ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh peningkatan variasi laju alir NaOH terhadap
penyerapan CO2 yang telah dimodifikasi menyerupai CO2 keluaran gas buang PLTU. Hal ini dimaksutkan agar
dapat diaplikasikan sebagai salah satu solusi untuk mengurangi dampak dari gas rumah kaca tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan secara eksperimen dengan menggunakan packed column absorber. Dengan
konsentrasi NaOH yang digunakan adalah 0,1 M dan laju alir gas 6 liter/menit. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa laju alir NaOH yang optimum adalah 3 lpm yang memberikan penyerapan gas karbondioksida tertinggi
dari gas modifikasi. Pada penelitian ini pengaruh laju alir terhadap penurunan temperatur juga ditinjau dan
diamati. Temperatur CO2 input adalah 50oC, setelah dilakukan proses absorpsi dengan variasi laju alir
didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara laju alir dengan temperatur yaitu berberbanding terbalik. Semakin
besar laju alir penurunan temperatur semakin kecil. Penurunan temperatur paling baik yaitu pada laju alir 1 dan
1,5 lpm dengan temperatur gas keluar yaitu 32oC atau penurunan temperatur nya sebesar 36%.
Kata kunci: CO2, NaOH, Absorpsi
ABSTRACT
The aim of this research was to determine the effect of flow rate variations in absorbing carbon dioxide
that has been modified as PLTU Tarahan flue gas. This can be applied as an effective solution to reduce green
house effect. This research was carried out experimentally using packed column absorber with variabel
which varied flow rate of NaOH that is 1; 1,5; 2; 2,5; 3 liter per minute . Concentration of NaOH used is
0,1M and flow rate of gas is 6 liter/minute. The result of this study is showing of optimum flow rate of NaOH equal
to 3 liter per minute in absorbent solution and it can be highest CO 2 absorption from modification gas too. The
effect of liquid flow rate on the decreasing temperature is observed too. Temperature of CO 2 input was 50oC,
after absorption with the variations of liquid flow rate, the result showed that was the relation between liquid flow
rate and output temperature. The greater flow rate, the smaller temperature decreased is achieved inversely
proportional. The optimum of temperature decreased is resulted on flow rates of 1 and 1, 5 liter per minute with
the temperature as many as 32oC or as 36% lower than initial temperature.
Keywords: CO2, NaOH, Absorption
itu, pada penelitian ini perlakuan yang dilakukan antarmuka yang lebih besar per unit volume di
akan berfokus pada absorpsi secara kimianya. dalam spray column.[10]
Penelitian tentang absorpsi CO2 sudah Purba, et al. (2006 & 2010) telah meneliti
beberapa dilakukan oleh banyak peniliti. Pada hidrodinamik dan perpindahan massa dalam
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh spray tower menggunakan udara-CO2/NaOH
Hasnan dkk (2012) digunakan NaOH sebagai dengan aliran gas secara aksial dan tangential
absorben pada proses absorpsi. NaOH padat untuk menyerap gas CO2. Mereka mengamati
yang dipersiapkan adalah sebanyak 40 gram pengaruh laju alir gas dan cairan, dan tinggi
yang dilarutkan untuk mendapatkan konsentrasi absorber terhadap koefisien perpindahan
0,1 N.[8] massaoverall, Kga. Hubungan Kga sebagai
fungsi laju alir gas dan cairan telah ditentukan,
Penelitian dilakukan dengan variasi laju dibahas dan dipublikasikan.[16]
alir NaOH sebesar 0,2; 0,4; dan 0,6 l/menit pada
suhu 30°C. Hasil penelitian diperoleh Selain itu, dengan adanya peningkatan
penyerapan yang terjadi terlebih dahulu laju alir cairan aliran yang terjadi di dalam kolom
menurun pada laju alir 0,2 l/menit menuju 0,4 menjadi turbulen. Laju alir cairan mempengaruhi
l/menit, lalu penyerapan meningkat pada laju alir nilai dari bilangan reynold suatu fluida. Semakin
0,4 l/menit menuju 0,6 l/menit. Keadaan awal besar laju alir cairan yang digunakan maka
tersebut didapat karena kondisinya yang belum bilangan reynold fluida tersebut menjadi semakin
steady. Selain itu juga diperoleh hasil bahwa besar pula. Dengan meningkatnya bilangan
semakin besar laju alir cairan maka k Ga reynold, aliran fluida tersebut akan semakin
mengalami penurunan terlebih dahulu baru turbulen. Pada aliran turbulen, molekul-molekul
kemudian naik karena aliran belum steady di dalam fluida bergerak ke segala arah
sehingga saat keadaan sudah steady maka nilai sehingga menyebabkan tumbukan antar partikel
kGa akan semakin besar, selanjutnya semakin yang semakin besar pula (Hasnan dkk, 2012)
besar laju alir maka nilai k La mengalami [8]. Tumbukan tersebut akan membentuk
penurunan terlebih dahulu baru kemudian naik celah/lubang yang mana gas akan terhisap dan
karena aliran belum steady sehingga saat terperangkap di dalam celah-celah tersebut.
