Anda di halaman 1dari 33
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN, NOMOR KM 15 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGUSAHAAN. TALLY DI PELABUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa sebagai peraturan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999 tentang Angkutan di Perairan, ditetapkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.15 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Tally Di Pelabuhan; b. bahwa dalam rangka meningkatkan peranan dan independensi kegiatan tally dan menunjang sistem informasi muatan yang lebih akurat guna mendukung pola perdagangan internasional yang efektif, efisien serta_ kompetitif, tally di pelabuhan; dilakukan penataan terhadap penyelenggaraan dan pengusahaan c, bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, perlu menyempumakan pengaturan mengenai penyelenggaraan dan pengusahaan tally di pelabuhan, Peraturan Menteri Pehubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor Lembaran Negara Nomor 3493); tentang Pelayaran Memperhatikan : Menetapkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437); Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 187. Tambahan Lembaran Negara Nomor 3907); Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4145); Peraturan Presiden © Nomor 9 Tahun 2005 __ tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana _ telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006; Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 33 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut; Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.14 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Bongkar Muat Barang dari dan Ke Kapal; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 43 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan, sebagaimana telah __diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 37 Tahun 2006; Inpres No. 5 Tahun 2005 tentang Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional; MEMUTUSKAN: dengan mencabut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 15. Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Tally di Pelabuhan. PERATURAN —_ MENTERI PERHUBUNGAN —_TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGUSAHAAN TALLY DI PELABUHAN. BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Kegiatan tally adalah kegiatan usaha menghitung, mengukur, menimbang dan membuat catatan mengenai muatan, untuk kepentingan pemilik muatan dan atau pengangkut; Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun yang digerakan dengan tenaga mekenik, tenaga mesin atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah; Barang adalah semua jenis komoditi termasuk hewan yang dibongkar/dimuat dari dan ke kapal; Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitamya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang digunakan sebagai tempat kapal sandar, berlabuh, naik-turun penumpang dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi; Badan Hukum Indonesia (BHI) adalah badan usaha yang dimiliki oleh negara dan/atau daerah dan/atau swasta dan/atau koperasi; Penyedia jasa tally adalah perusahaan tally Berbadan Hukum Indonesia yang didirikan khusus untuk menyelenggarakan dan mengusahakan kegiatan tally pada kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal di pelabuhan yang bersifat independen; Pengguna jasa tally adalah pemilik muatan dan/atau pengangkut serta pihak lain yang memerlukan jasa pelayanan menghitung, mengukur, menimbang dan membuat catatan terhadap barangnya dan/atau barang yang diangkutnya; Pelayaran adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan angkutan di perairan, kepelabuhanan, serta keamanan dan keselamatan. 9, Perusahaan Bongkar Muat (PBM) adalah Badan Hukum Indonesia (BHI) yang khusus didirikan untuk menyelenggarakan dan mengusahakan kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal 10.Perusahaan Jasa Pengurusan Transportasi (JPT) atau Freight Forwarding adalah usaha yang ditujukan untuk mewakili kepentingan pemilik barang untuk mengurus semua kegiatan yang diperlukan bagi teriaksananya pengiriman dan penerimaan barang melalui transportasi darat, laut atau udara yang dapat mencakup kegiatan penerimaan, penyimpanan, _sortasi, pengepakan, —penandaan, —pengukuran, —_penimbangan, Pengurusan penyelesaian dokumen, penerbitan dokumen angkutan, perhitungan biaya angkutan, klaim, asuransi atas pengiriman barang serta penyelesaian tagihan dan biaya-biaya lainnya berkenaan dengan pengiriman barang-barang tersebut sampai dengan diterimanya barang oleh yang berhak menerimanya. 11.Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) adalah kegiatan usaha yang mengurus dokumen dan melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan penerimaan dan penyerahan muatan yang diangkut melalui laut. 12.Dokumen Tally adalah dokumen yang berisi data-data tentang jenis muatan, jenis kemasan, kondisi serta jumlah muatan dalam ukuran ton/meter kubik/unit dan menunjukkan tempat, nama kapal, dan waktu pelaksanaan bongkar muat . 13. Kantor Administrator Pelabuhan adalah unit organik di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut yang melaksanakan fungsi keselamatan pelayaran dan koordinasi di pelabuhan laut yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Pelabuhan; 14,Kantor Pelabuhan adalah unit organik di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut yang melaksanakan _fungsi keselamatan pelayaran, pelayanan jasa kepelabuhanan dan koordinasi di pelabuhan laut yang diselenggarakan oleh Unit Pelaksana Teknis/Satuan Kerja Pelabuhan; 15. