Anda di halaman 1dari 33

ASKEP DENGAN PRURITUS

DI SUSUN OLEH :

VARA AL KAUTSARINA
14172011

PROGRAM STUDY KONSEP DASAR KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ABULYATAMA TAHUN 2018

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan karunia-Nya saya dapat
menyelesaikan penulisan makalah dengan judul Asuhan keperawatan pruritus. Shalawat
beserta salam tak lupa pula kita hanturkan ke pangkuan nabi akhir zaman Muhammad
SAW beserta keluarga sahabat beliau sekalian.

Pada makalah ini akan membahas tentang pruritus (gatal) merupakan salah satu dari
sejumlah keluhan yang paling sering dijumpai pada gangguan dermatologik dengan sensasi
tidak menyenangkan di kulit yang menimbulkan keinginan untuk menggaruk.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan kami sendiri mengharapkan
kritikan dan saran, karena makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Terima kasih atas
dukungan segala pihak yang membantu kami.

Penyusun

Vara Al Kautsarina

2
DAFTAR ISI
ASKEP PRURITUS.............................................................................................................1

A. DEFINISI...................................................................................................................1

C. ETIOLOGI.................................................................................................................3

D. EPIDEMIOLOGI......................................................................................................4

E. MANIFESTASI KLINIS...........................................................................................5

F. PATOFISIOLOGI.....................................................................................................6

A. PEMERIKSAAN PENUNJANG.............................................................................8

H. PENATALAKSANAAN............................................................................................9

I. HEALTH EDUCATION.........................................................................................11

3
ASKEP DENGAN PRURITUS

A. DEFINISI
1. Pruritus (gatal) merupakan ketidaknyamanan utama sampai tingkat ringan atau
berat pada inflamasi kulit (Long, BC, 1996)
2. Pruritus (gatal-gatal) merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling
sering dijumpai pada gangguan dermatologik yang menimbulkan gangguan rasa
nyaman dan perubahan integritas kulit jika pasien meresponnya dengan garukan
(Brunner dan Suddarth, 2002)
3. Pruritus adalah gejala dari berbagai penyakit kulit, baik lesi primer maupun lesi
sekunder, meskipun ada pruritus yang ditimbulkan akibat faktor sistemik non-
lesi kulit. Pruritus yang tidak disertai kelainan kulit disebut pruritus esensial
(pruritus sine materi). (Djuanda A., 2007)

Jadi, pruritus (gatal) merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering
dijumpai pada gangguan dermatologik dengan sensasi tidak menyenangkan di kulit
yang menimbulkan keinginan untuk menggaruk. Pruritus yang hebat menyebabkan
pasien menggaruk kulit lebih dalam dan lama, sehingga kadang kulit bisa sampai
berdarah karena sensasi nyeri ditoleransi lebih baik daripada rasa gatal. Pruritus yang
tidak disertai kelainan kulit disebut sebagai pruritus esensial (pruritus sine materi).

B. KLASIFIKASI
Berdasarkan jenisnya pruritus dibagi menjadi:
1. Pruritus Primer adalah pruritus tanpa adanya penyakit dermatologi atau alat
dalam dan dapat bersifat lokalisata atau generalisata, bisa bersifat psikogenik
yang disebabkan oleh kompenen psikogenik yang memberikan stimulasi pada
itch centre.
2. Pruritus Sekunder adalah pruritus yang timbul sebagai akibat penyakit sistemik,
pada pruritus sistemik toksin-toksin metabolik mungkin tertimbun di cairan
interstisium dibawah kulit. (Djuanda A., 2007)
Klasifikasi pruritus berdasarkan patofisiologinya dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:
1. Gatal pruritoseptif adalah gatal yang berasal dari kulit dan terjadi akibat adanya
pruritogen, seperti kulit yang kering, terjadi inflamasi, serta terjadi kerusakan
kulit.
2. Gatal neuropatik adalah gatal yang terjadi akibat terdapat lesi di jaras aferen
penghantaran impuls, seperti neuralgia dan gangguan serebrovaskuler.
4
3. Gatal neurogenik adalah gatal yang berasal dari pusat (sentral) tanpa disertai
keadaan patologis. Contohnya adalah sumbatan kantung empedu yang akan
meningkatkan kadar senyawa opioid yang akan memicu timbulnya pruritus.
4. Gatal psikogenik adalah gatal yang cenderung ditimbulkan akibat aktivitas
psikologis dan kebiasaan berulang. Misalnya, ketakutan terhadap parasit
(parasitofobia) dapat menyebabkan sensasi gatal. (Twycross R et al, 2003)

C. ETIOLOGI
Pruritus dapat disebabkan oleh faktor eksogen atau endogen.
1. Eksogen, misalnya dermatitis kontak iritan (pakaian, logam, benda asing),
dermatitis kontak allergen (makanan, karet, pewangi, perhiasan, balsem, sabun
mandi), rangsangan oleh ektoparasit (serangga, tungau, skabies, pedikulus, larva
migrans) atau faktor lingkungan yang membuat kulit lembab atau kering.
2. Endogen, misalnya reaksi obat atau penyakit sistemik seperti gangguan ginjal,
gangguan metabolik (DM, hipertiroidisme, dan hipotiroidisme), dan stress
psikologis yang menyebabkan meningkatnya sensitivitas respon imun.
Seringkali kausa secara klinis belum diketahui.(Moscella, 1986)
Pruritus dapat disebabkan oleh berbagai macam gangguan. Secara umum, penyebab
pruritus dapat diklasifikasikan menjadi lima golongan, yaitu:
1. Pruritus local
Pruritus lokal adalah pruritus yang terbatas pada area tertentu di tubuh.
Penyebabnya beragam, diantaranya:
a. Kulit kepala : Seborrhoeic dermatitis, kutu rambut
b. Punggung : Notalgia paraesthetica
c. Lengan : Brachioradial pruritus
d. Tangan : Dermatitis tangan, dll.