keadaan sudah steady maka nilai kLa akan Secara teori, absorpsi gas merupakan proses
semakin besar dan semakin besar laju alir perpindahan massa antar fasa dimana
NaOH maka nilai k2 semakin besar.[9] perpindahan massa dapat terjadi bila adanya
kekuatan gerak (driving force) dari satu fasa ke
Kurniati dkk (2011) menggunakan fasa lain. Kekuatan gerak tersebut berupa
persamaan berikut ini untuk mencari koefisien tumbukan antar molekul yang terjadi ketika
perpindahan massa (Kga) pada absorpsi CO2 dilakukan pencampuran antara fasa cair dan gas
menggunakan NaOH: dengan penambahan kecepatan laju alir cairan,
sehingga dengan semakin besarnya tumbukan
antar molekul maka penyerapan yang terjadi
akan semakin besar (Aditya dkk, 2012). [10]
(a) Laju alir juga terbukti mempengaruhi
Dari persamaan (a) didapatkan bahwa persen penyerapan CO2 pada penelitian yang
kenaikan laju alir penyerap (NaOH) dapat dilakukan oleh Hardiyanto dkk (2014). Semakin
meningktakan koefisien perpindahan massa tinggi laju alir absorben yang digunakan, berarti
anta fase gas-cair. Hal ini dapat terjadi, karena akan memperbesar mol K2CO3 dan H2O.
dengan semakin tinggi laju alir cairan maka Dengan semakin besarnya mol K2CO3 dan mol
kontak antara gas dengan cairan semakin baik. H2O, maka gas CO2 juga akan semakin banyak
Dengan demikian, maka jumlah gas yang yang bereaksi. Sehingga akan memperbesar %
didapat berpindah dari fase gas menuju fase removal gas CO2 tersebut dari fasa gas ke
cairan juga semakin besar (Kurniati dkk, dalam fasa liquid.[9]
2011).[11] Penelitian yang dilakukan Said dkk (2014)
Penyerapan yang baik juga terjadi saat juga menunjukkan peningkatan kadar CO2 yang
laju alir yang digunakan besar. Hal ini terserap semakin besar dengan adanya
disebabkan laju alir penyerap yang semakin peningkatan laju alir penyerap. Penyerapan
besar akan membuat peningkatan pada luas paling banyak terjadi pada laju alir penyerap
interfacial volume packing di dalam kolom sebesar 6 ml/menit. [19]
(Srihari dkk, 2012) [22] Penelitian sebelumnya Temperatur operasi mempengaruhi besar
pada penyerapan CO2 ke dalam larutan NaOH kecilnya suatu penyerapan dalam operasi
menggunakan spray column oleh Javed dkk absorpsi. Penggunaan temperatur tinggi
(2010) juga telah menyebutkan bahwa mempengaruhi kapasitas penyerapan. Hal ini
peningkatan laju alir cairan yang mengalir dari 2 akan meingkatkan mekanisme reaksi dalam
sampai 5 l/menit menghasilkan luas permukaan
Seminar Nasional Riset dan Industri 2016
28 November2016, Bandar Lampung, Indonesia
absorber (Ndĩritũ dkk, 2011). [15] alat - alat yang digunakan adalah Sebuah
Jika temperatur gas yang digunakan saat packed column (bahan packed tower berupa
operasi absorpsi tinggi (25-55°C), akan akrilik dengan diameter 7,5 cm dan tinggi 127
membuat penyerapan meningkat. Hal ini cm), selanjutnya digunakan packing yang
dikarenakan difusi cepat dari molekul menuju berbahan dasar pipa alumunium campuran
zona reaksi (permukaan packed bed) karena dengan diameter 8 mm, panjang 2 cm dan tinggi
energi kinetik yang dihasilkan. Ketika gas
packing 70 cm. Selain kolom packing dan
mengalir, panas tertransfer ke cairan dan
packingnya, pada penelitian ini juga
meningkatkan hasil pembentukan asam
karbonat (Ndĩritũ dkk, 2011). [15] menggunakan heater, Tabung CO2, pompa,
Berdasarkan penelitian terdahulu yang flowmeter gas, flowmeter liquid, thermometer,
telah dibahas pada paragraf pertama, diketahui bag sample untuk CO2 output, manometer, bak
bahwa pada laju alir 0,2 ; 0,4 ; dan 0,6 l/menit penampung NaOH input dan output, serta gas
penyerapan sempat mengalami penurunan chromatography untuk analisis.
