Anda di halaman 1dari 27

Ultrasonografi Skrotum pada orang dewasa

Ultrasonografi adalah modalitas pencitraan noninvasif yang ideal untuk evaluasi


abnormalitas skrotum. Ini mampu membedakan etiologi utama dari pembengkakakn dan
nyeri akut pada skrotum, termasuk epididimitis dan merupakan modalitas pencitraan pilihan
dalam trauma skrotal akut. Pada pasien yang menunjukkan abnormalitas yang jelas atau
pembengkakan skrotal, ultrasonografi dapat mendeteksi, menentukan lokasi dan menentukan
karakter dari masa intratestis dan ekstratestis ataupun abnormalitas lainnya. Sebuah
Tranduser array linear frekuensi tinggi 12-17 MHz menyajikan detil anatomi yang sangat
baik dari testis dan struktur sekitarnya. Dan lebih lagi, perfusi vaskular akan mudah dinilai
menggunakan analisa warna dan spektrum doppler. Dalam kebanyakan kasus kelainan
skrotal, kombinasi dari riwayat klinis, pemeriksaan fisik dan informasi yang didapatkan
dengan ultrasonografi cukup untuk membuat penegakan diagnosis. Ulasan ini menjelasakan
anatomi skrotum dan juga pelbagai organ testis dan lesi skrotum.

Pendahuluan
Ultrasonografi merupakan modalitas pencitraan utama dalam diagnosa patologi testis dan
skrotum, seperti menyajikan detail anatomi yang baik dari testis dan struktur sekitarnya dan
evaluasi perfusi vaskular secara langsung. Pemeriksaan fisik sering menghasilkan tanda-tanda
nonspesifik dan simptom seperti nyeri perut, pembengkakan atau masa skrotum yang jelas.
Ultrasonografi mampu mengidentifikasi dan mnentukan karakter lesi intratestis atau
ekstratestis dan sering mampu membedakan antara benign atau malignan lesi begitu juga
mengidentifikasi kondisi yang membutuhkan intervensi operasi darurat. Lebih lanjut,
ultrasonografi aman dilakukan, relatif tidak mahal, dan modalitas pencitraan yang tidak
membutuhkan radiasi ionisasi yang siap sedia. Ulasan bergambar ini mejelaskan keseluruhan
ultrasonografi anatomi skrotum ditambah dengan diagnosa macam-macam intra dan
ekstratestis lesi berdasarkan manifestasi klinis yang berbeda.

Anatomi Normal Scrotum pada Ultrasonografi


Kedua testis berada dalam skrotum, sakum fibromuskular dibagi kedalam hemiskrotum
kanan dan kiri oleh septum midline (raphe). Normal testis pria berbentuk seperti telur dengan
ukuran dalam kisaran 5x3x2 cm (panjangxtinggixlebar) homogen, intermediete echogenecity
(gbr. 1). Epididimis berbentuk koma, dengan struktur memanjang pada batas posterior dari
testis dan dibagi menjadi caput, corpus, dan cauda. Kepala epididimis menggantung pangkal
superior testis dan sedikit isoechoic atau hyperechoic ke perbatasan jarigan testis. Badan
epididimis dan buntut terletak dibelakang dan sepanjang pangkal inferior dari testis dan
biasanya isoechoic terhadap testis. Secara anatomi mereka terletak dibelakang dan diinferior
dari pangkal testis.

Gbr. 1 Tunika Albuginea dan Tunika Vaginalis pria 22 tahun dengan nyeri skrotal
kanan. Sonogram Testis mengambarkan secara singkat tunika albuginea yang mengisi
testis (panah merah). Testis dengan tunika albuginea ditutupi oleh lapisan viseral dari
tunika vaginalis (panah putih). Bagian dalam dari dinding skrotum (asterisk) ditutupi
oleh bagian parietal tunika vaginalis (panah biru). Normalnya kedua lapisan tunika
vaginalis hanya dipisahkan oleh cairan dalam jumlah sedikit: namun bagaimanapun juga,
dalam kasus ini cairan dalam jumlah sedang memisahkan dua lapisan yang memberikan
gambaran anatomi yang jelas.

Bersamaan masing-masing hemiskrotum, testis dan epididimis berdekatan oleh kapsul


fibrosa, yaitu tunika albuginea. Dalam ultrasonografi, kapsul terlihat sebagai serabut
echogenic tipis diluar testis.

Tunika albuginea ditutupi oleh tunika vaginalis, yaitu perpanjangan sisa prosesus
vaginalis, dengan gambaran sakus peritonium memiliki dua lapisan. Garis lapisan viscera dan
tunika albuginea testis dibedakan dari lapisan parietal yang membatasi aspek dalam dari
dinding skrotum oleh sela yang mengandung cairan dalam jumlah yang sedikit. Tunika
albuginea memanjang sampai ke posteromedial testis untuk membentuk mediastinum testis.
(gbr. 2). Yang mengandung saluran, nervus, dan aliran darah. Mediastinum biasa terlihat
pada ultrasonografi sebagai serabut echogenic tipis. Ada beberapa septum fibrosus yang
memanjang dari mediastinum testis dengan tujuan membagi testis kedalam lobulus multipel
kecil. Lobulus ini mengandung tubulus seminiferus, yang menyatu membentuk tubuli rekti,
saluran testis yang terbuka masuk ke rete testis. Dalam sekitar 20% dari pasien, rete testis
dapat diidentifikasi sebagai hipoechoic area yang menempel ke mediastinum testis1.

Gbr. 2. Mediastinum testis pria 25 tahun dengan nyeri skrotum. Mediastinum testis
(panah) merupakan serabut echogenic menjalar sepanjang bagian porteromedial testis. In
berdekatan dengan tunika albuginea dan menerima aliran darah, limfatik, nervus dan
duktus yang membantu testis.

Duktus eferen mengeluarkan rete testis dan mengalirkan ke caput epididimis. Dari caput
epididimis, duktus menyatu kedalam duktus tunggal bersamaan dengan corpus epididimis
yang keluar pada cauda epididimis sebagai vas deferens. Vas defrens kemudian mengalir
bersamaan aliran inguinal sebagai bagian dari kord spermatikum. Kord spermatikum
memiliki nervus, duktus limfatik, arteri (a. Testis, a. Deferensial, dan a. Cremasterik) dan
plexus venosus pampiniformis. Pada ultrasonografi, kord spermatikum menampilkan serabut
echogenic yang tinggi bersamaan dengan kanal inguinalis.