2. Gangguan sistemik
Beberapa Gangguan Sistemik Penyebab Pruritus
a. Gangguan ginjal seperti gagal ginjal kronik.
b. Gangguan hati seperti obstruksi biliaris intrahepatika atau ekstrahepatika.
c. Endokrin atau metabolik seperti diabetes mellitus, hipertiroidisme,
hipoparatiroidisme, dan myxoedema.
d. Gangguan pada darah seperti defisiensi seng (anemia), polycythaemia,
leukimia limfatik, dan Hodgkin's disease.

3. Gangguan pada kulit

5
Penyebab pruritus yang berasal dari gangguan kulit sangat beragam. Beberapa
diantaranya, yaitu dermatitis kontak iritan dan alergi, kulit kering, prurigo
nodularis, urtikaria, psoriasis, dermatitis atopic, folikulitis, kutu, scabies, miliaria,
dan sunburn.

4. Pajanan terhadap factor tertentu


Pajanan kulit terhadap beberapa factor, baik berasal dari luar maupun dalam
dapat menyebabkan pruritus. Faktor yang dimaksud adalah allergen atau bentuk
iritan lainnya, urtikaria fisikal, awuagenic pruritus, serangga, dan obat-obatan
tertentu (topical maupun sistemik; contoh: opioid, aspirin).

5. Hormonal
Dua persen dari wanita hamil menderita pruritus tanpa adanya gangguan
dermatologic. Pruritus gravidarum diinduksi oleh estrogen dan terkadang terdapat
hubungan dengan kolestasis. Pruritus terutama terjadi pada trimester ketiga
kehamilan, dimulai pada abdomen atau badan, kemudian menjadi generalisata. Ada
kalanya pruritus disertai dengan anoreksi, nausea, dan muntah. Pruritus akan
menghilang setelah penderita melahirkan. Ikterus kolestasis timbul setelah
penderita mengalami pruritus 2-4 minggu. Ikterus dan pruritus disebabkan oleh
karena terdapat garam empedu di dalam kulit. Selain itu, pruritus juga menjadi
gejala umum terjadi menopause. Setidaknya 50% orang berumur 70 tahun atau
lebih mengalami pruritus. Kelainan kulit yang menyebabkan pruritus, seperti
scabies, pemphigoid nodularis, atau eczema grade rendah perlu dipertimbangkan
selain gangguan sistemik seperti kolestasis ataupun gagal ginjal. Pada sebagian
besar kasus pruritus spontan, penyebab pruritus pada lansia adalah kekeringan kulit
akibat penuaan kulit. Pruritus pada lansia berespon baik terhadap pengobatan
emollient. (Djuanda, 2007)

D. EPIDEMIOLOGI
Pruritus mengenai 20% orang dewasa di Amerika Serikat dengan sekitar 40-50% di
dasari oleh penyakit penyerta sitemik :
1. Renal pruritus mengenai sekitar 60% pasien CRF yang mendapat HD. Pasien
yang tidak mendapat HD prevalansinya sekitar 30%.

6
2. Pasien kolestasis dengan sirosis bilier primer 60% mengalami pruritus.
3. Pasien polisitemia vera 48-70% mengalami pruritus aquagenik.
4. Hipertiroidisme menyebabkan priritus sekitar 4-11%, umumnya pada pasien
yang tidak mendapat terapi/penanganan adekuat. Sedangkan prevalensi pruritus
untuk hipotiroidisme dan DM tidak diketahui dengan pasti karena lebih jarang
terjadi.

5. Prevalensi pruritus yang berhubungan dengan keganasan sangat sedikit, sekitar


1-8%. Didominasi oleh Hodgkin limfoma sekitar 35% dari jumlah keseluruhan
dan 10% oleh non-hodgkin lymphoma (NHL).

E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Brunner dan Suddarth (2000), manifestasi klinis pruritus adalah
1. Garukan, sering lebih hebat pada malam hari

Pruritus secara khas akan menyebabkan pasien mengaruk yang biasanya


dilakukan semakin intensif pada malam hari. Pruritus tidak sering dilaporkan pada
saat terjaga karena perhatian pasien teralih pada aktivitas sehari-hari. Pada malam
hari dimana hal-hal yang bisa mengalihkan perhatian hanyalah sedikit, keadaan
pruritus yang ringan sekalipun tidak mudah diabaikan.

2. Ekskoriasi, kemerahan, area penonjolan pada kulit

Pada garukan akut dapat menimbulkan urtikaria, sedangkan pada garukan kronik
dapat menimbulkan perdarahan kutan dan likenifikasi (hasil dari aktivitas menggaruk

7
yang dilakukan secara terus menerus dengan plak yang menebal). Apabila garukan
dilakukan dengan menggunakan kuku dapat menyebabkan ekskoriasi linear pada
kulit dan laserasi pada kukunya sendiri.

3. Rasa gatal yang hebat dapat menyebabkan ketidakmampuan pada individu dan
menganggu penampilan pasien. Dalam beberapa kasus, gatal yang terjadi
biasanya disertai dengan nyeri dan sensasi terbakar.

F. PATOFISIOLOGI
Pruritus dapat disebabkan oleh faktor eksogen atau endogen.
Faktor eksogen, misalnya dermatitis kontak iritan (pakaian, logam, benda asing),
dermatitis kontak allergen (makanan, karet, pewangi, perhiasan, balsem, sabun mandi),
rangsangan oleh ektoparasit (serangga, tungau, skabies, pedikulus, larva migrans) atau
faktor lingkungan yang membuat kulit lembab atau kering. Faktor endogen, misalnya
reaksi obat atau penyakit sistemik seperti gangguan ginjal, gangguan metabolik (DM,
hipertiroidisme, dan hipotiroidisme), dan stress psikologis yang menyebabkan
meningkatnya sensitivitas respon imun. Seringkali kausa secara klinis belum diketahui
(Moscella, 1986).
Kulit kering dan pajanan terhadap faktor tertentu (zat kimia dan rangsangan fisik
dan mekanik, misalnya logam) akan mengakibatkan kerusakan kulit oleh pruritogen.
Penyakit sistemik seperti gangguan ginjal akan meningkatkan ureum serum yang
berkontribusi sebagai agen pruritogenik. Gangguan metabolism seperti DM,
hipertiroidisme dan hipotiroidisme juga merupakan penyebab timbulnya pruritus, selain
itu penyebab lainnya seperti penyakit hepar akan menyebabkan kolestasis (sumbatan
kantung empedu) yang dapat meningkatkan sintesis senyawa opioid. Faktor lain seperti
stress yang juga berpengaruh terhadap timbulnya pruritus karena stress meningkatkan
sensitivitas respon imun, hal ini mengakibatkan sistem imun melepaskan mediator

