Anda di halaman 1dari 32

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

Kata pengantar……………………………………………………………………………..2

1.1 Latar Belakang………….………….………….………………….………….…..…3


1.2 Rumusan Masalah………….…………….………….………….……………..........4
1.3 Tujuan Penelitian………….……….…….………….………….………….………..5
1.3.1 Tujuan Umum……….….………….………….………….………………..5
1.3.2 Tujuan Khusus…………….………….………….………….……………..5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Bahasa….………….………….………….………….………….…………………...6
2.1.2 Objek Bahasa………..…….………….…..………….……………………...7
2.1.3 Metode Mempelajari Filsafat Bahasa.………..………….…….…………...7
2.2 Penalaran………….……….………….………….………….…….……………….9
2.2.1 ciri cirri penalaran……….……….………….…………………………….10
2.2.2 Prinsip prinsip penalaran……….…….….………….…………………….11
2.3 Berfikir………….………….………….…….………….…………………………12
2.3.1 Klasifikasi berfikir………….………………….………….………………13
2.3.2 Proses berfikir………….………….………….…………….………………13
2.3.3 ciri cirri berfikir………….………….………….………….………………14
2.4 logika………….………….…………….………….………….……………………16
2.4.1 logika induktif dan deduktif………….………….……….………………16

BAB III PENTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………31
3.2 Saran……………………………………………………………………………….31
Lampiran……………………………………………………………………………....23
Daftar pustaka…………………………………………………………………………32

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
konsep logika ini.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang konsep dasar logika ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Padang, 1 may 2017

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar belakang
Filsafat dan ilmu pengetahuan adalah dua produk dan nalar peradaban manusia
yang saling berkait erat. Manusia menjalankan amanah sebagai khalifah dan abdi
Allah, selain oleh agama ia juga dituntun oleh filsafat dan ilmu pengetahuan.1 Jadi
manusia adalah sebagai pemegang amanah terhadap pemeliharaan dunia oleh
karenanya manusia memerlukan penegathuan dan pemikiran dalam mengemban tugas
tersebut. Dalam sejarah Islam pada awalnya berkembang pemikiranpemikiran
rasional, akan tetapi kemudian berkembang pemikiran tradisional. Pemikiran rasional
berkembang pada zaman Klasik Islam (650-1250 sedangkan pemikiran tradisional
berkembang pada Zaman Pertengahan Islam ( 1250-1800 M).
Dalam hal ini pemikiran rasional dipengaruhi oleh persepsi bagaimana
tingginya kedudukan akal seperti terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits.2 Pertemuan
Islam dan peradaban Yunani melahirkan pemikiran rasional dikalangan ulama Islam
zaman Klasik. Namun terdapat perbedaan antara pemikiran rasional Yunani dan
pemikiran rasional Islam zaman Islam Klasik.3 Manusia adalah makhluk hidup yang
sempurna, itulah ungkapan yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari kita.
Manusia sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna memang memiliki banyak
kelebihan dibanding makhluk lainnya. Sebagai ciptaan-Nya yang sempurna manusia
dibekali akal dan pikiran untuk bisa dikembangkan berbeda dengan hewan yang juga
memiliki akal dan pengetahuan tapi hanya sebatas untuk mempertahankan dirinya.
Menurut Suhartono Manusia mempunyai kemampuan menalar, artinya berpikir secara
logis dan analitis. Kelebihan manusia dalam kemampuannya menalar dan karena
mempunyai bahasa untuk mengkomunikasikan hasil pemikirannya yang abstrak, maka
manusia bukan saja mempunyai pengetahuan, melainkan juga mampu
mengembangkannya. Karena kelebihannya itu maka Aristoteles memberikan identitas
kepada manusia sebagai “animal rationale”