sehingga belum diketahui kondisi optimum yang Variabel yang digunakan pada penelitian
paling baik. Oleh karena itu, dilakukan ini adalah laju alir NaOH sebanya0.k 1; 1,5; 2;
peningkatan variasi laju alir NaOH untuk 2,5; dan 3 l/menit. Selain variabel bebas
menentukan pengaruhnya pada penyerapan tersebut, pada penelitian juga digunakan
CO2. Laju alir yang digunakan akan lebih besar beberapa variabel yakni Konsentrasi NaOH ,
yaitu 1; 1,5; 2; 2,5; dan 3 l/menit. Laju alir itu konsentrasi CO2, laju alir gas dibuat tetap
lebih besar dibandingkan dengan laju alir yang masing-masing sebanyak 10 % , 15 %, dan 6
digunakan oleh Hasnan dkk (2012) [8]. Hal ini l/menit
dikarenakan tinggi absorben yang akan 2.2 Skema
digunakan pada penelitian cukup besar,
sehingga pressure drop akan semakin besar jika
menggunakan laju alir yang terlalu kecil. Sama
halnya seperti yang terlah dijelaskan oleh Purba,
etal. (2006 & 2010) bahwa tinggi absorben dan
laju alir memiliki pengaruh terhadap perpindahan
massa overall. [16]
dilakukan dengan cara mengukur suhu keluaran 93,95522 2,518 0,162 2,68 2,5 4
sparger dengan menggunakan termometer. 95,52239 2,56 0,12 2,68 3 5
Hasil kalibrasi laju alir dan temperatur tersebut
menunjukkan bahwa laju alir dan temperatur
Ket :
yang dapat digunakan untuk mencapai 50°C
A = Laju Alir NaOH (l/min)
yaitu dengan menggunakan laju alir dengan
B = Kadar CO2 in (%)
perbandingan CO2 dan udara sebesar 0,9;5,1
lpm dan suhu 85°C pada heater. C = Kadar CO2 out (%)
Kalibrasi laju alir liquid dibutuhkan untuk D = Kadar CO2 terserap (%)
mengetahui fungsi flowmeter liquid masih E = Persentase Penyerapan (%)
bejalan dengan baik. Kalibrasi ini dilakukan
Kadar CO2 yang terserap meningkat dengan
dengan pengukuran volume per waktu
menggunakan gelas ukur dan stopwatch. perlahan dari 2,12 % ke 2,39% lalu 2,382%
Setelah dibandingkan dengan laju alir flowmeter selanjutnya menuju 2,51 % dan terakhir
hasilnya sama. Sehingga flowmeter masih mencapai kadar paling tinggi yang terserap yaitu
sebesar 2,56%. Selain dari tabel tersebut, hasil
berjalan dengan baik, dan laju alir nya sesuai
pengolahan dapat diamati lebih jelas dari
dengan yang diinginkan.
