Anda di halaman 1dari 74

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam era globalisasi, bangsa indonesia membulatkan

tekadnya untuk mengembangkan budaya belajar yang menjadi

persyaratan berkembang budaya ilmu pengetahuan dan teknologi

(Slameto, 2010) menurut Syah (2012), pendidikan pada dasarnya adalah

usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya

manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitaskan

kegiatan belajar mereka.

Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur

yang sangat fundemental dalam setiap penyelenggaran jenis dan jenjang

pendidikan. Hal tersebut berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian

tujuan pendidikan amat bergantung pada proses belajar yang dialami

peserta didik, baik ketika ia berada dilingkungan pendidikan seperti

sekolah maupun lingkungan rumah atau keluarga sendiri (Syah, 2012).

Menurut undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 pasal 1 (1) pendidikan adalah: usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam hal ini, tentu saja

1
2

diperlukan adanya pendidikan profesional yakni guru disekolah dasar

dan menengah, serta dosen diperguruan tinggi sebagaimana yang

tersirat dalam Bab XI pasal 39 (2) UU Sisdiknas tersebut.

Menurut Slameto (2003), Faktor-faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar ada dua macam yaitu faktor internal dan faktor eksternal

1. Faktor Internal adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang

belajar seperti:a. Faktor Jasmaniah, meliputi a) Faktor kesehatan Proses

belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan orang terganggu,

selain itu juga akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing,

mengantuk, kurang darah atau gangguan fungsi alat indera. b) Cacat

tubuh Cacat tubuh ini dapat berupa buta, tuli, patah kaki dan patah

tangan.b. Faktor Psikologis, meliputi a) Intelegensi Siswa yang

mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada

yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Siswa yang

mempunyai intelegensi tinggi dapat berhasil dengan baik dalam

belajarnya dikarenakan belajar dengan menerapkan metode belajar yang

efisien.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang bertujuan

mendidik siswa untuk mampu berfikir logis, analitik, sistematis, kritis,

serta kreatif memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan. Akan

tetapi,kenyataan masih adanya anggapan bahwa matematika sebagai

salah satu mata pelajaaran yang menakutkan,sulit dipahami dan kurang


3

menarik bagi siswa pada setiap satuan pendidikan menyebabkan

matematika membutuhkan perhatian khusus.

Berdasarkan penelitian dari Trends In International Mathematis

and Science Study (TIMSS), Pendidikan matematika di indonesia sangat

memperhatinkan. Hal ini dibuktikan data UNESCO yang menempatkan

kualitas matematika indonesia pada peringkat ke-34 dari 38 negara

peserta pada TIMMS 1999, peringkat ke-35 dari 46 negara peserta pada

TIMMS 2003 dari pergkat ke-36 dari 48 negara peserta pada TIMMS

2007. Kenyataan yang ada, data TIMMS yang dipublikasikan tahun 2006

menunjukan jumlah jam pelajaran matematika di indonesia banyak

dibandingkan malaysia dan singapura. Siswa kelas VIII di indonesia rata-

rata mendapatkan 169 jam pelajaran matematika, sedangkan malaysia

120 jam dan singapura 112 jam. Akan tetapi, prestasi indonesia berada

jauh di bawah ke dua negara tersebut. Prestasi matematika siswa

indonesia hanya memperoleh skor rata-rata 411,sedangkan malasysia

mencapai 508 dan singapura 605 (400 = rendah , 475 = menengah, 550

= tinggi, dan 625= tingkat lanjut).

Data menunjukkan bahwa waktu yang dihabiskan siswa indonesia

untuk belajar matematika tidak sebanding dengan prestasi yang di raih.

selain itu, data dari ujian nasional mata pelajaran matematika SMP

Negri di kabupaten pacitan tahun ajaran 2009/2010 menunjukkan

prestasi belajar matematika siswa yang masih rendah. Sekitar 38,67%

dari 5.475 dan siswa peserta ujian nasional utama memperoleh nilai
4

mata pelajaran matematika pada rentang 2,00 sampai dengan 5,49,

serta sebanyak 1.318 siswa dinyatakan gagal dan wajib mengikuti ujian

nasional ulang. Ada 27 sekolah dari 41 SMP Negri di kabupten pacitan

yang mamparoleh nilai rata-rata ujian nasional utama mata pelajaran

matematika diantara 4,13 dan 5,86 (Kemendiknas, 2010).

Keberhasilan seorang siswa dalam belajar dapat dilihat dari

prestasi belajar siswa yang bersangkutan. Di dalam pendidikan siswa

akan dinilai keberhasilannya melalui tes hasil belajar. Hasil yang

diharapkan adalah prestasi belajar yang baik karena setiap orang

menginginkan prestasi yang tinggi, baik siswa, guru, sekolah,maupun

orang tua hingga masyarakat. Namun antara siswa satu dengan siswa

yang lainnya berbeda dalam pencapaian prestasi belajar. Ada yang

mampu mencapai prestasi yang tinggi, namun ada juga siswa yang

rendah prestasi belajarnya. Adanya perbedaan prestasi belajar siswa

banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Masalah belajar adalah masalah yang selalu aktual dan dihadapi

oleh setiap orang. Maka dari itu banyak ahli-ahli membahas dan

menghasilkan berbagai teori tentang belajar dan tidak bisa di sangkal

bahwa dalam belajar sesorang di pengaruhi oleh berbagai faktor yaitu

faktor internal yang meliputi motivasi, minat/bakat, sikap, intelegensi

sedangkan faktor eksternal meliputi fasilitas, jumlah siswa, dan

lingkungan. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi munculnya


5

peserta didik yang berprestasi tinggi atau rendah atau mungkin gagal

sama sekali (Slameto, 2010).

Menurut Arifudin (2009), dalam proses belajar mengajar, motivasi

merupakan salah satu faktor yang diduga besar pengaruhnya terhadap

hasil belajar. Siswa yang motivasinya tinggi diduga akan memperoleh

hasil belajar yang baik. Pentingnya motivasi belajar siswa terbentuk antara

lain agar` terjadi perubahan belajar ke arah yang lebih positif.

Pandangan ini sesuai dengan pendapat Hawlen (Arifuddin, 2009)

siswa yang termotivasi dengan baik dalam belajar melakukan kegiatan

lebih banyak dan lebih cepat, dibandingkan dengan siswa yang kurang

termotivasi dalam belajar. Prestasi yang diraih akan lebih baik apabila

mempunyai motivasi yang tinggi.

Rendahnya motivasi belajar mahasiswa sering kerap dituding

sebagai biang keladi dari rendahnya kualitas lulusan sebuah perguruan

tinggi. Pada kebanyakan perguruan tinggi siswa, faktor ini bahkan

menimbulkan persoalan dilematis, karena dengan rendahnya motivasi

belajar, sebenarnya tidak mungkin mahasiswa dapat menguasai bahan

pembelajaran dengan baik (Pujadi, 2007)

Motivasi belajar siswa di sekolah antara siswa yang satu dengan

yang lain berbeda karena pengaruh lingkungan yang kurang mendidik,

ada di antara siswa yang kurang motivasi dalam belajar, lingkungan yang

kurang mendidik misalnya lingkungan keluarga adalah teladan yang


6

kurang, hubungan orang tua dengan anak yang tidak baik. Untuk

lingkungan sekolah misalnya angka yang kurang motivasi dalam belajar.

Sedangkan untuk lingkungan masyarakat misalnya lingkungan yang

anggota masyarakatnya mempunyai perilaku yang negatif, pengaruh-

pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya dari

pada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik

terhadap siswa, dan teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang

bersifat buruk juga (Slameto, 2010).

Dan peran seorang pendidik dalam melakukan pengajaran tidak

hanya besifat transfer of knowledge, akan tetapi disamping memberikan

ilmu pengetahuan, juga meningkatkan keterampilan dan pembinaan

sikap mental terhadap siswa serta menanamkan nilai-nilai yang

terkandung dalam ilmu pengetahuan itu sendiri dengan dibarengi dengan

contoh-contoh teladan dari sikap dan tingkah laku guru. Karena pribadi

guru merupakan salah satu nilai-nilai yang akan ditransfer dalam suatu

proses belajar mengajar. Dengan demikian, guru menjadi contoh model

yang nyata untuk dirinya dan anak didiknya. Sesungguhnya dalam

kegiatan pembelajaran sangat diperlukan adanya motivasi mengajar.

Dan prestasi belajar siswa sangat diperlukan adanya motivasi mengajar.

Dan prestasi belajar siswa akan menjadi optimal, apabila didukung

dengan adanya peran guru.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Tata Usaha SMP N 016

Kota Jambi, diketahui bahwa mata pelajaran yang masih sangat banyak
7

siswa mengalami tidak tuntas yaitu matematika, secara rinci dapat di

lihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.1

Jumlah siswa-siswi kelas VIII yang mengalami nilai


tidak tuntas berdasarkan mata pelajaran
di SMP N 016 Kota Jambi
Tahun 2014.

Jumlah Jumlah Siswa


No Mata seluruh siswa Tuntas Tidak Persentase
Pelajaran kelas VIII Tuntas
1 Matematika 294 252 42 14,3 %
2 Bahasa inggris 294 279 15 5,1%
3 BH. indonesia 294 294 0 0%
4 Agama 294 294 0 0%
5 Penjaskes 294 294 0 0%
6 IPA 294 284 10 3,4%
7 IPS 294 294 0 0%
8 PPKN 294 294 0 0%
9 TIK 294 294 2 0,6%
10 IQRA 294 294 4 1,3%
(Sumber: Tata Usaha SMP N 016, 2014)
Dari tabel diatas di ketahui bahwa jumlah seluruh siswa kelas VIII

yaitu 294 siswa dan mata pelajaran yang memiliki jumlah siswa tertinggi

yang tidak tuntas yaitu mata pelajaran Matematika yang mengalami nilai

tidak tuntas 42 siswa dan tuntas 252 siswa (14,3%), kemudian urutan

kedua pelajaran Bahasa inggris 15 siswa tidak tuntas dan 279 siswa

tuntas (5,1%). Dengan adanya data yang menunjukkan jumlah siswa

yang mengalami nilai yang tidak tuntas tertinggi terdapat pada mata

pelajaran Matematika maka peneliti mengambil mata pelajaran

matematika sebagai variabel yang akan diteliti dalam hasil belajar.


