Anda di halaman 1dari 23

P E N J E LA S A N

PERSYARATAN TEKNIS DAN BAHAN


Pasal 1 : LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan yang dimaksud dalam uraian ini adalah : PEMBANGUNAN


POLRES TULUNGAGUNG ( TAHAP 1)

Pasal 2 : SITUASI
1. Di Lingkungan Kabupaten Tulungagung yang masuk dalam pekerjaan ini.

2. Halaman pembangunan akan diserahkan kepada pelaksana sebagaimana


adanya pada waktu rapat penjelasan, untuk itu para calon penyedia jasa
wajib meneliti situasi / medan, terutama kondisi tanah bangunan, sifat dan
luasnya pekerjaan dan hal lain yang berpengaruh terhadap harga Penawaran.

3. Kelalaian dan kekurang telitian dalam hal ini tidak dapat dijadikan alasan
untuk claim dikemudian hari.

4. Dalam rapat penjelasan akan ditunjukkan dimana pembangunan akan


dilaksanakan

Pasal 3 : JENIS DAN MUTU BAHAN


1. Jenis dan mutu bahan yang akan dilaksanakan harus diutamakan bahan-
bahan produksi dalam negeri, sesuai dengan keputusan bersama Menteri
perdagangan dan Koperasi, Menteri perindustrian dan Menteri Penertiban
Aparatur negara tanggal 23 Desember 1980 dan Keppres Nomer : 16/1994
dan Keppres 24/1995.

2. Bila bahan-bahan bangunan yang telah memenuhi spesifikasi teknis terdapat


beberapa/bermacam-macam jenis (merk) diharuskan untuk memakai jenis
dan mutu bahan satu jenis.

3. Bahan-bahan bangunan yang telah ditetapkan jenisnya, dimana bahan-bahan


bangunan tersebut mempunyai beberapa macam mutu, maka harus
ditetapkan untuk dilaksanakan dengan mutu 1 (satu) untuk dipergunakan.

4. Bila rekanan telah menandatangani kontrak pekerjaan dan akan


melaksanakan jenis dan mutu bahan untuk pekerjaan, maka apabila jenis dan
mutu tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan, bahan-bahan tersebut harus
ditolak dan dikeluarkan dari lokasi pekerjaan paling lambat 24 jam setelah
ditolak dan biaya menjadi tanggung jawab penyedia jasa.

5. Contoh-contoh yang dikehendaki oleh pemberi tugas harus segera


disediakan tanpa keterlambatan atas biaya penyedia jasa dan harus sesuai
dengan standart. Contoh tersebut diambil dengan cara begitu rupa sehingga
dapat dianggap bahwa bahan tersebut yang akan dipakai dalam pelaksanaan
pekerjaan nanti, contoh tersebut disimpan sebagai dasar penolakan, bila
ternyata bahan yang dipakai tidak sesuai dengan contoh baik kualitas
maupun sifat-sifatnya.

6. Bila dalam uraian dan syarat-syarat disebutkan nama pabrik pembuatan dari
suatu barang, maka ini hanya dimaksudkan untuk menunjukkan kualitas dan
tipe dari barang-barang yang memuaskan Pemberi Tugas.

1
Pasal 4 : URAIAN PEKERJAAN
Penyedia jasa harus menyediakan segala yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan secara sempurna dan efisien dengan urutan yang
teratur, termasuk semua alat-alat bantu yang dipergunakan dan diperlukan
oleh rekanan dan semua alat-alat tersebut pada waktu pekerjaan selesai dan
tidak berguna lagi, supaya dibersihkan / dipindahkan dari lokasi.

Pasal 5 : GAMBAR-GAMBAR PEKERJAAN


1. GAMBAR RENCANA KERJA.
Gambar-gambar rencana pekerjaan yang terdiri dari gambar bestek,
gambar detail konstruksi, gambar situasi dan sebagainya yang telah
dilaksanakan oleh Konsultan Perencana, telah disampaikan kepada
penyedia jasa beserta dokumen-dokumen lain, maka penyedia jasa tidak
boleh mengubah dan menambah tanpa mendapat persetujuan tertulis dari
Kuasa Pengguna Anggaran / Pejabat Pembuat Komitmen / Direksi Proyek.
Gambar-gambar tersebut tidak boleh diberikan kepada pihak lain yang
tidak ada hubungannya dengan pekerjaan ini atau dipergunakan untuk
maksud-maksud lain.

2. AS BUILT DRAWWING.
Penyedia jasa harus membuat gambar-gambar yang sesuai dengan
pekerjaan yang telah dilaksanakan (as built drawing), yang jelas
memperhatikan perbedaan antara gambar-gambar kontrak dan pekerjaan
yang dilaksanakan. Gambar – gambar tersebut harus diserahkan dalam
rangkap 3 ( tiga ) dan semua biaya pembuatannya ditanggung oleh
rekanan.

3. GAMBAR-GAMBAR DI TEMPAT PEKERJAAN.


Rekanan harus menyimpan di lokasi pekerjaan satu rangkap gambar
kontrak lengkap termasuk Rencana Kerja dan Syarat-syarat, Berita acara
aanwijzing, time schedule, dalam keadaan baik ( dapat dibaca dengan
jelas) termasuk perubahan-perubahan terakhir dalam masa pelaksanaan
pekerjaan, agar tersedia jika Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas
memerlukan.

4. CONTOH BARANG/BAHAN YANG DITAWARKAN.


a. Dalam masa pelaksanaan pembangunan, bahan-bahan / barang yang
akan dilaksanakan harus sesuai dengan RKS dan Berita Acara
Aanwijzing.
b. Barang / Bahan yang ditawarkan dalam harga satuan pekerjaan dan
harga satuan bahan/upah adalah mengikat, rekanan harus
menawarkan harga-harga tersebut sesuai dengan Spesifikasi Teknis
dan Bahan.
c. Contoh barang / bahan yang ditawarkan tidak dapat dipergunakan
bila belum mendapatkan persetujuan dari Pemberi Tugas dan
Konsultan Pengawas secara tertulis.

Pasal 6 : PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIPERGUNAKAN


Peraturan Teknis Pembangunan yang berlaku adalah :
a. Peraturan Beton Indonesia ( PBI ) Tahun 1971
b. Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan
( PUBBNI 3 / 66 )
c. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983
d. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia ( PPKI ) 1981 NI 5
e. Persyaratan Umum Bahan – Bangunan di
Indonesia ( PUBI 1982 )
f. Peraturan Semen Portland NI 8
g. Peraturan bata merah sebagai bahan bangunan NI 10
h. Peraturan genteng Indonesia NI 9
i. Peraturan – peraturan Pemerintah Kabupaten Bondowoso

2
Pasal 7 : PENJELASAN RKS DAN GAMBAR

a. Bila terdapat perbedaan gambar, antara gambar rencana dan gambar detail,
maka gambar detail yang dipakai / diikuti.

b. Bila terdapat skala gambar dan ukuran dalam gambar tidak sesuai, maka
ukuran dengan angka dalam gambar yang diikuti.

c. Bila ukuran-ukuran jumlah yang diperlukan dan bahan-bahan / barang


yang dipakai dalam RKS tidak sesuai dengan gambar, maka RKS yang
diikuti.

d. Bila rekanan meragukan tentang perbedaan antara gambar-gambar yang


ada, baik mengenai mutu bahan yang dipakai maupun konstruksi dengan
RKS, maka rekanan berkewajiban untuk menanyakan kepada Konsultan
Pengawas / Kuasa Pengguna Anggaran / Pejabat Pembuat Komitmen
secara tertulis.

e. Rekanan berkewajiban untuk mengadakan penelitian tentang hal-hal


tersebut diatas, setelah rekanan menerima dokumen dari Kuasa Pengguna
Anggaran / Pejabat Pembuat Komitmen dan hal tersebut akan dibahas
dalam rapat penjelasan.

f. Sebelum melaksanakan pekerjaan rekanan diharuskan meneliti kembali


semua dokumen yang ada untuk disesuaikan dengan Berita Acara Rapat
Penjelasan.

Pasal 8 PERSIAPAN DI LAPANGAN

1. JALAN MASUK KE TEMPAT PEKERJAAN.


Jalan masuk ketempat pekerjaan yang telah ditetapkan harus diadakan oleh
penyedia jasa, bilamana diperlukan. Untuk dimensi jalan disesuaikan
dengan kebutuhan dan kepentingan proyek. Apabila jalan masuk sudah
ada, maka apabila pekerjaan proyek telah selesai, segala kerusakan yang
diakibatkan oleh kegiatan pekerjaan tersebut, harus dibetulkan kembali
seperti semula dengan biaya yang dibebankan sepenuhnya kepada
Penyedia jasa.

