Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Mendengar pengobatan kemoterapi, mungkin penderita kanker akan merasa takut terhadap efek
samping yang terjadi. Efek yang paling sering terjadi adalah mual-muntah, kelelahan, rambut
rontok, dan sariawan. Bagaimana mengatasinya cian benarkan pasien kemoterapi sudah tertutup
kemungkinannya untuk mengandung?
OLEH DEPPY MARLINDA / DR. RINA METALAPA / MURUL FAUZIAH
Jika kita mendengar istilah kanker, maka yang terbayang adalah penyakit yang sangat
menakutkan dan pasien yang mengalaminya harus menjalani pengobatan kemoterapi.Ya, kanker
adalah penyakit yang ditandai dengan berlebihnya pertumbuhan sel-sel normal di daiam tubuh.
Bagian tubuh yang terkena meliputi hampir semua sel di dalam tubuh termasuk sel-sel darah.
Modalitas Terapi.
Ada 3 pilihan utama terapi kanker, tergantung dari jenis, stadium penyakit kanker serta keadaan
pasien yang bersangkutan. Ketiga modalitas terapi ini yaitu pernbedahan (operasi), penyinaran
(radiasi),dan kemoterapi. Ketiganya dapat digunakan secara tunggal, kombinasi, atau berurutan.
Selain itu, ada modalitas lain yang sedang dikembangkan untuk rnembunuh sel-sel kanker yaitu
imunoterapi.
Kapan kanker harus dioperasi atau diangkat? Serta pada jenis kanker yang seperti apa radiasi dan
kemoterapi digunakan? Dr. Nadia Ayu Mulansari, Sp.PD dari Divisi Hemato Onkologi
Departemen llmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM rnengatakan apabila ukuran tumor atau kanker
masih kecil dan belum rnengalami penyebaran ke organ lain maka cukup dilakukan
pengangkatan atau operasi. Sementara jika tumor atau kanker sudah berada dalam stadium lanjut
atau sel-sel kankernya sudah menyebar ke organ lain atau jaringan di sekitarnya, rnaka dilakukan
kombinasi radiasi dan kemoterapi. Kombinasi ini dilakukan sesuai kondisi pasien dan masing -
masing jenis kanker.
Kanker sendiri sebenarnya adalah istilah untuk suatu penyakit yang ditandai dengan pernbelahan
sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel - sel tersebut untuk menyerang jaringan biologis
lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan
migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis).
Kemoterapi.
Di masyarakat, istilah kemoterapi digunakan sebagai obat yang diberikan melalui infus untuk
mematikan sel-sel kanker. Padahal pengertiannya tidak hanya sebatas itu, demikian yang
dikatakan oleh Dr. Nadia. Istilah ini lebih tepat jika disebut sebagai systemic therapy yang terdiri
dari kemoterapi dan target therapy. Kemoterapi adalah obat yang tidak hanya membunuh sel-sel
kanker tapi juga mematikan sel-sel tubuh yang sehat. Sementara target therapy adalah
pengobatan yang hanya membunuh sel-sel kanker saja. Target therapy biasanya digunakan
sebagai pelengkap dari sytemic therapy. Meski efek sampingnya lebih sedikit dibandingkan
kemoterapi, karena cara kerjanya hanya membunuh sel-sel kanker, namun target therapy tidak
akan efektif jika digunakan secara tunggal. Kecuali pada pasien dengan kondisi tubuh yang
lemah seperti orang tua, penggunaan target therapy dapat dipertimbangkan.
Keduanya, baik kemoterapi dan target therapy, sangat baik digunakan secara kombinasi untuk
mengobati berbagai penyakit, termasuk kanker dan non-kanker. Hampir semua jenis kanker
darah seperti leukemia dan limfoma diterapi dengan cara ini.Sementara kebanyakan kanker
stadium lanjut seperti kanker usus yang sudah masuk aliran darah juga dapat diterapi dengan
systemic therapy. Selain itu, beberapa penyakit nonkanker seperti lupus terutama yang mengenai
ginjal atau nefrtitis lupus, anemia hemolitik, dan reumatoid arthitis dapat diterapi dengan cara
ini.
Dr. Nadia menambahkan kemoterapi biasanya digunakan pada kanker yang sudah menyebar,
yakni stadium 3 atau lebih, selsel kanker yang sudah masuk ke dalam aliran darah, serta kanker
yang sudah menginvasi ke kelenjar getah bening. Pengobatan dengan kemoterapi sudah menjadi
pilihan utama dibandingkan modalitas lain seperti pembedahan dan radiasi. Dengan kemoterapi,
obat yang rnasuk melalui infus akan menyebar ke seiuruh pernbuluh darah dalam tubuh
kemudian mernbunuh sel-sel kanker. Hal ini sesuai karena kemoterapi adalah pengobatan kanker
yang bersifat sistemik. Sementara sel-sel kanker yang sudah menyebar tidak dapat terjangkau
dengan modalitas pernbedahan atau radiasi saja yang bersifat lokal.
Terkadang kemoterapi dikombinasikan dengan radiasi atau penyi naran.Tindakan ini dilakukan
pada kondisi misalnya pada tumor ganas yang ukurannya besar. Radiasi digunakan untuk
memperkecil ukuran tumor. Kemudian dilanjutkan dengan kemoterapi untuk membunuh sel-sel
kanker yang sudah menyebar. Dr. Nadia rnenambahkan, radiasi sebelum kemoterapi juga
digunakan apabila sel-sel kanker sudah menyebar ke otak.