8
inflamasi secara berlebihan dan menyebabkan substansi P mensensitisasi nosiseptor secara
kimiawi. Proses imunologi sebagai salah satu faktor endogen lainnya disebabkan karena
terpapar bahan allergen (pewangi, pengawet, perhiasan, pewarna rambut, balsam, karet)
akan mengakibatkan reaksi imunologi (allergen terikat dengan protein membentuk antigen
lengkap, antigen ditangkap dan diproses oleh makrofag dan sel langerhans, antigen yang
telah diproses dipresentasikan oleh sel T, sel T berdiferensiasi dan berploriferasi
membentuk sel T efektor yang tersensitisasi secara spesifik dan sel memori, tersebar ke
seluruh tubuh menyebabkan keadaan sensitivitas yang sama di seluruh kulit tubuh, dan
apabila terpapar bahan allergen kembali maka akan menstimulasi ujung saraf bebas di
dekat junction dermoepidermis, kemudian merangsang epidermis dan percabangan serabut
saraf tipe C tak termielinasi. Selanjutya, korteks serebri mempersepsikan stimulus gatal
melalui jaras asenden yang memicu timbulnya pruritus dan adanya scratch reflexes (reflex
garuk akibat eksitasi terhadap reseptor pruritus). Stimulasi serabut saraf C hingga
dipersepsikannya rasa gatal oleh korteks serebri juga menjadi patofisiologi pruritus yang
disebabkan oleh faktor eksogen (lingkungan yag mengakibatkan kulit kering) serta faktor
endogen (stress psikologik, hormonal, dan penyakit sistemik).
Pruritus merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering dijumpai
pada gangguan dermatologik yang menimbulkan gangguan rasa nyaman dan perubahan
integritas kulit jika pasien meresponnya dengan garukan. Reseptor rasa gatal tidak
bermielin, mempunyai ujung saraf mirip sikat (peniciate) yang hanya ditemukan dalam
kuit, membrane mukosa dan kornea (Sher, 1992 dalam Brunner&Suddart 2002). Garukan
menyebabkan terjadinya inflamasi sel dan pelepasan histamine oleh ujung saraf yang
memperberat pruritus yang selanjutnya menghasilkan rasa gatal dan menggaruk.
Meskipun pruritus biasanya disebabkan oleh penyakit kulit yang primer dengan terjadinya
ruam atau lesi sebagai akibatnya, namun keadaan ini bisa timbul tanpa manifestasi kulit
apapun. Keadaan ini disebut sebagai esensial yang umumnya memiliki awitan yang cepat,
bisa berat dan menganggu aktivitas hidup sehari-hari yang normal. Pruritus juga dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan integritas kulit akibat kerusakan kulit (erosi, ekskeriasi)
yang dipicu oleh rangsangan dari saraf motorik.

9
A. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dibutuhkan untuk mengetahui penyebab pruritus walaupun
pemeriksaan klinis juga bisa menandai adanya kelainan sistemik tertentu. Pemeriksaan yang
bisa dilakukan untuk mendiagnosis kemungkinan pruritus karena penyakit penyerta sistemik
antara lain :

No. Jenis Pemeriksaan Temuan Penyerta Jenis Pruritus


Sistemik
1 Hitung darah - Hct > 65% Polisitemia Pruritus
- Peningkatan
lengkap (CBC) Vera Hematologis
MCV, >98 fl
- RBC normal Anemia
atau <2,8 defisiensi besi
juta/mm3
- Hb menurun,
<10gr/dl
- Penurunan
MCV, MCH,
MCHC
2 Kadar vitamin B12 Peningkatan, Polisitemia
serum >900pg/ml Vera
3 TIBC (Total Iron Peningkatan, >360 g/dl Anemia
Binding Capacity) defisiensi besi
4 BUN (Blood Urea - BUN > 40 CRF Pruritus Renal
Nitrogen), serum mmol/l
kreatinin atau>120 mg%
- Level serum
kreatinin
>90 mmol/l
atau >10 mg%
5 AFP Peningkatan level Kolestasis Prurius
Bilirubin direk, Kolestasis
indirek
6 USG Abdomen Obstruksi bilier primer Kolestasis
7 Level TSH, T3- - TSH menurun, Hipertiroidisme Pruritus
bebas T3-bebas Endokrin
meningkat

10
- TSH Hipotiroidisme
meningkat, T3-
bebas menurun
8 Chest Radiography Limfadenopati Hodgkin Pruritus
mediastinum lymphoma malignansi

H. PENATALAKSANAAN
Pada gatal yang tergeneralisasi dan terjadi hampir di seluruh tubuh, pasien
sebaiknya tetap dalam keadaan tubuh yang dingin dan menghindari udara panas.

Hindari konsumsi alkohol dan makanan yang pedas. Penggunaan menthol secara
topikal dapat menimbulkan sensasi dingin melalui persarafan reseptor TPR nosiseptor
dan dapat menekan terjadinya gatal.

