Anda di halaman 1dari 5

TUGAS EPIDEMIOLOGI

LAPORAN BAB 8
Keracunan Clostridium Botulinum Berasalkan Kacang yang Diawetkan

Disusun Oleh :

Isnaini Nur Hafizah 25-2016-027

Tri Agustina 25-2016-070

Ayunda Sean Setiawan 25-2026-080

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL

BANDUNG

2018
Kasus : Keracunan Clostridium Botulinum
Berasalkan Kacang yang Diawetkan

Seorang dokter perusahaan menelpon Anda dan melaporkan terjadinya penyakit dengan
gejala saraf. Dari 40 orang pekerja, 7 orang menjadi sakit (3 orang wanita dan 4 orang pria). Dua
orang pria bekerja sebagai pencetak, bekerja dengan tinta dan bahan pelarutnya, satu orang lagi
bekerja sebagai type setter, pekerjaannya adalah mengetik dan dapat terpapar pelarut. Seorang
wanita bekerja di tata usaha, seorang lagi sebagai pembaca proof reader, dan wanita lainnya
bekerja di kafetaria; ketiga wanita ini tidak terpapar bahan kimia tetapi merekalah yang pertama-
tama menjadi sakit. Gejala yang ditemukan adalah melihat dobel, kelopak mata cenderung turun,
otot lemah, sesak napas, kesemuanya merupakan gangguan saraf. Dua penderita harus masuk
rumah sakit karena memerlukan ventilasi mekanis.

Data menunjukkan bahwa baik wanita maupun pria sama-sama terkena, begitu pula
dengan usia; semua kelompok usia terkena sakit. Penyakit terjadi pada akhir bulan September.
Tidak ada pekerja dari bagian khusus yang terserang penyakit. Oleh karenanya perlu dicari
hubungan penyakit dengan hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Dokter
menganalisis bahwa kemungkinan terjadi keracunan organofosfat, infeksi, dan botulisme.
Kriteria klinis yang khas adalah terjadinya kelumpuhan yang progresif ke arah badan bagian
bawah.

Yang masuk rumah sakit akhirnya ada empat orang, satu orang meninggal karena
komplikasi pernapasan, yakni koki kafetaria, yang juga merupakan kasus indeks. Seluruh
penderita akhirnya berjumlah 14 orang tetapi yang dianggap khas menderita botulisme dua orang
(gejala pada yang lain tidak spesifik). Apabila penyakit itu betul botulisme maka kemungkinan
sumbernya adalah makanan dari kafetaria. Untuk melihat apakah ada hubungan dengan kafetaria
data yang terkumpul diatur ke dalam matriks sebagai berikut:

Sakit Tidak Sakit


Makan di Kafetaria 6 7
Tidak Makan di Kafetaria 1 25

Pertanyaan:

1. Apakah penyakit ini tergolong akut (mendadak) atau kronis (menahun)?

2. Hitung Attack Rate!

3. Hitung CFR!

4. Hitung RR!

5. Jelaskan mengapa diperlukan kriteria gejala penyakit?


6. Pemeriksaan lanjutan apa yang diperlukan untuk konfirmasi botulisme?

Jawaban :

1. Menurut data pada tabel antara yang makan di kafetaria dan yang tidak makan di kafetaria
dapat disimpulkan bahwa penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri Clostridium Botulinum
berasal dari makanan. Penderita yang makan di kafetaria dan yang tidak makan di kafetaria
mengalami efek yang sama. Tapi jumlah yang makan di kafetaria tidak sakit lebih sedikit
dari pada yang tidak makan di kafetaria dan jumlah yang sakit lebih banyak dari yang tidak
makan di kafetaria. Diketahui agent tersebut berasal dari makanan maka penyakit yang
ditimbulkan oleh bakteri Clostridium Botulinum adalah Botulisme. Makanan adalah tempat
tinggal yang nyaman bagi Clostridium Botulinum sehingga mengakibatkan keracunan bagi
orang yang mengkonsumsi makanan tersebut. Efek keracunan yang ditimbulkan cukup
parah dan tidak dapat diprediksi. Dapat disimpilkan penyakit ini tergolong akut (mendadak)
karena apabila tidak dirawat dengan baik dan benar, maka tingkat kematian yang akan
tinggi.
Botulisme merupakan suatu nama penyakit sebenarnya keracunan makanan yang
disebabkan oleh Clostridium Botulinum yang terdapat di dalam makanan (menghasilkan
racun syaraf) dan dikonsumsi oleh manusia. Racun ini merupakan salah satu racun kuat yang
dikenal di alam. Dimana akut (mendadak) merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan suatu kondisi atau penyakit yang terjadi tiba-tiba, dalam waktu singkat, dan
biasanya menunjukkan gangguan yang serius.