Plexus venosus pampiniformis menyambung sebagaimana vena tetikular didalam kanal


inguinalis bagian dalam. Vena testis kiri mengalir melalui vena renalis kiri masuk kedalam
vena cava inferir (IVC) sedangkan vena testis kanan langsung mengalir kedalam IVC.
Epididimis dan testis melengkapi gambaran sisa embriologik yang bisa diidentifikasi
pada ultrasonografi, terutama saat adanya hidrokel. Apendix testis (hydatit of Morgagni)
terlihat berupa isoechoic, berbentuk oval yang berlokasi diantara epididimis dan testis (gbr.
3). Apendix epididimis sering merupakan bentuk pedunculated yang muncul dari caput
epididdimis, yang menampilkan isoechoic pada jaringan testis. (gbr. 4).

Teknik dan Protokol Skrining


Ultrasonografi skrotum menampilkan mode greyscale (abu-abu) dan dopler warna pada
evaluasi testis, epididimis dan skrotum. Evaluasi doppler spektrum menunjukkan bentuk-
ombak yang selaras dengan arteri dan vena. Biasanya merupakan frekuensi tinggi,
menggunakan pemancar bandwidth luas 17-5 MHz atau 12-5 Mhz. Testis dan skrotum
diangkat dan didukung dengan handuk yang diletakkan dibawah skrotum. Pasien menahan
handuk untuk retraksi dan menutupi penis.

Gbr. 3. Apendiks testis pria 22 tahun dengan gambaran isoechoic pada nyeri
skrotum, terbentuk oval (panah) berlokasi diantara caput epididimis dan testis.
Timbul perkembangan sisa dari duktus Mullerian (paramesonephric).

Banyak protokol scan dimulai dengan sisi ke sisi, lapang pandang pencitraan besar
termasuk kedua testis menggunakan teknik grayscale dan solor doppler. Ini diperbolehkan
untuk membandingkan ekogenisiti dan perfusi testis. Pencitraan longitudinal masing-masing
testis pada bagian medial, mid, dan lateral dan pencitraan transversus dari pangkal atas,
tengah, dan bawah masig-masing testis kemudian dapat diperoleh. Tiap testis harus diukur
berurutan dalam tiga dimensi (panjang, tinggi, lebar). Cineloops dari tiap testis dalam bidang
sagital dan trasversal dapat menambah evaluasi diagnosa lebih lanjut. Evaluasi epididimis
meliputi pencitraan longitudinal dan trasnversal dari caput, corpus dan cauda. Penilaian
doppler warna testi dan epididimis harus menampilkan secara bilateral dokumentasi dari
paling minimalnya kapsul dan arteri sentripetal. Bentuk-ombak spektrum yang meliputi
kedua arteri dan vena harus didokumentasikan setiap sisi. Analisa Doppler warna dan
spektrum harus optimal dalam percobaan untuk menggambarkan arus vena kecepatan rendah.
Evaluasi spesifik untuk torsio testis dapat dilakukan dengan penambahan dokumentasi
pencitraan doppler warna dibeberapa bidang baskular dan perbandingan dengan kontralateral
testis asimptomatik.

Skrotum harus dinilai pada tiap temuan ekstartesikular seperti hidrokel atau skrotolit.
Vena plexus pampiniform harus dievaluasi secara spesifik pada diameter dan augmentasi dan
juga manuver valsava atau posisi atas-kanan dari pasien. Kulit skrotum juga seharunya bisa
dinilai untuk ketipisan, edem dan simetrisitas.

Gbr. 4. Tambahan epididimis pada pria 20 tahun dengan nyeri testis. Isoechoic,
pedunculated, struktur lonjong muncul dari caput epididimis (panah). Tampak
perkembangan sisa dari duktus Wolffian (mesonephric). Ditemukan secara kebetulan
kista caput epididimis (asterisk).
Tiap ekstra atau intratestikural patologi (difuse atau fokal) harus ditentukan karakter
melalui teknik ultrasonografi grayscale dan tambahan pencitraan vaskular selagi pantas. Lesi
fokal dapat diukur berurutan dalam tiga dimensi: panjang, tinggi, dan lebar. Patologis dapat
dikarakteritikkan dengan ultrasonografi untuk adanya kista, solid, kompleks kista atau
komponen kalsifikasi. Pencitraan yang diperoleh harus diberi label lokasi dari lesi (atas,
tengah dan bawah), orientasi pencitraan (longitudinal dan transversal) dan posisi pasien
(supinasi, decubitus, dan berdiri). Pencitraan yangdiperoleh selama pelaksaan tiap manuver
(contoh, Valsava manuver) juga harus diberi label spesifik.

Pembengkakan dan Nyeri Skrotum Akut


Epididmitis dan Epididimo-orkitis
Merupakan penyebab umum dari nyeri skrotal akut pada remaja laki-laki dan pria
dewasa adalah epididimitis, yang biasanya merupakan hasil dari infeksi bakteri akut. Lebih
lanjut infeksi ke tetis, lalu sampai epididimo-orkitis (gbr.5), terjadi pada sekitar 20%-40%
kasus yang dikarenakan penyebaran infeksi langsung2. Temuan ultrasonografi pada infeksi
akut dari epididimitis meliputi pembesaran dan hipervaskular epididimitis dengan
inhomogenus ekotekstur, lebih sering hypoechoic pada tampilan (gbr. 6). Evaluasi doppler
warna ultrasonogarfi memiliki sensitivitas hampir 100% dalam mendeteksi inflamasi akut
dan merupakan penegakan yang baik dalam teknik pencitraan untuk diagnosis epididimitis 3-
5
. Penemuan yang berhubungan meliputi hidrokel atau pielokel, penebalan dinding skrotal,
pembentukan fistula dan kalsifikasi6. Pembentukan abses mungkin mempersulit epididimitis
akut dan tampak sebagai area avaskular hypoechoic dalam epididimis.