Penatalaksanaan pruritus sangat bergantung pada penyebab rasa gatal itu sendiri.
Sementara pemeriksaan untuk mencari penyebab pruritus dilakukan, terdapat beberapa
cara untuk mengatasi rasa gatal sehingga menimbulkan perasaan lega pada penderita,
yaitu:

1. Penatalaksanaan secara medis :


a. Pengobatan topical:
1) Losion calamine. Losion ini tidak dapat digunakan pada kulit yang kering dan
memiliki batasan waktu dalam pemakaiannya karena mengandung phenols.
2) Losion menthol/camphor yang berfungsi untuk memberikan sensasi dingin.
3) Pemakaian emmolient yang teratur, terutama jika kulit kering.
4) Kortikosteroid topical sedang untuk periode waktu yang pendek.
Kortikosteroid secara topikal maupun sistemik cenderung tidak menimbulkan
efek antipruritus dan jika efek antipruritus terlihat, maka ini lebih disebabkan
penekanan efek inflamasi.
5) Antihistamin topical sebaiknya tidak digunakan karena dapat mensensitisasi
kulit dan menimbulkan alergi dermatitis kontak.

b. Medikasi Oral
Pengobatan dengan medikasi oral mungkin diperlukan, jika rasa gatal cukup parah
dan menyebabkan tidur terganggu:
1) Aspirin: efektif pada pruritus yang disebabkan oleh mediator kinin atau
prostaglandin, tapi dapat memperburuk rasa gatal pada beberapa pasien.
2) Doxepin atau amitriptyline: antidepresan trisiklik dengan antipruritus yang
efektif. Antidepresan tetrasiklik dapat membantu rasa gatal yang lebih parah.

11
3) Antihistamin:. Antihistamin memiliki efek yang kurang baik, kecuali pada
pruritus yang dicetuksan terutama akibat aksi histamin. Contohnya adalah
urtikaria. Antihistamin yang tidak mengandung penenang memiliki
antipruritus. Antihistamin penenang dapat digunakan karena efek penenangnya
tersebut
4) Thalidomide terbukti ampuh mengatasi prurigo nodular dan beberapa jenis
pruritus kronik.
Secara ringkas, obat-obat yang bekerja secara perifer antara lain antagonis H1,
agonis H3, antagonis SP, antagonis TRPV1, agonis CB1, antagonis PAR-2.
Sementara yang bekerja secara sentral adalah gabapentin (untuk gatalneuropati),
talidomit (mensupresi persarafan), mirtazapin, inhibitor uptake serotonin, dan opioid
miu antagonis atau agonis kappa (Burton G, 2006)

2. Penatalaksanaan secara keperawatan :


Upaya lain yang berguna untuk menghindari pruritus, diantaranya mencegah faktor
pengendap, seperti pakaian yang kasar, terlalu panas, dan yang menyebabkan
vasodilatasi jika dapat menimbulkan rasa gatal (misalnya Kafein, alcohol, makanan
pedas). Jika kebutuhan untuk menggaruk tidak tertahankan, maka gosok atau garuk
area yang bersangkutan dengan telapak tangan.
Untuk gatal ringan dengan penyebab yang tidak membahayakan seperti kulit kering,
dapat dilakukan penanganan sendiri berupa:
a. Mengoleskan pelembab kulit berulang kali sepanjang hari dan segera setelah
mandi.
b. Mandi rendam dengan air hangat suam-suam kuku
c. Tidak mandi terlalu sering dengan air berkadar kaporit tinggi..
d. Kamar tidur harus bersih, sejuk dan lembab
e. Mengenakan pakaian yang tidak mengiritasi kulit seperti katun dan sutra,
menghindari bahan wol serta bahan sintesis yang tidak menyerap keringat.
f. Menghindari konsumsi kafein, alkohol, rempah-rempah, air panas dan keringat
berlebihan.
g. Menghindari hal-hal yang telah diketahui merupakan penyebab gatal.
h. Menjaga higiene pribadi dan lingkungan.
i. Mencegah komplikasi akibat garukan dengan jalan memotong kuku.

I. HEALTH EDUCATION
Sebagian besar terapi lesi kulit ditujukan untuk mengurangi atau meredakan
pruritus, yakni keluhan subjektif yang paling sering ditemukan pada pasien dengan

12
gangguan kulit. Adapun manajemen pruritus yang kami dapat di Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik (Donna L. Wong, 2009) adalah :

1. Menyejukan area yang terkena dan meningkatkan PH kulit dengan cara mandi air
dingin atau kompres dingin dengan tujuan untuk menurunkan stimulasi eksterna ke
area luka
2. Kompres alkalin (misalnya mandi dengan baking soda) dengan tujuan untuk
meningkatkan PH kulit, bantu mencegah untuk menggaruk kembali area yang gatal.
3. Pakaian dan alas tidur hendaknya terbuat dari bahan yang lembut dan ringan dengan
tujuan untuk mencegah iritasi akibat gesekan
4. Yang paling utama adalah diusahakan sedapat mungkin tidak menggaruk bagian yang
gatal
5. Pada anak dengan pemahaman yang kurang dan kurangnya sikap kooperatif mereka
terhadap manajemen ini, dapat dilakukan peggunaan alat seperti mitten (sejenis
sarung tangan) terutama waktu anak tidur karena reflek menggaruk pasti tidak
disadari anak sewaktu tidur
6. Memastikan agar kuku jari anak tetap pendek, dipotong dengan baik guna mencegah
infeksi sekunder (Wong, hal : 1330)
7. Penggunaan kompres dingin, batu es atau bedak dingin yang mengandung mentol
dan kamfor yang menimbulkan vasokonstriksi
8. Antihistamin seperti difenhidramin (Benadryl) yang diresepkan dengan takaran
sedatif pada saat akan tidur malam merupakan obat yang efektif untuk menghasilkan
tidur yang nyenyak dan menyenangkan.
Obat anthistamin nonsedasi seperti terfenadin (Seldane) harus dipakai untuk meredakan
pruritus pada siang harinya.