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Laut; 16. Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Perundang-undangan mengenai Otonomi Daerah, BAB II PERAN, FUNGSI DAN MANFAAT TALLY Pasal 2 Penyelenggaraan tally yang dilakukan oleh perusahaan tally berperan mewakili kepentingan pemilik — barang/muatan, pengangkut, perusahaan bongkar muat, jasa pengurusan transportasi, penyelenggaralpengelola pelabuhan, tenaga kerja bongkar muat untuk memperlancar kegiatan arus lalu lintas barang dan membantu Pemerintah dalam hal ini Departemen Perhubungan, Departemen Perdagangan, Departemen Keuangan, dan Badan Pusat Statistik dalam proses penetapan kebijakan perekonomian dan perdagangan. Pasal 3 Penyelenggaraan tally dikembangkan untuk dapat berfungsi sebagai pelaksana dan penyedia data informasi muatan dalam bentuk dokumen tally terhadap lalu lintas barang perdagangan baik domestik maupun internasional yang diangkut menggunakan kapal laut pada jalur antarpulau maupun luar negeri. Pasal 4 Peran dan fungsi penyelenggaraan tally sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3 diarahkan pemanfaatannya dan digunakan untuk kepentingan bagi : a. Pemerintah. 1) untuk memperoleh data-data yang akurat tentang arus lalulintas barang melalui transportasi laut baik nasional maupun internasional yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan_ kebijakan pembangunan di bidang ekonomi baik mikro maupun makro; 2) untuk mencegah terjadinya manipulasi muatan dan penyelundupan; 3) untuk meningkatkan penerimaan negara melalui bea masuk dan pajak-pajak impor/ekspor, 4) untuk mendorong terciptanya sistem maupun_iklim perdagangan yang transparan dan sehat; 5) untuk terciptanya sistem transportasi laut yang aman, efektif, efisien, profesional dan bertanggung jawab; dan 6) untuk mendorong investasi dan membuka lapangan kerja baru. b. Penyelenggara dan pengelola pelabuhan untuk menjadi dasar pertimbangan yang obyektif dan akurat dalam pengembangan sarana dan prasarana__pelabuhan, meningkatkan kinerja dan pelayanan jasa kepelabuhanan. c. Pelaku usaha perdagangan domestik, importir dan eksportir atau pemilik barang untuk memberikan kepastian tentang kondisi dan jumlah barang serta sebagai dasar untuk proses pengajuan klaim apabila terjadi kerusakan atau kehilangan barang selama dalam pengangkutan sampai dengan diterimanya barang oleh pemiliknya. d. Perusahaan angkutan laut (pelayaran) untuk meningkatkan efisiensi, kinerja, citra, tanggung jawab dan profesionalisme sebagai pengangkut yang sebenamya terhadap barang yang diangkutnya kepada pengguna jasa. BAB Il KEGIATAN TALLY Pasal 5 (1) Kegiatan tally wajib dilakukan terhadap setiap kapal nasional maupun kapal asing yang melakukan kegiatan bongkar muat dari dan ke kapal di wilayah kerja pelabuhan. (2) Kegiatan tally sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan di kapal pada kegiatan stevedoring, untuk kepentingan semua pihak dan dilaksanakan oleh Badan’ Hukum Indonesia (BHI) yang didirikan khusus untuk usaha tally. (3) Dokumen hasil kegiatan tally merupakan salah satu acuan dalam proses pembuatan dokumen muatan serta berfungsi sebagai dokumen pendukung utama dalam pengajuan kiaim bagi para pihak yang memerlukan. Pasal 6 (1) Kegiatan tally pada kegiatan cargodoring, receiving, delivery, ‘stuffing dan stripping petikemas untuk kepentingan sendiri dapat dilakukan oleh : Perusahaan Angkutan Laut Nasional; Perusahan Bongkar Muat (PBM); Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL); Perusahaan Jasa Pengurusan Transportasi (JP7). aogp (2) Badan Hukum Indonesia (BHI) yang khusus didirikan untuk itu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2), dapat melakukan kegiatan tally di dermaga, gudang dan lapangan penumpukan, baik untuk muatan/barang ekspor dan impor maupun antarpulau (dalam negeri) atas permintaan pengguna jasa tally. BAB IV PERSYARATAN PERIZINAN USAHA TALLY. Pasal 7 (1) Kegiatan tally yang dilakukan oleh Badan Hukum Indonesia (BHI) yang didirikan untuk usaha itu sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 ayat (2), wajib memiliki izin usaha, (2) Untuk memperoleh izin usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : memiliki akte pendirian perusahaan; memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) perusahaan; memiliki modal usaha; memiliki peralatan, termasuk peralatan teknologi informasi yang digunakan; memiliki surat keterangan domisili perusahaan; memiliki tenaga ahli di bidang tally; dan g. mendapatkan rekomendasi dari Adpel/Kakanpel dan Asosiasi Tally di pelabuhan setempat sesuai dengan pagu yang tersedia yang diumumkan setiap enam (6) bulan sekali aoce 9 (3) Persyaratan memiliki modal usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf c, ditetapkan sebagai berikut; a. bagi perusahaan tally yang akan melakukan kegiatan di pelabuhan utama, wajib memiliki modal dasar sekurang- kurangnya Rp 500 juta dan modal disetor sekurang-kurangnya Rp 100 juta; b. bagi perusahaan tally yang akan melakukan kegiatan di pelabuhan regional, wajib memiliki modal dasar sekurang- kurangnya Rp 250 juta dan modal disetor sekurang-kurangnya Rp 50 juta; c. bagi perusahaan tally yang akan melakukan kegiatan di pelabuhan lokal, penempatan modal dasar dan modal