A B
Gbr. 5. A pria 48 tahun dengan pembengkakan dan nyeri testis kanan.
A. Ultrasonografi Grayscale Longitudinal menunjukkan pembesaran caput epididimis
yang heterogen (asterik) dan edem dan pembesaran testis kanan.
B. Keduanya menjukkan penigkatan vaskularitas pada evaluasi warna doppler. Temuan
konsisten dengan epididimo-orkitis
A B
Gbr. 6. A pria 48 tahun dengan pembengkakan dan nyeri testis kanan.
A.Grayscale dan B.Warna. sonogram skrotum menunjukkan hypoechoic epididimis
dengan ditandai penigkatan aliran vaskular, selaras dengan epididimitis.

Orkitis
Orkitis yang terisolasi tanpa keterlibatan epididimis jarang ditemui dan pada umumnya
merupakan sekunder dari infeksi paramixovirus (mumps)2. Orkitis paling sering tampak
sebagai keterlibatan difusa testis. Bagaimanapun juga, ini mungkin hanya mengenai area
fokal. Klinisnya, orkitis dapat timbul dengan hanya kelembutan ringan atau berkembang
menjadi kondisi yang parah dan demam. Ditandai penigkatan aliran pada doppler warna,
dengan tampilan pembesaran dan heterogenus dari testi yang terpengaruh oleh perubahan
difue edematosus, yang merupakan temuan patognomonik ultrasonografi. Dalam kasus yang
hanya melibatkan fokal dari testis, kondisi lain perlu dipertimbangkan dan tindak lanjut
ultrasonografi perlu dilakukan untuk resolusi dokumen dan aman untuk menyingkirkan
infark, tumor atau kelainan metastatik.

Torsio
Torsio testis paling banyak ditemukan pada remaja laki-laki, hal ini dapat terjadi pada
semua umur. Normalnya, tunika vaginalis fiksasi bagian posterior dari testis. Bagaimanapun
tunika vaginalis bergabung pada kord spermatikumtik, ini akan melepasakan testis untuk
bebas berotasi dalam sakus skrotum (bell clapper deforminity). Paling sering deformitas bell
clapper ditemukn bilateral7. Demikian, bedah orkiopeksi biasa dilakukan bilateral walau
hanya satu testis yang tertorsi. Tanda spesifik dan sensitif pada torsio yang disebut tanda
pusaran real-time, yang mana ditandai oleh putaran melingkar atau rotasi dari kord
spermatikum (gbr. 7). Rotasi berikut dari kord spermatikum, aliran darah ke testis
membahayakan pengarahan ke iskemi berat dan nyeri akut. Torsio testis merupakan bedah
darurat yang membuuthkan diagnosis dan terapi yang cepat. Tampilan ultrasonografi dari
torsio testis bervariasi tergantung pada durasi dan derajat torsio. Pada fase sebelumnya,
kompromisasi vaskular hanya mempengaruhi arus keluar vena dan ekogenisiti testis mungkin
tampak normal. Pembesaran progresif dan heterogenitas testis terlihat pada fase selantnya
dikarenakan perubahan edematosus dan obstruksi arteri. Diagnosis definitif dari torsio testis
komplit dibuat saat doppler warna gagal mendeteksi aliran darah ke testis yang tertorsi
dengan aliran normal darah ke testis yang tidak terpengaruh (gbr. 8). Intervensi bedah
dilaporkan berhasil 100% pada kasus yang ditangani dalam 6 jam dari onset simptom.
Bagaimanapun, nilai kesuksesan menurun 0%-20% jika simptom sudah ada 12-24 jam8.
Torsio testis intermiten harus disadari pada pasien yang menunjukan nyeri testiular akut
rekuren dengan onset cepat dan resolusi spontaneus yang cepat. Pada pasien ini, tindkan
bedah mungkin diindikasikan dalam upaya meringankan nyeri dan mencegah infark pada
testis dimsa yang akan datang9.

Gbr. 7. Pria 20 tahun dengan nyeri testis kiri. Ultrasonografi grayscale longitudinal
bagian superior testis kiri menunjukkan kord spermatikum yang melilit, membentuk
masa heterogen pada regio caput epididimis, biasa disebut whirpool sign.

A B
Gbr. 8. Pria 20 tahun dengan riwayat nyeri testis berat yang terjadi ebebrapa jam.
A. Perbandingan dari kedua testis menunjukkan testis kanan normal (R) dan pembesaran
hetrogen testis kiri (L). B. Evaluasi pewarnaan doppler menunjukkan aliran pada kanan
tapi tidak pada kiri. Temuan ini selaras dengan torsio testis komplit.

Selulitis
Selulitis dinding skrotum disebabkan oleh inflamasi demem dinding skrotum.in biasa
terlihat pada pasien dengan diabetes, obesitas atau imunusupresi. Ultrasonografi grayscale
menunjukkan penigkatan penebalan dindig skrotum dengan tampilan hypoechoic dan
peningkatan aliran vaskular pada evaluasi doppler warna. Abses dinding skrotum mungkin
terbentuk sebagai komplikasi dari selulitis dinding skrotum. (gbr. 9). Ini harus dicurigai jika
ditemukan tumpukan cairan terlokalisasi dengan dinding irreguler dan low-level echoes
internal.

A B

C
Gbr. 9. Selulitis dinding skrotum dengan abses pada pria 30 tahun dengan
pembengkakan skrotal. A, B. Tanda Penebalan difusa dari dinding skrotum tercatat
pada ultrasonogram grayscale (asterisk) (A) dengan penumpukan hypoechoic terlikalisir
(panah pada B) menunjukkan vaskularitas menyeluruh (C) , banyak muncul pada
perkembangan abses.
Vasitis
Vasitis akut dideskripsikan sebagai proses inflamasi dari vas deferens yang biasanya
merupakan hasil dari penyebaran retrogade patogen dari prostat, uretra prostatika atau
vesikula seminalis. Patogen paling umum adalh Haemophilus Influenza dan Escherichia
coli10. Ultrasonografi menampakkan masa hypoechoic heterogenik dengan saluran inguinal,
sangat mungkin menyebar kearah segmen skrotal, yang menunjukkan peningkatan aliran
vaskular (gbr. 10).