13
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRURITUS KARENA DERMATITIS
KONTAK ALERGEN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
 Nama : Tn.B
 Umur : 60 Tahun
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Pendidikan : SD
 Pekerjaan : Buruh
 Status perkawinan : Menikah
 Agama : Hindu

14
 Suku : Bali
 Alamat : Br. Ulundesa, Beratan Kediri Tabanan
 Tanggal masuk : 12 Februari 2015
 Tanggal pengkajian : 12 Februari 2015
 Sumber Informasi : Pasien
 Diagnosa masuk : Dermatitis kontak allergen

2. Status kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
 Keluhan utama:
Gatal di seluruh tubuh.

 Alasan masuk Rumah Sakit dan perjalanan penyakit saat ini:


Klien datang dengan keluhan gatal-gatal pada seluruh tubuh disertai rash.
Pada bagian lutut pasien terdapat lesi yang diakibatkan karena garukan yang
kontinu dan keras. Pasien mengatakan bahwa gatal-gatal muncul sejak 1
bulan yang lalu sejak pasien menggunakan sabun mandi dengan merek yang
berbeda. Pasien sebelumnya tidak pernah memeriksakan gatalnya karena
menganggap bahwa gatal akan segera sembuh. Dalam hal ini, pasien
mengatakan bahwa intensitas gatal meningkat pada malam hari dan gatal
tidak terasa saat bekerja. Semenjak terdapat lesi akibat garukan, pasien
akhirnya memeriksakan gatalnya ke rumah sakit.

b. Status Kesehatan Masa Lalu


 Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan tidak pernah gatal-gatal sebelumnya.
 Riwayat alergi
Pasien sebelumnya tidak pernah mengalami riwayat alergi.

3. Riwayat Penyakit Keluarga:


Pasien mengatakan tidak ada yang memiliki riwayat penyakit menular seperti
Asma, HIV, dan Hepatitis.

4. Riwayat pengobatan atau terpapar zat


Pasien mengatakan tidak pernah memeriksakan dan mengobati gatalnya karena
menganggap bahwa gatal akan segera sembuh, dan pasien mengatakan bahwa

15
gatal-gatal muncul sejak 1 bulan yang lalu sejak pasien menggunakan sabun mandi
dengan merek yang berbeda

5. Pola Fungsional Gordon


a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan:
Pasien mengatakan tidak pernah minum obat sebagai bentuk penanganan
terhadap penyakitnya maupun ke dokter untuk mengkonsultasikan gatalnya.
Pasien mengatakan tidak mengetahui penyebab spesifik dari penyakit yang
dialaminya. Dalam hal menghadapi penyakit, pasien dan keluarga jarang
berkonsultasi dengan tenaga kesehatan dan lebih sering pergi ke balian untuk
menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi, namun pasien tidak
mengetahui cara mengatasi agar rasa gatalnya berkurang. Pasien juga binggung
saat melihat beberapa bagian kulitnya berwarna kemerahan.
Masalah keperawatan: Defisiensi Pengetahuan

b. Nutrisi atau metabolik:


Pasien mengatakan pola makan pasien baik, pasien dapat menghabiskan 1
porsi makanan orang dewasa sebanyak 2-3 kali sehari dan pasien dapat
menghabiskan air kurang lebih 6 gelas perhari atau sekitar 1500ml/hari.

c. Pola eliminasi:
Pasien mengatakan BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek, warna kuning
kecoklatan, dan pasien mengatakan BAK 5-6x /hari dengan kosistensi warana
kuning darah (-), nyeri (-).

d. Pola aktivitas dan latihan


Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan aktivitas. Pasien sehari-hari
menjalankan aktivitas sebagai buruh dimulai dari pukul 08.00 WITA,
beristirahat selama 30 menit dari pukul 12.00 WITA dan kembali ke rumah
pukul 17.00 WITA, dan pasien mengatakan saat dia bekerja (melalukan
aktivitas) rasa gatalnya tidak terasa.
e. Pola tidur dan istirahat:
Pasien mengatakan pada saat aktivitasnya berkurang (malam hari), pasien
merasa bahwa gatal pada kulitnya memiliki intensitas yang meningkat.

16
Masalah keperawatan: ganguan rasa nyaman

f. Pola kognitif-perseptual
Pasien mengatakan tidak memiiki masalah pada panca inderanya seperti
perabaan, penghidu, pengecap, penglihatan dan pendegaran pasien.

g. Pola persepsi diri/konsep diri


Citra diri : pasien mengatakan menyukai semua bagian tubuh pasien,
terutama bagian rambut yang hitam. Namun, semenjak
pasien mengalami gatal-gatal, ia merasa kesal saat melihat
kulitnya yang kemerahan terutama bagian yang terkelupas
karena digaruk.

Identitas : pasien mengenal dengan jelas dirinya, dimana pasien


tinggal, serta mengenal setiap anggota keluarganya.

Peran : pasien mengatakan bahwa dalam keluarga, ia berperan


sebagai kepala rumah tangga yang memimpin, mengayomi,
dan menafkahi keluarga. Namun, dalam masyarakat, pasien
berperan sebagai anggota banjar yang cukup aktif terutama
dalam menghadiri rapat.

Ideal diri : pasien sempat bercerita bahwa ia bercita-cita untuk bisa


diterima bekerja di kota. Namun, untuk saat ini, salah satu
keinginan pasien adalah sembuh dari gatal-gatal yang
dialaminya sehingga ia bisa kembali bekerja.

Harga diri : pasien mengatakan malu dengan penyakitnya sehingga


pasien selalu memakai kemeja panjang untuk menutupi
kulitnya.
Masalah keperawatan: gangguan citra tubuh

h. Pola seksual dan reproduksi


Pasien mengatakan sudah menikah dan berjenis kelamin laki-laki. Dalam hal
ini, pasien dianugerahi 2 anak dalam pernikahannya. Pasien mengatakan tidak
pernah mengalami penyakit pada organ reproduksi, misalnya gatal hingga urin
berwarna tidak normal.

17
i. Pola peran-hubungan
Pasien mengatakan sebelum dan sesudah sakit hubungan dengan keluarganya
baik. Keluarga mendukung pasien terutama dalam penyembuhan ke tenaga
kesehatan.

j. Pola manajemen koping stress


Pasien mengatakan ia dapat mengalihkan masalah yang dihadapinya dan saat
pasien tidak nyaman, pasien mampu untuk mengatasi ketidaknyamanan
tersebut. Dalam hal keluhannya saat ini, pasien tidak mengalami stress
psikologis yang berarti walaupun ia merasa tidak nyaman dengan gatal-gatal
yang dialaminya.

k. Pola keyakinan-nilai
Pasien mengatakan bahwa ia menganut agama hindu dan sembahyang secara
rutin yaitu 1-2x sehari. Saat ditanya berkaitan dengan kepercayaan, pasien
memiliki kepercayaan bahwa balian dapat menyembuhkan penyakit. Namun,
berkaitan dengan kepercayaan yang dapat mengganggu kesehatannya misalnya
larangan memotong rambut dan kuku selama sakit, pasien dan keluarganya
cukup percaya akan tetapi belum pernah menerapkan larangan tersebut selama
ia gatal-gatal.