disetor yang harus dipenuhi, disesuaikan dengan kondisi pelabuhan setempat yang ditetapkan oleh Gubernur Provinsi setempat atas saran dan rekomendasi Administrator Pelabuhan/Kepala Kantor Pelabuhan setempat. (4) Persyaratan tenaga ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf f, ditetapkan dengan klasifikasi sebagai berikut: a. bagi perusahaan tally yang akan melakukan kegiatan di pelabuhan utama, wajib memiliki tenaga ahli sekurang- kurangnya satu (1) orang dengan kualifikasi Ahli Nautika Tk Il, atau Ahli Kepelabuhanan dan Pelayaran berijazah D IV, atau Strata Satu (I) Transportasi Laut atau yang sederajat; b. bagi perusahaan tally yang akan melakukan kegiatan di pelabuhan regional, wajib memiliki tenaga ahli_ sekurang- kurangnya satu (1) orang dengan kualifikasi Ahli Nautika Tk. Ill, atau Ahli Kepelabuhanan dan Pelayaran berijazah D Ill atau yang sederajat; c. bagi perusahaan tally yang akan melakukan kegiatan di pelabuhan lokal, tenaga ahli disesuaikan dengan kondisi pelabuhan setempat yang ditetapkan oleh Gubernur Provinsi setempat atas saran dan pertimbangan Administrator Pelabuhan/Kepala Kantor Pelabuhan setempat. (6) Pelabuhan utama, pelabuhan regional dan pelabuhan lokal sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4), yaitu; a. Pelabuhan Utama yang terdiri dari: 1) pelabuhan utama primer yang merupakan pelabuhan internasional hub; 2) pelabuhan utama sekunder yang merupakan pelabuhan internasional; 3) pelabuhan utama tersier yang merupakan pelabuhan nasional. b. Pelabuhan regional yang merupakan pelabuhan pengumpan primer; ©. Pelabuhan lokal yang merupakan pelabuhan pengumpan tersier; Sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan atau peraturan lainnya yang berlaku. (6) Perusahaan angkutan laut nasional, perusahaan bongkar muat, perusahaan ekspedisi muatan kapal laut dan perusahaan jasa Pengurusan transportasi yang melakukan kegiatan tally sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) tidak diperlukan izin usaha tersendiri sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), karena kegiatan tally yang dilakukan oleh perusahaan dimaksud telah melekat pada izin usaha pokoknya. (7) Bagi perusahaan yang melakukan kegiatan tally sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) harus memenuhi persyaratan memiliki peralatan dan tenaga kerja ahii di bidang tally sebagaimana diatur dalam ayat (2) huruf d dan huruf f. Pasal 8 (1) Pelaksanaan_ kegiatan tally yang merupakan _kewajiban (mandatory) bagi semua kapal yang melakukan kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal di wilayah kerja pelabuhan sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama antara Asosiasi Penyedia dan Pengguna Jasa Tally di pelabuhan setempat. (2) Perusahaan Angkutan Laut Nasional dan Agen Pelayaran wajib menggunakan jasa tally yang dialokasikan di dermaga dan/atau di tempat berlabuh kapai yang telah ditetapkan di pelabuhan, selama kapal melakukan kegiatan bongkar muat barang. (8) Penetapan lokasi kegiatan usaha tally sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berdasarkan surat keputusan Administrator Pelabuhan/Kepala Kantor Pelabuhan setempat, _ setelah mempertimbangkan jumlah (volume) arus barang dan jumlah perusahaan tally di pelabuhan setempat, kondisi fasilitas sarana dan prasarana dan mendapatkan rekomendasi dari Asosiasi Perusahaan Tally di pelabuhan setempat. BABV ‘TATA CARA PERMOHONAN IZIN USAHA Pasal 9 (1) Permohonan izin usaha tally sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 ayat (2), diajukan kepada Gubernur, bagi Badan Hukum Indonesia yang khusus didirikan untuk usaha itu, menurut contoh dalam Lampiran | Peraturan ini. (2) Izin usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan oleh Gubernur Provinsi setempat atas nama Menteri Perhubungan sebagai pelaksanaan tugas dekonsentrasi, menurut contoh pada Lampiran I Peraturan ini, setelah mendapatkan rekomendasi dari Administrator/Kepala Kantor Pelabuhan serta rekomendasi Asosiasi Tally di pelabuhan setempat. (3) Pejabat pemberi izin usaha tally sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), wajib melaporkan secara berkala izin usaha tally yang dikeluarkan, kepada Direktur Jenderal. (4) Persetujuan atau penolakan atas permohonan izin usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diberikan dalam jangka waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap (6) Dalam hal permohonan izin usaha ditolak oleh pejabat pemberi izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), wajib memberikan jawaban tertulis dengan alasan penolakan, menurut contoh pada Lampiran Ill Peraturan ini, (6) Permohonan yang ditolak sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), dapat diajukan kembali setelah permohonan memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2). Pasal 10 Perusahaan pemegang izin usaha dapat melakukan kegiatan tally di semua pelabuhan sesuai dengan pemenuhan persyaratan modal usaha, peralatan dan tenaga ahli dalam wilayah provinsi yang bersangkutan dan berlaku selama perusahaan yang bersangkutan masih menjalankan kegiatan usahanya BAB VI TARIF PELAYANAN JASA USAHA TALLY, Pasal 11 (1) Tarif pelayanan jasa usaha tally ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama antara Asosiasi Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa Tally berdasarkan jenis dan struktur tarif serta menjadi beban pemilik barang, (2) Jenis dan struktur tarif