2 1
2 1
2.5 Zooxanthellae
Salah satu sifat konservatif dari biota karang adalah adanya simbiosis
dengan zooxanthellae. Dari hubungan konservatif ini maka terbentuk bangunan
terumbu karang yang banyak ditemukan di lingkungan perairan benthic tropis.
Dalam hal ini zooxanthellae menyediakan lebih kurang 95% hasil fotosintetik
mereka kepada inang karang, dan produk ini dimanfaatkan karang untuk
pertumbuhan, reproduksi, dan pemeliharaan fisiologisnya. Sebagai umpan balik,
inang karang menyediakan kebutuhan fisiologi endosimbion berupa nutrien dan
perlindungan di dalam jaringan-jaringan polipnya (Purnomo, 2011).
Terumbu karang (coral reefs) merupakan kumpulan binatang karang (reefcoral),
yang hidup di dasar perairan dan menghasilkan bahan kapur CaCO3 (Supriharyono,
2007). Mereka mendapatkan makanannya melalui dua cara: pertama, dengan
menggunakan tentakel mereka untuk menangkap plankton dan keduamelalui alga kecil
(zooxanthellae) yang hidup di jaringan karang.Beberapa jenis zooxanthellae dapat hidup
di satu jenis karang, biasanya mereka di temukan dalam jumlah besar dalam setiap polip,
hidup bersimbiosis, memberikan warna pada polip, energi dari fotosintesa dan 90%
kebutuhan karbon polip (Rizal et al. 2018).
Zooxanthellae merupakan algae uniselluler yang bersifat mikroskopik, hidup
dalam berbagai jaringan tubuh karang yang transparan dan menghasilkan energi langsung
dari cahaya matahari melalui fotosintesis. Pada umumnya zooxanthellae ditemukan dalam
jumlah yang besar dalam setiap polip, hidup bersimbiosis dengan karang lunak,
memberikan warna pada polip, memberikan 90% energi dari hasil fotosintesis pada polip.
Karang menyediakan tempat berlindung bagi zooxanthellae, nutrisi dan pasokan karbon
dioksida secara konstan yang diperlukan untuk fotosintesis(Prastiwi, 2011).
Zooxanthellae merupakan kelompok dinoflagellata fototropik yang
umumnya tedapat sebagai endosimbion pada beberapa invertebrata laut.
Walaupun semua species karang dapat menggunakan sengat tentakel untuk
menangkap mangsanya, namun zooxanthellae menyumbang nutrisi yang besar
bagi karang. Biota ini menghasilkan energi langsung dari cahaya matahari melalui
aktifitas fotosintesis. Hubungannya dengan karang bersifat timbal balik yang
saling menguntungkan. Karang dapat memperoleh banyak energi dari
zooxanthellae, sebaliknya zooxanthellae yang hidup di dalam jaringan tubuhnya
memperoleh tempat perlindungan dari pemangsa dan memakai karbondioksida
yang dihasilkan karang dari proses metabolismenya (Purnomo et al. 2010).
Didalam lapisan endoderm tubuh polip hidup bersimbiosis dengan alga bersel
satu zooxanthellae. Zooxanthellae adalah tumbuhan yang melakukan proses fotosintesis,
hasil metabolisme dan O2 (oksigen) akan diberikan kepada polip karang. Sedangkan
polip karang memberikan tempat hidup dan hasil respirasi CO2 kepada alga
zooxanthellae (Coremap, 2010dalam Rizal et al. 2018).
Bagi biota karang atau biota sessile lainnya di lingkungan ekosistem terumbu
karang, zooxanthellae mempunyai peranan yang sangat penting. Dalam sejarah kehidupan
karang hampir tidak ditemukan biota karang yang hidup tanpa bersimbiosis dengan
zaooxanthellae. Disamping hal tersebut, keberadaan zooxanthellae dalam jaringan karang
diduga menjadi faktor utama bagi karang dalam mensiasati kondisi terburuk yang
dialaminya untuk mampu bertahan hidup. Kemampuan karang untuk mempertahankan
zooxanthellae dalam jaringannya akibat bleaching (bleaching parsial) merupakan salah
satu petunjuk dimungkinkannya karang untuk pulih (Purnomo, 2011).
Kohler EK dan Gill MS. 2006. Coral Point Count with Excel Extensions (Cpce): A
Visual BasicProgram for the Determination of Coral and Substrate
CoverageUsing Random Point Count Methodology. Jurnal Computers &
Geosciences Vol. 32. 1259-1269.
Kohler KE, Gill SM. 2006. Coral Point Count with Excel extensions (CPCe): A
Visual Basic program for the determination of coral and substrate coverage
using random point count methodology. Computers & Geosciences
Journal. Vol. 32 : 1259 – 1269.
Purnomo PW, Soedharma D, Zamani NO, Sanusi HS. 2010. Model Kehidupan
Zooxanthellae Dan Penumbuhan Massalnya Pada Media Binaan. Jurnal
Saintek Perikanan. Vol 6 (1) : 46 – 54.
Rizal S, Pratomo A dan Irawan H. 2018. Cover Level of the Coral Reef Ecosystem in
Terkulai Island District of The Tanjungpinang City, Riau Achipelago Province.
Riau: Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Sagai BP, Roeroe KA dan Menembu IS. 2017. Kondisi Terumbu Karang di Pulau
Salawati Kabupaten Raja Ampat Papua Barat. Jurnal Pesisir dan Laut
Tropis Vol. 1(2). 47-52.
Sarbini R, Kuslani H dan Nugraha Y. 2016.Teknik Pengamatan Tutupan Terumbu
Karang dengan Menggunakan Transek Garis (Line Intercept Transect)dDi
Pulau Kumbang Kepulauan Karimun Jawa. Jurnal BTL Vol 14(1). 34-42.