6. Pengkajian 7 ciri lesi kulit


a) Pasien gatal-gatal pada seluruh tubuh dan terdapat rash. Pada bagian lutut
pasien terdapat lesi yang diakibatkan karena garukan yang kontinu dan keras.
b) Pasien mengatakan tidak menderita alergi, asma sebelumnya.
c) Pasien mengatakan bahwa gatal-gatal muncul sejak 1 bulan yang lalu sejak
pasien menggunakan sabun mandi dengan merek yang berbeda, sehingga
pasien terdapat bintik kemerahan pada kulitnya.
d) Pasien mengatakan terjadi bintik-bintik kemerahan dan rasa gatal pada
kulitnya. Pasien tidak tahan dengan gatalnya sehingga pasien menggaruk-garuk
kulitnya sehingga terdapat lesi pada lututnya.
e) Lesi pasien tersebut muncul akibat garukan yang terlalu kontinu dan keras
f) Pasien mengatakan sebelumnya menggunakan sabun dengan merek yang
berbeda sejak 1 bulan yang lalu.

18
g) Pasien mengatakan bekerja di bawah paparan sinar matahari tetapi pasien tidak
pernah gatal-gatal pada kulitnya. Pasien juga mengatakan sejak mengganti
merek sabun yang berbeda sejak 1 bulan yang lalu pasien menjadi gatal-gatal
pada tubuhnya.
7. Pemeriksaan diagnostik
a) Hitung darah lengkap (CBC)
b) Kadar vitamin B12 serum
c) TIBC (Total Iron Binding Capacity)
d) BUN (Blood Urea Nitrogen), serum kreatinin
e) AFP Bilirubin direk, indirek
f) USG Abdomen
g) Level TSH, T3-bebas
h) Chest Radiography

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Analisis Data

NO. DATA INTERPRETASI MASALAH


KEPERAWATAN
1. DS: Terpapar bahan allergen
- Pasien mengeluh (sabun mandi) Kerusakan Integritas
gatal dan intensitas Kulit
Reaksi imunologi: allergen
gatal bertambah di terikat dengan protein
membentuk antigen lengkap
malam hari.
- Pasien mengatakan Antigen ditangkap dan diproses
selalu menggaruk oleh makrofag dan sel
Langerhans
bagian yang gatal.
- Pasien mengatakan Dipresentasekan oleh sel T
19
Sel T berdiferensiasi
Tersebar ke sirkulasi membentuk
dan sel
sensitivitas
TStimulasi
Merangsang
efektor
Inflamasi
ujung
dan
Scratch
Korteks
sama sel
epidermis
saraf
direflex
dan
serebri
bebas
tersensitisasi
(refleks
dan
pelepasan
seluruh kulit
di
seecara
dekat
percabangan
junction
spesifik saraf
dermoepidermal
dan seltipe C tak
memori
histamine
mempersepsikan
menggaruk)
Terpapar oleh ujung
allergen
termielinasi gatal
saraf
kembali
jika gatal
menggaruk dengan
kuku, namun
terkadang juga
dengan telapak
tangan. Menimbulkan ruam dan lesi
- Pasien mengatakan
bahwa telah 1 bulan
menggunakan
sabun mandi
dengan merk baru
dan sejak itu sering
merasakan gatal
yang hilang timbul.

DO:
- Pada inspeksi kulit,
terlihat adanya
ruam di tangan,
kaki, hingga kulit
abdomen.
- Pada bagian sekitar
lutut, ditemukan
Kerusakan Integritas Kulit
adanya eksoriasi
(goresan).

2. DS:
- Pasien mengatakan Gangguan Rasa
rasa gatal yang Nyaman
meningkat di
malam hari
menyebabkan sulit
tidur.
- Pasien mengatakan

20

Korteks serebri
Gangguan Rasa Nyaman
mempersepsikan gatal
tidak mampu untuk
relaks.

DO:
- Pasien terkadang
tampak merintih
karena lesi pada
bagian lutut.
- Pasien tampak
gelisah karena
pruritus yang
dirasakannya.

3. DS:
- Pasien mengatakan Gangguan Citra
malu akibat adanya Tubuh
bekas lesi karena
garukan, terutama
di bagian kaki.

DO:
- Pasien tampak
menutupi bagian
yang gatal-gatal
dengan
mengenakan celana

21

Inflamasi
Scratchsel
Menimbulkanreflex
dan (refleks
ruampelepasan
dan lesi
Gangguan Citra Tubuh
histamine
menggaruk)
oleh ujung saraf
panjang dan baju
berlengan panjang.

4. DS:
- Pasien mengatakan Defisiensi
selalu menggaruk Pengetahuan
bagian kulit yang
gatal dengan kuku,
kecuali pada bagian
yang terasa perih
digaruk dengan
telapak tangan.
- Pasien mengatakan
telah mengalami
gatal-gatal selama
kurang lebih 1
bulan, akan tetapi

22
Defisiensi
Pengetahuan
tidak mengerti cara
menanganinya.

DO:
- Pasien merupakan
lulusan SD.

2. Diagnosa Keperawatan

1. Kerusakan integritas kulit b.d zat kimia (bahan atau komposisi sabun) ditandai
dengan kerusakan lapisan kulit (lesi, erosi, dan rash).

2. Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit dermatitis kontak allergen
(gatal-gatal yang tidak dapat diabaikan) dan risiko munculnya manifestasi
sekunder seperti ekskoriasi, infeksi, dan perubahan pigmentasi) ditandai dengan
gangguan pola tidur, melaporkan rasa gatal.