gambar berikut ini :
2.4 Proses Penelitian
Proses Penelitian ini dibagi 2 bagian yaitu,
membuat larutan induk NaOH dengan cara
menimbang 40 gr NaOH lalu dicampurkan
dengan 10 liter air yang telah disiapkan, buat
sebanyak 5 buat larutan untuk laju alir
selanjutnya. Kemudian operasi absorpsi dapat
dilakukan, pertama set temperatur heater hingga
mencapai 85°C lalu tunggu selama 20 menit
agar temperatur output gas pada sparger
mencapai 50°C. Setelah suhu tercapai, gas CO 2
dan udara dialirkan dengan perbandingan Gambar 2. Pengaruh Laju alir NaOH pada
0,9;5,1 lpm ke bagian heater. Selanjutnya persentase penyerapan CO2
hidupkan pompa, larutan NaOH yang telah
dibuat diumpankan pada bagian atas kolom Gambar 2. menunjukkan hubungan antara
absorpsi menggunakan pompa pada laju alir laju alir NaOH dan persentase CO2 yang
yang telah ditentukan yaitu 1 l/menit, 1,5 l/menit, terserap. Gambar 2 menunjukkan bahwa
2 l/menit, 2,5 l/menit, dan 3 l/menit. Lalu biarkan penyerapan CO2 oleh larutan NaOH paling
gas dan larutan berkontak sekitar 5 menit. banyak terjadi pada laju alir NaOH sebanyak 3
Keluaran CO2 ditampung di kantung liter/menit. Pada gambar ini terlihat bahwa
penampungan untuk sementara untuk nanti persentase kadar CO2 yang terserap cenderung
dianalisis menggunakan GC. Temperatur gas naik dengan meningkatnya laju alir cairan
CO2 keluaran diukur. Setelah itu ulangi langkah penyerap (NaOH). Peningkatan penyerapan
diatas untuk variabel laju alir NaOH yang lain yang terjadi secara berurutan dari yang paling
dengan konsentrasi tetap. rendah yaitu dari 79 % ke 89 % lalu sedikit
menurun menjadi 88,8 % selanjutnya ke 93,9 %
III. HASIL DAN PEMBAHASAN dan terakhir menuju 95,5%. Hal ini disebabkan
laju alir penyerap yang semakin besar akan
Pengaruh Laju Alir NaOH Terhadap membuat peningkatan pada luas interfacial
Penyerapan CO2 volume packing di dalam kolom (Srihari dkk,
2012) [22]. Penelitian sebelumnya pada
Penelitian yang telah dilakukan penyerapan CO2 ke dalam larutan NaOH
menghasilkan beberapa data yang dapat diolah menggunakan spray column oleh Javed dkk
dan dibahas pada bab ini. Data tersebut dapat (2010) juga telah menyebutkan bahwa
dilihat pada Tabel 2. peningkatan laju alir cairan yang mengalir dari 2
Tabel 2. Kadar CO2 yang terserap dengan sampai 5 l/menit menghasilkan luas permukaan
Variasi Laju Alir NaOH antarmuka yang lebih besar per unit volume di
E D C B A No. dalam spray column. [10]
Laju alir cairan mempengaruhi nilai dari
79,14179 2,121 0,559 2,68 1 1 bilangan reynold suatu fluida. Semakin besar
89,36567 2,395 0,285 2,68 1,5 2 laju alir cairan yang digunakan maka bilangan
88,8806 2,382 0,298 2,68 2 3 reynold fluida tersebut menjadi semakin besar
Seminar Nasional Riset dan Industri 2016
28 November2016, Bandar Lampung, Indonesia
pula. Dengan meningkatnya bilangan reynold, beda tekan dalam proses absorpsi. Hal ini terjadi
aliran fluida tersebut akan semakin turbulen. karena semakin tinggi laju alir yang digunakan
Pada aliran turbulen, molekul-molekul di dalam akan menimbulkan friksi atau gesekan antara
fluida bergerak ke segala arah sehingga kedua fluida (larutan NaOH dan gas CO2 yang
menyebabkan tumbukan antar partikel yang bercampur dengan udara) semakin besar pula.
semakin besar pula (Hasnan dkk, 2012) [8]. Semakin besar gesekan tersebut telah
Tumbukan tersebut akan membentuk menyebabkan beda tekan yang terjadi juga
celah/lubang yang mana gas akan terhisap dan semakin besar. Selain itu juga , dalam kolom
terperangkap di dalam celah-celah tersebut. packing ini , aliran yang digunakan berupa aliran
Secara teori, absorpsi gas merupakan proses counter current. Aliran ini menimbulkan friksi
perpindahan massa antar fasa dimana antara kedua fluida yang semakin besar.