pelayanan jasa usaha tally sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri dari: a Jenis yang didasarkan pada kelompok barang, terdiri dari: 1) Kelompok 1 dalam ton/m3 terdiri dari: General cargo, ikan beku, kaca, rol! paper, tissue paper, sawn timber loose, bundle, steel pipe, curah cair dalam drum, keramik, slab iron, bale pulp, tin, plate, tiang pancang dan stee/ envelope; 2) Kelompok 2 dalam ton/m3 terdiri dari Bag cargo, curah kering, palletized/unitized cargo, rattan, sawn timber in bundle, billet in pieces, steel railway in pieces, pigiron, H. beam, steel plate dan jumbo bag; 3) Kelompok 3 dalam ton/m3 terdiri dari: HIR coil, C/R coil, ste! bar (ingot), billet in bundle, wire rod dan steel railway in bundle; 4) Kelompok 4 hewan ternak dalam ekor terdiri dari: Sapi, kuda, kerbau, domba, kambing dan babi; 5) Kelompok 5 dalam unit terdiri dari: Sepeda motor, mobil, truck, bus, excavator, back hoe, traktor dan alat-alat berat; 6) Kelompok 6 petikemas dan box ukuran 20 feet dan 40 feet, 7) Kelompok 7 barang berbahaya dan mengganggu dalam tonim3, 8) Kelompok 8 barang/muatan curah cair dalam tangki kapal MW 9) Kelompok 9 barang/muatan curah kering dalam palka kapal. 10)Kelompok 10 barang/muatan yang diangkut dengan kapal rol! on roll off (RO-RO) Struktur tarif terdiri dari: 1) Upah supervisi tally terdiri dari chief tally clerck, assistant chief tally clerck, time keeper, claim tally clerkipemeriksa barang dan fally clerck; 2) Peralatan tally (termasuk peralatan teknologi informasi yang digunakan); 3) Administrasi perusahaan tally; 4) Faktor koefisien; 5) Produktivitas kerja bongkar muat. (3) Untuk barang yang mempunyai sifat, bentuk, volume dan berat khusus tarif jasa tally dapat dinegosiasikan. (4) Pedoman dasar perhitungan tarif pelayanan jasa tally dari dan ke kapal di pelabuhan, sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV Peraturan ini. BAB VII KEWAJIBAN Pasal 12 Perusahaan tally yang telah memiliki izin usaha, harus memenuhi kewajiban sebagai berikut: memenuhi semua kewajiban yang telah ditetapkan dalam izin usaha; melakukan kegiatan usahanya selambatlambatnya enam (6) bulan setelah izin usaha ditebitkan; menyampaikan laporan arian, bulanan dan tahunan kegiatan operasional perusahaan kepada pejabat pemberi izin dan Administrator Pelabuhan/Kepala Kantor Pelabuhan setempat, menurut contoh 1, 2 dan 3 serta laporan kegiatan tally per kapal menurut contoh 4 pada Lampiran V Peraturan ini secara elektronik bagi pelabuhan yang telah memiliki Perangkat teknologi informasi dan secara manual bagi pelabuhan lainnya; melaporkan kepada pejabat pemberi izin, setiap kali terjadi perubahan anggaran dasar perusahaan, nama/alamat Perusahaan, NPWP, nama dan alamat direktur utama/penanggung jawab perusahaan, selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah terjadinya perubahan dimaksud. BAB VIII ‘SISTEM PELAPORAN DAN MANFAAT LAPORAN KEGIATAN TALLY PASAL 13 (1) Sistem pelaporan kegiatan tally sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf c juga disampaikan kepada instansi-instansi terkait secara elektronik atau secara manual bagi instansi yang belum memiliki fasilitas Pertukaran Data Elektronik (PDE). (2) Laporan kegiatan harian disampaikan kepada: pose oe pihak kapal; perusahaan bongkar muat (stevedore); Pusat Pelayanan Kapal dan Barang di pelabuhan setempat; Kantor Pelayanan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai setempat; Kantor Dinas Perdagangan setemp: Badan Pusat Statistik setempat. (3) Laporan kegiatan bulanan disampaikan kepada: os ea Pengelola pelabuhan setempat dalam hal ini PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia; Direktur Jenderal Perhubungan Laut; Kantor Pelayanan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai ‘setempat; Kantor Dinas Perdagangan setempat. Badan Pusat Statistik setempat 13, (4) Laporan kegiatan tahunan disampaikan kepada: a. _ Direktur Jenderal Perhubungan Laut ; b. _ Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri; ©. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri; d. Badan Pusat Statistik setempat. (5) Pengolahan data sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut bersama Badan Pusat Statistik setempat dan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Provinsi setempat. Pasal 14 Laporan kegiatan tally bermanfaat bagi: a. Kapal untuk memudahkan pengoperasian dan pembuatan jadwal perjalanan kapal. b. Perusahaan Bongkar Muat (PBM) untuk memudahkan penetapan waktu kerja dan penggunaan Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM). c. Administrator Pelabuhan/Kepala Kantor Pelabuhan untuk memudahkan pemantauan aktivitas/operasional bongkar muat dan arus lalu lintas barang dari dan ke kapal di pelabuhan. d. Pusat Pelayanan Kapal dan Barang untuk memudahkan pemanfaatan fasilitas pelabuhan dan perencanaan tambat kapal. e. Kantor Pelayanan Bea dan Cukai untuk memudahkan pengawasan terhadap kebenaran jumlah dan jenis muatan menurut cargo manifest dan dokumen pabean lainnya. f. Kantor Dinas Perdagangan untuk memudahkan pengawasan dan pemantauan terhadap distribusi barang/muatan antar pelabuhan laut dalam negeri maupun luar negeri yang diperdagangkan dengan menggunakan transportasi laut g. Direktur Jenderal Perhubungan Laut untuk memperoleh data yang akurat terhadap lalu lintas barang melalui angkutan laut. h. Kepala Dinas Perhubungan untuk memudahkan pengawasan dan evaluasi terhadap perizinan usaha agar tidak —terjadi ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan, menjaga kelangsungan hidup usaha perusahaan tally dan mencegah persaingan usaha yang tidak sehat. 