2. DIREKSI KEET.
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, pelaksana harus menyediakan
direksi keet yang didalamnya dilengkapi :
1. Meja kursi
2. Buku Tamu dan Buku Direksi
3. Gambar – gambar rencana, RKS, Berita Acara Penjelasan
Pekerjaan ( Aanwijzing )
4. Kotak Obat ( P3K )
5. Foto – foto proyek ( 0%, 50%, 100% ), masing – masing diambil
3 titik pada tempat yang sama
6. Jadwal waktu pelaksanaan ( Time Schedule )
7. Grafik cuaca / curah hujan dan Grafik tenaga kerja

b. Kontraktor diwajibkan juga harus membuat bangsal terbuka untuk


melaksanakan pekerjaan kayu dan lain – lain yang tidak langsung
dikerjakan dilapangan, supaya terhindar dari hujan dan panas.
c. Segala biaya pembuatan Direksi Keet dan Bangsal Kerja menjadi
tanggung jawab dan beban kontraktor.

3
Pasal 9 : JADWAL PELAKSANAAN

Pada saat rekanan akan memulai pelaksanaan dilapangan atau setelah rekanan
menerima SPMK harus segera mengadakan persiapan antara lain berupa
pembuatan jadwal pelaksanaan yang berupa Bar Chart/S-Curve/Network
Planning/Ms. Project secara tertulis, berisi tahap-tahap pelaksanaan pekerjaan,
waktu yang direncanakan dan disesuaikan dengan jangka waktu yang ditetapkan
dalam kontrak dan harus disahkan Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas. Bar
Chart//S-Curve/Network Planning/Ms. Project tersebut harus selalu berada
dilokasi, ( tempat pekerjaan ) untuk diikuti dengan perkembangan hasil
pelaksanaan pekerjaan dilapangan dengan diberikan tanda garis tinta warna
merah. Bila terdapat / terlihat hambatan, semua pihak harus segera mengadakan
langkah-langkah untuk penanggulangan hambatan yang akan terjadi.

Pasal 10 : KUASA PEMBORONG DI LAPANGAN


1. PROSEDUR PELAKSANAAN.
Penyedia jasa harus mengawasi dan memimpin pekerjaan dengan
menggunakan kecakapan dan perhatian sepenuhnya. Ia harus semata-mata
bertanggung jawab untuk semua alat-alat konstruksi, cara-cara teknik
urutan dan prosedur dan untuk mengkoordinasikan semua bagian
pekerjaan yang berada di dalam kontrak.

2. PELAKSANA
a. Sebagai Pemimpin Pelaksanaan Proyek sehari-hari pada pelaksanaan
pekerjaan, penyedia jasa harus dapat menyerahkan kepada seorang
pelaksana ahli, cakap sesuai dengan bidang keahliannya, yang diberi
kuasa dengan penuh tanggung jawab dan selalu berada ditempat
pekerjaan.
b. Sebagai penanggung jawab pekerjaan di lapangan, pelaksana harus
mempelajari dan mendalami semua isi gambar, bestek dan berita acara
Aanwijzing, sehingga tidak terjadi kesalahan-kesalahan baik konstruksi
maupun kwalitas bahan-bahan yang harus dilaksanakan.
c. Perubahan Konstruksi maupun perubahan bahan-bahan bangunan dapat
dilaksanakan apabila ada ijin tertulis dari Konsultan Pengawas / Kuasa
Pengguna Anggaran / Pejabat Pembuat Komitmen berdasarkan rapat
Proyek. Apabila terjadi penyimpangan dari hal tersebut menjadi
tanggung jawab penyedia jasa, untuk melaksanakan kembali sesuai
gambar dan bestek.
d. Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas berhak menolak penunjukan
seorang pelaksana dari penyedia jasa berdasarkan pendidikan,
pengalaman, tingkah laku dan kecakapan, dalam hal ini penyedia jasa
harus segera menempatkan pengganti lain dengan persetujuan Badan
Pengawas Bangunan.

Pasal 11 : TEMPAT TINGGAL ( DOMISILI )

Untuk memudahkan komunikasi demi untuk memperlancar jalannya


pelaksanaan pekerjaan rekanan pemborong berkewajiban memberikan alamat
yang tepat dan jelas dengan nomor telepon rumah ( bila ada ) kepada Kuasa
Pengguna Anggaran / Pejabat Pembuat Komitmen / Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatan.

4
Pasal 12 : PENJAGAAN KEAMANAN LAPANGAN PEKERJAAN

1. KEAMANAN DAN KESEJAHTERAAN.


Selama pelaksanaan pekerjaan penyedia jasa diwajibkan menyediakan
segala sesuatu yang diperlukan untuk keamanan para pekerja dan tamu,
seperti pertolongan pertama, sanitasi, air minum, dan fasilitas-fasilitas
kesejahteraan. Juga diwajibkan memenuhi segala peraturan dan tata tertib
Pemerintah Daerah setempat.

2. TERHADAP WILAYAH DI LUAR PROYEK.


Penyedia jasa diharuskan membatasi daerah operasinya disekitar lokasi
dan harus mencegah para pekerjanya melanggar wilayah lain yang
berdekatan.

3. TERHADAP MILIK UMUM.


Penyedia jasa harus menjaga agar jalan umum, jalan kecil, dan hak
pemakaian jalan, bersih dari bahan-bahan bangunan dan sebagainya dan
memelihara kelancaran lalu lintas, baik bagi kendaraan maupun pejalan
kaki selama kontrak berlangsung. Penyedia jasa juga bertanggung jawab
atas gangguan dan pemindahan yang terjadi atas perlengkapan umum
(fasilitas) seperti saluran air, listrik dan sebagainya yang disebabkan oleh
kegiatan penyedia jasa, maka biaya pemasangan kembali dan segala
perbaikan kerusakan menjadi tanggung jawab penyedia jasa.

4. TERHADAP BANGUNAN YANG ADA.


Selama masa-masa pelaksanaan kontrak, penyedia jasa bertanggung jawab
penuh atas segala kerusakan bangunan yang ada, utilitas, jalan-jalan,
saluran-saluran pembangunan dan sebagainya di tapak kerusakan-
kerusakan sejenis yang disebabkan karena kegiatan penyedia jasa dalam
arti kata yang luas. Itu semua diperbaiki (penyedia jasa) hingga dapat
diterima pemberi tugas.

5. KEAMANAN TERHADAP PEKERJAAN.


Penyedia jasa bertanggung jawab atas keamanan seluruh Pekerjaan,
termasuk bahan-bahan bangunan dan perlengkapan instalasi ditapak,
hingga kontrak selesai dan diterima baik oleh Badan Pengawas Bangunan.
Penyedia jasa harus menjaga perlengkapan bahan-bahan dari segala
kemungkinan kerusakan, kehilangan dan sebagainya. Termasuk menjaga
agar pekerjaan bebas dari air hujan dengan melindungi dengan tutup yang
layak, memompa, atau menimba seperti apa yang dikehendaki atau
diinstruksikan oleh Kuasa Pengguna Anggaran dan Pejabat Pembuat
Komitmen.

Pasal 13 : LAPORAN MINGGUAN DAN HARIAN


Penyedia jasa harus membuat laporan harian, mingguan, bulanan
mengenai kemajuan pekerjaan. Laporan kemajuan pekerjaan tersebut
sekurang-kurangnya mengenai keterangan-keterangan yang berhubungan
dengan kejadian-kejadian selama 1
( satu ) bulan. sebagai berikut :

I. Jumlah pegawai / tenaga kerja yang dipekerjakannya selama bulan


itu.
II. Uraian kemajuan pekerjaan konstruksi fisik pada akhir bulan.
III. Bahan-bahan dan barang-barang perlengkapan yang telah masuk dan
diterima ditempat pekerjaan.

V. Kunjungan khusus tentang pekerjaan yang telah dikerjakan.

5
Pasal 14 : JAMINAN DAN KESELAMATAN BURUH

1. AIR MINUM DAN AIR UNTUK PEKERJAAN.


a. Penyedia jasa harus senantiasa menyediakan air minum
yang bersih ditempat pekerjaan untuk para pekerjanya.
b. Air untuk keperluan bangunan selama pelaksanaan, dapat
mempergunakan atau menyambung pipa air yang telah ada dengan
meteran air tersendiri (guna memperhitungkan pembayaran) atau air
sumur yang bersih/jernih dan tawar, bila hal ini diragukan, maka harus
diperiksa pada laboratorium.

2. KECELAKAAN.
Apabila terjadi kecelakaan untuk tenaga kerja, untuk tenaga kerja yang
melaksanakan penyedia jasa harus segera mengambil tindakan yang perlu
untuk keselamatan si korban dengan biaya pengobatan dan lain-lain
menjadi tanggung jawab penyedia jasa dan harus segera melaporkan
kepada jawatan perburuhan, Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.