3. Gangguan citra tubuh b.d penyakit (dengan mekanisme klinis adanya pruritus)
ditandai dengan mengungkapkan persepsi yang mencerminkan perubahan
pandangan tentang tubuh individu dalam penampilan (mengenakan celana
panjang dan baju lengan panjang untuk menutupi bagian kulit yang ruam).

4. Defisiensi pengetahuan b.d kurang pajanan informasi dan keterbatasan kognitif


(lulusan SD) ditandai dengan mengungkapkan masalah (dan tidak memahami
cara menangani pruritus).

23
24
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional

Kerusakan Integritas Setelah dilakukan tindakan NIC Label:


kulit berhubungan keperawatan selama 3x24 jam Skin Surveillance
1. Dari cara menginfeksi kulit dapat
dengan zat kimia diharapkan kerusakan integritas 1. Inspeksi kulit, lihat adanya
mengetahui penanganan selanjutnya
(bahan atau komposisi pasien berkurang dengan kriteria kemerahan, lesi, erosi.
yang akan diberikan kepada pasien.
sabun) ditandai dengan hasil: 2. Memantau terjadinya infeksi untuk
NOC Label:
kerusakan lapisan kulit mencegah tanda-tanda awal
Tissue Integrity Skin: Skin and
(lesi, erosi, dan rash) 2. Pantau kemungkinan terjadinya terjadinya infeksi.
Mucous Membranes
1. Lesi teratasi infeksi, terutama pada area yang
terjadi kerusakan lapisan kulit
NOC Label: (lesi).
Allergic Response Localized
NIC Label:
1. Ruam kemerahan berkurang 1. Untuk meminimalkan kerusakan
Skin Care: Topical Treatments
integritas jaringan akibat garukan.
1. Ajarkan klien untuk tidak
menggaruk terlalu keras atau
menggaruk dengan
menggunakan ujung – ujung
2. Menggunakan terapi farmakologi
jari dan telapak tangan (bukan

25
kuku) obat antiinflamasi topikal dapat
2. Lakukan tindakan delegatif
mengurangi terjadinya peradangan
dengan memberikan obat
pada kulit
topical anti inflamasi pada area 3. Agar dapat mengetahui tanda-tanda
kulit yang terjangkit, bila awal bila terjadi lesi, ruam kembali,
dianjurkan. sehingga dapat dilakukan
3. Lakukan pemantauan pada
penatalaksanaan dengan segera.
kulit secara berkala.

Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan NIC Label:


berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam Pruritus Management
1. Pruritus diakibatkan oleh berbagai
gejala terkait penyakit diharapkan dapat meningkatkan 1. Tentukan penyebab dari pruritus
penyebab, sehingga diperlukan
dermatitis kontak rasa nyaman pada pasien dengan (seperti kontak dermatitis,
penentuan penyebab yang pasti dari
alergen (gatal-gatal kriteria hasil: sistemik, pengobatan).
pruruitus tersebut agar dapat
yang tidak dapat NOC Label:
memberikan penanganan yang
diabaikan) dan risiko Discomfort Level
1. Gatal berkurang (gatal dapat tepat.
munculnya manifestasi
2. Menghindari timbulnya kembali
diabaikan pada malam hari)
sekunder (seperti 2. Beritahu pasien untuk
rasa gatal.
ekskoriasi, infeksi dan menghindari penggunaan sabun
perubahan pigmentasi) yang telah digunakan terakhir
ditandai dengan kalinya (yang telah menimbulkan
gangguan pola tidur, reaksi gatal)
3. Penyangga dapat membatasi
3. Aplikasikan penyangga/ penahan

26
melaporkan rasa gatal. lengan atau siku selama tidur. keinginan untuk menggaruk pada
saat pasien tertidur.
4. Berikan terapi antipruritus topikal,
4. Terapi antipruritus dan antihistamin
sesuai indikasi. Dan berikan obat
dapat menggurangi rasa gatal pada
oral antihistamin, sesuai indikasi.
pasien.
5. Instruksikan pasien untuk
5. Dengan menggunakan telapak
menggunakan telapak tangan
tangan untuk menggaruk untuk
untuk menggosok area yang gatal
mencegah terjadinya lesi pada kulit
atau menjepit ujung kulit secara
yang gatal.
lembut antara jempol dan telunjuk
untuk meredakan gatal.

Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan NIC Label:


berhunbungan dengan keperawatan selama 2x24 jam Body Image Inhancement
1. Gangguan citra diri akan menyertai
penyakit (dengan diharapkan dapat meningkatkan 1. Kaji adanya gangguan citra tubuh
setiap penyakit atau keadaan yang
mekanisme klinis citra tubuh pasien dengan kriteria (menghindari kontak mata,
tampak nyata bagi pasien, kesan
adanya pruritus) hasil: ucapan merendahkan diri sendiri)
orang terhadap dirinya berpengaruh
ditandai dengan NOC Label:
terhadap konsep diri
mengungkapkan Body Image 2. Pasien membutuhkan ruang untuk
1. Pasien dapat menyesuaikan 2. Berikan kesempatan kepada
persepsi yang didengarkan dan dipahami
diri dengan perubahan pasien untuk mengungkapkan
mencerminkan mengenai perasaanya terhadap
kondisi (penampilan) perasaan mengenai gangguuan
perubahan pandangan gangguan citra tubuh yang dialami,

27
tentang tubuh individu tubuhnya. citra tubuh yang dialami. nantinya perawat dapat mengetahui
dalam penampilan secara lebih jelas tentang
(mengenakan celana masalahnya.
panjang dan baju
lengan panjang) untuk 3. Agar dapat mengurangi persepsi
menutupi bagian kulit 3. Bantu klien dalam negatif klien tentang dirinya.
yang ruam. mengembangkan kemampuan
untuk menilai diri dan mengenali
4. Agar meningkatkan keinginan klien
masalahnya.
4. Bantu dan motivasi klien untuk untuk beradaptasi sehingga dapat
beradaptasi dengan kondisinya memulihkan situasi.
saat ini (misalnya dengan
membebaskan klien untuk
memilih pakaian untuk menutupi
kulitnya yang ruam akan tetapi
tetap motivasi klien agar tidak
merasa malu dan harga diri rendah
karena pruritus).