8

Kemudian jumlah siswa-siswi yang mengalami nilai tidak tuntas

khusus mata pelajaran matematika berdasarkan tahun 2012 sampai

tahun 2014 dapat dilihat lebih rinci pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1.2

Jumlah siswa-siswi kelas VIII yang tidak tuntas mata pelajaran


Matematika di SMP N 016 Kota jambi Dari
tahun 2012 s/d 2014.

Jumlah Siswa Jumlah Siswa


No Tahun Kelas VIII Tuntas Tidak Tuntas Persentas
e
1 2012 286 253 33 11,5%
2 2013 290 262 28 9,6%
3 2014 294 252 42 14,3%
(Sumber: Tata Usaha SMP N 016, 2014)

Dari tabel 1.2 diatas di ketahui bahwa jumlah siswa yang

mengalami nilai tidak tuntas dari tahun ke tahun cendrung meningkat,

pada tahun 2014 mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu dari

jumlah 294 siswa yang tuntas 252 dan tidak tuntas 42 siswa (14,3%),

tahun 2012 jumlah siswa tuntas 253 dan tidak tuntas 33 siswa (11,5%)

dan tahun 2013 siswa yang tuntas 262 dan tidak tuntas 28 siswa (9,6%).

Dari hasil survey awal yang dilakukan pada tanggal 19 Juni 2014

pada hari selasa di SMP N 16 Kota Jambi menunjukkan bahwa nilai rata-

rata mata pelajaran matematika (MTK) belum mencapai hasil yang

maksimal. Dari 40 siswa sebanyak 19 siswa tuntas dalam belajar dan

masih ada 21 siswa belum tuntas. Standart Ketuntasan Belajar Minimal

(SKBM) yang ditetapkan di SMP N 16 Kota Jambi untuk mata pelajaran


9

matematika (MTK) yaitu 7,50. Dan pada saat observasi penulis juga

melakukan wawancara lansung dengan beberapa orang siswa kelas VIII

SMP N 16 Kota Jambi tentang pembelajaran matematika. Dari 10 orang

siswa, 4 orang siswa ada yang mengaku senang dengan pelajaran

matematika dan 6 orang siswa mengaku tidak senang dengan pelajaran

matematika. Tidak jarang siswa yang memandang matematika sebagai

mata pelajaran yang sulit, bahkan ada siswa yang menganggap bahwa

matematika adalah kegiatan pembelajaran yang membosankan.

Hal ini menunjukkan bahwa motivasi belajar matematika siswa

kelas VIII SMP N 16 Kota Jambi masih kurang. Dari kenyataan tersebut

dapat diindikasikan bahwa hasil belajar siswa belum cukup optimal. Hal

itu dapat disebabkan karena faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar .Faktor-faktor yng mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat

berasal dari dalam diri siswa antara lain motivasi belajar, sedangkan

faktor dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar

siswa adalah faktor peran pendidik.

Berdasarkan uraian data di atas, penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul: “Hubungan motivasi belajar dan

Peran Pendidik Dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII

SMP N 016 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2014”.


10

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas maka peneliti ingin

mengetahui “Bagaimanakah hubungan motivasi belajar dan peran

Pendidik Dengan prestasi belajar Matematika siswa kelas VIII SMP N 016

Kota jambi tahun 2014”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui “hubungan antara motivasi Belajar dan Peran

Pendidik Dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP N 016 Kota jambi

tahun 2014”.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui Gambaran Prestasi Belajar siswa kelas VIII

SMP N 016 Kota jambi tahun 2014.

b. Untuk mengetahui Gambaran Motivasi Belajar siswa kelas VIII

SMP N 016 Kota jambi tahun 2014.

c. Untuk mengetahui Gambaran Peran Pendidik di SMP N 016 Kota

jambi tahun 2014.

d. Untuk mengetahui hubungan antara Motivasi dengan prestasi

belajar siswa kelas VIII SMP N 016 Kota jambi tahun 2014.

e. Untuk mengetahui hubungan antara Peran Pendidik dengan

prestasi belajar siswa kelas VIII SMP N 016 Kota jambi tahun

2014.
11

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi SMP N 016

Hasil penelitian ini dapat di jadikan dalam rangka peningkatan

kualitas pendidikan khususnya hasil evaluasi belajar bagi mahasiswi

SMP N 016 Kota Jambi.

2. Bagi Stikes Prima

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan yang

bermanfaat bagi Stikes Prima dalam meningkatkan mutu pendidikan

hal-hal yang mempengaruhi hasil belajar mahasiswi DIV Bidan

Pendidik bagi pengembangan penelitian.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi referensi atau

informasi bagi peneliti lain untuk lebih mengembangkan penelitian ini

dengan variabel-variabel lain yang belum di ketahui.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan

metode cross secsional bertujuan untuk mengetahui hubungan variabel

independen dan variabel dependen. Adapun hal yang diteliti

yaituhubungan motivasi, peran pendidik terhadap prestasi belajar

matematika SMP N O16 Kota Jambi Tahun 2014.

Penelitian di lakukan di SMP N 016 Kota Jambi dan dilaksanakan

pada bulan september 2014. Sampel dalam penelitian ini diambil secara

acak (Simple Random Sampling). Jumlah sampel dalam penelitian adalah


12

72 orang. Proses pengumpulan data pada bulan september 2014,

dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan kuesioner. Analisis

data terdiri dari analisis univariat untuk mendapatkan gambaran tentang

distribusi frekuensi dari semua variabel independen maupun dependen

dan analisis bivariat untuk membuktikan adanya hubungan yang

bermakna atau tidak antara variabel independen dan dependen dengan

menggunakan uji statistik chi-square.


13

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Belajar
1. Definisi Belajar

Belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan,

keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai dari masa kecil sampai

akhir hayat seseorang (Martinis, 2012). Menurut pengertian

secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan

yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan

lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto,

2010). Sedangkan menurut Daryanto, belajar ialah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya (Daryanto, 2010).

Dari pengertian belajar diatas dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman

individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut

kognitif, afektif, dan psikomotor (Djamarah, 2011).

13
14

2. Teori- teori belajar

a) Teori belajar menurut Ilmu Jiwa Gestalt

Dalam belajar, menurut teori gestalt, yang terpenting adalah

penyesuaian pertama yaitu mendapatkan respon atau tanggapan

yang tepat. Prinsip–prinsip dasar menurut teori Gestalt yaitu: Belajar

berdasarkan keseluruhan, belajar adalah suatu proses

perkembangan, siswa sebagai organisme keseluruhan, terjadi

transfer, belajar adalah reorganisasi pengalaman, belajar harus

dengan insight, belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan

minat, keinginan, dan tujuan, serta belajar berlangsung terus-

menerus (Slameto, 2010).

b) Teori belajar “ Cognitive- Field ” dari Lewin

Lewin berpendapat, bahwa tingkah laku merupakan hasil

interaksi antar kekuatan-kekuatan, baik yang dari dalam diri individu

seperti tujuan, kebutuhan, tekanan kejiwaan maupun dari luar diri

individu seperti tantangan dan permasalahan. Menurut lewin, belajar

berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif.

Perubahan struktur kognitif itu adalah hasil dari dua macam kekuatan

satu dari struktur medan kognisi itu sendiri, yang lainnya dari

kebutuhan dan motivasi interval individu (Dalyono, 2010).

c) Teori belajar Menurut J.Bruner

Menurut J.Bruner belajar tidak untuk mengubah tingkah laku

seseorang tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi


15

sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan

mudah. Didalam proses belajar Bruner mementingkan partisipasi

aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan

kemampuan (Daryanto, 2010).

d) Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget (Cognitive Development

Theory)

Menurut Piaget pengetahuan (knowledge) adalah interaksi

yang terus menerus antara individu dengan lingkungan. Fokus

perkembangan kognitif Piaget adalah perkembangan secara alami

fikiran pembelajar mulai anak-anak sampai dewasa. Konsepsi

perkembangan kognitif Piaget, diturunkan dari analisa

perkembangan biologi organisme tertentu. Menurut Piaget, intelegen

(IQ= kecerdasan) adalah seperti system kehidupan lainnya, yaitu

proses adaptasi. Ada empat faktor yang mempengaruhi

perkembangan kognitif yaitu: lingkungan fisik, kematangan,

pengaruh sosial, proses pengendalian diri (Slameto, 2010).

e) Teori Belajar R. Gagne

Dalam masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi:

a. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam

pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.

b. Belajar adalah pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh

dari instruksi.
16

Gagne mengatakan bahwa segala sesuatu yang dipelajari

oleh manusia dapat dibagi menjadi lima kategori yang disebut “ the

domainds of learning”, yaitu Keterampilan motoris (motor skill),

informasi verbal, kemampuan intelektual, strategi kognitif dan sikap

(Djamarah, 2011).

f) Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Asosiasi

Teori asosiasi disebut juga teori Sarbond. Teori ini berasal dari

hasil ilmu jiwa asosiasi yang dirintis oleh Jhon Lock dan Herbart.

Sarbond singkatan dari Stimulus, Respons, dan Bond. Stimulus

berarti rangsangan, respons berarti tanggapan, dan bond berarti

dihubungkan. Rangsangan diciptakan untuk memunculkan

tanggapan kemudian dihubungkan antara keduanya dan terjadilah

asosiasi. Teori asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu

sebenarnya terdiri dari penjumlahan bagian-bagian atau unsur-

unsurnya (Djamarah, 2011).

Jadi belajar adalah mengulang-ulang didalam

mengasosiasikan tanggapan-tanggapan, sehingga reproduksi yang

satu dapat menyebabkan reproduksi yang lain dalam ingatan kita.

