Anda di halaman 1dari 11

ASPEK ONTOLOGI EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas UAS Mata Kuliah Filsafat Pendidikan yang di
ampu oleh : DR. maesaroh lubis, M.Pd

DISUSUN OLEH :

IHSAN NURUL HAQ


NIM : (C1786201041)
KELAS : 1B

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, 25 desember 2017

penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................1

A. Latar belakang ............................................................................................................1


B. Rumusan masalah ......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................2

A. Definisi ontology .......................................................................................................2


B. Definisi epistemology ................................................................................................ 3
C. Definisi aksiologi .......................................................................................................5
BAB III PENUTUP ...............................................................................................................7

A. Kesimpulan ................................................................................................................7
B. Saran .......................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat merupakan sikap atau pandangan hidup dan sebuah bidang terapan untuk
membantu individu untuk mengevaluasi keberadaannya dengan cara yang lebih memuaskan.
Filsafat membawa kita kepada pemahaman dan pemahaman membawa kita kepada tindakan
yang telah layak, filsafat perlu pemahaman bagi seseorang yang berkecimpung dalam dunia
pendidikan karena ia menentukan pikiran dan pengarahan tindakan seseorang untuk mencapai
tujuan.

Filsafat membahas segala sesuatu yang ada bahkan yang mungkin ada baik bersifat
abstrak ataupun riil meliputi Tuhan, manusia dan alam semesta. Sehingga untuk faham betul
semua masalah filsafat sangatlah sulit tanpa adanya pemetaan-pemetaan dan mungkin kita
hanya bisa menguasai sebagian dari luasnya ruang lingkup filsafat.

Sistematika filsafat secara garis besar ada tiga pembahasan pokok atau bagian yaitu;
epistemologi atau teori pengetahuan yang membahas bagaimana kita memperoleh
pengetahuan, ontologi atau teori hakikat yang membahas tentang hakikat segala sesuatu yang
melahirkan pengetahuan dan aksiologi atau teori nilai yang membahas tentang guna
pengetahuan. Sehingga, mempelajari ketiga cabang tersebut sangatlah penting dalam
memahami filsafat yang begitu luas ruang lingkup dan pembahansannya.

Ketiga teori di atas sebenarnya sama-sama membahas tentang hakikat, hanya saja
berangkat dari hal yang berbeda dan tujuan yang beda pula. Epistemologi sebagai teori
pengetahuan membahas tentang bagaimana mendapat pengetahuan, bagaimana kita bisa tahu
dan dapat membedakan dengan yang lain. Ontologi membahas tentang apa objek yang kita
kaji, bagaimana wujudnya yang hakiki dan hubungannya dengan daya pikir. Sedangkan
aksiologi sebagai teori nilai membahas tentang pengetahuan kita akan pengetahuan di atas,
klasifikasi, tujuan dan perkembangannya.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengertian tentang ontologi?
2. Bagaimana pengertian tentang Epistemologi?
3. Bagaimana pengertian tentang Aksiologi?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Ontologi

Ontologi adalah bagian filsafat yang paling umum, atau merupakan bagian dari metafisika,
dan metafisika merupakan salah satu bab dari filsafat. Obyek telaah ontologi adalah yang ada
tidak terikat pada satu perwujudan tertentu, ontologi membahas tentang yang ada secara
universal, yaitu berusaha mencari inti yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala
realitas dalam semua bentuknya.

Setelah menjelajahi segala bidang utama dalam ilmu filsafat, seperti filsafat manusia, alam
dunia, pengetahuan, kehutanan, moral dan sosial, kemudian disusunlah uraian ontologi. Maka
ontologi sangat sulit dipahami jika terlepas dari bagian-bagian dan bidang filsafat lainnya. Dan
ontologi adalah bidang filsafat yang paling sukar.

Metafisika membicarakan segala sesuatu yang dianggap ada, mempersoalkan hakekat.


Hakekat ini tidak dapat dijangkau oleh panca indera karena tak terbentuk,berupa, berwaktu
dan bertempat. Dengan mempelajari hakikat kita dapat memperoleh pengetahuan dan dapat
menjawab pertanyaan tentang apa hakekat ilmu itu.