3. KOTAK OBAT.
Di lokasi pekerjaan harus disediakan kotak obat-obatan untuk pertolangan
pertama yang selalu tersedia setiap saat dan berada ditempat Direksi Keet.

Pasal 15 : ALAT-ALAT PELAKSANAAN / PENGUKURAN

a. Selama pelaksanaan pekerjaan, penyedia jasa harus menyediakan /


menyiapkan alat-alat, baik untuk sarana peralatan pekerjaannya maupun
peralatan-peralatan yang diperlukan untuk memenuhi kwalitas hasil
pekerjaan antara lain : Pompa air, beton mollen dan sebagainya.
b. Penentuan titik duga letak bangunan, siku-siku bangunan maupun datar
(waterpass) dan tegak lurusnya bangunan harus ditentukan dengan
memakai alat ukur waterpass instrumen ( keiker).

Pasal 16 : SYARAT-SYARAT CARA PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN

a. Penyedia jasa menjamin bahwa semua bahan bangunan, yang disediakan


menurut kontrak dalam keadaan baru, dan bahwa semua bahan berkwalitas
baik, bebas dari cacat.
b. Dalam pengajuan penawaran penyedia jasa harus mempertimbangkan
biaya-biaya pengujian/pemeriksaan berbagai bahan pekerjaan. Diluar
jumlah tersebut penyedia jasa tetap bertanggung jawab atas biaya-biaya
pengiriman kembali bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat yang
dikehendaki.

Pasal 17 : PEKERJAAN TIDAK BAIK

a. Pemberi tugas berhak mengeluarkan instruksi agar penyedia jasa


membongkar pekerjaan apa saja yang telah ditutup untuk diperiksa, atau
mengatur untuk mengadakan pengujian bahan-bahan atau barang-barang,
baik yang sudah maupun yang belum dimasukkan dalam pekerjaan atau
yang sudah dilaksanakan. Ongkos untuk pengerjaan dan sebagainya
menjadi beban penyedia jasa, untuk disempurnakan sesuai kontrak.
b. Pemberi tugas berhak mengeluarkan instruksi untuk menyingkirkan dari
tempat pekerjaan, pekerjaan-pekerjaan dan bahan-bahan atau apa saja
yang tidak sesuai dengan kontrak.
c. Pemberi tugas boleh (tetapi tidak dengan secara tidak adil atau
menyusahkan) mengeluarkan perintah yang menghendaki pemecatan siapa
saja dari pekerjaan.

6
Pasal 18 : PEKERJAAN TAMBAH DAN KURANG

a. Pekerjaan tambah dan kurang hanya dapat dikerjakan atas perintah atau
persetujuan secara tertulis dari Kuasa Penguna Anggaran / Pejabat
Pembuat Komitmen atau Direksi Proyek. Selanjutnya perhitungan
penambahan/pengurangan pekerjaan dilakukan atas dasar harga yang
disetujui oleh kedua belah pihak, Apabila harga satuan tidak tercantum
dalam kontrak upah dan satuan bahan.
b. Pekerjaan tambah dan kurang yang dikerjakan tidak seijin Kuasa Penguna
Anggaran / Pejabat Pembuat Komitmen atau Direksi Proyek secara
tertulis, adalah tidak sah dan menjadi tanggung jawab pemborong
sepenuhnya.

Pasal 19 : CARA-CARA DAN SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

1. HARGA SATUAN DAN HARGA PENAWARAN.


a. Dalam formulir surat penawaran, penawar harus melengkapi daftar
harga satuan. Tiap harga satuan harus meliputi segala perongkosan
(overhead), keuntungan dan segala biaya umum yang dikenakan untuk
pekerjaan semacam itu.
b. Harga penawaran yang dicantumkan (disebut) dalam formulir surat
penawaran hanya dicantumkan dalam rupiah.

2. PAPAN NAMA PROYEK.


a. Penyedia jasa tidak diijinkan membuat iklan dalam bentuk apapun,
dalam batas-batas lapangan pekerjaan atau ditanah yang berdekatan,
tanpa ijin Pengawas.
b. Penyedia jasa harus melarang siapapun yang tidak berkepentingan
memasuki lapangan pekerjaan.
c. Penyedia jasa harus memasang papan nama proyek dilokasi pekerjaan
dengan ukuran 0,8 x 1,2 m2 berwarna dasar putih dengan tulisan
hitam, selambat-lambatnya 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal
dikeluarkannya SPMK.

3. PEKERJAAN PERSIAPAN.
a. Sebelum penyedia jasa mengadakan persiapaan dilokasi, sebelumnya
harus memenuhi prosedur tentang tata cara perijinan untuk memulai
dengan persiapan – persiapan pembangunan kepada Pemberi tugas
yang bersangkutan, terutama tentang dimana harus membangun
bangunan sementara ( bouwkeet ), Direksi Keet, penempatan bahan –
bahan bangunan, jalan masuk dan sebagainya.
b. Pada saat memulai pekerjaan persiapan dan pengukuran Direksi Keet
sudah harus tersedia dan mulai aktif digunakan untuk mengadakan
pengawasan sesuai dengan tugasnya.
c. Untuk menghindari keraguan konstruksi, maka sebelum tiap – tiap
bagian akan dilaksanakan, diharuskan mendapatkan ijin tertulis dari
Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas lapangan untuk dapat
meneruskan bagian dari pekerjaan tersebut secara berkala.

Pasal 20 : UKURAN TINGGI DAN UKURAN POKOK


a. Semua ukuran yang tercantum dalam rencana ini dinyatakan dalam
cm dan m.
b. Permukaan atas lantai Keramik ( Peil + 0,00 ) dari tanah sekitarnya
disesuaikan dengan gambar rencana kerja, kecuali ditetapkan lain
pada waktu rapat penjelasan pekerjaan

7
Pasal 21 : PEKERJAAN TANAH
1. LINGKUP PEKERJAAN INI MELIPUTI.
a. Penebangan pohon dan pemindahan seluruh hal–hal
yang merintangi pekerjaan
b. Penggalian Pondasi
c. Urugan Kembali bekas galian dan penimbunan
d. Pemadatan pada setiap lapisan timbunan

2. PEMBONGKARAN DAN PEMBERSIHAN.


Pembersihan lapangan pekerjaan dilakukan dengan membuang rumput,
sampah atau bahan lainnya yang mengganggu, menebang pohon–pohon
dan mencabut akarnya serta membuangnya sesuai petunjuk Pemberi Tugas
dan Konsultan Pengawas.

3. GALIAN TANAH.
a. Galian tanah untuk pondasi harus sesuai dengan ukuran dalam gambar,
sampai tanah keras, apabila diperlukan untuk memadatkan daya dukung
yang baik, dasar galian harus dipadatkan / ditumbuk.
b. Jika Galian melebihi batas kedalaman, penyedia jasa harus menimbun
kembali dan dipadatkan sampai kepadatan maksimum.
c. Hasil Galian yang dapat dipakai untuk penimbunan harus diangkut
langsung ketempat yang direncanakan yang disetujui Pemberi Tugas,
sedangkan hasil galian yang tidak dapat dipakai untuk penimbunan
harus disingkirkan ketempat yang disetujui Pemberi Tugas dan
Konsultan Pengawas.

Pasal 22 : PAPAN BOUWPLANK

1. Semua bouwplank menggunakan kayu kelas II / terentang diserut rata dan


terpasang waterpas dengan peil + 0,00 m. Setiap jarak 2 meter papan
bouwplank diperkuat dengan patok kayu berukuran 5/7 cm. Pada papan
Bouwplank ini harus dicat sumbu–sumbu dinding dengan cat yang tidak
luntur oleh pengaruh iklim.
2. Jarak papan bouwplank minimal 2,5 m dari garis bangunan terluar untuk
mencegah kelongsoran terhadap galian tanah pondasi.
3. Setelah pekerjaan papan Bouwplank selesai, pemborong wajib meminta
pemeriksaan dan persetujuan dari Pemberi Tugas Pengawas Lapangan.

Pasal 23 : PEKERJAAN PONDASI

1. Pondasi yang digunakan adalah pondasi plat setempat( sesuai gambar


perencanaan ).
Alas pondasi plat setempat menggunakan pasir urug setebal 5 cm yang
dipadatkan, sedangkan untuk pondasi plat setempat menggunakan lantai
kerja setebal 5 cm dari beton rabat dengan campuran 1 Pc : 3 Psr : 6 Krl.

2. Pondasi bangunan yang dipakai untuk jenis tanah stabil memakai pondasi
plat setempat, terdiri dari :
a. Alas pondasi dari pasir urug yang dipadatkan setebal 5 cm, ditumbuk
dan disiram air sampai kepadatan maksimum.
b. Lantai kerja pondasi menggunakan beton rabat dengan campuran 1Ps :
3Kr : 6Ps.
c. Material yang digunakan adalah pasir dan kerikil bermutu tinggi tidak
mengandung lumpur dan tanah.