A B

C D

Gbr. 10. Pria 36 tahun dengan nyeri testis kiri difusa. A,B. Ultrasonogram Grasyscale
menunjukkan struktur superior kompleks tubular ke testis kiri (asterik pada A) dengan
penjalaran sepanjang kord spermatikum kedalam kanal inguinal sinistra (B). C, D.
Peningkatan vaskularitas yang tercatat. Temuan ini selaras dengan vasitis.

Trauma
Trauma testis dapat bermanifestasi sebagai pengumpulan cairan (hematokel, hidrokel,
atau hematoma), gangguan testis (fraktur atau ruptur) atau luka vaskular. Evaluasi
ultrasonografi dari luka testis krusial dalam penentuan kondisi yang membutuhkan intervensi
tindakan bedah. Tampilan heterogenus testis, abnormalitas kontur irreguler dengan atau tanpa
gangguan visualisasi merupakan konsistensi tanda dengan ruptur testis (gbr. 11,12)11,12.
Tindakan bedah dalam keadaan darurat dalam 72 jam memiliki angka penyelamatan testis
(>80%)13,14.
Terputusnya parenkim testis biasa disadari sebagai fraktur testis. Ini diidentifikasikan
sebagai hypoechoic, garis linear dalan testis yang tidak menunjukkan vaskularisasi.
Visualisasi semacam garis fraktur hanya dilaporkan dalam 17% kasus15. Fraktur testi
mungkin tidak harus diasosiasikan dengan ruptur tunika albuginea. Hematom post-traumatik
dapat dilihat pada testis atau dpada lokasi ekstratestis seperti epididimi, diding skrotum atau
antara testis.

A B
Gbr. 11. Pria 37 tahun dengan riwayat trauma testis kanan. A. Ultrasonogram
grayscale trasnversal dari testis kanan menunjukkan area echogenicity heterogen dengan
area fokal dari sigestifitas hypoattenuation hematom testis. Kontur dari tunika albuginea
bergelombang (panah). B. Aliran vaskular minimal terlihat pada testis. Temuan ini
selaras dengan ruptur testis.

A B
Gbr. 12. Pria 24 tahun dengan trauma testis kiri A,B. Testis kiri menunjukkan
ekotekstur heterogen dengan kontur irreguler (A) dan hidrokel kompleks kiri yang
berasosisasi (asterisk) (B). Temuan ini selaras dengan hematom testis postrauma, rupture
kapusl dan asosiasi hematokel.

Temuan Isidental dan Benjolan


Kista Epididimis
Kista epididimis dapat terjadi dimana saja dengan epididimis dan tampilan lesi anechoic
sangat-berbatas (gbr. 13). Kista menunjukkan peningkatan akustik posterior yang disebabkan
karena kandungan cairan sorosa jernih. Terkecuali jika simptomatik, kista ini secara klinis
tidak relevan dan tidak ada terapi yang diperlukan.

GBr.13. kista epdidimal pada pria 32 tahun dengan nyeri skrotum. Ultrasonografi
graysclae menunjukkan lesi anechoic terbatas tegas (asterisk) pada caput epididimis yang
tidak menunjukkan vaskularitas interna.

Kista Testis
Kista sederhan dalam parenkim testis biasa ditemukan tanpa disengaja. Kista ini soliter,
enechoic, berbatas baik, melingkar pada lesi oval dengan peningkatan melalui transmisi16 dan
ukuran mulai dari 2 sampai 20 mm. Etiologinya biasa idiopatik, namun bagaimanapun, ini
dapat menghadirkan sekuela dari trauma utama atau inflamasi. Pemeriksaan secara hati-hati
unutk komponen mural atau solid dianjurkan untuk tidak kehilangan lesi kistik maligna yang
potensial.

Kista Epidermoid
Kista epidermoid sering terjadi sebagai nodule testis kecil non-tender. Ini menunjukkan
masa testis jinak paling utama (1%-2% dari tumor testis) dan tidak berpotensi ganas. Kista
epidermoid sering disebut sebagai kertosit karena karakteristiknya mengandung keratin
intraluminal. Keratin ekogenik dapat mengarah ke tampilan solid pada ultrasonografi.
Evaluasi doppler bagaimanapun juga tidak menunjukkan vaskularisasi internal (gbr. 14).
Kista epidermoid menunjukkan tampilan ultrasonografi yang berbeda dibandingkan pada
maturasinya. Pola lamellasi dari pergantian lapisan hypoechoic dan hyperechoic membentuk
sebuah pola lingkaran/kulit bawang merupakan presentasi klasik dari kista epidermoid yang
matur17,18. Tampilan ini dengan jelas korespon pada lapisan multipel intraluminal dari keratin
dalam kista2,17,19. Meskupin menjadi lesi jinak, kista epidermoid dapat sering tidak dibedakan
dari neoplasma maligna seperti teratoma, yang mungkin menunjukkan tampilan utrasonografi
yang mirip. Dalam kehadiran lesi avaskular dengan tampilan tipikal ultrasonografi dan
penanda negatif tumor, enukleasi testis dapat disadari dibandingkan dengan oriektomi19-22.

A B

C D
Gbr. 14. Kista epidermoid pada pria 34 tahun dengan nyeri skrotum.
A, B. Muncul lesi kista dan kompleks padat pada tesis tidak menunjukkan vaskularitas
internal. Komponen padat dari kista korespon pada kandungan keratin dalam spesimen
bedah. C. Spesimen patologis makroskopik membentuk gambaran enkapsulasi tegas lesi
putih/kuning pada parenkim testis. Jaringan sekitar testis yang tidak biasa. Muatan
kekuningan dalam struktur kista (panah) menampilkan muatan keratin sebelumnya pada
ultrasonografi. D. Testis dengan kista epidermoid (H&E, x1): lesi kistik dengan debris
keratinase terlihat pada bagian tengah (panah biru). Melingkari lesi, tampak tubulur
seminiferus yang tidak biasa (panah hitam). Tidak ditemui bukti dari malignansia atau
neoplasia sel kuman intratubular.