3
Seiring dengan perkembangan zaman, manusia sering mengabaikan atau
bahkan melupakan logika dalam berfikir dan membuat aturan. Kebanyakan orang-
orang tersebut menganggap remeh tentang logika dan berfikir seenaknya saja, mereka
mengiginkan suatu hal yang mudah dan praktis. Sehingga yang terjadi adalah
kejanggalan-kejanggalan dalam komunitas mesyarakat banyak. Perlu disadari bahwa
sesuatu yang logis biasanya akan mudah dipahami oleh nalar kita tetapi sesuatu yang
tidak logis kadang bertentangan dengan pikiran dan hati kita.
Dalam banyak hal kita sering mengalami berbagai kejadian yang kita pikir
tidak logis misalnya ada yang jelas-jelas melakukan korupsi dengan uang milliaran
rupiah bahkan triliunan rupiah tapi di mata hukum disamakan dengan seorang pencuri
seekor ayam. Ada juga yang jelas terbukti bersalah tetapi tidak tersentuh oleh hukum.
Atas dasar realitas tersebut diperlukan suatu logika dalam kehidupan manusia agar kita
mengetahui kapan saatnya berpikir logis, kapan saatnya berpikir tidak logis, setiap
tempat dan waktu ada logikanya, setiap logika ada waktu dan tempatnya. Memahami
hakikat keduanya haruslah dengan baik dan benar justru kita menempatkan diri dalam
segala keadaan serta proporsional di tengah manusia yang bervariasi tingkat logika
dan pemikirannya. Peristiwa yang terjadi pasti menimbulkan penalaran, apakah sesuai
dengan kehendak berpikir atau tidak sesuai sama sekali.5 Maka dengan demikian
penggunaan logika dalam konteks kehidupan keseharian memang sangat dibutuhkan
hal ini menunjukkan sejauh mana kapasitas individu tersebut dalam memanfaatkan
dan memaksimalkan potensi diri.

1.2Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
mengetahui dan menambah wawasan tentang konsep dasar logika untuk dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari – hari.
1.2.2 Tujuan khusus
a. mengetahui tentang konsep belajar
b. menambah wawasan tentang penalarana
c. mengetahui tentang konsep berfikir
d. mengethaui dan menambah wawasan tentang logika induktif dan deduktif

4
1.3 Rumusan Masalah
a. Apa yang disebut dengan bahasa ?
b. Apa yang disebut dengan penalaran ?
c. Apa yang dimaksud dengan berfikir ?
d. Apa itu logika deduktif dan induktif ?

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 BAHASA
2.1.1 Pengertian
Bahasa merupakan suatu ungkapan yang mengandung maksud untuk
menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Sesuatu yang dimaksudkan oleh pembicara
bisa dipahami dan dimengerti oleh pendengar atau lawan bicara melalui bahasa yang
diungkapkan. Chaer dan Agustina (1995:14) fungsi utama bahasa adalah sebagai alat
komunikasi. Hal ini sejalan dengan Soeparno (1993:5) yang menyatakan bahwa fungsi
umum bahasa adalah sebagai alat komunikasi sosial. Sosiolinguistik memandang
bahasa sebagai tingkah laku sosial (sosial behavior) yang dipakai dalam komunikasi
sosial. Suwarna (2002: 4) bahasa merupakan alat utama untuk berkomunikasi dalam
kehidupan manusia, baik secara individu maupun kolektif sosial.
Kridalaksana (dalam Aminuddin, 1985: 28-29) mengartikan bahasa sebagai suatu
sistem lambang arbitrer yang menggunakan suatu masyarakat untuk bekerja sama,
berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Effendi (1995:15) berpendapat bahwa
pengalaman sehari-hari menunjukan bahwa ragam lisan lebih banyak daripada ragam
tulis. Lebih lanjut Effendi (1995:78) menyampaikan bahwa ragam lisan berbeda
dengan ragam tulis karena peserta percakapan mengucapkan tuturan dengan tekanan,
nada, irama, 6 jeda, atau lagu tertentu untuk memperjelas makna dan maksud tuturan.
Selain itu kalimat yang digunakan oleh peserta percakapan tidak selalu merupakan
kalimat lengkap. Jeans Aitchison (2008 : 21) “Language is patterned system of
arbitrary sound signals, characterized by structure dependence, creativity,
displacement, duality, and cultural transmission”, bahasa adalah sistem yang terbentuk
dari isyarat suara yang telah disepakati, yang ditandai dengan struktur yang saling
tergantung, kreatifitas, penempatan, dualitas dan penyebaran budaya
Bahasa dalam pengertian eksklusif merupakan suatu pelukisan yang dapat
dipakai sebagai pedoman pengantar umum atas aliran “filsafat analitik” (analisis

6
bahasa) yang lahir di Inggris. Sedangkan untuk bahasa yang diartikan sebagai
“inklusif” merupakan bahasa yang ditujukan untuk aliran hermeneutika.
Menurut Rizal Muntansyir, filsafat bahasa ialah suatu penyelidikan secara
mendalam terhadap bahasa yang dipergunakan dalam filsafat, sehingga dapat
dibedakan pernyataan filsafat yang mengandung makna (meaningfull) dengan yang
tidak bermakna (meaningless).