8
3. Penggalian pondasi dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan Lay
out, titik as pondasi tersebut dan ditentukan dengan teliti sesuai dengan
gambar dan disetujui Pemberi Tugas / Pengawas Lapangan.

4. Pemeriksaan tiap galian pondasi dilaksanakan terhadap betulnya


penempatan, kedalaman, besaran, lebar, letak dan kondisi dasar galian.
Sebelum pemasangan pondasi dimulai, ijin dari Pemberi Tugas /
Pengawas Lapangan mengenai hal tersebut harus didapat secara tertulis.

Pasal 24 : PEKERJAAN PASANGAN DINDING DAN PLESTERAN

1. LINGKUP PEKERJAAN.
a. Pasangan dinding bata merah
b. Plesteran dinding bata merah
c. Plesteran / afwerking permukaan beton

2. BAHAN YANG DIPAKAI.


a. Bata merah bermutu baik, pembakaran sempurna bebas dari cacat dan
retak, minimum belah menjadi 2 bagian. Produk Bata merah adalah
lokal memenuhi persyaratan PUBBI 1970. Apabila bata merah sulit
didapat, pemborong dengan ijin tertulis dari Pemberi Tugas dan
Pengawas lapangan dapat mempergunakan bahan bangunan alternatif
pengganti bata yaitu dinding bataco / batu gunung putih.
b. Pasir pasang harus bersih, tajam dan bebas lumpur, tanah liat, kotoran
organik dan bahan yang dapat merusak pasangan.
c. Semen yang dipakai harus memenuhi persyaratan N.I.S type I
menurut ASTM dan memenuhi S-400 Standart portland Cement.

3. ADUKAN / CAMPURAN.
a. Adukan trasram 1PC: 2 PS dilaksanakan untuk :
 Semua pasangan bata setinggi 30 cm diatas sloof/diatas lantai.
 Pasangan bata sebagai pondasi Rollag serta tempat-tempat
lainnya yang diperlukan, seperti pasangan dinding Kamar Mandi.
 Pasangan dinding yang masuk kedalam tanah. seluruhnya
pasangan trasram, plint plesteran, plesteran permukaan beton dan
seluruh plesteran trasram menggunakan campuran 1 PC : 2 PS.
b. Adukan 1Pc : 4 Psr dilaksanakan untuk pasangan dinding dan
plesteran yang tidak trasram seperti tercantum diatas.

4. PELAKSANAAN PEKERJAAN.
a. Pekerjaan pasangan dinding harus terkontrol waterpass baik arah
vertikal maupun horisontal. Setiap 8 baris bata harus dipasang anker
besi yang berhubungan dengan kolom utama. Pelaksanaan pasangan
dinding bata tidak boleh melebihi ketinggian 1 meter setiap hari.
b. Pasangan bata yang selesai harus terus menerus dibasahi selama 14
hari. Untuk itu plesteran trasram dilakukan pada kedua sisi luar dan
dalam.
c. Untuk Finishing beton expose apabila ada yang rusak / cacat, sebelum
diperhalus / afwerking permukaan beton perlu dikasarkan.
d. Seluruh pekerjaan pasangan yang tidak lurus, berombak dan retak–
retak harus dibongkar dan diperbaiki, atas biaya penyedia jasa.

9
Pasal 25 : PEK. BETON BERTULANG DAN TIDAK BERTULANG

1. LINGKUP PEKERJAAN.
Yang termasuk dalam lingkup pekerjaan ini adalah :
a. Pekerjaan Beton Bertulang terdiri dari :
 Kolom struktur, balok struktur, Kolom praktis, ring balk praktis,
balok latai, beton plat atap, beton Over Steek dll.
 Kolom, balok, plat dack lantai 2 ,talang beton struktur
menggunakan beton MIX siap tuang / pakai dengan mutu K 275.
 Untuk kolom praktis, ringbalk dan pekerjaan beton yang bersifat
non struktural, menggunakan beton dengan campuran K175.
 Untuk kontruksi talud sloof , ring balok, plat talud , kolom ,
menggunakan beton dengan campuran K225.
 Semua jenis pemakaian beton harus memperhatikan dan sesuai
dengan gambar perencanaan.
c. Pekerjaan beton tidak bertulang yang terdiri dari pekerjaan rabat lantai
dan lantai kerja.
2. BAHAN / MATERIAL.
a. Pasir beton dan koral harus bermutu baik, tidak mengandung bahan
organis, lumpur dan sejenisnya. Koral yang digunakan mempunyai
gradasi 2-3 cm dan dapat memenuhi persyaratan SKSNI – 1991.
b. Air yang dipakai harus air tawar dan bersih, bebas dari zat- zat kimia
yang dapat merusak beton.
c. Tulangan besi beton dipakai besi beton polos U 24, kalau
menggunakan besi beton ulir baja ST.37.

3. BEKISTING.
a. Bahan bekisting dipakai kayu bekisting / kelas II yang cukup kering
dan keras.
b. Pasangan bekisting harus rapih, cukup kuat dan kaku untuk menahan
getaran dan kejutan gaya yang diterima tanpa berubah bentuk.
Kerapihan dan ketelitian pemasangan bekisting dibongkar
memberikan bidang–bidang yang rata.
c. Sebelum Pengecoran, bagian dalam bekisting harus bersih dari
kotoran dan harus tersiram air sampai merata.
d. Pembongkaran papan bekisting dapat dilaksanakan sesudah mendapat
persetujuan dari Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.
d. Setelah pekerjaan bekesting dibongkar semua bidang yang terlihat
ada lobang – lobang, tidak rata, harus segera ditutup dengan spesie 1
Pc : 2 Ps.

4. ADUKAN.
Adukan beton bertulang dengan perbandingan K175 harus dilaksanakan
pada beton bertulang praktis.

5. PELAKSANAAN PEKERJAAN.
a. Penyetelan dan pemasangan besi tulangan. Semua tulangan harus
dipasang pada posisi yang tepat hingga tidak dapat berubah dan
bergeser pada waktu adukan digetarkan. Penyetelan besi tulangan
harus diperhitungkan dengan tebal selimut beton terhadap ukuran
yang ditentukan
b. Pengecoran
 Sebelum pengecoran dilaksanakan, bekisting harus dicek terhadap
kelurusan, baik arah vertikal maupun horisontal.
 Alat penggetar pada waktu pengecoran dapat digunakan bamboo
bulat dan diselingi pengetukan begesting secara perlahan.
 Pengadukan harus rata dan sama kentalnya setiap kali membuat
adukan kembali. Sedangkan adukan yang sudah mengalami
perubahan kekerasan tidak diperkenankan dipakai lagi.

10
 Pekerjaan yang tidak sesuai dengan ketentuan ini, harus dibongkar
dan diperbaiki atas biaya penyedia jasa.
 Sebelum pengecoran dilakukan, sisi dalam papan bekisting harus
bebas dari segala macam kotoran dan harus tersiram dengan air
sampai merata.
 Penyedia jasa tidak diperbolehkan mengecor beton sebelum
bekesting dan pasangan besi beton diperiksa dan disetujui
Pengawas secara tertulis.
 Selama pekerjaan pengecoran kontraktor harus melaksanakan hal –
hal sebagai berikut :
- Pengujian kekentalan setiap kali penuangan campuran beton
dari molen. Angka kekentalan yang harus diperoleh harus
sesuai dengan yang disaratkan dengan PBI – 1971. Bila angka
ini tidak tercapai maka adukan harus dibuang atau dipakai
untuk mengganti pelaksanaan beton rabat.
- Pembuatan benda uji beton ( kubus beton atau silinder beton )
sebanyak 1 buah setiap 3 m3 beton, apabila jumlah total
pekerjaan beton melebihi 22 m3. Setelah mencapai umur yang
cukup, benda uji tersebut harus ditest ke laboratorium dengan
biaya ditanggung penyedia jasa. Bila hasil test ternyata tidak
memenuhi syarat, maka dilakukan test lapangan. Dan ternyata
apabila hasilnya tidak sesuai yang disyaratkan dalam PBI –
1971, maka pekerjaan tersebut harus dibongkar dan
dilaksanakan pekerjaan kembali oleh kontraktor tanpa ada
tambahan biaya (tanpa ganti rugi).