Spermatokel
Spermatokel hampir selalu timbul di caput epididimal dan disebabkan oleh dilatasi kista
tubulus dari duktus efferen23. Secara ultrasonografi mereka dibedakan dari kista epididimal.
Bagaimanapun, spermatokel cenderung lebih besar dalam bentuk dan mungkin hadir sebagai
lesi kistik multikolar dengan echoes internal menghadirkan cairan proteinase dan
spermatozoa24. Dibeberapa literatur melaporkan insiden spermatokel yang tinggi pada pasien
setelah vasektomi, namun kista epididimal dilaporkan lebih utama pada populasi biasa
umum25-28.

Variokel
Variokel dilihat biasa dilihat pada kisaran 15% pria dewasa, membuat ini sebagai masa
paling utama dalam kord spermatikumtik29. Varikokel terbentuk oleh karena aliran yang
terganggu dari darah ke kord spermatikum yang menyebabkan dilatasi abnormal pleksus
pampinifirm19,30. Kasus varikokel idiopatik secara sederhana disebabkan oleh katup vena
yang tidak kompeten. Bagaiamanapun, varikokel sekunder dikaenakan oleh peningkatan
tekanan pada vena spermatik oyang disebabkan oleh proses ekstratestikulat seperti kirosis,
hidronefrosis atau masa di abdominal2,19. Klinisnya, palpasi dari skrotum mungkin
menunjukkan masa yang sering dideskripsikan sebagai “kantong cacing/bag of worms”. Ini
menunjukkan struktur tubular yang hipo atau enechoic yang lebih besar dari 2 sampi 3 mm
dalam diameter. Kadang terdeteksi echoes level rendah bersamaan hasil vena dari aliran
darah yang pelan. Selama manuver Valsava varikokel mungkin membesar dan ini mungkin
menunjukkan aliran terbalik pada pencitraan doppler warna tergantung pada derajat.
Embolisasi varikokel menunjukkan dapat efektif seperti ligalisasi tindakan bedah(gbr. 15).
Varikokel paling utama ditemukan pada sisi kiri. Vena testis kiri lebih panjag dan
terhubung ke vena renalis sisnstra pada sudut 90o, menghasilkan peningkatan tekanan
dibandingkan bena testis kanan, yang langsung mengalir kedalam IVC. Diagnosa terbatu
unilateral sisi kanan varikokel meningkatkan perhatian terhadap penyebab sekunder seperti
malignansi abdominal atau pelvis. Kompresi dari vena renalis kiri oleh arteri mesenterika
anterior, kadang disebutkan sebagai sindrome Nutcracker, dapat juga menjadi penyebab
varikokel sisi kiri, dengan tekanan yang meningkat kedalam pleksus pampinifotm kiri31.
A B

C D
Gbr. 15. Varikokel pada pria 33 tahun dengan pembengkakan skrotum.
A-D. ultrasonogram menampilkan beberapa struktur tubular yang lebih besar dari 3 mm
(A,B) dengan ditandai penignkatanaliran vaskular pada evaluasi pewarnaan doppler saat
istirahat (C,D).

E F
G H
Gbr. 15. E. Peningkatan aliran vaskular dengan pembengkakan vena yang terlihat
selama manuver Valsalva. F. Pasien mengalami embolisasi vena gonadal kiri dengan
belitan multiple endovaskular yang tampak pada regio vena gonadal kiri pada radiograf
abdominal. G, H. Tindak lanjut ultrasonografi menunjukkan reduksi dari ukuran
varikokel (G) dengan sedikit penurunan aliran vaskular (H).

Hidrokel
Hidrokel merupakan penumpukan besar dari cairan antara lapisan visceral dan parietal
dari tunika vaginalis dan merupakan penyebab paling utama dari pembengkakan skrotal tanpa
nyeri32. Untuk catatan, jumlah yang kecil dari cairan serosa antara lapisan tunika vaginalis
merupakan temuan jinak dan tidak boleh keliru untuk hidrokel. Hidrosel dapat kongenital
datau didapat. Hidrokel kongenital dapat disebabakan oleh prosesus vaginalis paten, yang
dapat mengakumulasi cairan dalam sakus skrotal. Hidrokel yang didapat lebih idiopatik
karena produksi berlebihan atau absorsi tidak sempurna dari cairan serosa. Ini mungkin
menjadi penyebab sekunder pada infeksi, torsio, trauma atau tumor2,19.

Adanya hidrokel sebagai tumpukan cairan anechoic dengan peningkatan melalui


transmisi yang melingkupi aspek anterolateral dari testis. Echoes internal bersama
penumpukan cairan terkadang dapat dinilai dan berhubungan pada kandungan kolesterol atau
protein (gbr. 16)2,19,33,34.
Gbr. 16. Hidrokel pada pria 28 tahun dengan pembengkakan skrotum.
Ultrasonografi trasnversal dari skrotum menunjukkan penumpukan cairan anechoic yang
meliputi testis (asterisk).

Mikrolitiasis
Mikrolitiasi testis biasa ditemukan secara kebetulan dan hanya terlihat pada kisaran 5%
pria antara umur 17 dan 3535. Ultrasonografi menunjukkan kalsifikasi intra tubular 2-3 mm
multipel, pusat ekogenik kecil tanpa bayangan secara acak terdistribusi sepanjang testis (gbr.
17)36,37. Lima atau lebih pusat kalsinasi per lapangan transduser pada satu testis dikatakan
abnormal. Pada 18% sampai 75% kasus, mikrolitiasis dihubungkan dengan neoplasma testis
(gbr. 18)38,39. Literatur terkini belum menyajikan bukti bahwa mikrokalsifikasi testis bisa
dianggap sebagai agen kausa atau kondisi premaligna. Pasien dengan diagnosa
mikrokalsifikasi harus melalui skrining ultrasonografi tahunan, khususnya saat somptomatik.
Bagaimanapun, ebberapa literatur merujuk bahwa skrining intensif pada pasien asimptomatik
mungkin tidak akan efektif-biaya dan hanya meningkatkan sedikit hasil hubungan dengan
kanker testis40-42.
Gbr. 17. Mikrokalsifikasi testis pada pria 35 tahun dengan ketidaknyamanan
skrotum. Perbandingan tampilan dari keduanya menunjukkan pusat echogenic kecil
multiple dengan parenkim testis. Tidak terdapat masa teridentifikasi.