Tujuan belajar ialah memproduksikan gabungan tanggapan dengan

cepat dan dapat dipercaya (Notoadmodjo, 2003).

g) Teori Belajar Menurut Slameto

Menurut Slameto (2010), Belajar ialah suatu proses usaha

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan


17

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya tetapi

dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor intern dan

faktor ekstern.

a. Faktor- faktor intern

Didalam membicarakan faktor ini, akan dibahas menjadi

tiga faktor, yaitu : faktor jasmaniah meliputi: faktor kesehatan dan

cacat tubuh, faktor psikologis meliputi: intelegensi, perhatian,

minat, bakat, motivasi, kematangan, kesiapan dan faktor

kelelahan.

b. Faktor Ekstren

Faktor ekstren yang berpengaruh terhadap belajar, dapat

dikelompokkan menjadi 3 faktor yaitu, Faktor keluarga meliputi :

cara orang tua mendidik, suasana rumah, keadaan ekonomi

keluarga, latar belakang kebudayaan, Faktor sekolah meliputi :

metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin

sekolah, jumlah siswa, keadaan gedung dan Faktor masyarakat

meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman

bergaul, bentuk kehidupan masyarakat (Slameto, 2010)

3. Tujuan belajar

Tujuan belajar ada tiga jenis (Sardiman,2003), yaitu :

a. Untuk mendapatkan pengetahuan


18

Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir.Pemilikan

pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak

dapat dipisahkan. Dengan kata lain tidak dapat

mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan

pengetahuan, sebaliknya kemampuan berfikir akan

memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah yang paling penting

memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya

didalam kegiatan belajar.

b. Penanaman konsep dan ketrampilan

Penanaman ketrampilan atau merumuskan konsep juga

memerlukan suatu ketrampilan.Jadi soal ketrampilan yang

bersifat jasmani maupun rohani. Ketrampilan jasmaniah adalah

ketrampilan ketrampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga

akan menitik beratkan pada keterampilan gerak/penampilan

dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar.sedangkan

ketrampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan

dengan masalah masalah ketrampilan yang dapat dilihat

bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak, menyangkut

persoalan persoalan penghayatan dan keterampilan berfikir

serta kreatifitas untuk menyelesaikan dan merumuskan

masalah atau konsep.


19

c. Pembentukan sikap

Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku pribadi anak didik,

guru harus lebih bijak dan hati hati dalam pendekatannya.Untuk

ini dibuthkan kecakapan mengarahkan motivasi dan berpikir

dengan pidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri

sebagai contoh atau model.

4. Faktor faktor yang mempengaruhi belajar

Menurut, Noehi Nasution, 2008 Faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar ada 4, yaitu:

a. Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak

didik.Dalam lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi

dalam mata rantai kehidupan yang disebut ekosistem.Saling

ketergantungan antara lingkungan biotik dan abiotik tidak dapat

dihindari.Itulah hukum alam yang harus dihadapi oleh anak

didik sebagai mahluk hidup yang tergolong kelompok biotik.

b. Faktor instrumental

Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai, tujuan

tersebut tentu saja menyangkut pada tingkat kelembagaan.

Dalam rangka melicinkan ke arah itu diperlukan seperangkat

kelengkapan dalam berbagai bentuk dan jenisnya dan

semuanya dapat diberdayagunakan menurut fungsi masing-

masing kelengkapan sekolah.Kurikulum dapat dipakai oleh


20

guru dalam merencanakan program pengajaran.Program

sekolah dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas

belajar mengajar.Sarana dan fasilitas yang tersedia harus

dimanfaatkan sebaik-baiknya agar berdaya guna dan berhasil,

guna bagi kemajuan belajar anak didik disekolah.

c. Kondisi fisiologis

Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap

kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan

segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang

dalam keadaan kelelahan. Anak-anak yang kekurangan gizi

ternyata kemampuan belajarnya dibawah anak-anak yang tidak

kekurangan gizi mereka lekas lelah, mudah mengantuk, dan

sukar menerima pelajaran

d. Kondisi psikologis

Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena

itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja

mempengaruhi belajar seseorang. Maka dari itu, belajar berarti

bukanlah berdiri sendiri, terlepas dari faktor lain seperti faktor

dari luar dan faktor dari dalam. Faktor psikologis merupakan

faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam

menentukan intensitas belajar seorang anak. Meski faktor luar

mendukung, tetapi faktor psikologis tidak mendukung, maka

faktor luar itu akan kurang signifikan. Oleh karena itu, minat,
21

kecenderungan, bakat, motivasi, dan kemampuan-kemampuan

kognitif adalah faktor-faktor psikologis yang utama

mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik.

B. Prestasi Belajar

1. Definisi Prestasi Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar

untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah

dipahami sedangkan Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh

berupa kesan kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri

individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar (Dzakaria, 2010).

Maka dapat difahami dari uraian diatas, mengenai makna

“prestasi” dan “belajar”.Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang

diperoleh dari suatu aktivitas. Sedangkan belajar adalah suatu

proses yang mengakibatkan perubahan dalam individu, yakni

perubahan tingkah laku.

2. Faktor faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

a. Faktor faktor yang timbul dari dalam diri siswa (intern)

Sehubungan dengan faktor intern ini ada tingkat yang perlu

dibahas menurut Slameto (2010 : 54) yaitu faktor jasmani dan

faktor psikologi.

1) Faktor Jasmani

Dalam faktor jasmaniah ini dapat dibagi menjadi dua yaitu

faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh.


22

a) Faktor Kesehatan

Faktor kesehatan sangat berpengaruh terhadap proses

belajar siswa, jika kesehatan seseorang terganggu atau

cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing,

ngantuk, jika keadaan badannya lemah dan kurang

darah ataupun ada gangguan kelainan alat inderanya.

b) Faktor Cacat Tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang

baik atau kurang sempurnanya mengenai tubuh atau

badan.Cacat ini berupa buta, setengah buta, tulis,

patah kaki, patah tangan, lumpuh, dan lain-lain.

2) Faktor psikologis

a) Intelegensi

Intelegensi atau kecakapan terdiri dari tiga jenis yaitu

kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke

dalam situasi yang baru dan cepat efektif

mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak

secara efektif, mengetahui relasi.

b) Perhatian

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa

itupun bertujuan semata-mata kepada suatu benda.


23

c) Bakat

Menurut Hilgard bahwa bakat adalah the capacity to

learn. Dengan kata lain, bakat adalah kemampuan untuk

belajar yang dimiliki oleh seorang individu (Slameto,

2010).

d) Minat

Minat adalah menyangkut aktivitas aktivitas yang dipilih

dan dilakukan secara bebas oleh individu.

e) Motivasi

Motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang

akan dicapai dalam belajar, di dalam menentukan tujuan

itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai

tujuan itu perlu ada tindakan dan berbuat untuk

mencapainya.

f) Kematangan

Kematangan adalah sesuatu tingkah atau fase dalam

pertumbuhan menuju kedewasaan individu atau

seseorang.

g) Kesiapan

Kesiapan menurut James Drever seperti yang dikutip

adalah preparedes to respon or react, artinya kesediaan

untuk memberikan respon atau reaksi.


24

3) Faktor Kelelahan

b. Faktor yang berasal dari luar (faktor ekstern)

1. Keluarga

Faktor keluarga sangat berperan aktif bagi siswa dan dapat

mempengaruhi dari keluarga antara lain: cara orang tua

mendidik, relasi antara anggota keluarga, keadaan

keluarga, pengertian orang tua, keadaan ekonomi keluarga,

latar belakang kebudayaan dan suasana rumah.

a) Cara orang tua mendidik anak anaknya dalam keluarga

Cara orang tua mendidik besar sekali pengaruhnya

terhadap prestasi belajar anak, hal ini dipertegas oleh

Wirowidjojo mengemukakan bahwa keluarga adalah

lembaga pendidikan yang pertama dan utama.Keluarga

yang sehat besar artinya untuk mendidik dalam ukuran

kecil, tetapi bersifat menentukan mutu pendidikan

dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa dan

negara.

b) Relasi antar anggota keluarga

Di dalam keluarga yang penting adalah relasi orang tua

dan anaknya. Selain itu juga relasi anak dengan

saudaranya atau dengan keluarga yang lain turut

mempengaruhi belajar anak. Wujud dari relasi adalah


25

apakah ada kasih sayang atau kebencian, sikap terlalu

keras atau sikap acuh tak acuh, dan sebagainya.

c) Keadaan keluarga

Keadaan keluarga sangat mempengaruhi prestasi

belajar anak karena dipengaruhi oleh beberapa faktor

dari keluarga yang dapat menimbulkan perbedaan

individu seperti kultur keluarga, pendidikan orang tua,

tingkat ekonomi, hubungan antara orang tua, sikap

keluarga terhadap masalah sosial dan realitas

kehidupan.

d) Pengertian Orang Tua

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang

tua.Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan

tugas-tugas rumah.Kadang-kadang anak mengalami

lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian

dan mendorongnya sedapat mungkin untuk mengatasi

kesulitan yang dialaminya.

e) Keadaan ekonomi keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan

belajar anak. Anak yang sedang belajar selain

terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makanan,

pakaian, perlindungan kesehatan, dan lain-lain, juga

membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar,


26

meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, dan

sebagainya.

f) Latar belakang kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga

mempengaruhi sikap anak dalam belajar, Oleh karena

itu perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan

baik, agar mendorong tercapainya hasil belajar yang

optimal.

g) Suasana Rumah

Suasana rumah sangat mempengaruhi prestasi belajar,

suasana rumah merupakan situasi atau kejadian yang

sering terjadi di dalam keluarga di mana anak-anak

berada dan belajar. Suasana rumah yang gaduh, bising

dan berantakan tidak akan memberikan ketenangan

terhadap diri anak untuk belajar.

2. Faktor sekolah

a) MetodeMengajar

Metode Mengajar adalah suatu cara atau jalan yang

harus di lalui didalam mengajar. Mengejar itu sendiri

menurut Ign.S.Ulih Bukit Karo karo adalah menyajikan

bahan pelajaran oleh orang kepada orang lain agar

orang lain itu menerima, menguasai dan

mengembangkannya. Di dalam lembaga pendidikan,


27

orang lain yang disebut diatas sebagai murid atau siswa

dan mahasiswa yang dalam proses belajar agar dapat

menerima, mengasai dan lebih-lebih mengembangkan

bahan pelajaran itu maka cara-cara mengajar serta cara

belajar haruslah setepat tepatnya dan seefisien serta

seefektif mungkin.

b) Kurikulum

Kurikulum diartikan sejumlah kegiatan yang diberikan

kepada siswa, kegiatan itu sebagian besar menyajikan

bahan pelajaran agar siswa dapat menerimanya,

menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu.

Kurikulum yang tidak baik akan berpengaruh tidak baik

terhadap proses belajar maupun prestasi belajar siswa.

c) Relasi Guru dengan Siswa atau Peran Pendidik

Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan

siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi

yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar

sisiwa juga dipengaruhi oleh peran guru.

Didalam relasi (peran guru terhadap siswa) yang

baik, siswa akan menyukai gurunya juga akan

menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga

siswa berusaha mempelajari sebaik baiknya. Hal

tersebut juga terjadi sebaliknya jika siswa membenci


28

gurunya. Ia segan mempelajari mata pelajaran yang

diberikannya, akibatnya pelajaran tidak maju.

Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara

akrab, menyebabkan proses belajar mengajar itu

kurang lancar. Juga siswa merasa jauh dari guru maka

segan berpartisipasi aktif dalam belajar.

d) Relasi Siswa Dengan Siswa

Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang

bijaksana, tidak akan melihat bahwa didlam kelas ada

grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Jiwa

kelas tidak terbina, bahkan hubungan masing-masing

siswa tidak tampak.

Menciptakan relasi yang baik antar siswa adalah perlu,

agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap

belajar siswa.

e) Disiplin Sekolah

Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan

kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar.

Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam

mengajar dengan melaksanakan tata tertib.

Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju siswa

harus disiplin didalam belajar baik disekolah, di rumah


29

dan diperpustakaan. Agar siswa disiplin haruslah guru

beserta staf yang lain disiplin pula.

f) Alat-alat pelajaran

Untuk dapat hasil yang sempurna dalam belajar, alat-

alat belajar adalah suatu hal yang tidak kalah

pentingnya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa,

misalnya perpustakaan, laboratorium, dan

sebagaianya.bahwa sekolah yang cukup memiliki alat-

alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar

ditambah dengan cara mengajar yang baik dari guru-

gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat

itu, akan mempermudah dan mempercepat belajar

anak.

g) Model pembelajaran

Model atau metode pembelajaran sangat penting dan

berpengaruh sekali terhadap prestasi belajar siswa

h) Kurikulum

Kurikulum diartikan sejumlah kegiatan yang diberikan

kepada siswa, kegiatan itu sebagian besar menyajikan

bahan pelajaran agar siswa dapat menerimanya,

menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu.

Kurikulum yang tidak baik akan berpengaruh tidak baik

terhadap proses belajar maupun prestasi belajar siswa.


30

i) Waktu sekolah

Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar

mengajar di sekolah, waktu sekolah dapat pagi hari,

siang, sore bahkan malam hari. Waktu sekolah juga

mempengaruhi belajar siswa (Slameto, 2010 : 68).

3. Faktor Masyarakat

a) Kegiatan siswa dalam belajar

b) Mass media

c) Teman bergaul

d) Bentuk kehidupan masyarakat

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka variabel yang diambil

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

C. Motivasi Belajar
1. DefinisiMotivasi Belajar

Motivasi berasal dari kata “ motif “ yang diartikan sebagai

daya penggerak yang telah menjadi aktif . Motif adalah suatu

dorongan dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang

tersebut melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai

suatu tujuan (Notoadmodjo, 2003). Dalam psikologi pendidikan

Drs. M. Dalyono memaparkan bahwa “ motivasi adalah daya

penggerak/ pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang

bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar “ (Dalyono, 2010).
31

Dalam buku psikologi pendidikan Drs. M. Dalyono

memaparkan bahwa “ motivasi adalah daya penggerak/

pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal

dari dalam diri dan juga dari luar ” (Dalyono, 2010).

Menurut Mc. Donald mengatakan bahwa, motivation is a

energy change within the person characterized by affective

arousal and anticipatorygoal reactions. Motivasi adalah suatu

perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai

dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai

tujuan. Perubahan energi dalam diri seseorang berbentuk aktivitas

nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan

tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi

yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat

dia lakukan untuk mencapainya (Djamarah, 2011).

Menurut Slameto, Motif keberhasilan (achievement

motivation) terdiri dari 3 komponen yaitu :

a. Dorongan Kognitif, adalah kebutuhan untuk mengetahui,

mengerti dan memecahkan masalah. Dorongan kognitif timbul

didalam proses interaksi antara siswa dengan tugas/ masalah.

b. Harga diri dimana ada siswa tertentu yang tekun belajar

melaksanakan tugas-tugas bukan terutama untuk memperoleh


32

pengetahuan atau kecakapan melainkan untuk memperoleh

status dan harga diri.

c. Kebutuhan berafiliasi yaitu Kebutuhan berafiliasi sukar

dipisahkan dari harga diri. Ada siswa yang berusaha

menguasai bahan pelajaran atau belajar dengan giat untuk

memperoleh pembenaran/ penerimaan dari teman-temannya

atau orang lain yang dapat memberikan status kepadanya.

Siswa senang apabila orang lain memberikan pembenaran

(approval) terhadap dirinya, dan oleh karena itu ia giat belajar,

melakukan tugas-tugas dengan baik, agar dapat memperoleh

pembenaran tersebut (Oemar Hamalik, 2011).

2. Macam- Macam Motivasi

1. Motivasi Instrinsik

Motivasi instrinsik adalah motif- motif yang menjadi aktif

atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena

dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan

sesuatu. Jadi, motivasi instrinsik muncul berdasarkan

kesadaran dengan tujuan esensial, bukan sekedar atribut atau

seremonial.

2. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi

instrinsik. Motivasi ekstrinsi adalah motif-motif yang aktif dan

berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Misalnya,


33

mahasiswa yang belajar karena ia tahu bahwa besok ia akan

ujian (Djamarah, 2011).

3. Faktor-faktor yang Mendorong Motivasi

Menurut Arden N. Frandsen dalam iskandar (2012), bahwa

halyang mendorong seseorang itu untuk belajar antara lain

sebagai berikut :

a. Adanya sifat inggin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih

luas.

b. Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan

untuk maju.

c. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua,

guru, dan teman-teman.

d. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu

dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun

dengan kopetensi.

e. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman.

4. Teori motivasi

Menurut Notoatmodjo (2007) banyak para ahli berbagai disiplin

ilmu merumuskan konsep atau teori tentang motivasi. Di bawah ini

penulis kemukakan salah satu konsep sebagai dasar motivasi

kerja.
34

1. Teori Maslow

Maslow, seorang ahli psikologi telah mengembangkan teori

motivasi ini sejak tahun 1943. Maslow melanjutkan teori Eltom

Mayo (1880-1949), mendasarkan pada kebutuhan manusia

yang dibedakan antara kebutuhan biologis dan kebutuhan

psikologis, atau disebut kebutuhan materil (biologis) dan

kebutuhan non materi (psikologis).

Adapun bentuk motivasi yang sering dilakukan disekolah

adalah memberi angka, hadiah, pujian, gerakan tubuh,

memberi tugas, memberi ulangan, mengetahui hasil, dan

hukuman (Djmarah dan Zain,2002). Dari kutipan di atas, maka

penulis dapat menjelaskan hal tersebut sebagai berikut:

a) Nilai

Memberikan nila artinya adalah sebagai satu simbol dari

hasil aktifitas anak didik. Dalam memberi nilai ini, semua

anak didik mendapatkan hasil aktifitas yang bervariasi.

Pemberian angka kepada anak didik diharapkan dapat

memberikan dorongan atau motivasi agar hasilnya dapat

lebih ditingkatkan lagi.

b) Hadiah

Maksudnya adalah suatu pemberian berupa kenang-

kenangan kepada anak didik yang berprestasi. Hadiah ini

akan dapat menambah atau meningkatkan semangat


35

(motivasi) belajar siswa karena akan diangap sebagai suatu

penghargaan yang sangat berharga bagi siswa.

c) Pujian

Memberikan pujian terhadap hasil kerja anak didik adalah

sesuatu yang diharapkan oleh setiap individu. Adanya

pujian berarti adanya suatu perhatian yang diberikan

kepada siswa, sehingga semangat bersaing siswa untuk

belajar akan tinggi.

d) Gerakan tubuh

Gerakan tubuh artinya mimik, parah, wajah, gerakan

tangan, gerakan kepala, yang membuat suatu perhatian

terhadap pelajaran yang disampaikan oleh guru.Gerakan

tubuh saat memberikan suatu respon dari siswa artinya

siswa didalam menyimak suatu materi pelajaran lebih

mudah dan gampang.

e) Tugas

Tugas merupakan suatu pekerjaan yang menuntut untuk

segera diselesaikan. Pemberian tugas kepada siswa akan

memberikan suatu dorongan dan motivasi kepada anak

didik untuk memperhatikan segala isi pelajaran yang

disampaikan.
36

f) Ulangan

Ulangan adalah strategi yang paling penting untuk menguji

hasil pengajaran dan juga memberikan motivasi belajar

kepada siswa untuk mengulangi pelajaran yang telah

disampaikan dan diberikan oleh guru.

g) Mengetahui hasil

Rasa ingin tahu siswa kepada sesuatu yang belum

diketahui adalah suatu sifat yang ada pada setiap

manusia.Dalam hal ini siswa berhak mengetahui hasil

pekerjaan yang dilakukannya.

h) Hukuman

Dalam proses belajar mengajar, memberikan sanksi

kepada siswa yang melakukan kesalahan adalah hal yang

harus dilakukan untuk menarik dan meningkatkan perhatian

siswa. Misalnya memberikan pertanyaan kepada siswa

yang bersangkutan.

D. Peran Pendidik
1. Pengertian Pendidik

(Djamarah,2011). Dalam dunia pendidikan, istilah pendidk

bukanlah hal yang asing. Menurut pandangan lama, pendidik

adalah sosok manusia yang patut digugu ditiru. Digugu dalam arti

segala ucapannya dapat dipercaya. Ditiru berarti segala tingkah

lakunya harus dapat menjadi contoh atau teladan bagi

masyarakat.
37

Dalam situasi pendidikan atau pengajaran terjalin interaksi

antara siswa dengan pendidik atau antara peserta didik dengan

pendidik. Interaksi ini sesungguhnya merupakan interaksi antara

dua kepribadian, yaitu kepribadian pendidik sebagai orang

dewasa dan kepribadian siswa sebagai sebagai anak yang belum

dewasa dan sedang berkembang mencari bentuk kedewasaan.

2. Peran Pendidik Dalam Proses Belajar Mengajar.

Menurut (Moh. Uzer Usman, 2010), Keberadaan seorang

pendidik dalam suatu sekolah tidaklah dapat disangkali lagi,

karena tanpa pendidik sekolah tidak akan dapat berjalan. Namun

peran pendidik tidaklah hanya berhenti sebagai pengajar yang

melakukan transfer ilmu saja, karena tanpa adanya peran sebagai

motivator maka sia-sialah peran pendidik sebagai sosok yang

melakukan transfer ilmu.

Salah satu tugas penting seorang pendidik adalah sebagai

motivator. Motivator adalah seseorang yang mampu

membangkitkan motif atau keinginan seseorang untuk melakukan

prestasi yang optimal.