4 BAB IX SANKSI Pasal 15 (1) zin usaha tally sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) dapat dicabut, apabila tidak memenuhi kewajiban sebagaimana diatur dalam Pasal 12. (2) Pencabutan izin usaha tally sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh pejabat pemberi izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2). Pasal 16 (1) Pencabutan izin usaha tally sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) dilakukan melalui proses peringatan tertulis sebanyak tiga (3) kali berturut-turut dengan tenggang waktu 1 (satu) bulan, menurut contoh nomor 1, 2 dan 3 pada Lampiran VI Peraturan ini (2) Apabila peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diindahkan, dilanjutkan dengan pembekuan izin usaha untuk jangka waktu 1 (satu) bulan menurut contoh pada Lampiran VII Peraturan ini (3) Jika_pembekuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) habis jangka waktunya dan tidak ada upaya perbaikan, maka izin usaha dicabut oleh pejabat pemberi izin, menurut contoh pada Lampiran VIII Peraturan ini. Pasal 17 Izin usaha tally dapat dicabut tanpa melalui proses peringatan dan pembekuan izin usaha, dalam hal perusahaan yang bersangkutan: a. melakukan kegiatan yang membahayakan keamanan negara berdasarkan keputusan dari instansi yang berwenang; 15 b. — membubarkan atau pailit berdasarkan keputusan dari instansi yang berwenang; c, _memperoleh izin usaha secara tidak sah; dan d. tidak melaksanakan kegiatan usahanya dengan nyata selama enam (6) bulan berturut-turut Pasal 18 (1) Perusahaan Angkutan Laut Nasional atau Agennya, Perusahaan Bongkar Muat dan Pemilik Barang atau Wakilnya yang tidak mentaati ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dan (2) serta Pasal 8 ayat (1) dan ayat (2) dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku berupa larangan beroperasi. (2) Larangan beroperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Adpel/Kantor Pelabuhan setempat dengan tembusan disampaikan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Dinas Perhubungan setempat, dan asosiasi terkait BAB X KETENTUAN PERALIHAN Pasal 19 Persyaratan izin usaha tally sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 2 huruf g, sebelum terbentuknya Asosiasi Tally direkomendasikan oleh Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Provinsi setempat BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 20 Direktur Jenderal melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan ini. 16 Pasal 21 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, Ditetapkan di = Jakarta pada tanggal___8 Mei 2007 MENTERI PERHUBUNGAN tid M. HATTA RAJASA SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; Menteri Dalam Negeri; Menteri Keuangan; Menteri Kehakiman dan HAM; Menteri Perindustrian; Menteri Perdagangan; Menteri Sekretariat Negara; Menteri Kelautan dan Perikanan; Panglima TN; Gubernur Bank Indonesia; Para Gubernur di seluruh Indonesia; Kepala Kepolisian RI; Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal dan para Direktur Jenderal di lingkungan Departemen Perhubungan; Para Bupati / Walikota di seluruh Indonesia; Para Adpel/Kakanpel; Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia; PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia |, Il, IIl dan IV; DPP INSA, APBMI, PELRA, GAFEKSI, GINSI, GPEI, DAN ORGANDA. O@IPMERON= eS SB BASaR Salinan sesuai-dengan aslinya rsa nr meg 7 LAMPIRAN | PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 15 TAHUN 2007 TANGGAL: 8 MEI 2007 , 20 Nomor Lampiran Perihal : Permohonan Izin Usaha Kepada Perusahaan Tally Yth. Gubernur Provinsi di 4. Dengan mempertimbangkan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM .......... Tahun tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Tally di Pelabuhan, maka dengan ini kami mengajukan permohonan izin usaha untuk melakukan kegiatan tally independent 2. Sebagai bahan pertimbangan, terlampir disampaikan 1 (satu) berkas dokumen untuk melengkapi permohonan dimaksud yang terdiri dari Salinan Akte Notaris Pendirian Perusahaan; Bukti memiliki modal usaha; Bukti memiliki/menguasai peralatan, meliputi electronic checker & timbangan; Bukti memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) perusahaan; Bukti memiliki Surat Keterangan Domisili Perusahaan; Bukti memiliki Tenaga Ahli; dan ‘Surat Rekomendasi dari Adpel/Kanpel dan Asosiasi Tally di pelabuhan setempat e>eaocy 3, Demikian permohonan kami, bilamana disetujui kami menyatakan bersedia memenuhi ‘semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang keglatan tersebut. Pemohon PT (Nama_Terang) Direktur Utama Tembusan Yth: 4. Menteri Perhubungan; 2. Dirjen Perhubungan Laut 3. Adpel/Kanpel ‘s MENTER! PERHUBUNGAN tte M. HATTA RAJASA 18 LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 15 TAHUN 2007 TANGGAL: 8 MEI 2007 GUBERNUR PROVINSI ...... SURAT IZIN USAHA PERUSAHAAN TALLY (Berdasarkan Peraturan Pemerintah No, 2/1999 tentang Angkutan di Perairan) Berdasarkan surat permohonan PT Nomor: ......... Tanggal diberikan Surat Izin Usaha Perusahaan Tally (SIUPT) kepada: NAMA PERUSAHAAN ALAMAT PERUSAHAAN NAMA PEMILIK/PENANGGUNG JAWAB NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN 1, Memenuhi seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang angkutan di perairan, kepelabuhanan dan lingkungan hidup. 