Pendahuluan PDF
Pendahuluan PDF
PENDAHULUAN
Obat adalah sediaan farmasi yang merupakan hasil pencampuran satu atau
lebih zat aktif dalam jumlah yang tepat dan berada di dalam satu bentuk sediaan
Priyanto (2010) definisi obat adalah zat kimia yang dapat mempengaruhi jaringan
biologi serta mempengaruhi aktivitas fisik dan psikis yang meliputi pula bahan
dan sediaan obat yang dalam kemasan, diberi label dan penandaan yang memuat
pernyataan. Di pasaran dikenal istilah obat resmi dan tidak resmi, yang
didefinisikan sebagai obat resmi adalah obat atau bahan baku yang dimuat dalam
Farmakope yaitu buku yang memuat pembakuan bahan kimia dan disahkan
obat tidak resmi, tetapi boleh dipasarkan dengan izin dari Departemen Kesehatan.
veteriner tercantum dalam Indeks Obat Hewan Indonesia oleh Asosiasi Obat
Pertanian. Obat hewan adalah obat yang khusus dipakai oleh hewan dan
biasanya disingkat FOHI. FOHI mengatur segala hal yang berkaitan dengan
RI, 2009b).
dan Terapi (PFT) untuk digunakan di rumah sakit dan di revisi pada jangka waktu
tertentu. Formularium terdiri dari Daftar Obat Esential Nasional (DOEN) dan
Daftar Obat Tambahan (DOT), daftar ini dimasukkan kedalam formularium atas
usulan masing-masing staf medik fungsional dan melalui komite medik. Tiap-tiap
rumah sakit harus menyusun formularium sesuai dengan kepentingan rumah sakit
dan sesuai dengan daftar obat esential, termasuk obat-obat lain yang belum ada
sediaan generiknya, namun sangat dibutuhkan oleh rumah sakit dan telah disetujui
administrasi umum dan keuangan (Depkes RI, 2004a). Rumah sakit hewan adalah
2
sarana yang dibangun untuk menunjang kesehatan hewan. Rumah Sakit Hewan
(RSH) Prof. Soeparwi didirikan selain sebagai Rumah Sakit pendidikan juga
kesehatan yang meliputi upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Obat
dan alat kesehatan merupakan salah satu komponen terbesar dalam pengeluaran
belanja rutin Rumah Sakit. Pada rumah sakit pemerintah tersedia subsidi bagi
rumah sakit tersebut, berbeda keadaannya dengan Rumah Sakit Hewan yang tidak
mendapatkan subsidi dari pihak manapun. Menurut Quick, dkk (1997) anggaran
belanja obat di rumah sakit mencapai 40 % dari seluruh anggaran rumah sakit,
sehingga manajemen obat merupakan salah satu aspek penting sebuah rumah
sakit. Tujuan manajemen obat adalah tersedianya obat saat dibutuhkan baik jenis,
Studi tentang manajemen rumah sakit sudah sangat sering kita dengar,
sedangkan studi yang mengulas tentang rumah sakit hewan belum mempunyai
referensi yang bisa dijadikan pathokan. Referensi yang selama ini hanya mengacu
disebut dunia veteriner. Dari observasi awal terlihat bahwa ada beberapa
perbedaan pada manajemen, baik struktur, fungsi maupun standar yang diterapkan
3
di rumah sakit umum dan rumah sakit hewan. Hal ini dimungkinkan karena
adanya perbedaan jenis subjek pasien yang ditangani dengan ke-khasan dari jenis
rumah sakitnya, misalnya pada rumah sakit hewan jumlah kandang identik dengan
jumlah kamar pada rumah sakit umum, contoh lainnya lagi adalah pada rumah
sakit umum mempunyai dokter bedah yang berbeda dengan dokter umum dan
dokter ahli anestesi, di dunia kedokteran hewan terutama di Indonesia, hal ini
belum dilakukan, dokter hewan yang berpraktik di rumah sakit hewan bisa juga
bertugas menjadi dokter penyakit dalam, dokter bedah, dokter anesthesi bahkan
Dunia veteriner secara umum berdiri di atas dua kaki yang sama penting,
yaitu peternakan dan medis. Hal ini disebabkan karena dunia veteriner selain
tindakan pembedahan. Dari bidang yang digeluti, dapat dilihat adanya kekhususan
yang diterapkan di dalam sebuah rumah sakit hewan. Peran apoteker yang sangat
vital dalam siklus manajemen obat di rumah sakit umum, tidak di dukung oleh
adanya regulasi yang mengatur keberadaan tenaga kesehatan tersebut pada sebuah
anggota tim Panitia Farmasi dan Terapi belum dimiliki oleh RSH Prof. Soeparwi,
memiliki proses yang berbeda, seperti contohnya dalam proses seleksi obat, peran
farmasis dalam memilih obat yang akan digunakan, baik jumlah, jenis maupun
bentuk sediaan obatnya (Dumoulin, 1998), peran ini diambil alih oleh para dokter
hewan, sehingga ada kemungkinan tidak sesuainya obat yang di seleksi dengan
kebutuhan untuk rumah sakit hewan tersebut, di karenakan keinginan dari masing-
masing dokter hewan yang bertugas untuk membeli obat yang diinginkannya. Hal
ini bisa mengakibatkan tidak sesuainya jenis dan jumlah obat yang diinginkan
dengan pola penyakit yang terjadi sehingga bisa memicu pembengkakan biaya,
menjadi lebih singkat karena tidak menggunakan tender terlebih dahulu. Obat
untuk hewan, para dokter hewan juga masih menggunakan obat yang di produksi
untuk manusia. Hal ini disebabkan masih terbatasnya obat hewan yang beredar di
Indonesia, baik yang di produksi perusahaan dalam negeri maupun obat yang di
import dari luar negeri. Pengadaan obat khusus untuk hewan tentunya akan
5
berbeda dengan pola pengadaan obat yang digunakan oleh manusia, baik dari sisi
regulasi maupun dari sisi pengadaan itu sendiri. Penjualan obat hewan biasanya
dilakukan oleh tenaga dokter hewan maupun tenaga kesehatan hewan dan
pengadaan langsung, sedangkan untuk obat yang digunakan secara umum oleh
C. Keaslian Penelitian
Rumah Sakit Hewan Prof. Soeparwi UGM, penelitian dengan pola yang sejenis
Perbedaannya adalah pada tempat, waktu dan objek penelitian serta indikator
yang digunakan.
C. Tujuan Penelitian
Prof. Soeparwi pada tahun 2009-2012 yang meliputi tahap selection (seleksi),
D. Manfaat Penelitian
sebagai berikut :
7
a. Sebagai acuan dalam pembentukan Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Departemen Pertanian.
veterinernya.
sakit Hewan