Berdasarkan kedudukannya sebagai seorang pendidik tentu

memiliki sasaran yang pasti yaitu murid-murid yang dihadapinya

sehari-hari. Bangkitnya motivasi mereka untuk meraih suatu

prestasi merupakan bagian dari keberhasilannya sebagai seorang

motivator dan merupakan suatu kebanggaan melihat murid yang


38

dibimbingnya memiliki suatu langkah seorang motivator efektif.

Sebenarnya menjadi seorang motivator bagi siswa-siswi di

sekolah bukanlah hal yang sulit. Namun hal ini juga bukan berarti

hal yang mudah untuk dilakukan. Oleh karena itulah penulis

mencoba merangkum beberapa pemikiran ke dalam ‘empat

langkah,yaitu:

a. Lakukanlah yang terbaik

Apapun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap

hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.

Kuncinya adalah belajarlah mencintai apa yang anda lakukan

maka anda akan merasakan hasilnya.

b. Jadilah teladan bagi lingkungan

Teladan yang baik merupakan bukti bahwa seseorang mampu

menjadi motivator bagi dirinya. Karena itu merupakan syarat

utama sebagai seorang motivator. Contohnya; seorang

pendidik perokok tidak mungkin menjadi seorang motivator bagi

siswa siswinya agar tidak merokok.

c. Jadikanlah siswa sebagai subyek.

Dengan menjadikan seorang siswa sebagai subjek pendidikan,

maka kita memberikan kesempatan pada mereka untuk

menjadi manusia yang kritis dalam berpikir serta

menyampaikan pendapatnya secara demokratis tanpa

meninggalkan norma-norma yang ada.


39

Menjadikan siswa sebagai subyek dapat kita lakukan dengan

cara menjadi pelindung, orang tua atau bahkan seorang

sahabat yang memiliki rasa empati bagi mereka (khususnya

untuk anak-anak remaja) di saat mereka membutuhkan tempat

untuk mencurahkan isihati mereka.

d. Memiliki wawasan yang luas

Seorang motivator tidak akan menjadi motivator yang baik bila

tidak memiliki wawasan yang luas mengenai berbagai bidang.


40

E. Kerangka Teori
Berdasarkan pada pendekatan teori yang dikemukakan oleh

Slameto (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak

jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua saja, yaitu pertama

faktor internal yang merupakan faktor yang ada dalam diri individu

yang sedang belajar dan yang kedua faktor eksternal yang

merupakan faktor yang ada diluar individu.

Bagan 2.1
Faktor Internal
1. Faktor Jasmani Kerangka Teoritis
a. Kesehatan
b. Cacat tubuh
2. Faktor Psikologis
a. Intelegensi
b. Perhatian
c. Minat
d. Bakat
e. Motivasi
f. Pematangan
g. Kesiapan
3. Faktor Kelelahan
Faktor Eksternal
1. Faktor Keluarga
a. Cara orang tua mendidik Prestasi Belajar
b. Relasi antar anggota keluarga
c. Suasana rumah
d. Ekonomi
e. Pengertian orang tua
f. Kebudayaan
2. Faktor Sekolah
a. Metode mengajar
b. Kurikulum
c. Peran Pendidik
d. Relasi antar siswi
e. Disiplin sekolah
f. Alat pelajaran
g. Waktu sekolah
h. Standar pelajaran
i. Keadaan gedung
j. Metode belajar
k. Tugas rumah Sumber: Slameto (2010)
3. Faktor Masyarakat
41

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Dari kerangka teori yang sudah dibahas, peneliti tidak mengambil

keseluruhan variabel dari setiap faktor, hal ini dikarenakan keterbatasan

waktu dan biaya. Faktor yang diteliti antara lain motivasi dan peran

pendidik/guru hubungannya dengan prestasi belajar untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada bagan berikut :

Bagan 3.1

Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Motivasi

Prestasi Belajar

Peran Pendidik
42

B. Defenisi Operasional

Tabel 2.2

Variabel dan Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Skala


Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
A. Dependen

Perilaku Kueisoner 1.Rekapan


a nilai 1.Tidak Ordinal
1. Prestasi responden Tuntas, jika
Belajar dalam nilai < 7,50
memperoleh
hasil yang telah 2.Tuntas, jika
dicapai nilai >7,50
atas usaha-
usaha yang (Sumber: T.U
dilakukan SMP N 016
dengan sengaja Kota Jambi,
berupa 2014)
perubahan atau
pengembangan
diri
seseorang yang
dinyatakan
dengan nilai
akhir semester
pada
matapelajaran
Matematika

B. Independen

1. Motivasi Dorongan Kuesioner Wawancara 1. Rendah Ordinal


Belajar internal dan bila <
eksternal yang mean (27)
2. Tinggi bila
menyebabkan
≥ mean
seseorang atau (27)
individu untuk
bertindak atau
mencapai
tujuan, sehingga
perubahan
43

tingkah laku
pada diri siswa
diharapkan
terjadi
2. Peran Tanggapan Kuesioner Wawancara Ordinal 3.
Pendidik responden 1. kurang
mengenai peran baik jika
<
pendidik/guru
mean/me
dalam proses dian
belajar 2. Baik, jika
mengajar ≥
seperti mean/me
menggunakan dian
metode diskusi,
tanya jawab dan
media yang
digunakan
berupa media
gambar Arikunto, 2010

C. Hipotesis

1. Ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa

kelas VIII di SMP N 016 Jambi tahun 2014.

2. Ada hubungan antara peran pendidik dengan prestasi belajar siswa

kelas VIII di SMP N 016 Jambi tahun 2014.

D. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan

menggunakan rancangan studi cross sectional, karena pendekatan ini

bersifat sesaat pada waktu tertentu dan tidak diikuti secara terus menerus

dalam kurun waktu tertentu dan bertujuan untuk melihat apakah ada

hubungan antara variabel independen dan dengan variabel dependen,

disamping itu pendekatan ini mudah dilaksanakan, ekonomis, baik biaya


44

maupun waktu. (Notoatmodjo, 2003). Adapun hal yang diteliti yaitu

Hubungan motivasi belajar dan peran pendidik terhadap prestasi belajar.

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan di SMP N 16 Kota Jambi pada siswa kelas

VIII dan dilaksanakan pada bulan oktober tahun 2014.

F. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian (Arikunto, 2010),

populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII di SMP N

016 Kota Jambi tahun 2014 dengan jumlah populasi sebanyak 294

orang.

2. Sampel Penelitian

Menurut Arikunto (2010), sampel adalah sebagian atau wakil

populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini diambil

menggunakan teknik Proporsional random sampling dengan jumlah

72 responden yaitu membagi jumlah anggota populasi dengan jumlah

sampel yang diinginkan, hasilnya adalah interval sampel yang

digunakan sebagai penomoran berdasarkan tempat duduk kepada

responden yang akan diberikan kuesioner pada saat penelitian

dilakukan.

Rumus : Lemesshow :

𝑍 2 1−𝛼/2 𝑃(1−𝑃)𝑁
n = 𝑑2 (𝑁−1)+ 𝑍 2 1−𝛼/2 𝑃(1−𝑃)𝑁
45

ket:

 n adalahJumlah sampel

 N adalah Besar Populasi siswa kelas VIII yaitu 294 Siswa

 Derajat kepercayaan 95% maka 𝑍 2 1 − 𝛼/2 = 1,96

 P adalah Proporsi = 0,5

Jadi 1-P 1-0,5=0,5

 d adalah presisi penelitian = 0,1

setelah angka-angka tersebut dimasukkan kedalam rumus

maka didapatkan jumlah sampel sebagai berikut:

1,962 .0,5 (1−0,5).294


n =0,12 (294−1)+ 1,962 .0,5 (1−0,5)

279,3
n= 2,93+0,96

279,3
n= 3,89

= 71,8 72 Jumlah sampel

N (jumlah populasi) : 294 siswa ( No. 1,2,3…….294)

n (sampel) : 72

interval : 294 :75 = 4

Siswa-siswi kelas VIII SMP N 16 terdapat 8 kelas dan berjumlah 294

orang. Maka anggota populasi yang terkena sampel adalah setiap

elemen yang mempunyai nomor kelipatan 4, misalnya


46

No.1,5,8,11,14...dan seterusnya hingga mencapai jumlah 72 anggota

sampel. (Notoadmodjo, 2010 : 121).

Adapun kriteria inklusi adalah sebagai berikut :

a). Semua siswa kelas VIII di SMP N 016

b). Bersedia untuk dilakukan wawancara atau menjadi responden

Sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah sebagai berkut :

1) Siswa kelas VII dan kelas IX di SMP N 016

2) Siswa kelas VIII yang tidak hadir pada saat penelitian

3) Siswa yang tidak bersedia menjadi responden

G. Pengumpulan Data

Jenis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data primer

dan data skunder. Data primer dalah data yang di peroleh dari sumber-

sumber asli. Sumber asli disini diartikan sebaga sumber pertama di mana

data tersebut di peroleh peneliti secara langsung, seperti hasil wawancara

dan hasil pengisia angket/ kuesioner (Widoyoko, 2012). Data skunder

merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan

mengumpulkan, data diperoleh dari hasil nilai responden dari bagian TU

SMP N 016 Kota Jambi. Data primer yaitu data yang data yag diperoleh

untuk mengetahui hubungan motivasi belajar dan peran pendidik terhadap

prestasi belajar siswa kelas VIII SMP N 016 Kota Jambi Tahun Ajaran

2013/2014 dengan menggunakan kuesioner sebanyak 20 soal.


47

H. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner yang terdiri dari beberapa pertanyaan sesuai dengan variabel

yang diteliti. Kuesioner yang digunakan bersifat tertutup, Sebelum

dilakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas

kuesioner untuk mengetahui apakah kuesioner yang digunakan sudah

valid atau tidak. Uji coba kuesioner dilaksanakan pada 15 siswa kelas VIII

di SMP N 11 kota Jambi dengan alasan sekolah tersebut mempunyai

standar yang sama dengan tempat penelitian.

Untuk mempermudah analisis data dilakukan pemberian skor (nilai)

pada masing-masing pertanyaan sebagai berikut :

1) Motivasi

Jika responden menjawab item “ Tidak pernah” = 1,”Jarang” = 2,

“Selalu” = 3, “Sering” = 4.