6. TAHAPAN PENGECORAN MENGGUNAKAN READYMIX

a. Jika dalam proyek yang menggunakan readymix, pekerjaan


pengecoran yang lengkap meliputi :

 mixing : pencampuran dan pengadukan material penyusun beton di


batching plant
 loading : pemuatan adukan beton segar ke dalam truk mixer di
batching plant
 transporting : pengiriman beton segar dari batching plant ke lokasi
proyek
 checking : pemeriksaan beton segar yang terkirim di lokasi proyek,
meliputi pengecekan waktu mixing dan loading, lama pengiriman
(dari waktu kedatangan trux mixer), pengukuran slump,
pemantauan visual dan rabaan, dsb
 sampling : pengambilan contoh atau sample benda uji
 pouring/concreting : pelaksanaan penuangan beton segar ke dalam
cetakan/acuan, umumnya pekerjaan ini yang disebut pengecoran
oleh tenaga kerja di proyek
 compacting : pemadatan adukan beton segar, dengan alat bantu
concrete vibrator atau batang besi dan palu karet, dsb
 finishing : tahapan perapihan dan aplikasi finishing permukaan
dengan material khusus jika direncanakan demikian
 curing : tahapan pemeliharaan beton yang telah selesai
perapihannya, untuk memastikan proses hidrasi dan lanjutannya
berjalan se-optimal mungkin dan menghasilkan beton berkekuatan
sesuai dengan rencana dan meminimalkan cacat hasil pekerjaan
pengecoran

b. Tahap yang merupakan tahap penerimaan beton segar di


lapangan/proyek :

11
 compacting : pemadatan adukan beton segar, dengan alat bantu
concrete vibrator atau batang besi dan checking, di mana teknisi
yang dikirim batching plant bersama engineer proyek melakukan
pemeriksaan atas material beton segar yang dikirim oleh batching
plant dan sampai di lokasi proyek.
 Penerimaan atau penolakan beton merupakan tanggung jawab dan
kewenangan dari engineer proyek, sedangkan pelaksanaan
pengukuran slump dilakukan oleh teknisi batching plant dengan
disaksikan oleh engineer proyek.

c. Tanggung jawab penuh atas mutu oleh supplier/batching plant,


dilaksanakan dalam tahapan berikutnya, setelah beton dinyatakan
diterima oleh tim proyek, yaitu :
 sampling, yaitu pembuatan benda uji untuk pemantauan mutu/kuat
tekan beton, sampai dengan perawatan dan pengujiannya.

Sampai batas tahap ini, tanggung jawab penuh batching plant
berakhir.
d. Tahap selanjutnya, tanggung jawab atas penanganan beton segar
berpindah ke tim pelaksana di proyek :
 concreting, compacting, finishing dan curing Pada dasarnya beton
segar setelah diterima dan dilakukan sampling, seluruh
perlakuannya merupakan tanggung jawab penuh tim
pelaksana proyek/Kontraktor, kecuali dalam tindakan-tindakan
yang mendapat persetujuan tertulis dari teknisi batching plant yang
stand by di lokasi proyek.
 Tindakan penambahan bahan apapun (air, additive, dsb) maupun
metoda dan durasi pengerjaan penuangan dan pemadatan,
sepenuhnya menjadi tanggung jawab tim Kontraktor jika tidak
mendapatkan persetujuan tertulis dari teknisi batching plant atas
perlakuan yang diberikan pada beton segar oleh Kontraktor.
 Untuk dapat melaksanakan pengecoran dengan baik, maka
manager, engineer, pelaksana, dan tenaga kerja/tukang harus
mengenali parameter beton segar yang perlu diketahui supaya tidak
mengakibatkan cacat penanganan atau pelaksanaan.

e. Parameter yang harus diperhatikan manager, engineer dan pelaksana


dalam tim pelaksana Kontraktor dalam memantau beton segar yang
diterima dan diaplikasikan di lapangan/proyek secara umum adalah :

 waktu setting, berhubungan dengan fase beton mulai dari beton


segar sampai beton jadi/keras
 workability
 waktu setting, berhubungan dengan fase beton mulai dari beton
segar sampai beton jadi/keras susut plastis

f. Fase beton yang harus diketahui


 fase plastis
 fase setting
 fase hardening

g. Faktor yang mempengaruhi parameter-parameter tersebut di atas


adalah :
 kuat tekan rencana
 faktor air semen
 kondisi lingkungan dan area kerja

12
h. Workability

 Workability atau kemudahan pengerjaan beton segar, pada


umumnya mencakup dan dipengaruhi oleh :
 homogenity :kerataan campuran beton segar
 cohesiveness : kelekatan atau kohesi yang diberikan oleh adukan
pasta semen dalam beton segar
 mobility : kemampuan beton segar mempertahankan komposisi dan
kerataannya jika diangkut atau dipindahkan dengan alat bantu lain
di lokasi proyek (misal : gerobak/trolley, bucket, ember, dsb)
 flowability : kemampuan alir beton segar di dalam cetakan/acuan
 plasticity : kondisi adukan beton segar di mana tahapan setting
belum terjadi atau belum sempurna -- di mana beton segar hanya
ideal untuk dituang dan dipadatkan dalam kondisi plastis

i. Pada umumnya pemeriksaan workability adalah pengukuran slump


beton segar, namun bukan hanya terbatas pada hal itu saja, bentuk
keruntuhan slump, pemantauan visual dan waktu perlu diperhatikan,
karena workability beton segar akan semakin menurun berbanding
dengan berjalannya waktu dari proses mixing beton segar di
batching plant.
j. Waktu setting penting untuk dipantau karena berkaitan dengan fase
beton yang mempengaruhi kekuatan beton yang dihasilkan dari
pelaksanaan pengecoran.

k. Secara umum waktu setting dibagi 2, yaitu :

 Initial setting atau waktu ikat awal, adalah proses di mana


pengikatan atau proses hidrasi sudah terjadi dan panas hidrasi sudah
muncul, serta workability beton sudah hilang
 Waktu total/final setting, adalah kondisi di mana beton sudah
mengeras sempurna

l. Hubungan waktu setting dan fase beton :

 fase plastis : kondisi beton sebelum initial setting terjadi


 fase setting : kondisi beton di antara waktu initial setting dan
total/final setting
 fase hardening : kondisi beton di antara waktu final setting sampai
dengan selesainya proses hidrasi seluruh komponen kimia pada
semen
m. Pada beton tanpa bahan tambah/additive, secara umum disepakati
atau dipakai acuan waktu sebagai berikut :

 waktu initial setting yang dipahami sebagai awal proses hidrasi


semen mulai terjadi pada 45 -120 menit dari dimulainya
pencampuran/mixing beton
 rentang waktu initial setting yang ditetapkan sebagai batas kondisi
plastis telah hilang pada umumnya adalah 1,5-2,5 jam dari
dimulainya pencampuran/mixing beton
 waktu total/final setting dianggap adalah 3-4 jam dari
dimulainyapencampuran/mixing beton

n. Fase beton yang merupakan kondisi di mana beton dinyatakan


sebagai beton segar, belum terjadi proses hidrasi dan dapat dicor
adalah fase plastis, dan pada umumnya diambil maksimal 2,5 jam
dari waktu mixing beton sebagai waktu maksimal penyelesaian
pengerjaan beton segar sampai dengan pemadatan/compacting.

13
o. Ciri fase plastis beton yang diamati di lapangan/proyek adalah secara
visual dan perabaan :
 beton masih dalam kondisi basah, jika dituang masih terlihat aliran
beton segardan tidak terputus-putus sebagai gumpalan-gumpalan
adukan beton
 jika seseorang berjalan di atas beton segar, maka kaki masih akan
masuk/terbenam di dalam beton dengan mudah
 jika beton dengan mudah dapat ditusuk dengan besi diameter 12
mm sampai kedalaman 10 cm, maka workability beton tersebut
masih baik
 beton masih belum mengeluarkan panas hidrasi (jika dalam kondisi
lingkungan dingin kadang dapat diamati asap dari proses pelepasan
panas hidrasi)
 dalam cetakan/acuan, beton masih dapat mengalir secara konstan
dan baik, dengan sendirinya atau dengan bantuan concrete vibrator

p. Beberapa praktisi beton menyepakati initial setting sebagai kondisi


di mana adukan beton jika dilakukan pengujian slump kembali, akan
diperoleh nilai slump = 0 cm, dan pada saat itulah dinyatakan
adukan beton segar tidak layak lagi dipakai (dituang/dicor dan
dipadatkan)

q. Waktu initial setting dianggap sebagai waktu berakhirnya tahap


compacting dandimulainya finishing permukaan beton yang sedang
dikerjakan, dan kesempatan pelaksanaan pekerjaan finishing ini akan
berakhir pada waktu tercapainya final setting, yang merupakan
waktu dimulainya pelaksanaan curing/pemeliharaan beton
r. Bagan berikut menggambarkan waktu dan fase beton tanpa bahan
tambah/additive secara umum :

14
s. Pemahaman atas waktu setting diperlukan untuk penentuan waktu
jeda atau interval pengiriman beton segar dari batching plant ke
lokasi proyek, supaya tidak terjadi penumpukan antrian truk mixer
dan meminimalkan resiko terbuangnya beton karena sudah melewati
fase plastis.

t. Penetapan interval pengiriman beton segar harus dilakukan dengan


memperhatikan :
 waktu initial setting
 waktu transport/pengiriman
 waktu pengerjaan sampai pemadatan selesai
 untuk tiap volume dalam satu truk mixer
u. Dalam kondisi tertentu diperlukan penundaan waktu initial setting
untuk mempertahankan beton segar dalam kondisi plastis (mis.
karena waktu transport yang lama karena jarak atau macet, karena
waktu pengerjaan yang lama karena kompleksitas struktur yang
dilaksanakan, dsb)
v. Untuk itu dapat dilakukan tindakan penambahan bahan
tambah/additive yang bersifat retarder, yaitu memperlambat waktu
ikat semen/waktu hidrasi, oleh supplier atau batching plant bersama
dengan Kontraktor
w. Yang perlu diperhatikan dalam penambahan additive adalah kapan
ditambahkannya bahan tersebut ke dalam adukan beton segar,
apakah pada waktu pengadukan awal atau dalam waktu tertentu
sebelum waktu setting terjadi, harus mengikuti standar petunjuk
teknis dari produsen material yang dipakai.