Skrolotolit
Skrolotolit, mutiara/butir skrotum atau kalkulasi skrotum merupakan kalsifikasi mobile
pada skrotum dan pelepasan kalsifikasi yang menghasilkan torsio pada epididimis apendiks/
testis apendiks atau proliferasi jaringan reaktif selama inflamasi intraskrotal33,43. Pada
ultrasonografi, tampak sebagai free-floating, pusat ekogenik berukuran sampai 10 mm
dengan bayangan akustik posterior dan pinggiran terlokasi dari testis (gbr. 19). Kehadiran
dari sejumlah kecil cairan atau hidrokel (50% kumpulan) mempermudah identifikasi
ultrasonografi. Secara keseluruhan, kaslifikasi ini tidak punya tanda klinis signifikan.

Tumor Adenomatoid
Tumor adenomatoid merupakan neoplasma jinak yang paling umum muncul dari cauda
epididimis44. Dihitung dalam kisaran 30% dari tumor ekstratestis, in merupakan neoplasma
padat paling umum dari epididimis. Pemeriksaan ultrasonografi menunjukkan hypoechoic
terbatas tegas, massa bulat dengan biasan ditemukan ekoteksture homogenus. Karena
tampilan ultrasonografi dapat bervariasi, tumor sering keluar28,44. Sampai sekarang belum ada
dokumentasi kasus dari penyebaran metastasis atau rekuren setelah eksisi45.

Tumor sel kuman


Tumor sel kuman terhitung sekitar 90=95% dari semua tumor testis. In lebih lanjut
dipisahkan kedalam seminoma dan non-seminoma tumor sel kuman (NSGCTs), yang mana
ini penting dalam menentukan terapi dan diagnosa. Di antara tumor sel kuman, seminoma
merupakan penyebab utama melignansi testis (35%-50% dari semua kasus)46. Karena
sensitivitas yang tinggi terhadap radiasi dan kemotrapi, seminoma memiliki prognosis paling
baik di antara tumor sel kuman. Dalam ultrasonografi, seminosa tampak sebagai lesi padat
hypoechoic dengan aliran darah internal, yang mana dapat diamati dari lesi kecil sampai masa
besar yang menggantikan keseluruhan testis (gbr. 20)47. Metastase pada otak, paru dan nodul
limfoid retroperitoneal melalui mehatogenus dan penyebaran limfatik terlihat dalam kisaran
25% pasien saat presentasi48.

Secara keseluruhan, NSGCTs disadari sebagai neoplasma testis paling banyak (60%
kasus)36. NSGCTs murni sangat jarang dan paling sering menyerang populasi pediatrik46.
Mencakup teratoma, karsinoma sel embrional, koriokarsinoma, tumor yolk sac dan subtipe
campuran2,46. Mayoritas NSGTCTs memiliki manifestasi kelainan lebih lanjut49.

NSGCTs tampak secara ultrasonografi sebagai masa kistik dan heterogenus dengan batas
irreguler (gbr. 21,22). Pusat ekogenik bersamaan dengan masa mungkin terlihat, yang bisa
menampakkan kalisikasi, hemoraghe, atau fibrosis. Di beberapa kasus, tumor mungkin
tampak dengan peningkatan peniruan vaskularisasi inflamasi testis akut. Bagaimanapun,
penampakan yang mendasari parenkim testis lebih inhomogenus dibanding ekotekstur
reguler. Evaluasi Tindak lanjut ultrasonografi dianjurkan untuk membantu
membedakankeadaan inflamasi sejati dari inflamasi yang menirukan tumor(gbr. 23).

A B

C
Gbr. 18. Mikrokalsifikasi yang berasosiasi dengan masa testis pada pria 32 tahun
dengan masa skrotum kiri non-tender.
A, B. Ultrasonogram menunjukkan mikrokalsifikasi sepanjang testis echogenic
heterogen (A) dan menampakkan lesi vaskular hypoechoic (panah pada A dan B) yang
muncul dari bagian superior dari testis kiri (B). Testis kiri yang sudah dikeluarkan dan
evaluasi patologis mengidentifikasi masa sebagai seminoma. C. Spesimen patologi
makroskopik menunjukkan seluruh testis kiri terpotong setengah. Padat, terbentuk masa
berwarna keabuan dengan ukuran 2.0x1.8x1.8 cm (panah) berlokasi di pangkal superior
dari testis berbatasan dengan epididimis dan tunika albuginea.

A B
Gbr. 19. Kristal Skrotum pada pria 28 tahun dan pria 32 tahun dengan temuan
yang tidak disengaja. A,B. Longitudinal (A) dan Transversal (B) ultrasonografi
grayscale menunjukkan pust echogenic pada bagian anteromedial dari testis dengan
bayangan akustik posterior (panah).

A B
Gbr. 20. Pria 26 tahun dengan masa pada testis kanan tanpa nyeri.
A,B. Ultrasonogram Grayscale longitudinal dari testis kanan (A). Menunjukkan massa
heterogen (panah), dengan aliran vaskular internal pada pewarnaan doppler (B). Pasien
kemudian menjalani oriektomi kanan. Secara histologis ditemukan masa Seminoma.

A B
Gbr. 21. Pria 26 tahun dengan pembesaran testis kanan tanpa nyeri
(A).Ultrasonogram grayscale longitudinal testis kanan menunjukkan masa heterogen
yang menenpati hampir seluruh testis kanan (panah). (B). Pewarnaan doppler
menunjukkan vaskularisasi pada daerah periferal masa. Pasien menjalani oriektomi
kanan ditemukanan patologi berupa campuran tumor sel kuman dengan 99% karsinoma
embrional dan 1% jaringan seminoma.

Tumor Sel Non-Kuman


Tumor stromal pita seks bagian dari mayoritas tumor sel non-kuman (non-GCts). Tumor
ini jinak pada sekitar 90% kasus dan biasanya ditemukan secara tidak sengaja dikarenakan
ukurannya yang kecil. Non-GCTs yang sering ditemui adlah Tumor sel Sertoli dan Tumor sel
Leydig (gbr. 24): yang lebih jarang adalah sel tumor granulosa, fibromatekomas dan tumor
stromal pita seks campuran. Tumor ini tidak menunjukkan karakteristik ultrasonografi yang
spesifik tapi tampak sebagai lesi hypoechoic berdefinisi tegas. Memberikan tampilan
nonspesifik dalam ultrasonografi, maka oriektomi biasa dilakukan.