2. Bertanggung jawab atas kebenaran laporan kegiatan operasional yang disampaikan kepada Gubernur Provinsi setempat, dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut dan Kepala Dinas Perhubungan Provinsi setempat. 3. Melaporkan secara tertulis kepada Gubernur Provinsi setempat, setiap kali terjadi perubahan izin usaha meliputi nama/alamat_perusahaan, namajalamat Dirut/penanggung jawab perusahaan dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). 4. Menyampaikan laporan harian, bulanan dan tahunan kegiatan bongkar muat kepada ‘Administrator Pelabuhan/Kepala Kantor Pelabuhan setempat. 5. Menyampaikan laporan operasional bulanan dan tahunan kepada Gubemur Provinsi setempat dengan tembusan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut/Kepada Dinas Perhubungan provinsi setempat, dan untuk Biro Statistik melalui Administrator Pelabuhan/Kepala Kantor Pelabuhan setempat, SURAT IZIN USAHA PERUSAHAAN TALLY (SIUPT) INI DAPAT DICABUT APABILA PEMEGANG: SURAT IZIN USAHA TIDAK MEMATUHI KEWAJIBAN DALAM SURAT IZIN USAHA DAN ATAU MELAKUKAN TINDAK PIDANA YANG BERSANGKUTAN DENGAN KEGIATAN USAHANYA. SURAT IZIN USAHA PERUSAHAAN TALLY (SIUPT) INI_BERLAKU SEJAK TANGGAL DIKELUARKAN UNTUK SELURUH PELABUHAN UTAMA/PELABUHAN REGIONAL/PELABUHAN LOKAL *) DI PROVINS! ... SELAMA PERUSAHAAN YANG BERSANGKUTAN MASIH MENJALANKAN USAHANYA, Ditetapkan di Pada Tanggal a.n, MENTERI PERHUBUNGAN PENANGGUNG JAWAB GUBERNUR PROVINS! (Nama Terang) *) Coret yang tidak perlu MENTERI PERHUBUNGAN tte M. HATTA RAJASA LAMPIRAN Ill PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 15 TAHUN 2007 TANGGAL: 8 MEI 2007 ; 20 Nomor Lampiran Perihal Penolakan Surat Izin Usaha Kepada Perusahaan Tally (SIUPT) Yth, Direktur Utama a 1. Menunjuk Surat Saudara Nomor .. tanggal ........ perihal permohonan Surat Izin Usaha Perusahaan Tally (SIUPT) dengan ini kami tidak dapat menyetujui, dengan pertimbangan: a b. ©. 2. Sehubungan dengan hal tersebut pada butir 1 (satu) di atas, Saudara dapat mengajukan permohonan baru setelah melengkapi persyaratan yang ditentukan. 3. Demikian untuk dimaklumi dan diindahkan. a.n. MENTER| PERHUBUNGAN GUBERNUR PROVINSI Tembusan Yth. 4. Menteri Perhubungan; 2. Diektur Jenderal Perhubungan Laut 3. Adpel/Kakanpel MENTERI PERHUBUNGAN td, M. HATTA RAJASA 20 LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 15 TAHUN 2007 TANGGAL: 8 MEI 2007 PEDOMAN DASAR PERHITUNGAN TARIF PELAYANAN JASA TALLY DI ATAS KAPAL DI PELABUHAN, |. PERISTILAHAN 1 10. 1 12 Stevedoring adalah pekerjaan membongkar barang dari kapal ke dermaga/tongkang/truk atau memuat barang dari dermagaltongkang/truk ke dalam kapal sampai dengan tersusun dalam palka dengan menggunakan derek kapal, derek darat, atau ramp door kapal. ‘Cargodoring adalah pekerjaan melepaskan barang dari sling talijala-jala (ex tackle) di dermaga dan mengangkat dari dermaga ke gudang/lapangan penumpukan selanjutnya menyusun di gudang/lapangan penumpukan atau sebaliknya. Receiving adalah pekerjaan memindahkan barang yang akan dikapalkan dari atas kendaraan Gi pintu masuk gudang/lapangan penumpukan sampai ke tempat penumpukan/penimbunan, Delivery adalah pekerjaan memindahkan barang dari timbunan/tempat penumpukan di gudang/lapangan penumpukan dan menyerahkan sampai tersusun di atas kendaraan di pintu gudang/lapangan penumpukan. Stripping adalah pekerjaan mengeluarkan barang dari dalam petikernas sampai tersusun rapi di dalam gudang atau di lapangan penumpukan (CFS—Container Freight Station). Stuffing adalah pekerjaan memasukkan barang ke dalam petikemas dari gudang/lapangan penumpukan (CFS) sampai tersusun rapi di dalam petikemas. Tenaga Supervisi Tally Independen meliputi Chief Tally Clerck, Assistant Chief Tally Clerck, Time Keeper, Pemeriksa Barang (Claim Tally Clerck) dan Tally Clerck Chief Tally Clerck adalah penyusun rencana kerja dan pengendali pelaksanaan kerja tally dan penelitian kondisi barang yang dibongkar/dimuat dari dan ke kapal, termasuk membuat ‘Stowage Plan dan Bay Plan serta dokumentasi dan membuat laporan yang diperlukan. Assistant Chief Tally Clerck adalah tenaga pembantu utama pelaksana tugas Chief Checker dalam melakukan pengawasan, dan mengumpulkan data kapal, barang, waktu kegiatan, dokumentasi tally dan menyiapkan laporan serta distribusi dokumen/laporan. Time Keeper adalah tenaga pencatat waktu kegiatan kapal, kegiatan bongkar muat dan hambatan (idle/lost time) dan lain-lain, yang dicatat dalam Buku Jurnal Tally. Pemeriksa Barang (Claim Tally Clerck) adalah pelaksana yang melakukan pemeriksaan fisik barang/muatan yang rusak baik sebelum proses maupun selama proses kegiatan bongkar muat, melakukan pengukuran dan/atau penimbangan barang/muatan bila diperlukan dan terutama untuk muatan yang belum memiliki data ukuran (volume) dan berat barang yang akan dikapalkan, serta menyiapkan dokumen kerusakan barang dalam bentuk “Damaged Cargo List’ untuk barang yang dibongkar dan "Exception List’ untuk barang yang dimuat, Berita Acara, Pengukuran Barang (Cargo Measuring Statement) atau Penimbangan Barang (Cargo Weighing Statement). Tally Clerck adalah pelaksana yang melakukan penghitungan dan pencatatan jumlah, merek, dan kondisi setiap gerakan barang berdasarkan dokumen dan fisik barang serta membuat laporan dalam Tally Sheet. Il, PEDOMAN PERHITUNGAN TARIF T=Fx(S+M+A} P Keterangan: T S Besamya Tarif Tally. Biaya Supervisi Tally. 