
Penyakit berat yang diderita keluarga Tn D adalah hipertensi yang
diderita Tn D dan Ny L dan gangguan jiwa yang diderita Tn P.
d. Penyakit Keturunan
Menurut keluarga Tn P tidak ada yang mempunyai penyakit-
penyakit keturunan, seperti kencing manis, asma dan hipertensi.
Tetapi Kakak dari orang tua Tn P ada yang menderita hipertensi.
e. Penyakit Kronis/Menular
Ny L mengatakan bahwa yang menderita penyakit lama adalah Tn
P yang sudah mulai sakit sejak kelas 1 SMP, yaitu sakit gangguan
jiwa.
f. Kecacatan Anggota Keluarga
Ny L mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita cacat
fisik, namun Tn P menderita gangguan mental/jiwa.
g. Pola Makan dan Minum
Keluarga Tn D secara umum makan 3 kali sehari dengan
komposisi nasi, lauk pauk, sayuran, jarang makan buah. Namun Tn
D sering makan tidak teratur dan keluarga jarang makan bersama-
sama karena waktu makan menyesuaikan dengan aktifitas masing-
masing. Ny L mengatakan kalo Tn P makan teratur, namun Tn P
mau makan hanya ketika diingatkan.

27
Semua anggota keluarga mempunyai kebiasaan minum air putih
yang sudah dimasak rata-rata 4-6 gelas per hari.
h. Pola Aktivitas dan Istirahat
Kebiasaaan istirahat masing-masing anggota keluarga Tn D
berbeda beda. Anggota keluarga yang memilki kebiasaan tidur
siang adalah Ny L. Kebiasaan tidur siang 1-2 jam, malam hari 6-8
jam. Sedangkan Tn D tidur siang kadang-kadang. Untuk Tn P, Ny
L mengatakan bahwa tidurnya bermasalah. Terkadang Tn P tidak
tidur sampai larut malam, kadang Tn P juga tidur siang
2. Fungsi Psikologis
a. Keadaan Emosi
Hubungan antar anggota keluarga harmonis.
b. Kebiasaan yang Merugikan Kesehatan
Kebiasaan keluarga Tn D yang merugikan kesehatan adalah
merokok yang dilakukan Tn D. Tn D merokok sehari bisa sampai
satu bungkus.
c. Pengambilan Keputusan
Musyawarah tetap dilakukan jika ada permasalahan yang
menyangkut keluarga, tetapi peran Tn D masih dominan untuk
pengambilan keputusan.
d. Ketergantungan Obat/Bahan
Ny L mengatakan Tn P hanya diobatkan secara kebatinan oleh
keluarga ke paranormal.
e. Mencari Pelayanan Kesehatan
Keluarga Tn X telah memanfaatkan fasilitas kesehatan seperti RS
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Namun keluarga lebih
sering membeli obat di warung dikarenakan tempat pelayanan
kesehatan yang jauh dan kurangnya biaya.
3. Fungsi Sosial
a. Tingkat Pendidikan

28
Pendidikan terakhir Tn D dan Ny L adalah SMA. Semua anggota
keluarga dapat berbicara dengan bahasa Indonesia dan Jawa,
menulis dan mambaca.
b. Hubungan antar Anggota Keluarga
Hubungan antar anggota keluarga harmonis.
c. Hubungan dengan Orang Lain
Hubungan dengan tetangga-tetangga cukup baik.
d. Kegiatan Organisasi Sosial
Anggota keluarga juga sering mengikuti kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan.
4. Fungsi Spiritual
Semua anggota keluarga taat beribadah, menjalankan sholat 5 waktu
dan kegiatan keagamaan , namun Z menurut Ny Y jarang sholat, sholat
bila ia ingat dan disuruh.
5. Fungsi Kultural
a. Pengambilan Keputusan
Tn D mempunyai peran yang cukup besar dalam pengambilan
keputusan dalam keluarga.
b. Adat yang Berpengaruh terhadap Kesehatan
Adat-adat Jawa yang dianut oleh keluarga masih termasuk wajar
dan tidak berpengaruh terhadap kesehatan keluarga.
c. Tabu dalam Keluarga
Tidak ada tabu-tabu dalam keluarga.
6. Fungsi Reproduksi
Kebutuhan pasangan Tn D dan Ny L tentang seksual keluarga
terpenuhi, menurut Ny L hubungan seksual yang dilakukan tidak ada
masalah.
7. Fungsi Ekonomi
Tn D dan Ny L merupakan tulang punggung utama keluarga dalam
menopang kebutuhan ekonomi.
8. Fungsi Perawatan Kesehatan