A B

C
Gbr. 22 pria 33 tahun dengan beberapa bulan pembengkakan dan nyeri testis kiri
A. Ultrsonogram greyscale testis kiri menunjukkan pembesaran dan nodul heterogen
testis (panah), kontur irreguler. B.evaluasi pewarnaan doppler menunjukkan peningkatan
penyebaran aliran vaskular sepanjang testis. Pasien menjalani oriektomi kiri dan didapati
patologi campuran sel tumor kuman dengan 80% seminoma dan 20% jaringankarsinoma
embrional. C. Spesimen patologi makroskopis masa testis kiri ditemukan berbatas tegas,
homogen dan tumor abu kecoklatan (panan).

A B
Gbr. 23pria 31 tahun dengan nyeri skrotum kiri.
A. Ultrasonogram grayscale menunjukkantampak masa ekoteksture heterogen pada testis
kiri yang berhubungan dangan area kistik dan kalsifikasi area fokal. B. Peningkatan
aliran warna doppler tampak melingkupi masa di testis kiri.

C D
Gbr. 23. Tindak lanjut tiga bulan ultrasonografi menunjukkan sebuah masa besar
echogenic heterogen pada testis kiri. Masa ini ditemukan sebagai campurantumor sel
kuman (termasuk karsinoma embrional 65%, teratoma 15%, koriokarsinoma 10%, tumor
yolk sac 5% dan seminoma <5%) pada evaluasi patologi setelah orkiektomi kiri. D.
Spesimen patologi makroskopi menunjukkan seluruh testis kiri dengan kord
spermatikum dan epididimis yang berdekatan. Masa tegas jelas terukur 5.2x4.7x3.2cm
ditemukan menonjol kedalam tunika albuginea. Masa menggantikan hampir semua testis
dan menunjukkan warna kekuningan heterogen, hemoragi dan potongan permukaan
nekrosis (panah).
A B

C
Gbr. 24. Pria 59 tahun dengan masa oada testis kiri tanpa nyeri
A,B. Ultrasonogram grayscale transversal menunjukkan masa predominan berlobul
hypochoic pada testis (A), denganpeningkatan vaskularisasi interna (B). Pasien
menjalani orkiektomi kiri dan patologis selaras dengan tumor sel leydig. C. Spesimen
patologi makroskopik terdiri dari testis kiri dan kord spermatikum. Testis dibagi menjadi
dua untuk menentukan ukuran masa (panah) 5.0x3.0x2.0cm dengan potongan permukaan
padat heterogen dari hemoragi dan nekrosis. Sisa parenkim testis tampak kuning-
kecoklatan dan tampak lain.

