Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Gonore dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh
Neisseria gonorrhoeae. 1
2.2. Etiologi dan Epidemiologi
Penyebab gonore adalah gonokok yang ditemukan oleh NEISSER pada tahun
1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk dalam grup
Neisseria dan dikenal ada 4 spesies, yaitu N.gonorrhoeae dan N.meningitidis yang
bersifat pathogen serta N.catarrhalis dn N.pharyngis ini sukr dibedakan kecuali
dengan tes fermentasi.
Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8
u dan panjang 1,6 u , bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan perwarnaan
gram bersifat Gram negative, terlihat diluar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama
di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39 0 c, dan
tidak tahan cat desinfektan.
Secara morfologik gonokok ini terdiri dari atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang
mempunyai pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili
dan bersifat nonvirulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan
reaksi radang.
1
Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah dengan mukosa epitel kuboid
atau lapis gepeng yang belum berkembang (immatur) , yakni pada vagina wanita
sebelum pubertas.
2.3. Patogenesis
2.4.Gejala Klinis
Masa tunas sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2 – 5 hari,
kadang – kadang lebih lama dan hal ini disebabkan karena penderita telah mengobati
diri sendiri, tetapi dengan dosis yang tidak cukup atau gejala sangat samar sehingga
tidak cukup atau gejala sangat samar sehingga tidak diperhatikan oleh penderita. Pada
wanita masa tunas sulit ditentukan karena pada umumnya asimtomatik.
Gambaran klinis dan komlikasi gonore sangat erat berhubungannya dengan
susunan anatomi dan faal genitalia. Oleh karena itu perlu pengetahuan susunan
anatomi genitalia pria dan wanita. Berikut ini dicantumkan infeksi pertama dan
komplikasi, baik pada pria maupun pada wanita.kelainan yang timbul akibat hubungan
kelamin selain cara genito-genital, pada pria dan wanita dapat berupa orofaringitis,
prokititis, dan konjungtivitis.
Servisitis
Dapat asimtomatik, kadang – kadang menimbulkan rasa nyeri pada punggung
bawah. Pada pemeriksaan, serviks tanpak merah dengan erosi dan secret
mukopurulen. Duh tubuh akan terlihat lebih banyak, bila terjadi serviksitis akut atau
deisertai vaginitis yang disebaabkan oleh Trichomonas vaginalis.

2.5.Diagnosis
Diagnosis ditegagkan atas dasar anamnesis , pemeriksaan klinis, dan
pemeriksaan penunjang.

2.6. Diagnosis Banding

2.7. Pemeriksaan Penunjang


1) Sediaan Langsung
Pada pemeriksaan langsung dengan pewarnaan Gram akan ditemukan
gonokok negative-Gram, intraselular dan ekstraselular. Bahan duh tubuh pada

2
pria diambil dari daerah fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari
uretra, mura kelenjar Bartholin, serviks, dan rectum.
2) Kultur
Untuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan (kultur). Dua macam media
yang dapat digunakan :
a) Media transport
Contoh Media Transpor
 Media Stuart
Hanya untuk transport saja, sehingga perlu ditahan kembali
pada media pertumbuhan
 Media Transgrow
Media ini selektif dan nutritive untuk N.gonorrhoeae dan
N.meningitidis dalam perjalan dapat bertahan hingga 96 jam dan
merupakan gabungan media transport dan media pertumbuhan,
singga tidak perlu ditnam pada midia pertumbuhan. Media ini
merupakan modifikasi media Thayer Martin dengan
menambahkan trimethoprim untuk mematikan Proteus Spp.
b) Media pertumbuhan
Contoh Media pertumbuhan
 Mc Leod’s chocolate agar
Berisi agar coklat, agar serum, dan agar hidrokel. Selain kuman
gonokok, kuman – kuman yang lain juga dapat tumbuh.
 Media Thayer Martin
Media ini selektif untuk mengisolasi gonokok. Mengandung
vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman positif –
Gram, kolestrimetat untuk menekan pertumbuhan bakteri
negative-gram, dan nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur
 Modified Thayer Martin Agar
Isinya ditambah dengan tremetoprim untuk mencegah
pertumbuhan kuman Proteus spp.
3) Tes definitive
a. Tes oksidasi