2.1.2 Objek bahasa


Kata obyek dalam kamus besar bahasa Indonesia mengandung lima pengertian, yaitu :
1) Hal, perkara atau orang yang menjadi pokok pembicaraan
2) Benda, hal dan sebagainya yang menjadi obyek untuk diteliti.
3) Pelengkap dalam kalimat
4) Hal atau benda yang menjadi sasaran usaha sambilan
5) Bayangan dari suatu sistem lensa
Dalam konteks ilmu pengetahuan , penertian yang cocok dari kata obyek
adalah hal, benda atua perkara yang menjadi sasaran penelitian atau
studi. Biasanya obyek ilmu pengetahuanitu dibedakan menjadi dua, yaitu obyek
material (material object) dan obyek formal (formal object)
Obyek material adalah benda, hal atau bahan yang menjadi obyek, bidang atau
sasaran penelitian. Misalnya manusia merupakan obyek material dan ilmu
psikologi, biologi, sosiologi dan sejarah. Sedangkan benda mati, merupakan
obyek material dan ilmu pengetahuan alam (fisika, kimia dan
astronomi). Sedangkan obyek formal ialah aspek atau sudut pandang tertentu
terhadap obyek materialnya.

2.1.3 Metode Mempelajari Filsafat Bahasa


Metode merupakan kata dari bahasa Yunani, meta dan hodos. Meta berarti
menuju, melalui, sesudah, dan mengikuti. Sedang hodos berarticara, jalan atau
arah. Dalam ilmu pengetahuan, metode sering diartikan dengan jalan berpikir
dalam bidang penelitian untuk memperoleh pengetahuan, atau merupakan salah
satu langkah dari seluruh prosedur (methodology) penelitian tentang pengetahuan.

7
Terdapat lima metode yang dapat digunakan untuk mempelajari filsafat
bahasa. Kelima metode itu adalah :
1) Metode Historis
Metode historis atau metode sejarah adalah suatu metode pengkajian
filsafat yang didasarkan pada prinsip-prinsip metode historigrafi yang
meliputi empat tahapan: heuristic, kritik, intepretasi, dan
historigrafi. Heuristic artinya penentuan sumber kajian. Intepretasi artinya
melakukan intepretasi terhadap isi sebuah sumber kajian atau pemikiran
seorang ahli filsafat mengenai pemikirannya disekitar bahasa. Sedangkan
historigrafi adalah tahapan penulisan dalam bentuk rangkaian cerita
sejarah. Dalam konteks ini adalah cerita sejarah filsafat bahasa.
2) Metode Sistematis
Metode sistematis adalah metode pembahasan filsafat bahasa yang
didasarkan pada pendekatan material (isi pemikiran). Melalui metode ini,
seseorang bisa mempelajari filsafat bahasa mulai dari aspek ontology
filsafat bahasa, kemudian dilanjutkan pada aspek epistemology, dan
akhirnya sampai pada pembahasan mengenai aspek aksiologi filsafat
bahasa. Selain itu melalui metode sistematis ini,seseorang bisa juga
mempelajari filsafat bahasa mulai dari salah satu aliran tertentu dan
selanjutnya mempelajari aliran lainnya. Misalnya, mempelajari aliran
bahasa (analitik), kemudian mempelajari aliran lainnya, seperti positifisme
logis, strukturalisme, post strukturalisme dan postmodernisme
3) Metode Kritis
Metode kritis digunakan oleh mereka yang mempelajari filsafat tingkat
intensif. Biasanya digunakan oleh mahasiswa tingkat pasca sarjana. Bagi
yang menggunakan metode ini haruslah sudah memiliki pengetahuan
filsafat. Mengkritik boleh jadi dengan menentang suatu pemikiran atau
bisa juga mendukung suatu pemikiran. Metode semacam ini telah
dilakukan oleh George Moore ketika mengkritisi filsafat hegalianisme
(neo idealisme) di Inggris dengan cara mengkritisi pendapat-pendapat yang
dikemukakan oleh para filsuf hegalianisme. Selanjutnya diteruskan oleh
para peletak dasar aliran analisa bahasa, seperti B. Russel dan Wittgestein.