29
Keluarga mengetahui bahwa kondisi gangguan jiwa Tn P adalah
sesuatu yang penting dan harus diperhatikan.

F. Stress dan Koping


1. Stressor Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Ny L mengatakan stressor yang dialami keluarga saat ini adalah
kondisi kesehatan Tn P dan hubungan dengan suaminya yang tidak
harmonis.
2. Kemampuan Berespon Terhadap Stres
Keluarga berusaha menghadapi situasi yang ada. Ny L juga
mengatakan akan selalu berusaha mengikis perasaan-perasaan cemas
dalam menghadapi kejadian-kejadian ini.
3. Strategi Koping Yang Digunakan
keluarga masih binggung harus dibawa berobat kemana

G. Harapan Keluarga
harapan terhadap perawat semoga perawat bisa menjadi perawat yang baik
untuk masyrakat yang membutuhkan bantuan ketika sakit.

H. Pemeriksaan Fisik
No Nama KU TTV Penglihatan Pende Pencer Elimi Keluhan
ngaran naan nasi
1 Tn D Baik TD:150/120 Baik Baik Baik Baik Hipertensi
2 Ny L Baik TD:100/70 Baik Baik Baik Baik Tidak ada
3 Tn P Baik TD:170/115 Baik Baik Baik Baik RPK
4 An M Baik TD:90/70 Baik Baik Baik Baik Tidak ada

Pemeriksaan secara khusus (terhadap Tn P)


a. Vital Sign

30
Tekanan darah : 170/115 mmHg
Nadi : 88 x/mnt
Temperatur : 35,5 C
Respirasi Rate : 18 x/mnt
b. BB : 56 kg, TB : 179 Cm
c. Cepalokaudal
1) Kulit, rambut, dan kuku: \ kulit keriput, rambut putih cukup
bersih, kuku pendek.
2) Kepala dan leher: sklera ikterik (-), konjungtiva merah muda,
palpebra udem (-), kacamata (+), pembesaran limphe (-),
pembesaran kelenjar tiroid (-)
3) Telinga: bersih, pendengaran baik
4) Mulut, tenggorokan dan hidung: mukosa mulut merah muda,
bibir basah, kelainan daerah mulut (-), sekret tenggorok (-),
epistaksis (-)
5) Thoraks dan paru-paru: dada simetris, normochest, ekspansi
dada maksimum, nyeri tekan (-), taktil fremitus (+) simetris
kanan kiri, sonor
6) Jantung: teraba ictus cordis pada ics 4, S1 S2 murni, perkusi
redup
7) Abdomen: supel, peristaltic (+)
8) Genetalia: tidak dilakukan
9) Rektal dan anus: tidak dilakukan
10) Vaskularisasi perifer: wajah tidak pucat, udema (-),
11) Neurologik: tidak ada keluhan

31
A. ANALISA DATA
Data Tipologi Problem Etiologi
Data Subjektif Aktual Ketidakmampuan Penanganan
1. Ny L mengatakan bahwa Tn koping keluarga resistensi keluarga
P tidak berobat ke pelayanan terhadap
kesehatan, oleh Ny L dibawa pengobatah yang
ke paranormal. tidak kosisten
Data Objektif
1. Tn P dalam keadaan sakit
gangguan jiwa RPK
2. Z sudah lama tidak berobat
dan tidak minum obat.
3. Aktifitas Z hanya dirumah
menyendiri di kamar, kadang
membanting barang barang
disekitarnya
Data Subyektif Aktual Defisiensi Kurang informasi
1 Ny L mengatakan keluarga pengetahuan
tidak tahu cara merawat Tn P
2. Ny L mengatakan masih
belum tahu tentang gangguan
jiwa RPK dan cara
perawatannya.
Data Obyektif
1. Tn P hanya tampak
menyendiri di kamar.
2. Keluarga tampak hanya
mengarahkan sesekali.
3. Klien tampak tidak
memiliki aktifitas terjadwal.