3
Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p-fenilendiamin
hidroklorida 1% ditambahkan pada koloni gonokok tersangka. Semua
Neisseria memberi reaksi memberi reaksi positif dengan perubahan
warna koloni yang semula bening berubah menjadi merah muda
sampai merah lembayung
b. Tes fermentasi
Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai
glukosa, maltose, dan sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan
glukosa.
4) Tes beta-Laktamase
Pemeriksaan beta-laktamase dengan menggunakan cefinase TM disc. BBL
961192 yang mengandung chromogenic cephalosporin, akan menyebabkan
perubahan warna dari kuning menjadi merah apabila kuman mengandung
enzim beta-laktamase.
5) Tes Thomson
Tes Thomson ini berguna untuk mengetaui sampai di mana infeksi sudah
berlangsung. Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena pengobatan pada
waktu itu ialah pengobatan setempat.
Pada tes ini ada syarat yang perlu diperhatikan.
 Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi
 Urin dibagi dalam dua gelas
 Tidak boleh menahan kencing dari gelas 1 ke gelas II.
 Syarat mutlak ialah kandung kencing harus mengandung air
seni paling sedikit 80-100 ml, jika air seni kurang dari 80 ml,
maka gelas II sukar dinilai karena baru menguras uretra
anterior.
Hasil pembacaan :
Gelas I Gelas II Arti
Jernih Jernih Tidak ada infeksi
Keruh Jernih Infeksi urethritis anterior
Keruh Keruh Panuretritis
Jernih Keruh Tidak mungkin

Jenis pemeriksaan Sensitivitas spesifisitas A B C


Gram :
Uretra 90-95 95-99 + + +
Endoserviks 45-65 90-99 + + +
Kultur :
Uretra 94-98 >99 +/- + +
Endoserviks 85-95 >99 +/- + +
A : klinik luar rumah sakit / praktek pribadi
B : klinik rumah sakit dengan fasilitas laboratorium terbatas
C : Riset laboratorium lengkap

Tentang rekomendasi pemeriksaan laboratorium dapat dilihat pada


table 54-1

2.8.Penatalaksanaan
2.9.Prognosis

BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. F.H.T


No rekam medik : 39 86 26
TTL : Jayapura, 16 februari `1997
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Dok V Atas
Tgl pemeriksaan : 11 Februari 2016
Tempat Pemeriksaan : Poli Klinik Kulit dan Kelamin

3.2 Anamnesis
 Keluhan Utama
Keputihan
 Riwayat Penyakit Sekarang

5
Pasien datang dengan keluhan keluar cairan dari daerah vagina,keluhan ini
dialami ± 2 minggu yang lalu sebelum datang ke poli klinik kulit dan kelamin.
Awal mulanya pasien belum pernah keluar cairan seperti ini, setelah pasien
berhubungan sekali sama pacarnya pasien merasa keluar cairan yang banyak dari
vagina dan berlendir (+) dan cairan yang keluar dari vagina berwarna
kekuningan, bau (-) dan Gatal (-) disangkal pasien, kemudian pasien
memeriksakan diri ke poli klinik kulit dan kelamin tetapi seminggu kemudian
pasien control ke poli klinik kulit dan kelamin dengan keluhan tidak ada
perubahan,cairan yang keluar tetap ada.

 Riwayat penyakit dahulu


Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.

 Riwayat penyakit keluarga


Tidak ada yang menderita seperti ini di dalam keluarga.

 Riwayat alergi
Riwayat alergi makanan dan obat-obatan tidak ada.

 Riwayat social
Pasien masih pelajar dan melakukan hubungan seks dengan pacar.

3.3 Pemeriksaan Fisik


Status generalisata
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital : TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/m
Respirasi : 20 x/m
Suhu Badan : 370 C
Kepala : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), oral
candidiasis(-)

6
Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar
tiroid (-), peningkatan JVP (-)
Thoraks
Inspeksi : simetris ikut gerak napas.
Palpasi : vocal premitus D=S
Perkusi : sonor ( paru ), pekak ( jantung )
Auskultasi : ves/ves, ronkhi -/-, wheezing (-/-), BJ I/II reguler

Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : supel, hepar/lien ( tidak teraba)
Perkusi : timpani.
Ekstremitas : akral hangat, edema (-), ulkus (-), capillary refill time < 2
detik

Status dermatologis
Lokalisasi / Sampel : Sekret Vagina
Hasil :
 Gram : Ditemukan banyak sekali sel PMN, banyak bakteri gram negative (-
) batang, beberapa bakteri gram positif (+) batang, dan ditemukan bakteri
Diplococcus gram negative (-) intraseluler dan ekstraseluller seperti biji
kopi.
 Natif : Tampak banyak sekali sel leukosit, banyak sel epitel dan banyak
bakteri.

3.4 Diagnosis Banding

3.5 Diagnosis Kerja


 Servisitis gonore Akut

3.6 Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan LHU Mikrobiologi
Hasil pengujian (LHU) :
7
3.7 Penatalaksanaa

Non medikamentosa
- Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan tempat tinggal
- Sebisa mungkin menghindari garukan agar lesi tetap kering dan bersih,
sehingga mengurangi resiko infeksi sekunder bakteri.