Ditinjau dari segi ontologi, ilmu membatasi diri pada kajian yang bersifat empiris.Objek
penelaah ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca indera manusia.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa hal-hal yang sudah berada diluar jangkauan manusia
tidak dibahas oleh ilmu karena tidak dapat dibuktikan secara metodologis dan empiris,
sedangkan ilmu itu mempunyai ciri tersendiri yakni berorientasi pada dunia empiris.
Berdasarkan objek yang ditelaah dalam ilmu pengetahuan dua macam:
1. Obyek material (obiectum materiale, material object) ialah seluruh lapangan atau bahan
yang dijadikan objek penyelidikan suatu ilmu.

2. Obyek Formal (obiectum formale, formal object) ialah penentuan titik pandang terhadap
obyek material.

Untuk mengkaji lebih mendalam hakekat obyek empiris, maka ilmu membuat beberapa
asumsi (andaian) mengenai objek itu. Asumsi yang sudah dianggap benar dan tidak diragukan
lagi adalah asumsi yang merupakan dasar dan titik tolak segala pandang kegiatan. Asumsi itu
perlu sebab pernyataan asumtif itulah yang memberikan arah dan landasan bagi kegiatan
penelaahan.

Ada beberapa asumsi mengenai objek empiris yang dibuat oleh ilmu, yaitu: Pertama,
menganggap objek-objek tertentu mempunyai kesamaan antara yang satu dengan yang
lainnya, misalnya dalam hal bentuk, struktur, sifat dan sebagainya. Kedua, menganggap bahwa
suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu. Ketiga, determinisme
yakni menganggap segala gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan.
Asumsi yang dibuat oleh ilmu bertujuan agar mendapatkan pengetahuan yang bersifat analitis
dan mampu menjelaskan berbagai kaitan dalam gejala yang tertangguk dalam pengalaman
manusia.

2
Asumsi itupun dapat dikembangkan jika pengalaman manusia dianalisis dengan berbagia
disiplin keilmuan dengan memperhatikan beberapa hal; Pertama, asumsi harus relevan dengan
bidang dan tujuan pengkajian disiplin keilmuan. Asumsi ini harus operasional dan merupakan
dasar dari pengkajian teoritis. Kedua, asumsi harus disimpulkan dari “keadaan sebagaimana
adanya” bukan “bagaimana keadaan yang seharusnya”.

Asumsi pertama adalah asumsi yang mendasari telaah ilmiah, sedangkan asumsi kedua
adalah asumsi yang mendasari moral. Oleh karena itu seorang ilmuan harus benar-benar
mengenal asumsi yang dipergunakan dalam analisis keilmuannya, sebab mempergunakan
asumsi yang berbeda maka berbeda pula konsep pemikiran yang dipergunakan. Suatu
pengkajian ilmiah hendaklah dilandasi dengan asumsi yang tegas, yaitu tersurat karena yang
belum tersurat dianggap belum diketahui atau belum mendapat kesamaan pendapat.

Pertanyaaan mendasar yang muncul dalam tataran ontologi adalah untuk apa penggunaan
pengetahuan itu? Artinya untuk apa orang mempunyai ilmu apabila kecerdasannya digunakan
untuk menghancurkan orang lain, misalnya seorang ahli ekonomi yang memakmurkan
saudaranya tetapi menyengsarakan orang lain, seorang ilmuan politik yang memiliki strategi
perebutan kekuasaan secara licik
B. Definisi Epistemology

Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang diangkat dari dua kata
dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan atau kebenaran
dan logos berarti pikiran, kata atau teori. Dengan demikian epistimologi dapat diartikan
sebagai pengetahuan sistematik mengenahi pengetahuan. Epistimologi dapat juga diartikan
sebagai teori pengetahuan yang benar (teori of knowledges).

Epistimologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang asal muasal, sumber,
metode, struktur dan validitas atau kebenaran pengetahuan. Istilah epistimologi dipakai
pertama kali oleh J. F. Feriere untuk membedakannya dengan cabang filsafat lain yaitu
ontologi (metafisika umum). Filsafat pengetahuan (Epistimologi) merupakan salah satu
cabang filsafat yang mempersoalkan masalah hakikat pengetahuan.
Epistomogi merupakan bagian dari filsafat yang membicarakan tentang terjadinya
pengetahuan, sumber pengetahuan asal mula pengetahuan, batas – batas, sifat sifat dan
kesahihan pengetahuan. Objeck material epistimologi adalah pengetahuan .
Objek formal epistemologi adalah hakekat pengetahuan.

1. Logika Material adalah usaha untuk menetapkan kebenaran dari suatu pemikiran di
tinjau dari segi isinya. Lawannya adalah logika formal (menyelidiki bentuk pemikiran
yang masuk akal). Apabila logika formal bersangkutan dengan bentuk-bentuk
pemikiran, maka logika material bersangkutan dengan isi pemikiran. Dengan kata lain,
apabila logika formal yang biasanya disebut istilah’logika’berusaha untuk menyelidiki
dan menetapkan bentuk pemikiran yang masuk akal, maka logika material berusaha
untuk menetapkan kebenaran dari suatu pemikiran ditinjau dari segi isinya. Maka dapat
disimpulkan bahwa logika formal bersangkutan dengan masalah kebenaran formal
sering disebut keabsahan (jalan) pemikiran. Sedangkan logika material bersangkutan
3
dengan kebenaran materiil yang sering juga disebut sebagai kebenaran autentik atau
otentisitas isi pemikiran
2. Kriteriologia berasal dari kata kriterium yang berarti ukuran. Ukuran yang dimaksud
adalah ukuran untuk menetapkan benar tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan
tertentu. Dengan demikian kriteriologia merupakan suatu cabang filsafat yang
berusaha untuk menetapkan benar tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan
berdasarkan ukuran tentang kebenaran.
3. Kritika Pengetahuan adalah pengetahuan yang berdasarkan tinjauan secara mendalam,
berusaha menentukan benar tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan manusia.
4. Gnoseologia (gnosis = keilahian, logos = ilmu pengetahuan) adalah ilmu pengetahuan
atau cabang filsafat yang berusaha untuk memperoleh pengetahuan mengenai hakikat
pengetahuan, khususnya mengenahi pengetahuan yang bersifat keilahian.
5. Filsafat pengetahuan menjelaskan tentang ilmu pengetahuan kefilsafatan yang secara
khusus akan memperoleh pengetahuan tentang hakikat pengetahuan. J.A.Niels Mulder
menjelaskan bahwa epistimologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang
watak, batas-batas dan berlakunya dari ilmu pengetahuan. Abbas Hamami Mintarejo
berpendapat bahwa epistemologi adlah bagian filsafat atau cabang filsafat yang
membicarakan tentang terjadinya pengetahuan dan mengadakan penilaian atau
pembenaran dari pengetahuan yang telah terjadi itu.

Epistimologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan,


sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode dan kesahihan
pengetahuan. Jadi, objek material epistimologi adalah pengetahuan, sedangkan objek
formalnya adalah hakikat pengetahuan itu. Aspek estimologi merupakan aspek yang
membahas tentang pengetahuan filsafat. Aspek ini membahas bagaimana cara kita mencari
pengetahuan dan seperti apa pengetahuan tersebut.

Dalam aspek epistemologi ini terdapat beberapa logika, yaitu: analogi, silogisme, premis
mayor, dan premis minor.
1. Analogi dalam ilmu bahasa adalah persaaman antar bentuk yang menjadi dasar
terjadinya bentuk – bentuk yang lain.
2. Silogisme adalah penarikan kesimpilan konklusi secara deduktif tidak langsung, yang
konklusinya ditarik dari premis yang di sediakan sekaligus.
3. Premis mayor bersifat umum yang berisi tentang pengetahuan, kebenaran, dan
kepastian.
4. Premis Minor bersifat spesifik yang berisi sebuah struktur berpikir dan dalil – dalilnya.
Dalam epistimologi dikenal dengan 2 aliran, yaitu:

1. Rasionalisme : Pentingnya akal yang menentukan hasil/keputusan.


2. Empirisme : Realita kebenaran terletak pada benda kongrit yang dapat diindra karena
ilmu atau pengalam impiris.

4
C. Definisi Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata Yunani: axion (nilai) dan logos (teori), yang berarti teori
tentang nilai (Salam, 1997). Sumantri (1996) menyatakan aksiologi adalah teori nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dan pengetahuan yang diperoleh. Menurut kamus bahasa
Indonesia, aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian
tentang nilai-nilai khusunya etika.

Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu
pengetahuan itu sendiri dan bagaimana manusia menggunakan ilmu tersebut. Jadi hakikat
yang ingin dicapai aksiologi adalah hakikat manfaat yang terdapat dalam suatu pengetahuan.
Objek kajian aksiologi adalah menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu karena ilmu harus
disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral sehingga nilai kegunaan ilmu itu dapat
dirasakan oleh masyarakat. Aksiologi disebut teori tentang nilai yang menaruh perhatian baik
dan buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong), serta tata cara dan tujuan (mean
and end).
Dalam aksiologi ada dua komponen yang mendasar, yakni:

1. Etika.
Istilah etika berasal dari bahasa yunani “ethos” yang berarti adat kebiasaan. Dalam
istilah lain dinamakan moral yang berasal dari bahasa latin “mores”, kata jamak dari
mos yang berarti adat kebiasaan. Etika adalah cabang filsafat aksiologi yang
membahas masalah-masalah moral, perilaku, norma, dan adat istiadat yang berlaku
pada komunitas tertentu.
2. Estetika
Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai
keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri segala sesuatu terdapat
unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam suatu hubungan yang utuh
menyeluruh. Maksudnya adalah suatu objek yang indah bukan semata-mata bersifat
selaras serta berpola baik melainkan harus juga mempunyai kepribadian.

Ada beberapa beberapa karakteristik nilai yang berkaitan dengan teori nilai (the theory of
value), yaitu :

1. Nilai objektif atau subjektif. Nilai itu objektif jika ia tidak tergantung pada subjek atau
kesadaran yang menilai. Sebaliknya nilai itu subjektif jika eksistensinya, maknanya,
dan validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian, tanpa
mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis atau fisik.
2. Nilai absolute atau relatif. Suatu nilai dikatakan absolute atau abadi, apabila nilai yang
berlaku sejak masa lampau dan akan berlaku sepanjang masa, berlaku bagi siapapun
tanpa memperhatikan ras, maupunkelas sosial.

Untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau untuk apa filsafat ilmu itu digunakan, kita
dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal, yaitu:

5
1. Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan mereaksi dunia pemikiran.
Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut mendukung suatu ide yang
membentuk suatu dunia, atau hendak menentang suatu sistem kebudayaan atau sistem
ekonomi, atau sistem politik, maka sebaiknya mempelajari teori-teori filsafatnya.
Inilah kegunaan mempelajari teori-teori filsafat ilmu.
2. Filsafat sebagai pandangan hidup. Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua teori
ajarannya diterima kebenaranya dan dilaksanakan dalam kehidupan. Filsafat ilmu
sebagai pandangan hidup gunanya ialah untukpetunjuk dalam menjalani kehidupan.
3. Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah. Dalam hidup ini kita
menghadapi banyak masalah. Kehidupan akan dijalani lebih enak bila masalah
masalah itu dapat diselesaikan. Ada banyak cara menyelesaikan masalah, mulai dari
cara yang sederhana sampai yang paling rumit. Bila cara yang digunakan amat
sederhana maka biasanya masalah tidak terselesaikan secara tuntas.penyelesaian yang
detail itu biasanya dapat mengungkap semua masalah yang berkembang dalam
kehidupan manusia.

Pendidikan sering dipahami sebagai suatu hal yang sifatnya normatif atau berorientasi
pada nilai-nilai tertentu. Dengan kata lain, pada pendidikan melekat hal-hal yang dipandang
sebagai suatu hal yang berharga atau bernilai. Abdulhak (2008), menyarakan aksiologi ilmu
pendidikan sebagai nilai kegunaan teoritis dan nilai kegunaan praktis.