2) Peran Pendidik

Jika responden menjawab item “Ya” diberi nilai 1 dan jika menjawab

item “Tidak” diberi nilai 0.

Tabel 3.1
Hasil Uji Validitas dan Reliabelitas

No Variabel Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan

1 Motivasi Selalu belajar 0,954 Valid


Belajar matematika
Berusaha 0,537 Valid
mengerjakan soal
MTK
Selalu datang 0,943 Valid
tepat waktu
48

Semangat belajar 0,943 Valid


matematika
Selalu mengajak 0,913 Valid
teman berdiskusi
Merasa rugi jika 0,954 Valid
ada pelajaran 0,514
terlewati
Tidak malu 0,537 Valid
bertanya jika ada
yang kurang di
pahami
Aktif berdiskusi 0,875 Valid
dengan teman
Mencatat setiap 0,943 Valid
penjelasan guru
Mendengarkan 0,980 Valid
sunggu-sungguh
penjelasan guru
RELIABILITY 0,971 Reliabel
2 Peran Menjelaskan 0,612 Valid
Pendidik tujuan dan
manfaat materi
Memberikan 0,719 Valid
bantuan dan
bimbingan jika
kesulitan

Membimbing dan 0,632 Valid


membahas soal
latihan
Mengkoreksi PR 0,786 Valid
dan memberi nilai

Memberi 0,777 Valid


kesempatan 0,514
menyampaikan
hasil didepan
kelas
Memberi teguran 0,698 Valid
jika tidak
mengerjakan
latihan
Memberikan 0,612 Valid
komentar dan
penjelasan
49

langkah langkah
rumus
Memberikan 0,777 Valid
motivasi
mengikuti
BIMBEL
Memberikan kuis 0,585 Valid
dan ulangan
Memperlihat nilai 0,786 Valid
hasil belajar dan
kemajuan siswa
RELIABILITY 0,909 Reliabel

Berdasarkan tabel diatas dapat di lihat bahwa dari 10

pertanyaan variabel Motivasi belajar, semua mempunyai nilai r hasil

(corrected item-total correlation) berada diatas nilai r tabel (r = 0,514),

sehingga dapat disimpulkan bahwa 10 pertanyaan tersebut valid.

Sedangkan dari hasil uji reliabilitas didapatkan nilai r Alpha (0,971)

lebih besar di bandingkan dengan nilai r tabel maka disimpulkan

bahwa 10 pertanyaan variabel Motivasi Belajar tersebut dinyatakan

Reliabel.

Kemudian dari 10 pertanyaan pada variabel Peran Pendidik

semua mempunya nilai r hasil lebih besar dari nilai r tabel (0,514),

sehingga disimpulkan bahwa 10 pertanyaan tersebut valid.

Sedangkan dari hasil uji reliabilitas, nilai r Alpha (0,909) lebih besar

dari nilai r tabel (0,514) maka semua pertanyaan dinyatakan Reliabel.

I. Pengolahan data tehnik analisa data

1. Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan diolah melalui beberapa tahap:


50

a. Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian

formulir atau kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner

adalah lengkap (semua pertanyaan sudah terisi jawabannya),

jelas (jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas

terjawab), relevan (jawaban yang tertulis apakah relevan dengan

pertanyaan) dan konsisten (apakah antara beberapa pertanyaan

yang berkaitan dengan isi jawabannya konsisten).

b. Coding

Yaitu pengkodean data untuk membedakan antara dari satu

variabel dengan data variabel yang lainnya. Pengkodean di

lakukan dengan cara memberikan simbol-simbol tertentu dalam

bentuk angka. Untuk memudahkan pengolahan data , pemberian

kode 1 dan 0.

c. Scoring

Tahap ini di lakukan setelah ditetapkan kode jawaban atau

hasil observasi sehingga jawaban responden atau hasil observasi

dapat diberikan skor. Tidak ada pedoman buku untuk scoring,

namun scoring harus di berikan secara konsisten. Selain itu perlu

diperhatiakn dengan seksama terhadap pertanyaan dalam

kuesioner pertanyaan motivasi. Untuk jawaban Tidak pernah (TP)

= 1,Jarang (J) = 2, Selalu (S) = 3, Sering (S) =4 dan nilai untuk

pernyataan peran pendidik diberi skor Ya =1, Tidak =0.


51

d. Entry Data

Entry Data merupakan kegiatan menggambarkan jawaban

responden dengan cara tertentu. Tabulasi juga dapat digunakan

untuk menciptakan statistik deskriptif variable-variable yang diteliti

atau yang variable yang akan di tabulasi silang.

e. Cleaning (pembersihan Data)

Cleaning data adalah proses pengecekan data untuk konsistensi

dan treatmen yang hilang, pengecekan konsistensi meliputi

pemerikasaan akan data yang out of range, tidak konsisten secara

logika, ada nilai-nilai ekstrim, data dengan nilai-nilai tdk terdefinisi,

sedangkan treatmen yang hilang adalah nilai dari suatu variabel

yang tidak diketahui dikarenakan jawaban responden yang

membingungkan.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Dilakukan untuk menyederhanakan interpertasi data bentuk

penyajian tekstubel maupun bentuk tabular dari penampilan

prekuensi responden menurut variable yang di teliti, selain itu

analisa univariat juga bertujuan untuk memperoleh gambaran

distribusi frekuensi dari setiap variable yang diteliti meliputi variabel

dependen (Prestasi Belajar Matematika) dan variabel independen

(Motivasi, Peran Pendidik ).


52

b. Analisis Bivariat

Analisa ini bertujuan untuk mengetahui antara variabel

independen dan dependen maka dilakukan analisis bivariat, uji

statistik yang di manfaatkan adalah Chi Square, uji ini di gunakan

untuk melihat ada tidaknya perbedaan proporsi yang bermakna

antara distribusi frekuensi yang di amati dengan yang di harapkan

dengan derajat kemaknaan 0,05. Bila p-value < alpha 0,05 berarti

ada hubungan yang bermakna (Ho di tolak), sedangkan bila p-value

>0,05 artinya tidak ada hubungan yang bermakna (Ho gagal di

tolak).
53

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

B. Kualitas Data

Penelitian ini bersumber dari data yang diperoleh melalui

pembagian kuesioner terhadap 72 responden untuk mengetahui

“Hubungan Motivasi Belajar dan Peran Pendidik Dengan Prestasi

Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VIII SMP N 016 Kota Jambi

Tahun 2014”. Pengumpulan data dilakukan peneliti sendiri. Hasil

penelitian sudah cukup baik dan kualitas yang diperoleh sangat

tergantung dari kerjasama responden dalam menjawab setiap

pertanyaan dan pernyataan yang sudah disediakan dalam kuesioner.

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk analisis univariat dan

bivariat yang menggambarkan distribusi frekuensi masing-masing

variabel dan untuk melihat hubungan antara variabel independen

dam dependen, penyajian di buat dalam bentuk tekstuler dan

distribusi frekuensi responden menurut variabel yang diteliti.

C. Hasil Analisis Univariat

Hasil anlisis univariat bertujuan untuk mengetahui Distribusi

frekuensi masing-masing varabel yang diteliti, antara lain: Motivasi

Belajar, Peran Pendidik Dan Prestasi Belajar Matematika Siswa.


54

1. Gambaran Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VIII

Di SMP N 016 Kota Jambi Tahun 2014

Gambaran prestasi belajar matematika siswa di SMP N 016

Kota Jambi diperoleh melalui pengisian kuesioner yang mengisi

nilai hasil ulangan matematika baik yang tuntas maupun tidak

tuntas.

Untuk mengetahui distribusi presentase berdasarkan Prestasi

Belajar Matematika dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Prestasi Belajar
Matematika Pada Siswa Kelas VIII Di SMP N 016
Kota Jambi Tahun 2014

No Prestasi Belajar Matematika Jumlah %


1 Tidak Tuntas 28 38,9
2 Tuntas 44 61,1
Total 72 100

Dari tabel diatas diketahui bahwa dari 72 responden

sebanyak 44 (61,1%) responden Tuntas dalam hasil belajar

matematika dan 28 (38,9%) responden tidak tuntas dalam hasil

belajar matematika,

2. Gambaran Motivasi Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VIII

SMP N 016 Kota Jambi

Gambaran motivasi responden tentang belajar matematika di

SMP N 016 Kota Jambi diperoleh melalui pengisian kuesioner

yang berisi 10 pernyataan mengenai motivasi belajar siswa.


55

Selanjutnya untuk mengetahui motivasi belajar responden

dilakukan scoring setiap masing masing jawaban. Untuk

mengetahui distribusi presentaseberdasarkan motivasi belajar

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.3
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Item Pertanyaan
Motivasi Belajar Matematika Siswa Di SMP N 016
Kota Jambi Tahun 2014

Distribusi
No Pernyataan S SL J TP
F % F % f % f %
1 Apakah anda selalu
belajar matematika 15 20,8 15 20,8 35 48,6 7 9,7
atas kemauan diri
sendiri
2 Apakah anda selalu
berusaha
mengerjakan soal
soal pelajaran 24 33,3 9 12,5 30 41,7 9 12,5
matematika yang
memerlukan
ketelitia, kecermatan
dan ketepatan
3 Apakah anda selalu
datang tepat waktu
agar tidak 12 16,7 26 36,1 29 40,3 5 6,9
ketinggalan mata
pelajaran dari awal
sampai akhir
4 Apakah anda
semangat untuk
selalu belajar 16 22,2 23 31,9 28 38,9 5 6,9
matematika karna
mendapat dukungan
dari keluarga
5 Apakah anda selalu
mengajak teman
anda berdiskusi
membahas
56

pelajaran 13 18,1 30 41,7 27 37,5 2 2,8


matematika kalau
anda merasa
kesulitan
6 Apakah anda
merasa rugi jika ada
materi pelajaran 22 30,6 23 31,9 23 31,9 4 5,6
matematika yang
terlewatkan.
7 Apakah anda tidak
malu bertanya, jika
ada materi 28 38,9 22 30,6 22 30,6 0 0
matematika yang
kurang jelas dan
tidak saya pahami
8 Apakah anda aktif
berdiskusi dengan 17 23,6 21 29,2 23 31,9 11 15,3
teman saat belajar
matematika
9 Apakah anda
mencatat setiap
penjelasan 14 19,4 22 30,6 31 43,1 5 6,9
matematika yang
disampaikan oleh
guru
10 Apakah anda
mendengarkan
dengan sungguh-
sungguh penjelasan 13 18,1 22 30,6 28 38,9 9 12,5
matematika yang
disampaikan oleh
guru agar mudah
mengerti.