15
Pasal 26 : PEKERJAAN LANTAI
1. LINGKUP PEKERJAAN
Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah :
a. Rabat beton K100
b. Lantai keramik lantai 60 X 60 warna terang (polish)
c. Lantai keramik lantai 60 X 60 warna gelap (polish)
d. Lantai keramik 30 x 30 Tekstur
e. Lantai Keramik 25x25 Tekstur
f. Step Nosing Uk 5 x 30
g. Keramik dinding 25 x 40 motif
h. Kol-Kolan Kaca Tinggi 7cm
i. Batu Koral sikat
j. Batu Tumpang Sirih

2. BAHAN / MATERIAL.
a. Lantai Keramik Lantai ukuran 60 X 60, kwalitas baik ( KW 1 ), tidak
retak, rata dan mempunyai daya lekat adukan, digunakan untuk seluruh
ruangan – ruangan dan teras bangunan. keramik 30 x 30 Tekstur
digunakan pada lantai tangga. Sedangkan keramik dinding menggunakan
keramik 25 x 40 motif kwalitas baik ( KW 1 ). Step nosing keramik tangga
kwalitas baik (KW 1) , tidak retak, rata dan mempunyai daya lekat
adukan, digunakan untuk anak tangga.
b. Sebelum dilaksanakan pemasangan bahan, penyedia jasa harus
mengajukan contoh terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan
Direksi / Pengawas Lapangan. Bahan yang sudah didatangkan harus
disimpan ditempat terlindung, tertutup, kering dan bersih.

3. ADUKAN.
Adukan pemasangan keramik menggunakan perbandingan 1 PC : 2 PSR
dengan ketebalan adukan / Spesi + 3 cm.

4. PELAKSANAAN PEKERJAAN.
a. Pasang Rabat beton dan keramik dipasang diatas pasir urug yang sudah
ditumbuk, dipadatkan dan disiram air. Sebelum pekerjaan dilaksanakan,
terlebih dahulu diteliti kebenaran serta ketepatan Peil – nya dan pemadatan
tanah urug dan pasir urug dibawahnya.
b. Semua Keramik yang akan dipasang terlebih dahulu direndam air.
Pengisian adukan harus cukup merata / padat. Setelah dibersihkan dari
kotoran, pemolesan / pengisian NEUT Keramik dapat dilakukan dengan
air semen.
c. Pekerjaan Keramik lantai yang tidak lurus / waterpass, neutnya tidak
lurus / berombak, turun naik dan retak harus dibongkar dan diperbaiki atas
biaya penyedia jasa. Lantai keramik yang sudah terpasang dipel dan
dibersihkan dari kotoran – kotoran sisa pekerjaan.

Pasal 27 : PEKERJAAN KONSTRUKSI ATAP


1. MUTU BAHAN.
Semua bahan konstruksi kuda-kuda atap, rafter, balok regel menggunakan
baja berat/konvensional dan baja ringan yang bermutu tinggi.

2. PERSYARATAN PRA – KONSTRUKSI


a. Penyedia jasa wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab terhadap
semua ukuran – ukuran yang tercantum dalam gambar kerja.

b. Perubahan ukuran / detail karena alasan tertentu harus diajukan terlebih


dahulu kepada badan pengawas bangunan dan konsultan pengawas untuk
mendapatkan persetujuan secara tertulis.

16
3. PELAKSANAAN PEKERJAAN.
a. Semua pekerjaan struktur atap baja harus rapi dan sesuai dengan gambar
perencanaan .
b. Usuk - usuk dipasang setiap jarak yang telah ditentukan, harus waterpass
menurut kemiringan atap dan menggunakan baja ringan bermutu tinggi.
Sedangkan reng menggunakan baja ringan bermutu tinggi, dipasang setiap
jarak sesuai dengan ukuran genteng.
c. Kuda – kuda, gording, ikatan angin, nok, rafter menggunakan baja berat
jenis WF, CNP yang ukuran dan ketebalannya telah ditentukan dalam
gambar perencanaan. Untuk ukuran dan sudut kemiringan menyesuaikan
dengan gambar perencanaan.

Pasal 28 : PEKERJAAN PASANGAN RANGKA ATAP


1. . LINGKUP PEKERJAAN.
a. Pasangan rangka atap zincalum ( usuk + reng baja ringan )
b. Pasangan atap genteng mantili

2. BAHAN YANG DIPAKAI.


a. Bahan zincalum yang baik dan kuat sesuai dengan ketebalan.
b. Perakitan dengan screw yang kuat dan rapi.

Pasal 29 : PEKERJAAN PENUTUP ATAP


1. Bahan penutup atap dipakai genteng mantili, dengan ukuran / isi 25 buah
untuk tiap m2.Untuk seluruh bangunan harus menggunakan bahan penutup
atap dari satu pabrik. Sebelum dipesan / kirim ke pekerjaan, pemborong
terlebih dahulu mengajukan contoh kepada Pemberi Tugas dan Konsultan
Pengawas untuk mendapatkan persetujuan. Bahan penutup atap yang cacat /
retak tidak dibenarkan untuk dipakai.
2. Sebelum pemasangan penutup atap dilaksanakan, harus dicek kemiringan dan
kerataan rangka atap sehingga diperoleh bidang yang rata.
3. Pemasangan bubungan digunakan adukan 1 Pc : 2 Psr. Pemasangan penutup
atap yang tidak rapih, tidak rata dan berombak harus diperbaiki atas biaya
pemborong.
4. Penutup atap genteng mantili memakai bahan bermutu baik.

Pasal 30 : PEKERJAAN RANGKA PLAFOND DAN PENUTUP PLAFOND


1. Rangka plafond menggunakan hollow ( jenis galvalum ) yang bermutu baik /
tinggi.
2. Pelaksanaan pekerjaan ini harus memperhatikan pekerjaan sanitasi dan
pekerjaan elektrika yang sudah terpasang sebelum melaksanakan pekerjaan
penutup plafond.
3. Pelaksanaan rangka plafond adalah ukuran 60 x 60 cm, pekerjaan ini harus
memperhatikan jarak untuk pemasangan balok induk. Jarak maksimal balok
induk 1,2 m. Agar di perhatikan untuk penggantung plafond harus memakai
besi beton Ø 12 mm sehingga rangka plafond benar – benar kaku.
Pemasangan penggantung tersebut dipasang / tertanam pada rangka atap
(kuda – kuda, gording CNP).
4. Permukaan rangka plafond sebelum dipasang penutup plafond harus rata.
Permukaan penutup dan rangka plafond harus benar – benar rata air /
waterpass secara keseluruhan.
5. Penutup rangka plafond menggunakan Gypsum board 120 x 240 cm tebal 9
mm yang rata dan tidak pecah ataupun retak – retak.
6. Pertemuan antara penutup plafond ( gypsumboard ) dibuat rapat / tanpa nat
yang selanjutnya difinishing halus dan rata dengan compound ( campuran UB
800 dengan air dan textile tape). Untuk menghindari retaknya sambungan
gypsum board digunakan perban plafond sebelum diplamir / compound.
7. Secara keseluruhan pekerjaan plafond dan rangka yang berombak atau
melengkung, tidak rata, tidak lurus serta retak harus dibongkar dan diganti
atas biaya dari penyedia jasa