8
4) Metode Analisa Abstrak
Metode analisis abstrak yaitu dengan cara melakukan kegiatan urai setiap
fenomena kebahasaan dengan cara memilah-milah. Selanjutnya dilakukan
generalisir secara abstrak sesuai dengan kaidah berfikir logis. Analisis
dilakukan dengan cara memadukan analisis logis deduksi dengan analisis
induksi sebagaimana yang telah dilakukan B. Russel.
5) Metode Intuitif
Metode intuitif, yaitu dengan melakukan introspeksi intuitif dan dengan
memakai symbol-simbol. Metode ini telah lama dipraktekkan oleh para
ahli tasawuf (Islam) dan mengungkap hakikat kebahasaan secara
kasyaf. Di dunia barat, tokoh yang telah mempraktekkan metode ini adalah
Henry Bergson.

2.2 PENALARAN
2.2.1 Pengertian
Penalaran adalah kemampuan manusia untuk melihat dan memberikan
tanggapan tentang apa yang dia lihat. Karena manusia adalah makhluk yang
mengembangkan pengetahuan dengan cara bersungguh-sungguh, dengan pengetahuan
ini dia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Penalaran juga merupakan kemampuan berfikir cepat, tepat dan mantap. Selain
itu penalaran merupakan proses berfikir dan menarik kesimpulan berupa pengetahuan.
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan
secara bersungguh-sungguh. Namun bukan hanya manusia yang mempunyai
pengetahuan binatang juga mempunyai pengetahuan. Perbedaan pengetahuan manusia
dan hewan adalah hewan hanya diajarkan hal-hal yang menyangkut kelangsungan
hidupnya (survival) contohnya apabila ada bencana mereka akan cepat bersembunyi
atau mencari tempat yang aman sedangkan manusia dengan cara mengembangkan
pengetahuannya dia akan berusaha menghindari dan mencari penyebab terjadinya
bencana sampai bagaimana mengatasinya.
Manusia dalam kehidupannya dia akan selalu berusaha memenuhi kebutuhan
kelangsungan hidupnya, contohnya manusia akan selalu memikirkan hal yang baru,
mengembangkan budaya dan memberikan makna dalam kehidupan.

9
Contoh Penalaran : Penalaran dalam contoh yang nyata dapat kita temukan
pada perbedaan Contoh lainnya yang membedakan manusia dengan hewan adalah
yaitu apabila terjadi kabut burung akan terbang untuk mengindari polusi udara yang
memungkinkan dia tidak bisa bertahan hidup. Sedangkan manusia akan mencari tau
mengapa sampai terjadinya kabut? Bagaimana cara menghindari kabut? Apa saja
komponen-komponen yang terkadung di dalam kabut? Apa saja penyakit yang
diakibatkan oleh kabut?
Penalaran manusia bisa terjadi karena dua hal yaitu manusia mempunyai
bahasa dan manusia mampu mengembangkan pengetahuan. Dua hal inilah yang
membedakan manusia dengan hewan dan di harapkan manusia mampu
memposisikan dirinya di tempat yang benar.
Penalaran biasanya di awali dengan berfikir kerena berpikir merupakan suatu
kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Apa yang disebut benar bagi tiap
orang adalah tidak sama maka oleh sebab itu kegiatan proses berfikir untuk
mengasilkan pengetahuan yang benar itu pun juga berbeda-beda. Dapat dikatakan
bahwa tiap jalan pikiran mempunyai apa yang disebut sebagai kriteria kebenaran, dan
kriteria kebenaran ini merupakan landasan bagi proses penemuan kebenaran tersebut.
penalaran merupakan suatu proses penemuan kebenaran di mana tiap-tiap jenis
penalaran mempunyai kriterianya masing-masing.

