Pengertian, subjek, objek, asas hukum, syarat sahnya, bentuk-bentuk, ingkar janji, perbuatan
melawan hukum
3 Subekti : Perikatan adalah suatu perhubungan hukum anatara dua orang atau dua pihak,
berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak
yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu Perikatan ada yang lahir dari perjanjian dan
ada yang lahir dari undang-undang Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji
kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.
4 Subekti menyatakan bahwa hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian
itu menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan. Pasal 1233 KUHPerdata bahwa
perikatan lahir karena suatu perjanjian atau karena undang- undang.
5 Berdsarkan bentuknya, Perjanjian dapat berupa perjanjian tertulis dan perjanjian tidak tertulis
(lisan). Jika perjanjian itu sudah dituangkan dalam bentuk tertulis, maka perjanjian itu disebut
Kontrak. Sedangkan isi dari kontrak itu sebenarnya merupakan perjanjian itu sendiri. Jadi
perjanjian dan kontrak adalah identik tidak perlu dibedakan dan dapat digunakan secara
bersamaan (Moch Isnaeni)
6 Pasal 1313, suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain/ lebih. (perjanjian) Unsur-unsur yang sama dalam
perjanjian dan kontrak: mengikat kedua belah pihak, ada hak dan kewajiban untuk memenuhi
prestasi, ada akibat hukum (wan prestasi)
7 Subjek perjanjian Yang termasuk dalam subjek perjanjian adalah Orang yang membuat
perjanjian harus cakap atau mampu melakukan perbuatan hukum tersebut; Badan Hukum, suatu
badan atau orang yang diakui oleh hukum dan mempunyai hak dan kewajiban.
8 Objek perjanjian Objek perjanjian, adalah suatu benda yang sekarang ada dan/atau benda yang
nanti akan ada Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi objek perjanjian, antara lain: 1.
Barang-barang yang dapat diperdagangkan (pasal KUHPerdata), 2. Suatu barang yang sedikitnya
dapat ditentukan jenisnya (pasal 1333 KUHPerdata) Tidak menjadi halangan bahwa jumlahnya
tidak tentu, asal saja jumlah itu di kemudian hari dapat ditentukan atau dihitung. 3. Barang-
barang yang akan ada dikemudian hari (pasal 1334 ayat 2 KUHPerdata).
12 Wanprestasi terjadi karena debitur (yang dibebani kewajiban) tidak memenuhi isi perjanjian
yang disepakati, seperti: a. tidak dipenuhinya prestasi sama sekali, b. tidak tepat waktu
dipenuhinya prestasi, c. tidak layak memenuhi prestasi yang dijanjikan.
14 Ada 2 kriteria perbuatan melawan hukum yang merupakan akibat perbuatan manusia,
yakni:
perbuatan manusia yang sesuai dengan hukum (rechtmagitg, lawfull) yang tidak sesuai dengan
hukum (onrechtmatig, unlawfull). Dari 2 kriteria tersebut, kita akan mendapatkan apakah bentuk
perbuatan melawan hukum tersebut berupa pelanggaran pidana (factum delictum), kesalahan
perdata (law of tort) atau betindih sekaligus delik pidana dengan kesalahan perdata. Dalam hal
terdapat kedua kesalahan (delik pidana sekaligus kesalahan perdata) maka sekaligus pula dapat
dituntut hukuman pidana dan pertanggung jawaban perdata (civil liability).
17 Sahnya perjanjian KUHPerdata Pasal 1320, adalah: (1) Ada kesepakatan dari mereka yang
mengikatkan dirinya; (2) Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian; (3) Mengenai suatu hal
tertentu; dan (4) Suatu sebab yang halal/legal. Kedua syarat pertama disebut juga dengan syarat
subyektif dimana apabila dilanggar maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan (dimintakan
pembatalannya kepada hakim melalui pengadilan). Sedangkan kedua syarat terakhir disebut
dengan syarat objektif dimana apabila dilanggar maka perjanjian tersebut batal demi hukum
(batal dengan sendirinya
18 Proses kesepakatan ini harus dilakukan secara bebas tanpa adanya kekhilafan atau paksaan,
ataupun penipuan (Lihat KUHPerdata Pasal 1321). Apabila sebaliknya terjadi dimana suatu
kesepakatan diberikan secara tidak bebas maka kesepakatan itu menjadi tidak sah dan
perjanjiannya menjadi dapat dibatalkan (tidak terpenuhi syarat subjektif
19 KUHPerdata Pasal 1330 menyatakan bahwa orang yang tidak cakap untuk membuat suatu
perjanjian adalah “orang-orang yang belum dewasa, mereka yang ditaruh di bawah
pengampuan, perempuan yang telah kawin dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang
dan semua orang-orang yang telah dilarang oleh undang- undang untuk membuat perjanjian-
perjanjian tertentu“.Surat Edaran MA No. 3 tahun 1961 kedua pasal tersebut tidak berlaku lagi.
Dengan demikian maka perempuan yang telah kawin tidak lagi masuk dalam kategori orang
yang tidak cakap dalam membuat Perjanjian.
20 KUHPerdata Pasal 1332, hanya barang yang dapat diperdagangkan saja yang dapat menjadi
objek perjanjian. Selanjutnya KUHPerdata Pasal menyatakan bahwa suatu perjanjian harus
mempunyai objek berupa suatu barang yang paling sedikit dapat ditentukan jenisnya Pasal 1337
yang menyatakan bahwa suatu sebab adalah tidak halal, jika sebab itu dilarang oleh undang-
undang atau bila sebab itu bertentangan dengan kesusilaan atau dengan ketertiban umum.