Seorang wanita sehat berusia 58 tahun, saat menerima telepon menyadari bahwa pada
telinga sebelah kiri pendengarannya berkurang. Dia merasa telinganya penuh dan tinitus keras
ditelinga yang terganggu. Kemudian pada hari itu ia mengalami vertigo ringan selama beberapa
jam yang membaik keesokan paginya. Selama beberapa hari gejala yang dia rasakan
tidak berkurang meskipun dia sudah membersihkan telinganya menggunakan alat pembersih
Masalah Klinik
Insiden terjadinya tuli sensorik mendadak idiopatik (yaitu tuli sensorik unilateraltanpa sebab
yang jelas dan timbul kurang dari 72 jam) 5-10 per 100.000 orang pertahun. Halini seringkali
diabaikan karena membaik sendiri tanpa perlu pengobatan. Di United States,Eropa, dan Jepang
sekitar 7500 kasus tuli sensorik mendadak terjadi antara usia 43-53 tahun,dengan distribusi yang
sama antara pria dan wanita. Dari total tersebut, 28-57% pasien mengalami gejala
vestibular.Diduga pulihnya pendengaran tergantung dari derajat keparahan tuli. Pasien dengan
tuli yang ringan (mild) biasanya dapat pulih total, tuli sedang dapat pulih secara spontan namun
jarang pulih total kecuali dengan terapi, dan tuli berat jarang bisa pulih spontan maupun pulih
total. Prognosis pulihnya pendengaran pada pasien usia tua dan disertai gejala vestibular lebih
lainnya, 10-15% disebabkan oleh penyakit menier, trauma, autoimun, sifilis, Lyme,atau fistula
perilimfe. Selebihnya adalah idiopatik dan hampir selalu unilateral. Tuli mendadak bilateral yang
jarang sekali terjadi pada umumnya menggambarkan gangguan jiwa disebabkan proses
atau ensefalitis). Tuli sensorik mendadak bilateral sementara dapatdisebabkan penurunan tekanan
intrakranial secara tiba-tiba selama spinal tap atau setelahoperasi intrakranial.Masalah utama
pada tuli sensorik mendadak adalah keterlambatan diagnosis. Telingaterasa penuh, merupakan
gejala yang sering timbul, seringkali pasien maupun klinis.menganggap hal tersebut sebagai
akibat dari adanya serumen atau kongesti dari penyakit pernapasan bagian atas atau alergi.
Sejauh ini terbukti bahwa tuli sensorik yang menetap terjadi akibat keterlambatan dalam
pemberian terapi, sehingga sangat penting sekali untuk dapat mendiagnosis tuli sensorik
Tuli sensorik mendadak sering kali disertai dengan rasa penuh atau tekanan yang sangat pada
telinga dan tinitus. Pasien akan mendengar suara yang kasar dan menyimpang pada bagian
telinga yang sakit (seolah-olah mendengar pengeras suara yang “meledak”).Rasa penuh pada
telinga bukan merupakan tanda spesifik dan sering bukan disebabkan oleh gangguan telinga
bagian atas), langkah awal dalam mendiagnosis adalah denganmenentukan apakah gejala yang
menggunakan
telepon (misalnya, oleh seorangperawat klinik). Pasien harus secara eksplisit ditanya apakah
pendengaran berkurang. Pasiendapat memindahkan telepon dari telinga yang satu ke telinga atau
menaruh rambut disamping telinga pada setiap sisi untuk memeriksa asimetris pendengaran.
Untuk menilai apakah asimetris pendengaran jelas ini mungkin merupakan indikasi gangguan
pendengaran sensorineural, pasien harus diinstruksikan untuk bersenandung dan melaporkan
apakah suaradia terdengar lebih keras di salah satu telinga (lateralisasi). Pada tuli konduktif,
lateralisasi pada telinga yang sakit, sedangkan pada tuli sensorik, lateralisasi pada telinga yang
pada setiap telinga pasien dan memintanya untuk mengulangi dengan keras. Inspeksipada saluran
telinga dan membran timpani dengan penggunaan lampu pneumatik sangatpenting dilakukan
untuk menilai keutuhan membran (untuk menyingkirkan efusi telingatengah). Jika membran
timpani tidak tampak akibat terhalang oleh serumen yang tidak bisadikeluarkan atau dibersihkan
maka sebaiknya konsultasikan dengan spesialis THT. TesWeber dan Rinne harus dilakukan
dengan menggunakan garpu tala 512-Hz (Gambar. 2). Pemeriksaan neurologis terfokus harus
dilakukan untuk menilai apakah ada disfungsi sistempusat atau vestibular. Terutama penilaian
motilitas okular dan sinusoidal. Audiometri Audiogram lengkap, termasuk pengukuran ambang
dengar konduksi tulang dan udaradengan audiometri tutur dan nada murni ( pure tones ),
diperlukan untuk diagnosis definitif pada pasien yang curiga kehilangan pendengaran asimetri.
