Lampiran SK Direktur
Lampiran SK Direktur
NOMOR : 411/Dir-SK/XII/2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengelolaan obat di rumah sakit sangat penting karena ketidakefisienan akan memberikan dampak
negatif terhadap rumah sakit, baik secara medis maupun ekonomis (Anonim, 1994). Pengelolaan obat
tidak hanya mencakup aspek logistik saja, tetapi juga mencakup aspek informasi obat, supervisi dan
pengendalian menuju penggunaan obat yang rasional (Justicia, 2009).
Dalam pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit tahapan yang penting adalah proses
penyimpanan. Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan
yang telah ditetapkan disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan
farmasi sesuai kebutuhan. Tujuan dari manajemen penyimpanan obat adalah untuk melindungi obat-
obat yang disimpan dari kehilangan, kerusakan, kecurian, terbuang sia-sia, dan untuk mengatur aliran
barang dari tempat penyimpanan ke pengguna melalui suatu sistem yang terjangkau (Anonim, 2006).
Definisi Penyimpanan perbekalan farmasi secara umum adalah suatu kegiatan menyimpan dan
memelihara dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai
aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Penyimpanan perbekalan
farmasi dimaksudkan juga untuk pengaturan tempat penyimpanan perbekalan farmasi sesuai dengan
peraturan yang berlaku dan memudahkan dalam pengontrolan ketersediaan perbekalan farmasi sesuai
kebutuhan.
Dalam upaya terciptanya sistem penyimpanan perbekalan farmasi yang baik, Rumah sakit secara
kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk mengatur tempat penyimpanan
menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu dan kestabilannya, sifat bahan (b3, mudah tidaknya
meledak atau terbakar), tahan tidaknya terhadap cahaya, tingkat kewaspadaan (obat-obat kewaspadaan
tinggi ).
B. TUJUAN
Tujuan Umum :
Terwujudnya sistem penyimpanan yang baik, memudahkan dalam pengelolaan dan pencarian sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
Tujuan Khusus :
3. Menjaga ketersediaan
C. RUANG LINGKUP
1. Instalasi Farmasi
2. Gudang Farmasi
3. Ruang perawatan
5. ICU
6. Laboratorium
7. Radiologi
BAB II
TATA LAKSANA
A. PENERIMAAN
Tahapan awal sebelum obat disimpan adalah penerimaan. Penerimaan perbekalan farmasi dari
distributor di rumah sakit menggunakan sistem 1 pintu dilakukan di logistik farmasi. Penerimaan
perbekalan farmasi harus sesuai dengan surat pesanan dan memperhatikan kualitas dan kuatintas
perbekalan farmasi yang diterima. Sebelum diterima perbekalan farmasi harus dicek. Pengecekan
perbekalan farmasi meliputi :
c. Jumlah
B. PENYIMPANAN
Penyimpanan perbekalan farmasi di rumah sakit dikendalikan oleh kepala instalasi farmasi.
Penyimpanan dilakukan di depo – depo farmasi, laboratorium, radiologi, poliklinik, ruang perawatan dan
unit khusus. Penyimpanan di depo farmasi dibedakan menurut :
1. Bentuk Sediaan dan Jenisnya, Perbekalan farmasi di tata menurut bentuk sediaannya meliputi:
i. Bahan – bahan kimia yang bukan termasuk B3 di tata tersendiri terpisah dengan obat dan alkes.
j. Obat narkotika di simpan dilemari terpisah, tertutup, rangkap dua dan terkunci
l. Obat generik
m. Obat HIV
n. Obat paten
c. Suhu Freezer (-20˚ C) – (-10˚C). Freezer yang digunakan untuk menyimpan obat berupa freezer yang
terpisah dari refrigerator, bukan kombinasi refrigerator-freezer.
a. Setiap tempat dan atau ruang penyimpanan perbekalan farmasi harus dipasang termometer ruangan.
b. Suhu ruangan dan suhu kulkas dicek dan dicatat pada blangko suhu yang di tempatkan di dekat
thermometer suhu.
c. Pemantauan suhu ruang dan suhu kulkas penyimpanan obat dilakukan setiap hari oleh asisten
apoteker atau staff terlatih yang ditunjuk secara sah.
d. Pemantauan suhu di dalam ruang dan suhu di kulkas penyimpanan obat dilakukan dengan cara
melihat dan membaca suhu yang tertera pada termometer dan kulkas. Suhu dicatat pada log
temperatur pada jam 08.00 pagi, jam 15.00 siang dan jam 22.00 malam untuk unit pelayanan 24 jam.
e. Khusus pada hari libur, untuk depo dan unit yang tutup pemantauan suhu dilakukan setelah petugas
masuk kerja.
f. Pada kondisi suhu ruang atau suhu kulkas penyimpanan perbekalan farmasi di luar rentang suhu yang
seharusnya, maka petugas harus segera menghubungi unit pemeliharaan alat rumah sakit.
Dokumentasi pemantauan suhu penyimpanan perbekalan farmasi dilakukan setiap hari dengan
menggunakan form log temperatur yang telah ditentukan dan pada akhir bulan ditandatangani oleh
kepala bagian/kepala unit/kepala ruangan.
c. Tempat penyimpanan tersendiri dan selalu terkunci, Memiliki ventilasi yang baik dan memiliki
wastafel.
Penyimpanan obat yang tidak tahan cahaya dilakukan di dalam kemasan tertutup dan gelap.