28
Defisiensi pengetahuan Setelah dilakukan tindakan NIC Label:
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 jam Teaching: Disease Process
1. Dapat mengetahui tingkat
kurang pajanan diharapkan dapat meningkatkan 1. Kaji pemahaman klien mengenai
pemahaman dan dapat memberikan
informasi dan pemahaman mengenai gangguan gangguan yang dialami.
penjelasan mengenai gangguan
keterbatasan kognitif yang dialami dengan kriteria
yang dialami oleh pasien
(lulusan SD) ditandai hasil: 2. Pemaparan mengenai peruritus
dengan NOC Label: 2. Jelaskan pada pasien mengenai akan menambah wawasan pasien
mengungkapkan Knowledge: Disease Process gangguan pruritus secara spesifik sehingga dalam penatalaksanaannya
1. Pasien paham akan
masalah (dan tidak (etiologi dalam hal ini yakni pasien menjadi lebih paham.
gangguan yang dialami.
memahami cara karena sabun yang digunakannya,
2. Pasien paham mengenai
menangani pruritus) tanda dan gejala, patofisiologi)
cara untuk menangani dan
beserta penatalaksanaanya (seperti
mencegah gangguan yang
penggunaan terapi antiprurius dan 3. Pencegahan tersebut dapat
timbul.
antihistamin) membantu pasien agar dapat
3. Diskusikan dengan pasien
menimasilir terjadinya hal yang
mengenai pencegahan terhadap
sama.
pruritus ataupun komplikasinya
seperti dengan menjaga
kebersihan diri dan mengikuti
dengan baik penatalaksanan yang
diberikan.

29
30
D. IMLPLEMENTASI

Implementasi dilakukan berdasarkan pada hasil anamnesa, diagnose keperawatan


yang ditegakkan, dan tujuan yang ingin dicapai. Namun, apabila di dalam
pelaksanaannya terjadi perubahan kondisi pasien, maka akan dilakukan analisis data
subjektif dan objektif kembali serta disusun rencana asuhan keperawatan selanjutnya
sehingga implementasi yang dilakukan dapat bersifat komprehensif dan mencapai
tujuan.

E. EVALUASI

a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan zat kimia (bahan atau komposisi
sabun) ditandai dengan kerusakan lapisan kulit (lesi, erosi, dan rash)
- S : keluarga pasien mengatakan merah-merah pada kulit pasien berkurang
- O : ruam tampak berkurang, tidak tampak penambahan lesi
- A : tujuan tercapai
- P : pertahankan kondisi klien,mengajarkan pasien melakukan pemantauan
secara berkala terhadap kemungkinan ruam maupun lesi yang dapat muncul
kembali

b. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit dermatitis


kontak allergen (gatal-gatal yang tidak dapat diabaikan) dan resiko munculnya
manifestasi sekunder (seperti ekskoriasi, infeksi dan perubahan pigmentasi)
ditandai dengan gangguan pola tidur dan melaporkan rasa gatal
- S : pasien mengatakan sensasi gatal mulai berkurang
- O:-
- A : tujuan tercapai
- P : pertahankan kondisi klien, menganjurkan pasien menghindari pemakaian
sabun yang dapat membuat gatal muncul kembali.

c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit (mekanisme klinis adanya


pruritus) ditandai dengan mengungkapkan persepsi yang mencerminkan perubahan
pandangan tentang tubuh individu dalam penampilan (menggunakan celana
panjang dan baju lengan panjang) untuk menutupi bagian kulit yang ruam.
- S:-
- O : pasien mulai terlihat menyesuaikan diri dengan kondisi tubuhnya sekarang,
seperti tidak menghindari kontak mata saat berbicara
- A : tujuan tercapai
- P : pertahankan kondisi klien
31
d. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi dan
keterbatasan kognitif ( lulusan SD) ditandai dengan mengungkapkan masalah (dan
tidak memahami cara menangani pruritus)
- S : 1. pasien mengatakan telah memahami penyebab timbulnya gatal-gatal
2. Pasien mengatakan mengetahui cara penangan terhadap gatal-gatal yang
dialaminya
3. Pasien mengetahui cara-cara menghindari (pencegahan) agar gatal (reaksi
alergi) tidak timbul kembali
- O : pasien mampu menjelaskan penyebab timbulnya gatal-gatal, serta mampu
menyebutkan cara penanganan dan cara pencegahan gatal-gatal
- A : tujuan tercapai
- P : pertahankan kondisi

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth , 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah. Terjemahan
Suzanne C. Smeltzer. Edisi 8. Vol 8. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Burton G. Pathophyisiology of pruritus. Australian College of Veterinary Scientists


Dermatology Chapter Science Week Proceeding. 2006;34(6):18-25

32
David F Butler, MD, Jared J Lund, MD, 2010. Pruritus and Systemic Disease. Diakses
tanggal 16 Februari 2015, dari www.emedicine.medscape.com

Djuanda A. Hamzah M. Aisah S. (editor). 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin: Edisi Kelima. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta

Dochterman, Joanne M. & Bulecheck, Gloria N. 2004. Nursing Interventions


Classification : Fourth Edition. United States of America : Mosby.
Elvina PA.2011. Hubungan rasa gatal dan nyeri.

Long, Barbara, C,. 1996. Keperawatan Medical Bedah, Volume 3. VAIA Pendidikan
Keperawatan Padjajaran: Bandung

Moorhead, Sue et al. 2008. Nursing Outcomes Classification : Fourth Edition. United
States of America : Mosby

Moscella SL. Hurley HJ.(editor). Dermatologu: third edition. Philadelphia: W.B. Saunders
Company; 1986. P.2042-7.

NANDA International. 2011. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-


2014. Jakarta : EGC.
Twycross R, Greaves MW, Handwerker H, Jones EA, Libretto SE, Szepietowski JC, et al.
Itch: scratching more than the surface. QJM 2003;96:7-26.

Wong, Donna L, dkk. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Volume 2. EGC: Jakarta

33

Anda mungkin juga menyukai