32
SCORING.

No Kriteria Skala Bobot Scoring Pembenaran


1. Sifat masalah 3 1 3/3 x Adanya ancaman
Skala : 2 1=1 keseha-tan tetapi tidak
 Tidak/kurang sehat 1 perlu ditangani segera.
 Ancaman kesehatan
 Keadaan sejahtera
2. Kemungkinan masalah 2 2/2 x membawa Tn P ke
dapat diubah 2 2=2 pelayanan kesehatan
Skala : 1 untuk mendapatkan
 Mudah 0 pengobatan dan
 Sebagian perawatan.
 Tidak dapat
3. Potensial masalah untuk 1 2/3 x Pencegahan biasa
dicegah 3 1=2/3 dilakukan dengan
Skala : 2 menjaga pola hidup
 Tinggi 1
 Cukup
 rendah
4. Menonjolnya masalah 1 2/2 x Tn.D dan Ny.L bisa
Skala : 2 1=1 menerima keadaan
 Masalah berat, harus 1 mereka saat ini
segera ditangani 0 meskipun belum stabil.
 Ada masalah, tetapi
tidak perlu segera
ditangani
 Masalah tidak
dirasakan.
Total Skor 4 2/3

33
B. DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI
Dx NOC NIC
Ketidakmampuan setelah dilakukan asuhan Pengingkatan koping
koping keluarga b.d keperawatan keluarga (5230)
Penanganan resistensi selama 3 minggu: a. Bantu ketuarga
keluarga terhadap Koping keluarga (2600) dalam mengenai
pengobatah yang tidak - menghadapi masalah masalah
kosisten (00073) keluarga b. Bantu memotivasi
Batasan Karakteristik - menggunakan strategi keluarga untuk
- Depresi pengurangan stress berubah
- Perawatan yang yang berpusat keluarga c. Membantu pasien
mengabaikan klien - menyusun jadwal beradaptasi dengan

rutinitas dan kegiatan persepsi stresor,

keluarga perubahan, atau

- menggunakan sistem ancaman yang

dukungan keluarga menggangu

yang tersedia pemenuhan


tuntutan dan peran
hidup
d. Dukungan emosi :
memberikan
penenangan,
penerimaan, dan
dorongan selama
periode stress
e. Memfasilitasi
partisipasi keluarga
dalam perawatan
emosi dan fisik
pasien
f. Panduan Sistem
Kesehatan :

34
memfasilitasi Iokal
pasien dan
penggunaan
pelayanan
kesehatan yang
sesuai
Caregiver Support
a. Menyediakan
informasi penting,
advokasi , dan
dukungan yang
dibutuhkan untuk
memfasilitasi
perawatan primer
pasien selain dari
pofesional
kesehatan

Defisiensi pengetahuan setelah dilakukan asuhan Pengajran proses


b.d Kurang informasi keperawatan keluarga penyakit
(00126) selama 3 minggu a. Gambarkan tanda
Batasan karakteristik dan gejala yang
criteria hasil:
- Kurang biasa muncul pada
pengetahuan: proses
pengetahuan penyakit, dengan
penyakit
cara yang tepat
- Pasien dan keluarga
b. Hindari harapan
menyatakan
yang kosong
pemahaman tentang
c. Sediakan bagi
penyakit, kondisi,
keluarga informasi
prognosis dan program
tentang kemajuan
pengobatan
pasien dengan cara
- Pasien dan keluarga
yang tepat
mampu melaksanakan
d. Diskusikan pilihan
prosedur yang

35
dijelaskan secara benar terapi atau
- Pasien dan keluarga penanganan
mampu menjelaskan e. Dukung pasien
kembali apa yang untuk
dijelaskan perawat/tim mengeksplorasi
kesehatan lainnya atau mendapatkan
- second opinion
dengan cara yang
tepat atau
diindikasikan
f. Eksplorasi
kemungkinan
sumber atau
dukungan, dengan
cara yang tepat
g. Instruksikan pasien
mengenai tanda
dan gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan
cara yang tepat

C. IMPLEMENTASI
No tgl/j Implementasi Evaluasi
Dx m
1 10 a. Melakukan pengkajian sabtu, 10 februari 2018 jam 10.00 WIB
febru mengenai kondisi sakit Z S:
ari b. Mengkaji respon keluarga a. Ny L mengatakan Tn P telah

36
2018 terhadap kondisi anggota menderita sakit jiwa sejak SMA.
08.00 yang sakit. b. Ny L mengatakan keluarga pada
- c. Mengkaji upaya-upaya waktu itu pernah memondokkan
10.00 keluarga yang telah Tn P Ke RS dan sembuh tapi
WIB dilakukan dalam untuk yang sekarang keluarga
menghadapi kondisi sakit. hanya mengobatkan klien ke
d. Membantu pasien paranormal sesuai keingginan
beradaptasi dengan persepsi bapak klien.
stresor, perubahan, atau c. Ny L mengatakan, Tn P banyak
ancaman yang menggangu dirumah, tiduran aja dan tidak
pemenuhan tuntutan dan marah-marah seperti sakitnya
peran hidup yang dulu.
e. Memfasilitasi partisipasi d. Keluarga mengatakan ingin tahu
keluarga dalam perawatan lebih banyak tentang gangguan
emosi dan fisik pasien jiwa RPK
O:
a. Keluarga termasuk tingkat
ekonomi menengah.
b. Keluarga antusias untuk
mendapat informasi tentang
perawatan gangguan jiwa RPK
c. Sumber-sumber keluarga :
tempat, biaya, waktu memadai.
d. Kontrak waktu kunjungan
berikutnya minggu depan, dan
waktunya bisa setiap saat.
A : Tujuan belum tercapai
P : Lakukan kunjungan sesuai kontrak
yang telah disepakati