2. Attack Rate merpakan jumlah penderita baru sebuah penyakit yang ditemukan pada suatu
waktu dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut pada
waktu yang bersamaan. Makin tinggi nilai AR, maka makin tinggi pula kemampuan
penularan penyakitnya.
Perhitungan AR pada kasus botulisme:
Jumlah Kasus Pada Suatu Penyakit
AR = Jumlah Populasi Yg Beresiko Pd Suatu Penyakit Pd Periode Tertentu × 100%

6
AR = 7 × 100 %
AR = 0,857 %
Angka ini menunjukkan bahwa orang-orang yang makan di kafetaria kemungkinan akan
mendapatkan penyakit botulisme sebesar 0,857 % dari orang yang tidak makan di kafetaria.
3. CFR (Case Fatality Rate) menjelaskan jumlah yang meninggal akibat penyakit tertentu saja.
Perhitungan CFR pada kasus botulisme:
Jumlah Penderita Yang Meninggal Pada Suatu Penyakit
CFR = × 100%
Jumlah Penderita Pada Suatu Penyakit
1
CFR = 14 × 100 %
CFR = 0,071 %
Angka ini menunjukkan bahwa orang-orang yang telah menderita penyakit botulisme
kemungkinan akan meninggal sebesar 0,071% dari penderita penyakit.
4. RR (Relative Risk) merupakan pengukuran kemungknan mendapatkan penyakit pada
kelompok yang terpajan dibandingkan kelompok yang tidak terpajan.
Perhitungan RR dalam kasus botulisme:
p1
RR =
p2
Dimana :
P1 : Proporsi faktor risiko positif
P2 : Proporsi faktor risiko negatif
6
P1 = P1 = 0,462
13

1
P2 = P2 = 0,077
13
0,462
RR =
0,077
RR = 6
Angka ini menunjukkan orang-orang yang makan di kafetaria mempunyai resiko menderita
botulisme dibanding orang-orang yang tidak makan di kafetaria sebesar 6 kali lebih besar.

5. Karena kriteria gejala penyakit dapat membantu mengidentifikasi penyakit untuk keperluan
penelitian epidemiologi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Kriteria penentuan
penyakit harus jelas. Tanpa kriteria yang jelas, maka tidak diketahui variabel yang akan
diukur.
Dalam kasus ini diperlukan kriteria gejala penyakit agar dapat diketahui kebenaran bahwa
penyakit yang diderita orang yang makan di kafetaria adalah botulisme dan disebabkan oleh
Clostridium Botulinum.
6. Pemeriksaan lanjutan untuk konfirmasi botulisme dapat dilakukan dengan cara penelitian
kasus kendali. Jika dengan penelusuran penyakit dengan mencari atribut orang (who),
tempat (where), dan waktu (when) telah ditemukan sumber penyakit maka usaha
pengendalian dilaksanakan. Akan tetapi, apabila setelah penelusuran data belum juga
ditemukan sumber dan penyebabnya maka perlu dilakukan analisis dengan model kasus
kendali.
Berikut ini adalah tabel kontingensi model kasus-kendali, tentang hubungan penyakit
botulisme dengan makanan di kafetaria.
(Sakit) (Tidak Sakit)
Makan di Kafetaria 6 7
Tidak Makan di Kafetaria 1 25

Dilihat dari tabel, orang yang makan di kafetaria baik yang sakit dan tidak sakit
hampir sama banyaknya. Sedangkan orang yang tidak makan di kafetaria, lebih banyak yang
tidak sakit, 1 orang orang yang sakit kemungkinan makan makanan yang sama seperti orang
yang makan di kafetaria. Biasanya Clostridium Botulinum terdapat pada makanan kaleng
atau makanan yang diawetkan, sehingga tidak menutup kemungkinan jika ada orang yang
memakan makanan kaleng/makanan yang diawetkan di tempat lain seperti yang dijual di
kafetaria menedrita botulisme.

Anda mungkin juga menyukai