perpindahan massa dapat terjadi bila adanya
kekuatan gerak (driving force) dari satu fasa ke Pengaruh Laju Alir NaOH Terhadap
fasa lain. Kekuatan gerak tersebut berupa Temperatur Gas Output
tumbukan antar molekul yang terjadi ketika
dilakukan pencampuran antara fasa cair dan gas Hasil yang diperoleh dari pengukuran
dengan penambahan kecepatan laju alir cairan, temperatur gas keluaran absorber dapat dilihat
sehingga dengan semakin besarnya tumbukan pada gambar berikut ini:
antar molekul maka penyerapan yang terjadi
akan semakin besar (Aditya dkk, 2012).[1]
Semakin tinggi laju alir absorben yang
digunakan, berarti akan memperbesar mol
NaOH dan H2O. Dengan semakin besarnya mol
NaOH dan mol H2O, maka gas CO2 juga akan
semakin banyak yang bereaksi. Sehingga akan
memperbesar persentase penyerapan gas CO2
tersebut dari fasa gas ke dalam fasa liquid. Hal
itu juga terbukti pada penelitian yang dilakukan
oleh Hardiyanto dkk (2014).[9]
Penelitian yang dilakukan Said dkk (2014)
Gambar 4. Pengaruh Laju alir NaOH pada
juga menunjukkan peningkatan kadar CO2 yang
persentase penurunan Tout gas
terserap semakin besar dengan adanya
peningkatan laju alir penyerap. Penyerapan
Gambar 4. menunjukkan hubungan antara
paling banyak terjadi pada laju alir penyerap
laju alir NaOH dan temperatur CO2 output. Pada
sebesar 6 ml/menit. [19]
gambar tersebut terlihat bahwa persentase
Pada proses absorpsi ini, aliran dibuat
penurunan temperatur gas keluaran absorber
berlawanan arah (counter current) sehingga
cenderung menurun. Berdasarkan laju alir NaOH
menyebabkan terjadinya perubahan tekanan,
yang paling rendah berikut urutan dari
ΔP. Hal ini dapat diamati pada Gambar 3.
temperatur gas output tersebut yaitu 32, 32, 33,
berikut ini:
34, 34°C. Persentase paling besar terjadi
sebesar 36% atau sebesar 18 °C pada laju alir 1
dan 1,5 lpm. Persentase yang cenderung
menurun disebabkan karena pengaruh dari
besarnya laju alir yang digunakan. Semakin
besar laju alir yang digunakan, maka waktu
kontak antara larutan penyerap (NaOH) dengan
gas CO2 di dalam absorber akan semakin
singkat. Hal ini menyebabkan panas yang
tertransfer dari gas ke larutan menjadi semakin
sedikit.
Sampai saat penelitian ini dilakukan
Gambar 3. Pengaruh Laju Alir NaOH pada
belum ditemukan referensi lain tentang
Perubahan Tekanan
pengaruh laju alir absorben terhadap temperatur
keluaran gas CO2, sehingga belum bisa
Gambar 3. menunjukkan hubungan antara
membandingkan hasil penelitian ini dengan
laju alir NaOH terhadap beda tekan. Semakin
penelitian sebelumnya.