Berdasarkan tabel diatas, dapat di simpulkan bahwa mayoritas

responden yang menjawab Sering pada pernyataan tidak malu

bertanya, jika ada materi matematika yang kurang jelas dan tidak

saya pahami sebanyak 28 (38,9%) responden, menjawab Selalu

pada pernyataan selalu mengajak teman anda berdiskusi


57

membahas pelajaran matematika kalau merasa kesulitan

sebanyak 30 (41,7%) responden, menjawab Jarang pada

pernyataan selalu belajar matematika atas kemauan diri sendiri

sebanyak 35 (48,6%) reponden dan menjawab Tidak pernah pada

pernyataan aktif berdiskusi dengan teman saat belajar matematika

sebanyak 11 (15,3%) responden.

Untuk melihat kategori gambaran motivasi belajar matematika

siswa kelas VIII SMP N 016 Kota Jambi ada 2 kategori yaitu

motivasi rendah dan motivasi tinggi. Kategori motivasi rendah

diperoleh bila skor jawaban < mean dan motivasi tinggi bila skor

jawaban > mean. Nilai mean adalah 27,00. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Motivasi Belajar
Matematika Pada Siswa Kelas VIII SMP N 016
Kota Jambi Tahun 2014

No. Motivasi Belajar Jumlah %

1. Rendah 42 58,3
2. Tinggi 30 41,7
Total 72 100

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa dari 72

responden sebanyak 41 (58,3%) responden memiliki Motivasi

Belajar rendah dan 30 (41,7%) responden memiliki Motivasi

Belajar tinggi.
58

3. Gambaran Peran Pendidik Di SMP N 016 Kota Jambi Tahun

2014

Ganbaran peran pendidik di SMP N 016 Kota Jambi tahun 2014

diperoleh melalui pengisian kuesioner yang terdiri dari 10

pertanyaan mengenai peran pendidik sebagai motivator pada

prestasi belajar matematika. Selanjutnya untuk mengetahui

distribusi persentase berdasarkan peran pendidik dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.2
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Item
Pertanyaan Peran Pendidik Di SMP N 016
Kota Jambi Tahun 2014

Distribusi
No Pertanyaan Ya Tidak
F % f %
1 Apakah guru anda menjelaska
tujuan dan manfaat
mempelajari materi yang akan 51 70,8 21 29,2
dipelajari saat ini dan
selanjutnya.
2 Apakah guru anda
memberikan bantuan dan
bimbingan kepada siswanya 48 66,7 24 33,3
yang mengalami kesulitan
dalam proses belajar
matematika
3 Apakah guru anda
membimbing dalam
membahas soal latihan, tugas, 50 69,4 22 30,6
dan pekerjaan rumah pada
pelajaran matematika.
4 apakah guru matematika anda
mengkoreksi pekerjaan rumah 52 72,2 20 27,8
dan memberikan nilai nya
59

5 Apakah guru matematika anda


memberi kesempatan pada
anda untuk menyampaikan 55 76,4 17 23,6
hasil pekerjaan didepan kelas.
6 Apakah guru matematika anda
memberikan teguran jika siswa
tidak mengerjakan soal latihan 49 68,1 23 31,9
kemudian memberikan
motivasi agar
mengerjakannya.
7 Apakah guru matematika anda
memberikan komentar dan
penjelasan pada langkah-
langkah penyelesaian dalam 46 63,9 26 36,1
rumus-rumus pelajaran
matematika agar anda
semangat dalam
mengerjakannya.
8 Apakah guru matematika anda
memberikan motivasi agar
siswa mengikuti Bimbingan 43 59,7 29 40,3
Belajar (BIMBEL) di luar jam
sekolah.
9 Apakah guru matematika anda
memberikan kuis dan ulangan 45 62,5 27 37,5
dan dikumpulkan tepat waktu.
10 Apakah guru matematika anda
memperlihatkan nilai hasil
belajar serta kemajuan masing 45 62,5 27 37,5
masing siswa dalam
menguasai materi pelajaran
matematika

Berdasarkan tabel diatas, diketahui distribusi jawaban responden

tentang peran pendidik yang menjawab mayoritas dengan

jawaban “Ya” terdapat pada pertanyaan apakah guru matematika

anda memberi kesempatan pada anda untuk menyampaikan hasil

pekerjaan didepan kelas sebanyak 55 (76,4%) responden,


60

sedangkan mayoritas menjawab “Tidak” terdapat pada pertanyaan

Apakah guru matematika anda memberikan motivasi agar siswa

mengikuti Bimbingan Belajar (BIMBEL) di luar jam sekolah,

sebanyak 29 (40,3%) responden.

Untuk melihat kategori gambaran peran pendidik di SMP N

016 Kota Jambi ada 2 kategori yaitu berperan baik dan berperan

kurang baik. Kategori peran baik bila skor jawaban > mean dan

kategori peran kurang baik jika skor jawaban < mean. Nilai mean

adalah 6,72. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Peran
Pendidik SMP N 016 Kota Jambi
Tahun 2014

No. Peran Pendidik Jumlah %

1. Kurang Baik 39 54,2


2. Baik 33 45,8
Total 72 100

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa dari 72

responden sebanyak 39 (54,2%) responden mengatakan peran

pendidik kurang baik dalam memberikan motivasi belajar

matematika dan 33 (45,8%) responden mengatakan peran

pendidik baik dalam memberika motivasi belajar matematika.


61

D. Hasil Analisis Bivariat

Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen, maka dilakukan analisis bivariat dengan

menggunakan ukuran asosiasi Odds Ratio (OR) dengan uji Chi

Square dengan hasil sebagai berikut:

1. Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar

Matematika Siswa Kelas VIII Di SMP N 016 Kota Jambi Tahun

2014.

Berdasarkan hasil analisa data, maka diperoleh gambaran

Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar

Matematika Siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Hubungan Motivasi Belajar dengan
Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII Di SMP N 016
Kota Jambi Tahun 2014

Prestasi Belajar
Matematika OR P-Value
No Motivasi Tidak Tuntas Jumlah (95%
Belajar Tuntas CI)
Jml % Jml % Jml %
1. Rendah 22 52,4 20 47,6 42 100 4,400
2. Tinggi 6 20,0 24 80,0 30 100 1,5 – 13 0,011
Total 28 38,9 44 61,1 72 100

Dari tabel di atas diketahui bahwa dari 42 responden yang

memiliki Motivasi Belajar rendah, 22 (52,4%) responden tidak


62

tuntas terhadap belajar matematika dan 20 (47,6%) responden

Tuntas terhadap prestasi belajar matematika. Sedangkan dari 30

responden yang memiliki motivasi belajar tinggi, 24 (80%)

responden tuntas dalam prestasi belajar matematika dan 6

(20%) responden tidak tuntas.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,01 dengan kata

lain ada hubungan bermakna antara Motivasi Belajar dengan

Prestasi Belajar Matematika. Dari hasil analisis diperoleh pula

nilai OR= 4,400 artinya Siswa yang motivasinya rendah

mempunyai resiko 4 kali mendapatkan nilai tidak tuntas dalam

belajar matematika dibanding siswa yang motivasinya tinggi.

2. Hubungan Peran Pendidik dengan Prestasi Belajar

Matematika Siswa Kelas VIII Di SMP N 016 Kota Jambi Tahun

2014.

Berdasarkan hasil analisa data, maka diperoleh gambaran

Hubungan antara Peran Pendidik dengan Prestasi Belajar

Matematika Siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:
63

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Hubungan Peran Pendidik dengan
Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII Di SMP N 016
Kota Jambi Tahun 2014

Prestasi Belajar
Matematika OR P-Value
No Peran Tidak Tuntas Jumlah (95%
Pendidik Tuntas CI)
Jml % Jml % Jml %
1. Kurang 20 51,3 19 48,7 39 100 3,289
Baik 1,2 – 9 0,036
2. Baik 8 24,2 25 75,8 33 100
Total 28 38,9 44 61,1 72 100

Dari tabel di atas diketahui bahwa dari 39 responden yang

mengatakan Peran Pendidik kurang baik, 20 (51,3%) responden

tidak tuntas terhadap belajar matematika dan 19 (48,7%)

responden Tuntas terhadap prestasi belajar matematika.

Sedangkan dari 33 responden yang mengatakan peran pendidik

baik, 25 (75,8%) responden tuntas dalam prestasi belajar

matematika dan 8 (24,2%) responden tidak tuntas.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,036 dengan kata

lain ada hubungan bermakna antara Peran Pendidik dengan

Prestasi Belajar Matematika. Dari hasil analisis diperoleh pula

nilai OR= 3,289 artinya Peran Pendidik yang kurang baik

memberikan resiko 3 kali pada siswa mendapatkan nilai tidak

tuntas dalam belajar matematika dibanding peran pendidik yang

baik.
64

BAB V
PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Dalam pengumpulan data Prestasi belajar matematika siswa

diperoleh dengan melihat hasil nilai Ulangan baik yang tuntas maupun

tidak tuntas pada kelas VIII di SMP N 016 Kota Jambi.

Pada tekhnik pelaksanaan pengumpulan data primer sangat

tergantung pada kerjasama dengan responden dan kejujuran

responden dalam menjawab pertanyaan. penelitian yang digunakan

adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan studi

cross sectional, karena pendekatan ini bersifat sesaat pada waktu

tertentu dan tidak diikuti secara terus menerus dalam kurun waktu

tertentu dan bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan antara

variabel independen dan dengan variabel dependen, disamping itu

pendekatan ini mudah dilaksanakan, ekonomis, baik biaya maupun

waktu. (Notoatmodjo, 2003). Adapun hal yang diteliti yaitu Hubungan

motivasi belajar dan peran pendidik terhadap prestasi belajar. variabel

ini diteliti karna dianggap lebih dominan mempunyai hubungan dengan

Prestasi belajar siswa sehingga variabel lain yang berhubungan

dengan prestasi belajar siswa terabaikan.