5. Tingkat Kewaspadaan (obat-obat HAM). Penyimpanan obat-obat HAM diatur dalam kebijakan
penyimpanan obat-obat kewaspadaan tinggi.
Penyimpanan Perbekalan Farmasi Khusus
a. Penyimpanan produk nutrisi enteral yang belum diolah dilakukan di bagian gizi dan instalasi farmasi
terpisah dengan bahan lain.
b. Penyimpanan produk nutrisi enteral yang sudah diolah penyimpanannya sesuai dengan kebijakan dari
instalasi gizi.
c. Penyimpanan produk nutrisi parenteral yang masih utuh di instalasi farnasi dan ruang keperawatan
disimpan terpisah dari perbekalan farmasi lain.
d. Penyimpanan produk nutrisi parenteral yang sudah direkonstitusi di ruang perawatan disimpan pada
suhu 2 – 6 ◦C ( dalam kulkas ).
2. Penyimpanan Kontras
Penyimpanan kontras dilakukan dengan mengikuti standar MSDS dan terpisah dari obat dan alat
kesehatan lainnya. Penyimpanan dilakukan di bagian radiologi.
3. Penyimpanan Reagen
Penyimpanan reagen dilakukan dengan mengikuti standar MSDS dan terpisah dari obat dan alat
kesehatan lainnya. Penyimpanan dilakukan di bagian laboratorium.
Dalam meningkatkan keamanan penyimpanan perbekalan farmasi maka segala tempat penyimpanan
perbekalan farmasi harus dikunci setiap tidak ada penjaga atau petugas di tempat penyimpanan
perbekalan farmasi.
Selain mengunci tempat perbekalan farmasi, petugas yang masuk ke dalam tempat tempat perbekalan
farmasi dibatasi, antara lain :
1. Petugas logistik farmasi
2. Petugas farmasi
Dalam prakteknya apabila dibutuhkan perbekalan farmasi yang berada di depo farmasi sudah tutup
diatur dalam kebijakan pelayanan perbekalan farmasi saat depo farmasi tutup. Untuk mendukung
pengawasan perbekalan farmasi, logistik farmasi dilengkapi dengan CCTV untuk pengawasan dari
kehilangan barang dan penyalahgunaan perbekalan farmasi.
Perbekalan farmasi yang disimpan harus memiliki informasi yang jelas, meliputi nama, kekuatan dan
bentuk sediaan obat, peringatan, tanggal kadaluarsa atau beyond use date, informasi penyimpanan dari
pabrik sebelum produk dibuka maupun setelah dibuka.
1. Alfabetis
2. FIFO (first in first out) perbekalan farmasi yang pertama kali masuk (diterima) itu yang pertama kali
dikeluarkan ( didistribusikan ).
4. FEFO (First Expired First Out perbekalan farmasi yang tanggal kadaluarsa awal (hampir
kadaluarsa) dikeluarkan (didistribusikan) terlebih dahulu. Metode ini digunakan untuk
penyusunan obat.
Obat dan alat kesehatan yang telah kadaluarsa atau rusak disimpan di lemari terpisah dan terkunci. Pada
lemari harus diberi label “Obat Rusak/Kadaluarsa, Jangan Diracik/Digunakan”.
1. Obat untuk pasien rawat inap disimpan diloker tempat penyimpanan obat pasien yang dikelola oleh
perawat bekerja sama dengan bagian farmasi.
2. Obat untuk pasien rawat inap harus memiliki label identitas pasien dan nama, jumlah dan kekuatan
obat.
3. Obat yang digunakan untuk banyak pasien di rawat inap di simpan dengan diberi label dan terpisah
dari obat yang belum digunakan.
4. Obat obat yang digunakan untuk banyak pasien di rawat inap , setelah dibuka diberikan label
informasi tanggal dibuka dan disimpan sesuai persyaratan penyimpanan. Masa obat setelah dibuka
dibatasi maksimal 30 hari setelah obat pertama kali segel dibuka.
Obat injeksi di kamar operasi bentuk ampul yang sudah dipakai sebagian, sisa obatnya di spuit, diberi
label yang badan disimpan dalam kulkas yang berisi tanggal pemakaian terakhir, nama obat, dosis obat,
dan nama perawat (batas maksimal obat dapat digunakan 24 jam setelah obat pertama kali dibuka
segelnya). Obat sisa penyimpanannya tidak lebih dari 24 jam.
Rumah sakit menyimpan dan mengelola obat sample di atur yang diatur dalam kebijakan obat
sample.
1. Pengecekan tanggal kadaluarsa obat dan alkes di setiap area penyimpanan dilakukan setiap sebulan
sekali. Dilakukan oleh petugas logistik farmasi, petugas instalasi farmasi, dan keperawatan.
2. Enam bulan sebelum tanggal kadaluarsa, semua perbekalan farmasi harus sudah dikembalikan ke
Depo Logistik Farmasi.
BAB III
PENUTUP
Pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit sangat penting fungsinya bagi terwujudnya pelayanan
perbekalan farmasi yang baik. Pengelolaan perbekalan farmasi yang baik didukung juga dengan sistem
penyimpanan yang baik untuk perbekalan farmasi diseluruh unit pelayanan di rumah sakit. Untuk
membangun sistem penyimpanan yang baik dan menerapkanya diperlukan kerja sama dari semua unit
pelayanan, mulai dari farmasi, perawat, radiologi, laboratorium, dokter, manajer dan direksi rumah sakit
untuk mendukung sistem penyimpanan perbekalan farmasi yang sudah dibuat