2 M = Biaya Peralatan Tally. A = Administrasi Perusahaan Tally. Pp Produktivitas kerja bongkar muat per gilir kerja/Derek (kran), F Faktor koefisien, Ill, PENJELASAN PERHITUNGAN 1. Besamya tarifjasa tally = T 2. Biaya Supervisi Tally (S) terdiri dari Chief Tally Clerck, Assistant Chief Tally Clerck, Time Keeper, Pemeriksa Barang (Claim Tally Clerck), dan Tally Clerck, dengan pangsa biaya supervisi masing-masing kegiatan per gilir kerja per derek/kran serta gaji supervisi sebagai berikut: No URAIAN ~ Biaya Per Gilir Kerja, Pangsa Biaya —__| Supervisi 1. | Chief Tally Clerck 2,00 x W+H +1) 0,50 2. | Assistant Chief Tally Clerck 1,75 x (W+H +1) 0150 3. | Time Keeper 175 x W+H +1) 0.50 4, | Pemeriksa Barang (Claim Tally Clerck) 1,75 x (W+H +1) 0,50 | 5. | Tally Clerck 1,50 x (W+H +1) 1,00 Catatan: W = Upah anggota TKBM rata-rata per gilir kerja per derek kapal H_ = Kesejahteraan Tenaga Kerja, yang terdiri dar a. Perlengkapan kerja = {harga 2 stel pakaiankeria) + —{harga satu buah masker} 12x 25 gilr kerja 2x 25 gilir kerja b. Pendidikan, tunjangankaryawan = (31). 300 1 = Jaminan Sosial Tenaga Kerja = (13,74% x Upah Pokok Tenaga Kerja) 3. Biaya Peralatan Tally (M), terdiri dari a. Timbangan = {harga timbangan)} + { biaya tera } 4x5 x 900 4x45 b. Electronic Checker = { harga alat } 900 c. Flowmeter = Haraa Alat 600 hr d. Tank thermometer = Harga Alat 300 hr @. Hydrometer = Harga Alat 600 hr Tank sounding type = Harga Alat 600 hr e. Teknologi Informasi = {harga perangkat keras} + { biaya bulanan jaringan } ‘4x 3.x 900 4x 75 1, Administrasi Perusahaan Tally ( A ) adalah merupakan biaya personil kantor, peralatan kantor, Pemasaran dan keperluan kantor lainnya (gedung, telepon, listrik dan air) dengan rumusan sebagai berikut A = 45% x (S + M) 2 2. Faktor koefisien ( F ) yang terdiri dari keuntungan 12%, biaya uang 2% dan risiko 1% maka F ‘ainitung dengan rumus sebagai berikut: E « 100% = 118 100% - 15% 3. Produktivitas ton/gangijam ( TGH ) sesuai dengan hasil survey pelabuhan setempat, dengan rumusan produktivitas per jam: {1_jam_(60_menit) x {minimal berat barang (ton) yang diangkut} Waktu sikius (menit) 1 kali (rata-rata) oleh 1 derek/kran kapal Produktivitas per shif/gang dihitung: 7 x (TGH) / (M3 GH) / (UGH) / (BCH) MENTERI PERHUBUNGAN ttd M. HATTA RAJASA, 23 LAMPIRAN V_PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN, NOMOR KM 15 TAHUN 2007 TANGGAL 8 MEI 2007, DAILY-REPORT date: CONTOH 1 VOY ARRIVED SHEED TOTAL CARGO TO BE DISCHARGED T/M3 TOTAL CARGO TO BE LOADED TIM3 COMPLETED DISCHARGING/LOADING ON: AT HOURS No Labor ‘SHIFT ‘SHIFT IE ‘SHIFT Ill TOTAL, TOTAL LOADED | BALANCE | DISCHARGING | LOADING Hatch | Garg DISCHARGED INTO. | FROM 08,00- 1600 | 1600 - 2400 | 24.00 - 08.00 Colly TIN3 _| Colly TiM3 Coll) TIM3, Colly TIM3. Colly’ TIM3 Colly | T/M3_ 41. Godown: 1. Godown, ums ‘im 2. Lighter 2. Godown tims ums 3. Truck. 3. Truck. Soe tf m3 TOTA L _ Remark: Ch : Officer ‘Stevedore Chief Checker CONTOH 2. NAMA PERUSAHAAN NOMOR IZIN USAHA DAERAH KERJA LAPORAN UNTUK BULAN LAPORAN BULANAN KEGIATAN TALLY No. | NamaKapal | Bendera Ukuran Kegiatan Tally Asal Tujuan denis keT DWTIGTHP JML | MULAIBIM | SELESAI BM =| TGLUAM | TGLUAM | | 1 2 3 4 5 6 7s a 10 it 20 Pr. PERUSAHAAN TALLY (Nama Terang ) Direksi CONTOH 3. DATA KEGIATAN OPERASIONAL TAHUNAN PT POSISI 31 DESEMBER 20... No. | BULAN | UnitKapal | Bongkar Muat JH Gang | Lama Jumtah Produktvitas keT Kegiatan Jam Efektif | BIM Ton/Ship/Day 7 2 3 5 6 7 a g 0 PERUSAHAAN TALLY PT eae (Nama Tenrang ) DIREKSI CONTOH 4. LAPORAN KEGIATAN TALLY PER KAPAL NAMA KAPAL BENDERA PEMILKJAGEN No. | JUMLAH KOLI JENIS KEMASAN JENIS BARANG BERATIVOL, PELABUHAN KGM3___| ASALTUJUAN. CATATAN 1. Jenis barang diisi berurutan sesuai abjad, huruf depan nama barang 2. BIM diisi B (=Bongkaran), atau M (=Pemuatan) 3. Pelabuhan Asal diisi untuk Bongkaran atau Pelabuhan Tujuan diisi untuk Pemuatan 4. Keterengan isi impor, ekspor atau antarpulau PERUSAHAAN TALLY PT. (Nama Terang) MENTERI PERHUBUNGAN td M. HATTA RAJASA LAMPIRAN VI PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 15 TAHUN 2007 TANGGAL: 8 MEI 2007 CONTOH NOMOR: 1 Nomor Lampiran Perihal Jakarta, : Peringatan Pertama Kepada Yth. Sdr. Direktur Utama PT... coseetsinsesenetee Jl. di 4. Menunjuk Surat Izin Usaha Perusahaan Tally (SIUPT) PT No. ecestssnstnseeve Tanggal oe serta memperhatikan KEPMENHUB No. KM... Tahun dengan ini diberitahukan bahwa perusahaan saudara tidak memenuhi kewajiban khususnya sesuai dengan KEPMENHUB No. KM . Tahun Pasal ooccccceseee BUI ossseny Yat 2. Selanjutnya berdasarkan KEPMENHUB No. ........ KM ........ Tahun ...... Pasal Ayat ......, & vu. @pabila dalam waktu 1 (satu) bulan sejak diterbitkannya surat ini perusahaan saudara belum juga memenuhi kewajiban sebagaimana tersebut pada butir 1, maka akan diambil tindakan lebih lanjut sesuai dengan ketentuan yang berlaku 3. Peringatan ini merupakan PERINGATAN PERTAMA 4. Demikian agar menjadi perhatian Saudara sepenuhnya. a.n, MENTERI PERHUBUNGAN GUBERNUR PROVINSI NP. Tembusan Yth. 1. Menteri Perhubungan 2. Dirjen Perhubungan Laut 3. Adpel/Kakanpel 28 CONTOH NOMOR: 2 Nomor Lampiran Perinal Jakarta, Peringatan Kedua Kepada Yth. Sdr. Direktur Utama PT J di 4, Menunjuk Surat Izin Usaha Perusahaan Tally (SIUPT) PT ........... 