Medikamentosa
Kausatif:
- Griseovulfin 125 mg 1 x 1 ½ tab
- Ketoconazole cream 2 x app

Simtomatik :
- CTM ( chlorpheniramine maleat ) 1 x 1,6 mg  diberikan bila rasa
gatal.

3.8 Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungsionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam

BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien ini didiagnosis dengan tinea kapitis grey patch ringworm berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pada anamnesis pasien mengeluh timbul bercak-bercak putih dikepala, yang pada
awalnya hanya muncul satu bintik sebesar jarum pentol sedikit kemerahan yang lama
kelamaan melebar dan membentuk bercak . Keluhan lain yang dirasakan oleh penderita
adalah rasa gatal, rambut menjadi mudah patah, rapuh, rontok dan timbul kebotakan pada
8
daerah lesi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan: warna rambut menjadi abu-abu ( kusam )
dan tidak berkilat lagi.
Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa tinea kapitis sering
ditemukan pada anak-anak usia 3-14 tahun . Dimulai dengan timbulnya papul merah kecil
disekitar rambut, papul ini melebar dan membentuk bercak, yang menjadi pucat dan
bersisik. Keluhan penderita adanya rasa gatal. Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak
berkilat lagi. Rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya tanpa menimbulkan rasa
nyeri. Semua rambut pada daerah tersebut terserang oleh jamur, sehingga dapat terbentuk
alopesia setempat. Tempat-tempat ini terlihat sebagai grey patch.4,5
Pemeriksaan penunjang untuk membatu diagnosa tinea kapitis diantara:
pemeriksaan dengan lampu Wood, pada pemeriksaan ini dapat dilihat fuorosensi hijau
kekuning-kuningan pada rambut yang sakit melampaui batas-batas grey patch tersebut.
Pada kasus-kasus tanpa keluhan, pemeriksaan dengan lampu Wood ini banyak membantu
diagnosis. Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan lampu Wood.
Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan dengan larutan KOH. Konsentrasi larutan
KOH untuk sediaan rambut adalah 10 %. Pada sediaan rambut yang dilihat adalah spora
kecil ( mikrospora ) atau besar ( makrospora ). Spora dapat tersusun diluar rambut
(ektotriks) atau di dalam rambut (endotriks). Kadang-kadang dapat terlihat juga hifa pada
sediaan rambut. Pada pasien ini didapatkan hasil pemeriksaan KOH negatif. Hal-hal yang
dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan menjadi negatif diantaranya: kesalahan pada
laboratorium ( pengambilan sampel yang salah dimana yang seharusnya diambil adalah
rambut pasien namun pada pemeriksaan diambil pada kerokan kulit kepala pasien).
Pemeriksaan penunjang lain yang dapat membantu diagnosis tinea kapitis adalah
pembiakan skuama dalam media agar saburaud. Dimana pemeriksaan ini berguna untuk
menentukan spesies jamur. Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan tersebut.
Dari beberapa pemeriksaan penunjang yang telah disebutkan diatas hanya
pemeriksaan KOH yang dilakukan untuk membantu diagnosis pada pasien ini. Walaupun
dari hasil pemeriksaan KOH didapatkan hasil jamur negative (-). Namun dari anamnesis
dan temuan klinis yang khas sudah cukup membantu untuk menegakkan diagnosis pada
pasien ini yaitu tinea kapitis grey patch ringworm. Tinea kapitis grey patch merupakan
tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh genus microsporum.
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah griseovulfin tab 125 mg yang
merupakan gold standar untuk tinea kapitis. Ketoconazole cream sebagai terapi ajuvan.
Dan diberikan CTM sebagai terapi simtomatis.
9
BAB V
KESIMPULAN

Tinea kapitis merupakan kelainan pada kulit kepala dan rambut yang disebabkan
oleh spesies dermatofita (Microsporum dan Trichophyton). Didalam klinis tinea kapitis
dibagi dalam 3 bentuk: gery patch ringworm, kerion dan black dot ringworm. Gold standar
pengobatan untuk tinea kapitis adalah griseovulfin.
Telah dibahas kasus seorang anak laki-laki umur 4 tahun. Dengan diagnosis tinea
kapitis grey patch ringworm. Telah diberikan terapi sesuai dengan standar pengobatan
untuk tinea. Pasien dianjurkan kontrol seminggu kemudian untuk mengetahui respon
terhadap terapi dan mengevaluasi keluhan subyektif maupun tanda obyektif yang masih
ada.
10
Prognosis pasein ini baik. Penyakit ini dapat sembuh tetapi perlu adanya edukasi
bahwa penyakit ini dapat kambuh kembali jika imunitas penderita menurun, higiene
sanitasi yang jelek. Sehingga penderita diharuskan menjaga kesehatan dan kebersihan diri.

11

Anda mungkin juga menyukai