37
2 17 a. Menjelaskan kepada Selasa, 17 februari 2018 jam 11.00 WIB
febru keluarga adanya masalah S :
ari kesehatan pada keluarga Tn a. Ny L mengatakan, kadang saya
2018 P dan perlu segera ditangani yang membujuk-bujuk Tn P
08.00 b. Memberikan beberapa untuk mau keluar dan tidak
WIB alternative pemecahan hanya berdiam diri saja.
masalah kepada keluarga b. Ny L mengatakan ingin mebawa
c. mendiskusikan pilihan Tn P berobat tapi yang tepat
terapi atau penanganan kemana ya mbak?
d. mendukung pasien untuk O :
mengeksplorasi atau a. Keluarga tampak ada keinginan
mendapatkan second untuk melakukan apa yang
opinion dengan cara yang disarankan petugas.
tepat atau diindikasikan b. Keluarga mengatakan bahwa
e. mengksplorasi keluarga baru tahu kalo
kemungkinan sumber atau dipuskesmas ternyata juga ada
dukungan, dengan cara pelayanan kesehatan jiwanya.
yang tepat c. Keluarga mengatakan akan
f. menginstruksikan pasien mengontrolkan klien ke
mengenai tanda dan gejala Puskesmas saja.
untuk melaporkan pada A : Masalah belum teratasi
pemberi perawatan P :
kesehatan, dengan cara a. Lanjutkan kunjungan sesuai
yang tepat kontrak yang telah disepakati
g. Memberikan reinforcement b. Berikan informasi tentang :
atas keberhasilan keluarga gangguan jiwa secara bertahap.
dalam mengambil tindakan
yang teraupetik

38
1,2 24 a. Mengevaluasi pelaksanaan Selasa, 24 Februari 2018 jam 12.15 WIB
Febru perawatan terhadap klien S :
ari gangguan jiwa RPK a. Ny L mengatakan, baru paham
2018 b. Memberikan informasi bahwa gangguan jiwa tidak ada
jam tentang perawatan kaitannya dengan roh halus.
11.00 gangguan jiwa RPK b. Ny L dan keluarga mengatakan
- c. Mengevaluasi pemahaman akan mencoba mengajak klien
12.15 keluarga tentang gangguan berbincang-bincang biar tidak
jiwa melamun
d. Memberikan reinforcement O :
atas keberhasilan keluarga a. Keluarga tampak ada keinginan
dalam mengambil tindakan untuk melakukan apa yang
yang teraupetik disarankan petugas.
b. Keluarga mengatakan bahwa
keluarga akan berusaha
semampu keluarga untuk k
c. Keluarga tampak kooperatif
d. Keluarga mengatakan akan
mengontrolkan klien ke
Puskesmas saja.
A : Tujuan belum tercapai
P :Lanjutkan kunjungan sesuai kontrak
yang telah disepakati

39
BAB IV
PENUTUP

A. SIMPULAN
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk
melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya
tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008). Menurut Stuart dan Laraia (1998),
perilaku kekerasan dapat dimanifestasikan secara fisik (mencederai diri
sendiri, peningkatan mobilitas tubuh), psikologis (emosional, marah, mudah
tersinggung, dan menentang), spiritual (merasa dirinya sangat berkuasa, tidak
bermoral).

B. SARAN
Berdasarkan penulisan makalah tentang resiko perilaku kekerasan ini,
diharapkan dapat bermanfaat untuk pembaca serta bagi penulis
khususnya.Saran dan kritik sangat diperlukan untuk penulisan makalah ini
menjadi lebih baik.

40
DAFTAR PUSTAKA
Direja, A. H. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika
Farida, K., & Yudi, H. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Keliat, D. B. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Padila. (2012). Buku ajar: Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nanda International. (2015). Diagnosa Keperawatan : definisi dan klasifikasi
2015-2017 (10th ed.). Jakarta: EGC

41

Anda mungkin juga menyukai