65

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar

Matematika Siswa Kelas VIII di SMP N 016 Kota Jambi Tahun

2014

41,7 Motivasi 58,3%


Tinggi
41,7% 58,3% Motivasi
Rendah

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian

besar motivasi belajar siswa masih rendah. Jika dilihat dari hasil

analisis bivariat dari 42 responden yang memiliki Motivasi Belajar

rendah, 22 (52,4%) responden tidak tuntas terhadap belajar

matematika. Sedangkan dari 30 responden yang memiliki

motivasi belajar tinggi, 24 (80%) responden tuntas dalam

prestasi belajar matematika.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,01 dengan kata

lain ada hubungan bermakna antara Motivasi Belajar dengan

Prestasi Belajar Matematika. Dari hasil analisis diperoleh pula

nilai OR= 4,400 artinya Siswa yang motivasinya rendah


66

mempunyai resiko 4 kali mendapatkan nilai tidak tuntas dalam

belajar matematika dibanding siswa yang motivasinya tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian melalui penyebaran Kuesioner

diketahui bahwa mayoritas siswa masih jarang untuk belajar

matematika atas kemauan diri sendiri dan hanya beberapa siswa

yang mau aktif berdiskusi dengan teman saat belajar matematika,

dan sebagian siswa sudah tidak malu untuk bertanya, jika ada

materi matematika yang kurang jelas dan tidak di pahami dan juga

siswa sudah mau selalu mengajak teman berdiskusi membahas

pelajaran matematika kalau merasa kesulitan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Sarliati (2012), tentang “Hubungan Antara Motivasi Belajar

Matematika Dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas II

SMP Negeri 3 Wangi-wangi Selatan tahun 2012” dengan hasil uji

stastik menunjukkan Terdapat hubungan positif yang signifikan

antara motivasi belajar matematika siswa dengan prestasi belajar

matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan.

Signifikansi ini ditunjukkan oleh hasil uji t hitung = 3,2196 lebih

besar dari t tabel sebesar 1,67. Serta besarnya hubungan motivasi

belajar matematika siswa dengan prestasi belajar adalah 41,79%.

Dan penelitian juga sejalan dengan oleh Harbudi (2013), tentang

“Hubungan Motivasi Belajar dan Gaya Belajar Siswa Dengan Hasil


67

Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kota Solo”

dengan P-Value 0,031.

Rendahnya motivasi belajar siswa akan mempengaruhi

prestasi belajar siswa itu sendiri dalam mencapai keberhasilan

sehingga perlu adanya peningkatan motivasi siswa dalam belajar

agar tujuan yang ingin di capai bisa terlaksana, ini sesuai dengan

toeri yang dikemukan oleh Notoadmodjo, (2003). Bahwa Motivasi

adalah suatu dorongan dari dalam diri seseorang yang

menyebabkan orang tersebut melakukan kegiatan-kegiatan

tertentu guna mencapai suatu tujuan. Dalam psikologi pendidikan

Drs. M. Dalyono memaparkan bahwa “ motivasi adalah daya

penggerak/ pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang

bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar “ (Dalyono, 2010).

Menurut Notoatmodjo (2003) dikatakan bahwa sebelum

seseorang berprilaku, ia harus tahu dulu manfaatnya bagi

keluarga, dirinya baru kemudian ia berfikir, ia akan menilai dari

segi keuntungan dan kerugiannya. Dalam berfikir tersebut timbul

keinginan untuk bertindak. Untuk itu perlu bagi siswa untuk selalu

meningkatkan motivasi Belajar melaui belajar kelompok dan

membuat forum diskusi belajar.


68

2. Hubungan Peran Pendidik Dengan Prestasi Belajar

Matematika Siswa Kelas VIII Di SMP N 016 Kota Jambi Tahun

2014

45,8% 54,2% 54,2% Peran pendidik


Kurang baik
45,8% Peran Pendidik
Baik

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas

Peran Pendidik Kurang baik dalam memberikan motivator dalam

belajar matematika berdasarkan pernyataan siswa melalui

pengisisan kuesioner penelitian. Jika dilihat dari analisis bivariat

bahwa dari 39 responden yang mengatakan Peran Pendidik

kurang baik, 20 (51,3%) responden tidak tuntas terhadap belajar

matematika. Sedangkan dari 33 responden yang mengatakan

peran pendidik baik, hanya 25 (75,8%) responden tuntas dalam

prestasi belajar matematika.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,036 dengan kata

lain ada hubungan bermakna antara Peran Pendidik dengan

Prestasi Belajar Matematika. Dari hasil analisis diperoleh pula

nilai OR= 3,289 artinya Peran Pendidik yang kurang baik

memberikan resiko 3 kali pada siswa mendapatkan nilai tidak


69

tuntas dalam belajar matematika dibanding peran pendidik yang

baik.

Berdasarkan hasil penelitian melalui penyebaran Kuesioner

diketahui bahwa peran pendidik sudah baik dalam hal selalu

memberi kesempatan pada siswa untuk menyampaikan hasil

pekerjaan didepan kelas sebanyak, menjelaskan tujuan dan

manfaat mempelajari materi yang akan dipelajari saat ini dan

selanjutnya dan guru selalu mengkoreksi pekerjaan rumah dan

memberikan nilai nya. Sedangkan peran pendidik yang masih

belum dilakukan secara optimal yaitu dalam hal memberikan

motivasi agar siswa mengikuti Bimbingan Belajar (BIMBEL) di

luar jam sekolah, memberikan bantuan dan bimbingan kepada

siswanya yang mengalami kesulitan dalam proses belajar

matematika, dan guru belum optimal dalam memperlihatkan nilai

hasil belajar serta kemajuan masing masing siswa dalam

menguasai materi pelajaran matematika agar siswa dapat

termotivasi dengan mengetahui hal tersebut.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan

oleh Muhammad Nur (2012), tentang “Pengaruh Penggunaan

Metode Diskusi Kelompok dan Peran Guru Terhadap Prestasi

belajar Mata Pelajaran MTK Kelas VI SDN I Sambijajar

Kecamatan Sumbergempol Kabupaten Tulungagung Tahun

Pelajaran 2011/2012”. Dengan hasil hipotesis “ada hubungan


70

yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar”

(P-Value = 0,000).

Peran pendidik yang masih kurang baik dapat

mempengaruhi prestasi belajar siswa itu sendiri karena salah satu

tugas penting seorang pendidik adalah sebagai motivator.

Motivator adalah seseorang yang mampu membangkitkan motif

atau keinginan seseorang untuk melakukan prestasi yang optimal.

Berdasarkan kedudukannya sebagai seorang pendidik tentu

memiliki sasaran yang pasti yaitu siswanya yang dihadapinya

sehari-hari. Bangkitnya motivasi mereka untuk meraih suatu

prestasi merupakan bagian dari keberhasilannya sebagai seorang

motivator, ini sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Moh. Uzer

Usman (2010), bahwa Keberadaan seorang pendidik dalam suatu

sekolah tidaklah dapat disangkali lagi, karena tanpa pendidik

sekolah tidak akan dapat berjalan. Namun peran pendidik tidaklah

hanya berhenti sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu

saja, karena tanpa adanya peran sebagai motivator maka sia-

sialah peran pendidik sebagai sosok yang melakukan transfer

ilmu.

Dan peran seorang pendidik dalam melakukan pengajaran

tidak hanya besifat transfer of knowledge, akan tetapi disamping

memberikan ilmu pengetahuan, juga meningkatkan keterampilan

dan pembinaan sikap mental terhadap siswa serta menanamkan


71

nilai-nilai yang terkandung dalam ilmu pengetahuan itu sendiri

dengan dibarengi dengan contoh-contoh teladan dari sikap dan

tingkah laku guru. Karena pribadi guru merupakan salah satu nilai-

nilai yang akan ditransfer dalam suatu proses belajar mengajar.

Dengan demikian, guru menjadi contoh model yang nyata untuk

dirinya dan anak didiknya. Sesungguhnya dalam kegiatan

pembelajaran sangat diperlukan adanya motivasi mengajar. Dan

prestasi belajar siswa sangat diperlukan adanya motivasi

mengajar. Dan prestasi belajar siswa akan menjadi optimal,

apabila didukung dengan adanya peran guru (Slameto, 2010).


72

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka didapatkan suatu

kesimpulan mengenai Hubungan Motivasi Belajar Dan Peran Pendidik

Dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII Di SMP N 016

Kota Jambi Tahun 2014. Adapun kesimpulan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Dari hasil penelitian di dapatkan data bahwa dari 72 responden

sebanyak 44 (61,1%) responden Tuntas dalam hasil belajar

matematika dan 28 (38,9%) responden tidak tuntas dalam hasil

belajar matematik, kemudian sebanyak 41 (58,3%) responden

memiliki Motivasi Belajar rendah dan sebanyak 39 (54,2%)

responden mengatakan peran pendidik kurang baik dalam

memberikan motivasi belajar matematika

2. Ada hubungan yang signifikan antara Motivasi Belajar dengan

Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP N 016 Kota

Jambi Tahun 2014. (P-Value = 0,011).

3. Ada hubungan yang signifikan antara Peran Pendidik dengan

Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP N 016 Kota

Jambi Tahun 2014. (P-Value = 0,036).


73

B. Saran

1. Bagi SMP N 016 Kota Jambi

Meningkatkan kualitas pendidikan di SMP N 016 Kota Jambi dalam

hal proses belajar mengajar terutama peran seorang pendidik

dalam memberikan motivasi terhadap siswa/i agar hasil evaluasi

belajar khususnya pelajaran matematika dapat menghasilkan nilai

yang memuaskan serta peran pendidik tidaklah hanya berhenti

sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu saja, karena tanpa

adanya peran sebagai motivator maka sia-sialah peran pendidik

sebagai sosok yang melakukan transfer ilmu yang bertujuan untuk

mempengaruhi motivasi belajar siswa sehingga siswa di SMP N

016 memiliki kualitas yang baik dalam pendidikan.

2. Bagi Stikes Prima Jambi

Meningkatkan profesionalisme sehingga terjadinya peningkatan

kualitas seorang Bidan Pendidik dalam memberikan pendidikan

kepada mahasiswa khususnya dalam meningkatkan prestasi

belajar. Dosen atau pendidik hendaknya memiliki sikap tidaklah

hanya berhenti sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu

saja tetapi sebagai motivator. Oleh karena itu pendidik harus

tampil meyakinkan sebagai pakar dan tidak melakukan kesalahan

dalam mentransfer ilmu dan memberi motivasi, penampilan

pendidik harus maksimal serta informasi tentang pendidikan yang


74

disampaikan harus jelas dan digunakan dalam bahasa yang pas,

tepat dan mengandung motivasi bagi mahasiswanya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat melakukan penelitian lanjutan yang terkait dengan Prestasi

Belajar dengan variabel yang berbeda serta di lingkungan yang

berbeda pula.

Anda mungkin juga menyukai