1. Aksiologi sebagai Nilai Kegunaan


Teoritis Hasil ilmu pendidikan adalah konsep-konsep ilmiah tentang aspek dan
dimensi pendidikan sebagai salah satu gejala kehidupan manusia. Pemahaman tersebut
secara potensial dapat dipergunakan untuk lebih mengembangkan konsep-konsep
ilmiah pendidikan, baik dalam arti meningkatkan mutu (validitas dan signifikan)
konsepkonsep ilmiah pendidikan yang telah ada, maupun melahirkan atau
menciptakan konsep-konsep baru, yang secara langsung dan tidak langsung bersumber
pada konsepkonsep ilmiah pendidikan yang telah ada. Rowntree dalam educational
technologi in curuculum development antara lain menyatakan: bahwa oleh karena
teknologi pendidikan adalah seluas pendidikan itu sendiri, maka teknologi pendidikan
berkenaan dengan desain dan evaluasi kurikulum dan pengalaman-pengalaman
belajar, serta masalah-masalah pelaksanaan dan perbaikannya. Pada dasarnya
teknologi pendidikan adalah suatu pendekatan pemecahan masalah pendidikan secara
rasional, suatu cara berpikir skeptis dan sistematis tentang belajar dan mengajar.
2. Aksiologi Sebagai Nilai Kegunaan Praktis
Pemahaman tenaga kependidikan secara konprehensif dan sistematis turut serta dalam
menumbuhkan rasa kepercayaan diri dalam melakukan tugas-tugas profesionalnya.
Hal ini terjadi karena konsep-konsep ilmiah pendidikan menerangkan prinsip-prinsip
bagaimana orang melakukan pendidikan. Penguasaan yang mantap terhadap konsep-
konsep ilmiah pendidikan memberikan pencerahan tentang bagaimana melakukan
tugas-tugas profesional pendidikan. Apabila hal ini terjadi, maka seorang tenaga
pendidikan akan dapat bekerja konsisten dan efisien, karena dilandasi oleh prinsip-
prinsip pendidikan yang jelas terbaca dan kokoh.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan materi diatas, penyusun dapat mengambil kesimpulan bahwa Ontologi
berarti ilmu yang membahas tentang hakiket sesuatu yang ada/berada atau dengan kata lain
artinya ilmu yang mempelajari tentang yang ada. Sedangkan, menurut istilah adalah ilmu yang
membahas sesuatu yang telah ada, baik secara jasmani maupun secara rohani. Epistimologi
adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang asal muasal, sumber, metode, struktur dan
validitas atau kebenaran pengetahuan.

Dalam hal ini, aspek estimologi merupakan aspek yang membahas tentang pengetahuan
filsafat. Aspek ini membahas bagaimana cara kita mencari pengetahuan dan seperti apa
pengetahuan tersebut. Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan
bagaimana manusiamenggunakan ilmunya. Disisi lain, aksiologi sebagai teori nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh
Dalam filsafat ilmu pendidikan, beda antara ontologi, epistimologi, dan aksiologi, yaitu:

1. Ontologi : dasar untuk mengklasifikasi pengetahuan dan sekaligus bidang-bidang


ilmu.
2. Epistimologi : cara/teknik/sarana yang membantu kita dalam mendapatkan
pengetahuan yang berupa ilmu.
3. Aksiologi : tujuan dari pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan

B. Saran

Maka sebagai calon pendidik, penulis mengharapkan agar pembaca senantiasa dapat
memahami tentang hakikat dari ontology, epistemology, dan aksiologi. Serta dapat
mengimpletansikan dalam praktik pendidikan

7
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal UIN alaudin. 2013. OntologiEpistemologiAksiologi. Volume 8.
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sls/article/download/1276/1243 Diunduh pada
tanggal 21 desember 2017. Pukul 23:37

Umsida. 2017 aksiologi pendidikan menurut macam macam filsafat.


http://eprints.umsida.ac.id/573/1/aksiologi%20pendidikan.pdf Diunduh pada tanggal 21
desember 2017. Pukul 23:45

Anda mungkin juga menyukai