17
Pasal 31 : PEKERJAAN KUSEN, PINTU DAN JENDELA
1. Bahan Kusen yang dipakai untuk seluruh pekerjaan kusen pintu dan jendela
adalah kayu jati lokal dan aluminium” .
2. Penyambungan pada sudut kusen, daun pintu / jendela dan list kaca harus
betul – betul rapi, tegak lurus dan tidak terdapat celah – celah.
3. Pekerjaan kusen yang berhubungan dengan dinding bata dan kolom setiap
sisinya harus dipasang paku angkur untuk kusen kayu dan untuk kusen
aluminium setiap sisinya harus pisang paku fixer.
4. Daun pintu panil kayu jati lokal dan jendela kaca berbingkai :
a. Papan harus diserut dan menghasilkan bidang yang rata.
b. Sambungan betul – betul rapi, lurus, kokoh dan rata agar dapat dengan
mudah dibuka dan ditutup.
c. Bahan pintu panil menggunakan kayu jenis jati lokal.
d. Penyambungan pintu panil dan jendela harus menggunakan pasak kayu
dan lem kayu.
5. Daun pintu aluminium dan jendela kaca berbingkai :
a. Pekerjaan kusen Aluminium yang tidak rapi, kasar, bengkok, retak dan
tidak menggunakan bahan yang ditentukan, harus dibongkar dan diganti
atas biaya penyedia jasa.
b. Sambungan betul – betul rapi, lurus, kokoh dan rata agar dapat dengan
mudah di buka dan ditutup
c. Bahan pintu dan kusen aluminium menggunakan bahan yang sudah
ditentukan.

Pasal 32 : PEKERJAAN KACA


1. Semua kaca yang digunakan adalah kaca kualitas baik, bening, dan tidak
bergelombang dengan ketebalan 5 mm. terkecuali untuk jenis-jenis kaca
yang telah ditentukan dalam gambar perencanaan ( pintu kaca tempered
dan pintu kaca rangka aluminium serta kaca buram/es)
2. Pemasangan kaca harus tepat masuk kedalam rangkanya, setiap
pemasangan kaca harus diberi list, disealent dan difinish rapi dan tidak
menimbulkan bunyi bila ditiup angin.
3. Kaca dipasang sedemikian rupa sehingga tidak bocor, tertanam rapi dan
kokoh. Kaca yang telah terpasang harus dibersihkan dan dilap, apabila ada
kaca yang retak atau tergores harus diganti dengan kaca baru atas biaya
penyedia jasa.

Pasal 33 : PEKERJAAN PENGUNCI DAN PENGGANTUNG


1. Semua kunci tanam / selot pintu menggunakan selot pintu merk SES, warna
coklat dengan 2 putaran kunci dan tiap kunci harus mempunyai 3 anak
kunci.
2. Untuk pintu dua daun harus dipasang grendel tanam SES pada bagian sisi
pintu atas dan bawah.
3. Untuk semua daun jendela harus dilengkapi dengan engsel buatan dalam
Negeri masing – masing 2 buah ukuran 3”. Selain itu setiap daun jendela
harus dilengkapi dengan handle / grendel jendela dan windhak merk SES
warna coklat
4. Semua pintu harus dipasang engsel buatan dalam negeri, masing – masing 3
buah ukuran 4” dengan kualitas yang sama.
5. Alat – alat tersebut sebelum dipasang harus mengajukan contoh terlebih
dahulu untuk mendapatkan persetujuan Pemberi Tugas dan Konsultan
Pengawas.

18
Pasal 34 : PEKERJAAN LISTRIK
1. LINGKUP PEKERJAAN.
Seperti pada gambar rencana, pemborong pekerjaan listrik harus melakukan
pengadaan dan pemasangan instalasi listrik untuk siap dipergunakan. Adapun
lingkup pekerjaan ini meliputi :
a. Instalasi Penerangan, stop kontak, termasuk fixture
b. Panel group penerangan tiap lantai dan instalasi over spanning
c. Pekerjaan pengecatan dan perapihan kembali finishing bangunan yang
rusak akibat pemasangan instalasi listrik.
d. Pengujian / test / keer dan percobaan

2. PERSYARATAN UMUM.
a. Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh penyedia jasa pekerjaan listrik yang
memiliki surat ijin dari PLN yang masih berlaku.
b. Pelaksanaan pekerjaan instalasi listrik ini pada dasarnya harus memenuhi
persyaratan yang dikeluarkan oleh PLN dan instansi berwenang lainnya
(PUTL 1977, Peralatan Menteri PUTL No. 023 dan 024 PRT 1978, PUIL,
PUIPP DPMB dan Depnaker ).
c. Penyedia jasa listrik harus membuat gambar – gambar revisi (as built
drawwing) dan penyerahan ke Pemberi Tugas dan Pengawas lapangan
dalam rangkap 5 ( lima ).

3. BAHAN / MATERIAL.
a. Semua barang yang akan dipasang adalah barang baru dan terlebih dahulu
mengajukan contoh untuk disetujui Pemberi Tugas / Pengawas Lapangan.
b. Panel penerangan terbuat dari pelat besi + tebal 1 mm dicat anti karat dan
dilengkapi dengan kunci, panel penerangan harus ditanahkan (grounding ).
c. Kabel instalasi listrik
 Kabel instalasi penerangan dan stop kontak dipakai jenis : NYA, NYM
dan NYY dengan diameter 2,5 mm.
 Kabel instalasi dari panel ke power memakai jenis NYM dengan
diameter 40 mm – 60 mm isi 4 dan atau sesuai dengan gambar rencana
 Penyambungan kabel harus menggunakan terminal box dan harus
dipasang inbow. Untuk memasang instalasi yang tertanam harus
dilengkapi dengan Coundit / pipa beng / PVC sesuai keperluan.
Demikian juga dengan sambungan listrik antara lain bangunan.
 MCB menggunakan material ex. Melrin Gerin atau setara
 Skakelar dan stop kontak
1. Skakelar dan stop kontak harus dipasang inbow. Skakelar dan stop
kontak harus mempunyai kapasitas minimum 10 ampere.
2. Semua skakelar dan stop kontak menggunakan merk BROCO.
3. Ketinggian pemasangan skakelar kurang lebih 1,5 m dan stop kontak
kurang lebih ( 0,5 – 1,5 ) m dari muka lantai, disesuaikan dengan
gambar rencana.
d. Sebelum bahan – bahan tersebut dipasang, supaya diperlihatkan terlebih
dahulu kepada Pengawas untuk diperiksa kualitasnya dan mendapat
persetujuan.
e. Pada tiap – tiap penyambungan kawat dipergunakan las dop.
f. Pada tempat – tempat persilangan dan penyebrangan diatas tembok, maka
kawat itu dimasukkan kedalam pipa sebagai pengaman.
g. Semua kawat yang dimasukkan kedalam pipa, tidak boleh ada sambungan.
h. Tarikan kawat diatas harus cukup tegang dan kencang tetapi isolasi tidak
boleh rusak karenannya.

4. PELAKSANAAN PEKERJAAN INSTALASI.


a. Menurut penjelasan – penjelasan dan peraturan – peraturan yang berlaku.
b. Menurut segala petunjuk – petunjuk dari Pengawas.
c. Menurut peraturan – peraturan listrik yang masih berlaku di Indonesia
pada waktu ini ( PUIL ) tahun 1987.

19
5. JENIS LAMPU YANG DIPERGUNAKAN.
a. Semua lampu dipasang menempel pada plafond Menggunakan jenis lampu
downlight, RMI dan LD. Dengan ukuran daya sesuai peletakan pada
rencana gambar.
b. Untuk pembagian group supaya diatur sedemikian rupa sehingga apabila
salah satu group tersebut putus, penerangan dan stop kontak pada ruangan
itu tidak padam seluruhnya.
c. Dicoba dengan generator hingga semua menyala.
d. Menyerahkan jaminan instalasi yang disahkan oleh pengawas.

6. UKURAN ISOLASI.
Untuk ukuran isolasi ditentukan antara ½ Ohm sampai 0,3 Ohm.

7. PAPAN SEKERING.
a. Papan Sekering tersebut terbuat dari metal clad, plat baja dengan ukuran
sesuai dengan perencanaan serta dilengkapi dengan frame yang kuat.
b. Pemasangan papan – papan sekering / panel secara kuat dan rapi dengan
lokasi yang tidak mengganggu lalu lintas serta mudah untuk operasi dan
maintenance.

8. SAMBUNGAN PENGAMANAN KE TANAH (ARDE).


Sambungan pemasangan ketanah ( arde ) harus dilaksanakan sesuai dengan
peraturan – peraturan yang berlaku. Batang – batang yang ditanam harus dari
jenis kuningan minimum diameter 25 mm dan panjang tidak kurang dari 3 m
ditanam lurus kebawah.

9. PENGUJIAN.
Seluruh instalasi setelah selesai harus diuji ( testing and commisioning) untuk
menentukan apakah bekerja sempurna, dalam segala hal harus memakai
syarat – syarat yang ditentukan dalam peraturan – peraturan PLN setempat.