besar laju alir yang digunakan beda tekan juga
semakin meningkat secara perlahan yaitu
sebesar 1, 2, 2, 3, 3 mmH2O. Peningkatan laju Pengaruh Laju Alir NaOH terhadap Kga
alir NaOH yang digunakan telah meningkatkan
Seminar Nasional Riset dan Industri 2016
28 November2016, Bandar Lampung, Indonesia
Selain persen kadar CO2 yang terserap antarmuka yang lebih besar per unit volume dari
dan Temperatur keluaran gas output, pada cairan yang disemprotkan dan hal itu
penelitian ini juga didapatkan data hasil menyebabkan peningkatan laju perpindahan
perhitungan Koefisien Perpindahan Massa ( massa. Kecenderungan yang sama juga terjadi
Kga). Data tersebut dapat diamati pada gambar pada penyerapan CO2 di packed column,
berikut peningkatan kga terjadi dengan meningkatnya
laju alir, tetapi umumnya lebih cepat di packed
column dibandingkan spray column (Javed dkk,
2010). Javed dkk (2010) juga telah menjelaskan
dalam penelitiannya koefisien perpindahan
massa gas keseluruhan semakin besar dengan
meningkatnya laju alir cairan pada aliran counter
current. [10]
[4] Buana Natanegara, Bayu..”Teknologi [13] Lia, C., Selpiana, Chandra Karta Wijaya,
Underground Coal Gasification. 20 dan Arini Sucia. “Pengaruh Penggunaan
Desember 2009. URL Pelarut Natrium Karbonat (Na2CO3)
http://www.kamase.org/?p=913. Terhadap Absorpsi CO2 Pada Biogas
[Diakses pada pukul 19.56 WIB tanggal Kotoran Sapi Dalam Spray Kolom”.
26 Agustus 2015] 2012. URL
http://jtk.unsri.ac.id/index.php/jtk/article/v
[5] Budimlyono, Arif. “Absorpsi CO2 oleh iew/186. [Di akses pada pukul 19.30
NaOH dalam Packed Column”. 2012. WIB tanggal 28 Agustus 2015]
ITS, Surabaya.
[14] Made, I., Mara. “Analisis Penyerapan
[6] Deny. “Manfaat Bahan Kimia”. 2012. Gas Karbondioksida (CO2) Dengan
URL Http://Deny-gusti- Larutan NaOH Terhadap Kualitas
manfaatbahankimia- Biogas Kotoran Sapi”. Dinamika Teknik
kimiaind.glogspot.com/2012/03/kegunaa Mesin, Volume 2 No.1, Januari 2012.
n-natrium-hidroksida-NaOH.html. [Di
akses pada pukul 19.56 WIB tanggal 26 [15] Ndĩritũ, H.M..,Kĩbicho,K.,and
Agustus 2015] Gathitũ.”Effect of Heating on Absorption
of CO2 as Greenhouse Gas in a
[7] Hanif, A., Fathatun, N., Swara, R., dan Structured Packed Scrubber”.
Diwansyah, Resza.”Laporan Praktikum 2011.German Education Exchange
Satuan Operasi”. 2014.Laboratorium (DAAD) and Jomo Kenyatta University
Satuan Operasi, Jurusan Teknik Kimia, of Agriculture and Technology (JKUAT)
Politeknik Negeri Bandung.
[16] Purba, E., Mahmud, T., Javed, K.H.,
[8] Hasnan, M, A. Najib, Putri Prima A, “Enhancement of Mass Transfer in a
Nurul Kumaeti, dan Hapsoro A. Aji. Spray Tower Using Swirling Gas Flow,
“Studi Pengaruh Laju Alir NaOH dalam Jurnal Internasional Chemical
proses Absorpsi Gas CO2”. 2012. URL Engineering Research and Design”,
http://www.slideshare.net/LuthfiDewi/jurn Volume 84, Issue 6, hal 448-456, Juni
al-absorpsi. [Di akses pada pukul 19.52 2006
WIB tanggal 28 Agustus 201]
[17] Ridwan.”Aliran Fluida; Mekanikal
[9] Hardiyanto, F., Riesta, M., Susianto, dan Fluida”. 2008.URL
Nurkhamidah, S.”Simulasi Absorpsi ridwan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads
Reaktif CO2 dengan larutan Benfield /files/10075/Karakteristik+Aliran+Fluida1
dalam Skala Industri”. 2014.Jurusan .pdf. [Diakses pada pukul 23.50 WIB
Teknik Kimia, Fakultas Teknologi tanggal 03 mei 2016]
Industri, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember. Surabaya, Indonesia. [18] Rizal, Syamsul.,”Sintesis dan
Karakterisasi Penyerap Gas C02
[10] Javed, K., H., Mahmud, T., and Purba, Berbasis Bentonit Bersinergi Dengan
E.,”The CO2 Capture og a High-Intensity Larutan Basa”. 2013.Universitas
Vortex Spray Scubber”. 2010. Institute of Pendidikan Indonesia,
Seminar Nasional Riset dan Industri 2016
28 November2016, Bandar Lampung, Indonesia