Banyaknya jumlah pasien yang mengalami efek sarnping tersebut perlu mendapat perhatian. Hal
itu karena mual dan muntah akan mengganggu kelanjutan kemoterapi; karena pasien menjadi
kapok sehingga tidak mau lagi menjalani kemoterapi. Selain kapok, mual dan muntah
menyebabkan pasien mengalami gangguan metabolik, menurunnya nutrisi yang masuk ke dalam
tubuh dan dapat terjadi gangguan pada status mental dan psikologi pasien. Berbagai kondisi
tersebut menurunkan efektifitas kernoterapi.
Menurut Dr. Nadia, kemungkinan muntah saat kemoterapi bergantung pada beberapa faktor,
diantaranya pemilihan obat, dosis, dan jadwal kernoterapi.
Oleh karena itu, biasanya dokter akan memberikan obat anti-mual sebelum obat-obatan
kemoterapi dimasukkan melalui infus. Jadi, obat anti-mual tidak diberikan jika atau setelah
pasien mengeluh mual. Untuk mengatasi mual dan muntah ini, pengurangan dosis obat
kemoterapi tetap tidak boleh dilakukan. Hal ini bukanlah jalan keluar yang bijak karena sel-sel
kanker mungkin saja tidak akan mati dengan dosis obat yang dikurangi.
Sebelum menjalani pengobatan, dokter akan melakukan stratifikasi risiko. Masing-masing pasien
akan berbeda tingkat risikonya. Pasien muda tentu akan berbeda dengan pasien lansia. Begitu
juga dengan pasien anak, pasien wanita dan laki-laki. Hal ini berhubungan dengan efek samping
yang kemungkinan akan terjadi.
Perlu diingat bahwa obat - obatan kemoterapi akan membunuh tidak hanya sel - sel kanker,
melainkan juga sel-sel tubuh yang sehat. Oieh karena itu, efek samping seperti rambut rontok
akan sering terjadi. Selain itu, sel darah putih pun akan terkena lmbasnya. Fungsi sel darah putih
adalah sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi dari luar. Jika jumlah sel darah putih berkurang
akibat pengobatan kemoterapi, maka risikonya adalah pasien mudah terkena infeksi. Hal ini pun
kerap kali terjadi.
Mengenai efek samping, Dr. Nadia mengingatkan pasien harus benar-benar membicarakannya
dengan dokter, sebelum dan selama menjalani pengobatan. Terkadang sebelurn pengobatan,
pasien akan merasakan kekhawatiran yang berlebihan tentang pengobatan kemoterapi yang akan
dijalani. Tidak jarang pula mereka tertekan dengan perkataan orang lain yang mengatakan efek
samping kemoterapi yang menyeramkan. Pasien sebaiknya tidak menelan mentah - mentah
perkataan orang mengenai efek samping ini, sebab pasti akan berbeda pada setiap orang. Pasien
yang mengalami kerontokan rambut parah, belum tentu akan terjadi juga pada diri sendiri.
Mengenai kerontokan rambut ini, Dr. Nadia mengatakan bahwa hal ini sebenarnya tidak perlu
terlalu ditakuti, karena rambut akan kembali tumbuh dalam beberapa hari pasca kemoterapi.
Intinya, efek samping kemoterapi bersifat sementara, dapat kembali normal setelah kemoterapi
selesai," ungkap Dr.Nadia. “Faktor psikologis, sangat berpengaruh. Untuk itu, dibutuhkan
ketenangan dan kepercayaan diri dari pasien serta dukungan dari orang-orang terdekat, lanjutnya.
Berikut ini, beberapa tips untuk mengatasi efek samping kemoterapi dari Dr. Nadia:
Mual-Muntah:
Hindari situasi yang meningkatkan terkena infeksi, seperti orang sakit, orang yang baru
vaksinasi,dan keramaian.
Untuk mencegah infeksi, biasakan cuci tangan dengan sabun antiseptik dan air mengalir
sebelum makan.
Makanlah hanya makan yang telah dimasak matang, dan jika ingin mengkonsumsi
sayuran mentah, cucilah Lebih bersih dan bilas dengan air matang.
Mengatasi pendarahan:
Lakukan sikat gigi perlahan jangan menggunakan dental floss dan mouthwash yang
mengandung alkohol untuk mencegah gusi berdarah.
Jangan batuk atau buang ingus terlalu keras untuk sehingga tidak terjadi mimisan.
Banyak minum.
Gunakan lipbalm jika bibir kering, jangan dikelupas.
Jangan rnengedan saat BAB.
Jangan menggunakan alat cukur listrik.
Jangan meminum obat tanpa sepengetahuan dokter.
Hindari olahraga yang berbahaya.
Hindari makanan mentah atau keras dan konsumsi makanan yang berprotein tinggi,
seperti ayam, keju, dan telur.
Gunakan sepatu yang nyaman dipakai dan baju longgar.
Mengatasi Sariawan:
Kumur air garam / baking soda jangan mouthwash yang rnengandung alkohol.
Makan makanan yang lunak, tidak mengiritasi, asin, asam dan pedas.
Banyak minum dan makan rnakanan dingin atau pada suhu ruangan.
Sikat gigi dengan menggunakan sikat lembut.