Kesimpulan
Ultrasonograsi masih menjadi modalitas pencitraan lini pertama untuk evaluasi kelainan
skrotum kronik atau akut. Ini aman dan merupakan penggambaran anatomi skrotum yang
dapat diandalkan, melokalisasi lesi testis dan pemeriksaan vaskularisasi. dikarenakan
beberapa patologis testis memiliki karakteristik tampilan ultrasonografi tersendiri,
ulrasonografi mampu memandu mengatur pasien dan mencegah intervensi tindakan bedah
yang tidak diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Thomas RD, Dewbury KC. Ultrasound appearances of the rete testis.Clin Radiol
1993;47:121-124.
2. Dogra VS, Gottlieb RH, Oka M, Rubens DJ. Sonography of the scrotum. Radiology
2003;227:18-36.
3. Horstman WG, Middleton WD, Melson GL, Siegel BA. Color Doppler US of the
scrotum. Radiographics 1991;11:941-957.
4. Burks DD, Markey BJ, Burkhard TK, Balsara ZN, Haluszka MM, Canning DA.
Suspected testicular torsion and ischemia: evaluation
with color Doppler sonography. Radiology 1990;175:815-821.5. Middleton WD, Siegel
BA, Melson GL, Yates CK, Andriole GL. Acute scrotal disorders: prospective
comparison of color Doppler US and testicular scintigraphy. Radiology 1990;177:177-
181.
6. Luker GD, Siegel MJ. Color Doppler sonography of the scrotum in children. AJR Am
J Roentgenol 1994;163:649-655.
7. Caesar RE, Kaplan GW. Incidence of the bell-clapper deformity in an autopsy series.
Urology 1994;44:114-116.
8. Middleton WD, Middleton MA, Dierks M, Keetch D, Dierks S. Sonographic
prediction of viability in testicular torsion: preliminary observations. J Ultrasound Med
1997;16:23-27.
9. Eaton SH, Cendron MA, Estrada CR, Bauer SB, Borer JG, Cilento BG, et al.
Intermittent testicular torsion: diagnostic features and management outcomes. J Urol
2005;174(4 Pt 2):1532-1535.
10. Chan PT, Schlegel PN. Inflammatory conditions of the male excurrent ductal system.
Part II. J Androl 2002;23:461-469.
11. Buckley JC, McAninch JW. Use of ultrasonography for the diagnosis of testicular
injuries in blunt scrotal trauma. J Urol 2006;175:175-178.
12. Cohen HL, Shapiro ML, Haller JO, Glassberg K. Sonography of intrascrotal
hematomas simulating testicular rupture in adolescents. Pediatr Radiol 1992;22:296-297.
13. Cass AS, Luxenberg M. Testicular injuries. Urology 1991;37:528-530.
14. Bhandary P, Abbitt PL, Watson L. Ultrasound diagnosis of traumatic testicular
rupture. J Clin Ultrasound 1992;20:346-348.
15. Jeffrey RB, Laing FC, Hricak H, McAninch JW. Sonography of testicular trauma.
AJR Am J Roentgenol 1983;141:993-995.
16. Gooding GA, Leonhardt W, Stein R. Testicular cysts: US findings. Radiology
1987;163:537-538.
17. Dogra VS, Gottlieb RH, Rubens DJ, Oka M, Di Sant Agnese AP. Testicular
epidermoid cysts: sonographic features with histopathologic correlation. J Clin
Ultrasound 2001;29:192-196.
18. Langer JE, Ramchandani P, Siegelman ES, Banner MP. Epidermoid cysts of the
testicle: sonographic and MR imaging features. AJR Am J Roentgenol 1999;173:1295-
1299.
19. Woodward PJ, Schwab CM, Sesterhenn IA. From the archives of the AFIP:
extratesticular scrotal masses: radiologic-pathologic correlation. Radiographics
2003;23:215-240.
20. Fu YT, Wang HH, Yang TH, Chang SY, Ma CP. Epidermoid cysts of the testis:
diagnosis by ultrasonography and magnetic resonance imaging resulting in organ-
preserving surgery. Br J Urol 1996;78:116-118.
21. Moghe PK, Brady AP. Ultrasound of testicular epidermoid cysts. Br J Radiol
1999;72:942-945.
22. Eisenmenger M, Lang S, Donner G, Kratzik C, Marberger M. Epidermoid cysts of
the testis: organ-preserving surgery following diagnosis by ultrasonography. Br J Urol
1993;72:955-957.
23. Hricak H, Filly RA. Sonography of the scrotum. Invest Radiol 1983;18:112-121.
24. Rifkin MD, Kurtz AB, Goldberg BB. Epididymis examined by ultrasound.
Correlation with pathology. Radiology 1984;151:187-190.
25. Jarvis LJ, Dubbins PA. Changes in the epididymis after vasectomy: sonographic
findings. AJR Am J Roentgenol 1989;152:531-534.
26. Holden A, List A. Extratesticular lesions: a radiological and pathological correlation.
Australas Radiol 1994;38:99-105.
27. Reddy NM, Gerscovich EO, Jain KA, Le-Petross HT, Brock JM. Vasectomy-related
changes on sonographic examination of the scrotum. J Clin Ultrasound 2004;32:394-398.
28. Frates MC, Benson CB, Stober SL. Mobile echogenicities on scrotal
sonography: is the finding associated with vasectomy? J Ultrasound
Med 2011;30:1387-1390.
29. Meacham RB, Townsend RR, Rademacher D, Drose JA. The incidence of
varicoceles in the general population when evaluated by physical examination, gray scale
sonography and color Doppler sonography. J Urol 1994;151:1535-1538.
30. Black JA, Patel A. Sonography of the abnormal extratesticular space. AJR Am J
Roentgenol 1996;167:507-511.
31. Rudloff U, Holmes RJ, Prem JT, Faust GR, Moldwin R, Siegel D. Mesoaortic
compression of the left renal vein (nutcracker syndrome): case reports and review of the
literature. Ann Vasc Surg 2006;20:120-129.
32. Micallef M, Torreggiani WC, Hurley M, Dinsmore WW, Hogan B. The ultrasound
investigation of scrotal swelling. Int J STD AIDS 2000;11:297-302.
33. Collings C, Cronan JJ, Grusmark J. Diffuse echoes within a simple hydrocele: an
imaging caveat. J Ultrasound Med 1994;13:439-442.
34. Gooding GA, Leonhardt WC, Marshall G, Seltzer MA, Presti JC Jr. Cholesterol
crystals in hydroceles: sonographic detection and possible significance. AJR Am J
Roentgenol 1997;169:527-529.
35. Peterson AC, Bauman JM, Light DE, McMann LP, Costabile RA. The prevalence of
testicular microlithiasis in an asymptomatic population of men 18 to 35 years old. J Urol
2001;166:2061-2064.
36. Smith WS, Brammer HM, Henry M, Frazier H. Testicular microlithiasis: sonographic
features with pathologic correlation. AJR Am J Roentgenol 1991;157:1003-1004.
37. Janzen DL, Mathieson JR, Marsh JI, Cooperberg PL, del Rio P,Golding RH, et al.
Testicular microlithiasis: sonographic and clinical features. AJR Am J Roentgenol
1992;158:1057-1060.
38. Yee WS, Kim YS, Kim SJ, Choi JB, Kim SI, Ahn HS. Testicular microlithiasis:
prevalence and clinical significance in a population referred for scrotal ultrasonography.
Korean J Urol 2011;52:172-177.
39. Ganem JP, Workman KR, Shaban SF. Testicular microlithiasis is associated with
testicular pathology. Urology 1999;53:209-213.
40. DeCastro BJ, Peterson AC, Costabile RA. A 5-year followup study of asymptomatic
men with testicular microlithiasis. J Urol 2008;179:1420-1423.
41. Costabile RA. How worrisome is testicular microlithiasis? Curr Opin Urol
2007;17:419-423.
42. Kosan M, Gonulalan U, Ugurlu O, Oztekin V, Akdemir O, Adsan O.Testicular
microlithiasis in patients with scrotal symptoms and its relationship to testicular tumors.
Urology 2007;70:1184-1186.
43. Dewbury KC. Scrotal ultrasonography: an update. BJU Int 2000;86 Suppl 1:143-152.
44. Leonhardt WC, Gooding GA. Sonography of intrascrotal adenomatoid tumor.
Urology 1992;39:90-92.
45. Srigley JR, Hartwick RW. Tumors and cysts of the paratesticular region. Pathol
Annu 1990;25 Pt 2:51-108.
46. Woodward PJ, Sohaey R, O'Donoghue MJ, Green DE. From the archives of the
AFIP: tumors and tumorlike lesions of the testis:radiologic-pathologic correlation.
Radiographics 2002;22:189-216.
47. Dogra VS, Gottlieb RH, Rubens DJ, Liao L. Benign intratesticular cystic lesions: US
features. Radiographics 2001;21 Spec No:S273-281.
48. Guthrie JA, Fowler RC. Ultrasound diagnosis of testicular tumours presenting as
epididymal disease. Clin Radiol 1992;46:397-400.
49. Geraghty MJ, Lee FT Jr, Bernsten SA, Gilchrist K, Pozniak MA,Yandow DJ.
Sonography of testicular tumors and tumor-like conditions: a radiologic-pathologic
correlation. Crit Rev Diagn Imaging 1998;39:1-63.

Anda mungkin juga menyukai