Ambang dengar dan audiometritutur menilai kerasnya dan kejelasan pendengaran, masing-
masing . Pada tulisensorik, sensitivitas terhadap suara disampaikan melalui rangsangan konduksi
tulang dan sensitivitas tersebut sama di telinga yang terkena, tetapi keduanya berkurang (yaitu,
ambang batas terangkat). Pada Tuli konduktif, konduksi tulang normal, tetapi ambang konduksi
Resonance Imaging (MRI) dari tulang temporal danotak diperlukan pada kasus tuli sensorik
demielinasi). Pada pasien yang tidak dapatdilakukan pemeriksaan MRI otak, pilihan lainnya
5 hari pengobatan.
yang lain, menyimpulkan bahwa manfaat terapi kortikosteroid, untuk tulisensorik mendadak,
tidak terbukti. Penggunaan kortikosteroid oral jangka pendek umumnya dikaitkan dengan
pertimbangan tentang manfaat dan ruginya, saat ini kortikosteroid oral diberikan maksimal
penurunan dosis 10 mg tiap 2 hari). Data mengenai perbandingan dosis atau waktu terapi
kortikosteroid terbatas. Sebuah penelitian menggunakan metode double blind , uji acak
dibandingkan pemberian 300 mg deksametason per hari selama 3 hari (3-daypulse) (diikuti
dengan 4 hari plasebo) menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap pemulihan
pendengaran. Efek samping pengobatan kortikosteroid antara lain peningkatan kadar gula darah
atau tekanan darah, perubahan mood, berat badan, gastritis, dangangguan tidur; efek tersebut
akan hilang saat obat dihentikan.Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pemulihan spontan
terjadi hampir dalam2 minggu pertama setelah timbulnya tuli sensorik mendadak. Banyak
penelitian mempelajari tentang hubungan antara durasi tuli sensorik mendadak sebelum
kortikosteroid dimulai dalam 1sampai 2 minggu pertama setelah gejala muncul, dan manfaatnya
menjadi berkurang jikadimulai 4 minggu atau lebih setelah onset symptoms. Beberapa pasien
pendengarannya pulih kembali dengan cepat dalam waktu 48 hingga 72 jam pertama setelah
pemberian awal
kortikosteroid, beberapa membaik sejak dimulainya pengobatan dan terus membaik setelah
pengobatan selesai, sedangkan yang lainnya tidak ada perbaikan. Proporsi pasien di masing-
masing kelompok tersebut tidak pasti. Semakin cepat respon terhadap kortikosteroid,
makaprognosisnya semakin baik, sedangkan pasien yang yang tidak membaik hingga
pengobatan selesai maka prognosisnya buruk. Gejala tinnitus dan rasa penuh di telinga
pendengaran.Akan sangat bijaksana jika terapi dimulai sedini mungkin, karena, masa yang
efektif untuk pengobatan tuli sensorik mendadak hanya 2-4 minggu. Idealnya, sebuah
audiogram harus dilakukan sebelum atau dalam waktu 24 hingga 48 jam setelah dimulainya
pengobatan untuk mendokumentasikan besarnya tuli sensorik tersebut. Jika pencitraan tidak
dapat diperoleh segera, pengobatan harus dimulai menunggu evaluasi ini. Peningkatan
pencitraan.Demielinasi lesi dapat memiliki respon yang berfluktuasi atau sementara terhadap
kortikosteroid, dan kadang-kadang, pembesaran akut dari neuroma akustik (misalnya,
beberapahari atau minggu. Injeksi Steroid Intratimpanik Sebagai pengganti kortikosteroid oral,
sebagai obat tetes telinga melalui tuba ventilasi(ventilating tube) atau "sumbu“ dari tabung
ventilasi menuju tingkap bundar di dinding medial telinga tengah. Alasan diberikan pengobatan
kortikosteroid intratimpanik karena dengan cara tersebut konsentrasi obat yang diberikan
menjadi tinggi di jaringan target dengan paparan sistemik yang minimal. Sama halnya dengan
terapi oral, data mengenai keberhasilan penggunaan kortikosteroid intratimpanik sebagai terapi
primer saat ini masih terbatas. Pada beberapa kasus, pendengarannya membaik meskipun
kortikosteroid intratimpanik sebagai "terapi penyelamatan" pada pasien yang tidak membaik
pendengaran lebih baik daripada plasebo atau tanpa pengobatan, namun penelitian ini kecil atau
retrospektif. Terapi Intratimpanik jauh lebih mahal daripada terapi oral, dengan biaya lebih dari $
Terapi lainnya
pendengaran batang otak, atau keduanya, meskipun ini kurang sensitif untuk mendeteksikelainan
Terapi MedikamentosaKortikosteroid Oral Terapi standar pada tuli sensorik mendadak adalah
pemulihan yang lebih signifikan dibandingkanplasebo (61% vs 32%, P <0,05). Namun ditempat
metode kohort) adalah sama dengan pemulihan yang terjadi tanpa mendapatkan terapi (65%).