Pasal 35 : PEKERJAAN PLUMBING / INSTALASI DAN SANITASI.


1. AIR KOTOR.
Semua air kotor yang berasal dari kamar mandi disalurkan dengan
menggunakan pipa PVC 3 ” AW. Untuk air kotor dari wastafel, pembuangan
vertikal menggunakan pipa PVC 1” AW yang ditanam rapi didalam dinding,
yang selanjutnya digabung dengan saluran PVC 3” AW dari kamar mandi.
Selanjutnya dihubungkan dengan saluran air kotor yang sudah ada ( lama ).
Untuk saluran kotoran menggunakan pipa PVC 4” AW.

2. AVOR.
Untuk tiap kamar mandi dipasang avor masing – masing 1 buah. Jenis / type
yang dipakai dari bahan stainless.

3. KLOSED.
Klosed yang dipakai adalah klosed monoblock AMSTAD ( disesuaikan
dengan gambar rencana dan daftar volume pekerjaan ), dengan warna yang
ditentukan oleh Pemberi Tugas atau Konsultan Pengawas.

4. SALURAN AIR BERSIH.


Semua instalasi air bersih didalam dan diluar bangunan menggunakan pipa
jenis PVC. Untuk saluran dari sumur ke pompa air menggunakan pipa PVC
2” AW. Sedangkan dari pompa ketandon menggunakan pipa PVC 2 AW.
Selanjutnya distribusi air bersih dari tandon ke jalur utama menggunakan
pipa 1”AW selanjutnya
dicabang ke masing- masing ruangan menggunakan pipa 1” AW kemudian
masing – masing kamar mandi / kran air menggunakan pipa PVC 1” AW.
Disesuaikan dengan gambar rencana.

20
5. KRAN AIR.
Kran air yang dipakai dengan ukuran ¾” sedangkan untuk kran panas dingin
disesuaikan dengan ketentuan yang ada.

Pasal 36 : PEKERJAAN PENGECATAN


1 PENGECATAN TEMBOK DAN PLAFON.
a. Pengecatan dilaksanakan pada semua dinding yang tampak, permukaan
beton dan Plafond.
b. Cat tembok yang digunakan adalah cat dengan kualitas baik, semua
contoh cat terlebih dahulu harus mendapat persetujuan Badan Pengawas
Bangunan / Pengawas lapangan.
c. Semua dinding, Plafond yang akan dicat harus diplamur atau didempul
dari jenis yang sama dari cat tembok, dihaluskan dengan ampelas hingga
licin dan rata. Untuk memulai pekerjaan pengecatan dapat dilaksanakan
setelah dapat persetujuan dari Pemberi Tugas / Pengawas lapangan.
d. Khusus pendempulan Plafond harus dijaga terhadap sambungan–
sambungan yang telah terbentuk, sehingga tetap rata.
e. Khusus untuk pekerjaan pengecatan dinding luar (terkena langsung air
hujan dan sinar matahari) menggunakan cat type weathershield dan cat
dasar alkali tanpa diplamur.
f. Pengecatan dilaksanakan minimal 3 kali dengan kuas atau roller.
g. Semua pekerjaan cat yang tidak rata, belang, pecah – pecah serta masih
tipis harus diulang dan diperbaiki atas biaya penyedia jasa.

Pasal 37 : PEKERJAAN PROTEKSI KEBAKARAN


1. LINGKUP PEKERJAAN.
Seperti pada gambar rencana, pemborong pekerjaan proteksi kebakaran harus
melakukan pengadaan dan pemasangan instalasi listrik untuk siap
dipergunakan.
Adapun lingkup pekerjaan ini meliputi :
b. Instalasi fire alarm
c. Instalasi smoke detector
d. Control panel fire alarm
e. Heat detector
f. Smoke detector
2. PERSYARATAN UMUM.
a. Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh penyedia jasa pekerjaan proteksi
kebakaran yang memiliki surat ijin dari dinas Pekerjaan umum yang
masih berlaku.

b. Pelaksanaan pekerjaan proteksi kebakaran ini pada dasarnya harus


memenuhi persyaratan yang dikeluarkan oleh PERMEN PU No.
26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran
pada Bangunan dan lingkungan.
c. Penyedia jasa harus membuat gambar – gambar revisi (as built
drawwing) dan penyerahan ke Pemberi Tugas dan Pengawas lapangan
dalam rangkap 5 ( lima ).

Pasal 38 : PEKERJAAN PENANGKAL PETIR


LINGKUP PEKERJAAN.
Seperti pada gambar rencana, pemborong pekerjaan PENANGKAL PETIR
harus melakukan pengadaan dan pemasangan instalasi penangkal dan
Perlengkapannya untuk siap dipergunakan. Adapun lingkup pekerjaan ini
meliputi :
a. Pas. Stik / Head Penangkal Petir Lengkap pipa Galvanis 3/4 "
b. Pas. Penghantar Petir Kabel BC 50 mm / m'
c. Pas. Grounding Rod + BC TEMBAGA 50

21
Pasal 39 : PEKERJAAN LAIN – LAIN
1. Aluminium Composite Panel ( A C P ).
Lingkup pekerjaan :
1.1 ACP yang dipakai harus kwalitas baik, rata dan tidak cacat produk
1.2 ACP yang terpasang terdiri dari dua jenis yaitu ACP Polos ( tebal 4 mm ),
ACP motif ( tebal 4 mm dan telah di motif sesuai gambar dari
perencanaan ).
1.3 Rangka ACP terpasang kuat pada dinding dan atau struktur beton
bangunan.
1.4 Bahan rangka ACP adalah besi hollow Galvanise dengan ukuran 20 x 40
dan 40 x 40 mm.
1.5 Sambungan antar ACP ditutup Sealent

2. PEMBERSIHAN.
Sebelum penyerahan pertama, penyedia jasa wajib meneliti semua bagian
pekerjaan yang belum sempurna dan harus diperbaiki semua ruangan harus
bersih dipel, halaman harus ditata rapi dan semua barang yang tidak berguna
harus disingkirkan dari proyek.

3. RESERVE
Meskipun telah ada pengawas dan unsur – unsur lainnya, semua
penyimpangan dari ketentuan bestek dan gambar menjadi tanggung jawab
pelaksana.
Penyedia jasa wajib menyerahkan bahan – bahan ( reserve ) kepada Panitia
dan ditentukan waktu serah terima I antara lain :
Genteng = 1 m2
Genteng Bubungan = 5 buah
Keramik = 1 m2 (untuk setiap jenis, type dan ukuran)
Plafond Board = 5 m2

4. PEMELIHARAAN.
Selama masa pemeliharaan, penyedia jasa wajib merawat, mengamankan dan
memperbaiki segala cacat yang timbul, sehingga sebelum penyerahan ke II
dilaksanakan, pekerjaan benar – benar telah sempurna.

5. PENYEMPURNAAN PENJELASAN.
Semua pekerjaan yang belum tercantum peraturan ini ( RKS ) akan
ditentukan kemudian dalam rapat penjelasan ( Aanwijizing ).

Pasal 40 : PENUTUP
Apabila dalam rencana kerja dan syarat – syarat ( RKS ) ini untuk uraian bahan
– bahan, pekerjaan – pekerjaan, yang tidak disebutkan atau kalimat “
diselenggarakan oleh penyedia jasa” maka hal ini harus dianggap seperti
disebutkan.
Guna mendapatkan hasil pekerjaan yang baik, maka bagian – bagian yang nyata
termasuk didalam pekerjaan ini, tetapi tidak dimasukkan atau disebut kata demi
kata dalam RKS ini, haruslah diselenggarakan oleh penyedia jasa dan diterima
sebagai “ hal “ yang disebutkan.
Hal – hal yang tidak tercantum dalam peraturan ini akan
ditentukan lebih lanjut oleh Kuasa Pengguna Anggaran dan Pejabat Pembuat
Komitmen, bilamana perlu diadakan perbaikan dalam RKS ini.

22
Tulungung, 2018

Menyetujui : Dibuat oleh :


PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN (PPK) KONSULTAN PERENCANA
CV. ARTARA

ERNA SURYANI, ST Ir. ACHMAD FANANI IQBAL


NIP. 19730922 200501 2 007 Direktur

Menyetujui : Mengetahui / Menyetujui :


KUASA PENGGUNA ANGGARAN KEPALA DINAS PEKERJAAN UMUM
DAN PENATAAN RUANG
KABUPATEN TULUNGAGUNG

EVI PURVITASARI, ST SUTRISNO, ST.MT.


NIP. 19730317 200312 2 004 Pembina Tingkat I
NIP. 19650323 198511 1 002

23

Anda mungkin juga menyukai