5 seen Tanggal serta memperhatikan lo. KM... Tahun . dengan ini diberitahukan bahwa perusahaan saudara tidak memenuhi Kewajiban khususnya sesuai dengan KEPMENHUB No. KM . Tahun Pasal Butir , yaitu 2. Selanjutnya berdasarkan KEPMENHUB No. ........ KM ....... Tahun ...... Pasal Ayat .....05 & v..-n apabila dalam waktu 1 (satu) bulan sejak diterbitkannya surat ini perusahaan saudara belum juga memenuhi kewajiban sebagaimana tersebut pada butir 1, maka akan diambil tindakan lebih lanjut sesuai dengan ketentuan yang berlaku 3. Peringatan ini merupakan PERINGATAN KEDUA 4, Demikian agar menjadi perhatian Saudara sepenuhnya. a.n. MENTER! PERHUBUNGAN GUBERNUR PROVINSI a Tembusan Yth 4. Menteri Perhubungan 2. Dirjen Perhubungan Laut 3. Adpel/Kakanpel ......... 29 CONTOH NOMOR: 3 Nomor Lampiran Perihal Jakarta, : Peringatan Ketiga Kepada Yth, Sdr. Direktur Utama PT Ji. di 1. Menunjuk Surat Izin Usaha Perusahaan Tally (SIUPT) PT No. Tanggal ss occcssecseseeeseees. Serta memperhatikan KEPMENHUB No. KM Tahun dengan ini diberitahukan bahwa perusahaan saudara tidak memenuhi kewajiban khususnya sesuai dengan KEPMENHUB No. KM Tahun Pasal Butir ......, yaitu 2. Selanjutnya berdasarkan KEPMENHUB No. ........ KM........ Tahun ...... Pasal. Ayat ooo, & sss @pabila dalam waktu 1 (satu) bulan sejak diterbitkannya surat ini perusahaan saudara belum juga memenuhi kewajiban sebagaimana tersebut pada butir 1, maka akan diambil tindakan lebih lanjut sesuai dengan ketentuan yang beriaku, 3. Peringatan ini merupakan PERINGATAN KETIGA 4, Demikian agar menjadi perhatian Saudara sepenuhnya. a.n, MENTERI PERHUBUNGAN GUBERNUR PROVINSI NIP. Tembusan Yth 4. Menteri Perhubungan 2. Dirjen Perhubungan Laut 3. Adpel/Kakanpel MENTERI PERHUBUNGAN td M. HATTA RAJASA, 30 LAMPIRAN VII PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 15 TAHUN 2007 TANGGAL: 8 MEI 2007 Jakarta, Nomor Lampiran = Kepada Perinal Pembekuan Surat Izin Usaha Sdr. Direktur Utama Perusahaan Tally PT di 4, Menunjuk Surat Izin Usaha Perusahaan Tally PT . 2. Bahwa_perusahaan Saudara tidak memenuhi persyaratan khususnya sesuai dengan KEPMENHUB No: ARUN a sssces PASAD cecsssceses BUI secceeseseeeey Yalu 3. Sesuai dengan ketentuan yang beriaku, perusahaan saudara telah mendapatkan peringatan 3 (tiga) kali: b. Peringatan! No .. Tanggal 6. Peringatan Il NO: ..ssssecsssseeensee Tanga... d. Peringatan Ill No ‘Tanggal 4, Sehubungan dengan hal tersebut di atas dan sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM TAHUA esesesesee PASAl voecesensecees BULIE coscseessseee ene Ban ... Dengan ini diberitahukan bahwa terhitung mulai tanggal dikeluarkan surat ini perusahaan Saudara tidak diperkenankan melakukan kegiatan tally di pelabuhan di seluruh wilayah Provinsi 5. Bilamana sampai dengan 3 (tiga) bulan sejak tanggal dikeluarkannya surat pembekuan ini perusahaan Saudara belum dapat memenuhi ketentuan yang terkait dengan butir 2 (dua) tersebut di atas, maka Surat Izin Usaha Perusahaan Tally (SIUPT), Saudara akan kami cabut. 6. Demikian agar menjadi perhatian Saudara sepenuhnya a.n, MENTERI PERHUBUNGAN GUBERNUR PROVINSI Tembusan Yth: 1. Menteri Perhubungan; 2. Dirjen Perhubungan Laut; 3. Adpel/Kakanpel...... Salinan s MENTERI PERHUBUNGAN td M. HATTA RAJASA, 31 LAMPIRAN VIII PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 15 TAHUN 2007 TANGGAL: 8 MEI 2007 KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI NOMOR TENTANG PENCABUTAN SURAT IZIN USAHA PERUSAHAAN TALLY (SIUPT) PT... si ‘GUBERNUR PROVINS! Menimbang — : a. bahwa PT....... sebagai perusahaan tally tidak melaksanakan kewajiban _menyampaikan kepada Gubernur Provinsi JDirjen Hubla *) ........... sehingga tidak memenuhi ketentuan KEPMENHUB No. KM .....00.. TARUA vs... Pagal Bultit-ssssvssnscassd b. bahwa kepada perusahaan tersebut telah diberikan surat peringatan sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut, disusul dengan Surat Pembekuan Izin Usaha No... Tanggal ... 5 ¢. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, dipandang erly untuk mencabut Surat Izin Usaha Perusahaan Tally PT eiesesereszeresa NO, . Tanggal . fesesentscl Mengingat 1 3. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM a... Tahun 0.0. Tentang Pengusahaan dan Penyelenggaraan Tally. Memperhatikan: 1. surat Gubernur Provinsi Nomor .........:- TANGGAl ..-.ee e000. Tentang Peringatan Pertama; 2. surat Gubernur Provinsi Nomor ............ Tanggal ... Tentang Peringatan Kedua; 3. surat Gubernur Provinsi Nomor ............ Tanggal .. Tentang Peringatan Ketiga; 4, surat Gubernur Provinsi Nomor Tanggal Tentang Pembekuan Izin Usaha Perusahaan Tally PT - No, ‘Tanggal MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN GUBERNUR PROVING! ..... TENTANG PENCABUTAN SURAT IZIN USAHA PERUSAHAAN TALLY PT i PERTAMA Mencabut Izin Usaha Perusahaan Tally PT ... . yang ditetapkan berdasarkan keputusan No tanggal eens senses, dengan data sebagai berikut: a. Nama Perusahaan :PT b. Alamat Domisili Jl eure c. Nomor/Tanggal SIUPT tanggal 32 KEDUA :PT -sssee Diwajibkan untuk mengembalikan Surat Izin Usaha’ Perusahaan Tay yang asli kepada Guberur Provinsi KETIGA : Keputusan ini mulal berlaku sejak tanggal_ditetapkan _bilamana terdapat kekeliruan dalam penetapannya akan diadakan pembetulan seperlunya Ditetapkan di : Pada tanggal : a.n. MENTER! PERHUBUNGAN GUBERNUR PROVINSI NIP Salinan Surat Keputusan ini disampaikan kepada: 1, Menteri Perhubungan; 2. Dirjen Perhubungan Laut; 3. Adpel/Kakanpel. MENTERI PERHUBUNGAN ttd M. HATTA RAJASA, 33

Anda mungkin juga menyukai