dari 5% karbon dioksidadan 95% oksigen) atau plasebo. Penelitian ini sangat tidak bernilai: 41
subjek dipilih secara acak menjadi empat kelompok (yaitu kelompok yang mendapat perlakuan
kortikosteroid oral, Uji acak membandingkan antara penggunaan kortikosteroid sendiri dengan
kortikosteroid ditambah antivirus pada tuli sensorik mendadak telah gagal untuk menunjukkan
manfaat tambahan untuk terapi antivirus, dalam uji tersebut tidak ada kelompok plasebo.
Pengobatan lain, termasuk meperluas volume, antikoagulan, vasodilator inhalasi, obat herbal,
dan oksigen hiperbarik, telah diusulkan, tapi uji acak tersebut kurang adekuat untuk mendukung
manfaat klinisnya. Sebuah studi observasional retrospektif terhadap 112 pasien dengan tuli
sensorik mendadak yang diobati dengan tapered kortikosteroid setelah bolus dosis tinggi
intravena baik 600 mg atau 1200 mg hidrokortison menunjukkan hasil yang signifikan terhadap
pemulihan lengkap pada dosis yang lebih tinggi,namun uji acak dari pengobatan dengan dosis
semua pasien dengan gangguan pendengaran unilateral baru untuk meminimalkan risiko
gangguan pendengaran di telingayang sehat. Pertama, dilarang menyelam ( scuba diving ) karena
risiko cedera telinga antaralain pecahnya membran timpani (dilaporkan dalam 5,9% dari 709
telah kembali mendengar penuh setelah mengalami tuli sensorik mendadak harus waspada jika
kerentanan pada telinga yang terkena. Kedua, perlindungan kebisingan harus digunakan bila ada
indikasi. Trauma akustik dapat terjadi akibat paparan suara misalnya musik keras, suara alat-alat
listrik dan peralatan kebun. Penyumbat atau penutup telinga (earplugs atau earmuffs) dirancang
untuk perlindungan kebisingan, murah, banyak tersedia, dan sangat efektif biladigunakan dengan
benar. Akhirnya, periksa ke THT segera (yaitu, dalam waktu 24 jamsetelah timbulnya gejala)
Prognosis
Meskipun data jangka panjang kurang, ada kekhawatiran bahwa orang-orang yang pernah
mengalami tuli sensorik mendadak mungkin menghadapi risiko gangguan pendengaran yang
lebih tinggi semakin bertambahnya usia. Tidak ada bukti bahwa tuli sensorik mendadak lebih
sering terjadi pada telinga kontralateral dari orang yang terkena dibandingkan populasi umum.
Sebuah studi kohort prospektif baru-baru ini menyebutkan, stroke memiliki risiko sedikit lebih
besar (rasio resiko disesuaikan selama periode 5 tahunfollow up, interval kepercayaan 95%) di
antara pasien dengan tuli sensorik mendadak dibandingkan kelompok pembanding pasien yang
telah menjalani operasi usus buntu,meskipun masih perlu konfirmasi.Pasien yang secara
permanen pendengarannya tidak sembuh simetris, akan kehilangan kemampuan mereka untuk
melokalisasi darimana suara berasal. Pasien merasa tidak nyaman(misalnya, situasi dengan
lingkungan yang sangat bising, suara yang lemah, banyak orang bicara, atau pembicara yang
memiliki aksen asing). Meskipun kedua dapat dipakai dan implan yang tersedia untuk menerima
suara pada sisi telinga yang sakit dan menjadikan telinga tersebut lebih baik, alat bantu dengar
konvensional penggunaan terbatas jika telinga kontralateral normal, namun penggunaan pada
salah satu atau kedua telinga mungkin akan bermanfaat jika telinga kontralateral tidak
normal.Pada umumnya hal tersebut disarankan jika pasien dengan tuli sensorik mendadak telah
dilakukan pemantauan audiometri ulang selama satu tahun (yaitu, pada 2 bulan, 6 bulan,dan 12
memantau tanda-tanda kekambuhan di telinga yang sakit atau timbulnya gangguan pendengaran
di telinga kontralateral, yang akan memerlukan pertimbangan adanya penyakit lain (misalnya,
penyakit Meniere atau penyakit autoimun) yang mungkin telah salah didiagnosis sebagai tuli
sensorik mendadak. Terutama pada pasien dengan gangguan pendengaran frekuensi rendah,
selanjutnya akan terjadi gangguan pendengaran yang hilang timbul (berfluktuasi) dan serangan
vertigo yang mungkin terjadi dalam jangka waktu 3tahun. Penyakit Meniere juga telah
dilaporkan 4-8% merupakan penyebab tuli sensorik mendadak (yaitu, beberapa tahun setelah
onset) .
halnya kerusakan tertentu pada telinga bagian dalam. Kortikosteroid oral secara rutin digunakan
untuk pengobatan primer tuli sensorik mendadak, meskipun data ini untuk mendukung
kortikosteroid intratimpanik untuk terapi utama atau pengobatan bagi mereka yang
pendengarannya tidak membaik dengan awal terapi. Saat ini sedang berlangsung,sebuah uji
regimen kortikosteroid lain dan untuk mengevaluasi terapi selain kortikosteroid. Penelitian
longitudinal hasil jangka panjang masih kurang pada setiap pengobatan tuli sensorik mendadak.
Pedoman Tidak ada panduan untuk evaluasi atau pengelolaan tuli sensorik mendadak.
Pasien seperti wanita yang dijelaskan dalam kasus diatas, datang dengan keluhan telinga
tersumbat atau rasa penuh ditelinga unilateral, harus segera dievaluasi untuk kemungkinan tuli
sensorik mendadak. Tuli sensorik mendadak dianggap sebagai keadaan yang benar-benar darurat
oleh otologists, mengingat akan terjadinya pemulihan yang tidak maksimal jika terapi tertunda.
Gangguan pendengaran dapat dinilai melalui telepon (misalnya, dengan meminta pasien untuk
memindahkan telepon dari telinga ke telinga untuk perbandingan). Jika pendengaran berkurang,
pasien harus diminta untuk bersenandung dan melaporkan di sisi mana suara yang keras,
walaupun tes ini tidak sempurna, suara biasanya melokalisasi menuju ke telinga yang tuli
konduktif dan terdengar jauh pada telinga yang tulisensorik. Evaluasi dan audiogram lengkap
diindikasikan jika ada dugaan tuli sensorik. Jika audiogram menunjukkan adanya tuli sensorik
retrocochlear, seperti demielinasi penyakit, neoplasma, atau stroke. Dengan tidak adanya temuan
ini, maka dianggap sebagai tuli sensorik mendadak. Pengobatan tidak boleh ditunda, bahkan jika
(biasanya selama 2 minggu dan pemberian prednison oral, mulai dari 60 mg per hari, atau dosis
setara dengan metilprednisolon) adalah merupakan standar saat perawatan, menurut uji coba
secara acak diharapkan dapat memperbaiki atau mengembalikan pendengaran terutama karena
belum diketahui adanya terapi yang lebih efektif. Injeksi kortikosteroid Intratimpanik bisa
menjadi alternatif, terutama bagi pasien yang memiliki atau berisiko tinggi mengalami
komplikasi dengan terapi oral, meskipun bukti untuk mendukung strategi ini bahkan lebih
terbatas. Setelah mengalami tuli sensorik mendadak maka akan mudah menyebabkan kerusakan
pada satu telinga, sangat penting untuk melindungi telinga yang pendegaranya masih lebih baik
dari tekanan yang berlebihan (misalnya, tidak boleh menyelam) atau paparan terhadap
kebisingan. Jika gangguan pendengaran bertambah parah, tinitus, nyeri,atau keluar sekret telinga