2.2.2 Ciri – cirri penalaran


Sebagai suatu kegiatan berfikir maka penalaran mempunyai ciri-ciri:
a. Adanya suatu pola pikir yang secara luas dapat disebut logika. Dalam hal ini maka
dapat dikatakan bahwa tiap bentuk penalaran mempunyai logikanya sendiri. Atau
dapat juga disimpulkan bahwa kegiatan penalaran merupakan suatu proses berfikir
logis, di mana berfikir logis disini harus diartikan sebagai kegiatan berfikir
menurut suatu pola tertentu.
b. Bersifat analitik dari proses berfikirnya. Penalaran merupakan suatu kegiatan
berfikir yang menyandarkan diri kepada suatu analisis dan kerangka berpikir yang
dipergunakan untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan.
Artinya penalaran ilmiah merupakan suatu kegiatan analisis yang mempergunakan
logika ilmiah, dan demikian juga penalaran lainnya yang mempergunakan

10
logikanya tersendiri pula. Sifat analitik ini merupakan konsekuensi dari adanya
suatu pola berpikir tertentu. Tanpa adanya pola berpikir tersebut maka tidak akan
ada kegiatan analisis.

Berdasarkan kriteria penalaran dikatakan bahwa tidak semua kegiatan berfikir


bersifat logis dan analitis. Jadi cara berpikir yang tidak termasuk ke dalam penalaran
bersifat tidak logis dan analitik. Dengan demikian maka dapat dibedakan secara garis
besar ciri-ciri berpikir menurut penalaran dan berpikir yang bukan berdasarkan
penalaran.

Perasaan merupakan penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran.


Kegiatan berpikir juga ada yang tidak berdasarkan penalaran umpamanya adalah
intuisi. Berpikir intuisi memegang peranan yang penting dalam masyarakat yang
berpikir nonanalitik, yang kemudian sering bergalau dengan perasaan. Jadi secara luas
dapat dikatakan bahwa cara berpikir masyarakat dapat dikategorikan kepada cara
berpikir analitik yang berupa panalaran dan cara berpikir yang nonanalitik yang
berupa intuisi dan perasaan.

2.2.3 Prinsip-prinsip penalaran


Prinsip dasar pernyataan hanya ada tiga prinsip, yang mengemukakan pertama kali
adalah Aristoteles, yaitu sebagai berikut:
a. Prinsip identitas
Prinsip ini dalam istilah latin ialah principium indentitas. prinsip identitas
berbunyi: ’’sesuatu hal adalah sama dengan halnya sendiri’’. Dengan kata lain,
“sesuatu yang disebut p maka sama dengan p yang dinyatakan itu sendiri bukan
yang lain”.
b. Prinsip kontradiksi (principium contradictionis)
Prinsip kontradiksi berbunyi: “sesuatu tidak dapat sekaligus merupakan hal itu
dan bukan hal hal itu pada waktu yang bersamaan”, atau “sesuatu pernyataan tidak
mungkin mempunyai nilai benar dan tidak benar pada saat yang sama”. Dengan
kata lain, “sesuatu tidaklah mungkin secara bersamaan merupakan p dan non p”.
c. Prinsip eksklusi (principium exclusi tertii)
Prinsip eksklusi tertii, yakni prinsip penyisihan jalan tengah atau prinsip tidak
adanya kemungkinan ketiga. Prinsip ekslusi tertii berbunyi “sesuatu jika

11
dinyatakan sebagai hal tertentu atau bukan hal tertentu maka tidak ada
kemungkinan ketiga yang merupakan jalan tengah. Dengan kata lain, “sesuatu x
mestilah p atau non p tidak ada kemungkinan ketiga”. Arti dari prinsip ini ialah
bahwa dua sifat yang berlawanan penuh (secara mutlak) tidak mungkin kedua-
duanya dimiliki oleh suatu benda, mestilah hanya salah satu yang dapat
dimilikinya.
Disamping ketiga prinsip yang dikemukakan Aristoteles diatas, seorang filusuf
Jerman Leibniz menambah satu prinsip yang merupakan pelengkap atau tambahan
bagi prinsip identitas, yaitu prinsip cukup alasan (principium rationis
sufficientis), yang berbunyi. “suatu perubahan yang terjadi pada sesuatu hal
tertentu haruslah berdasarkan alasan yang cukup, tidak mungkin tiba-tiba berubah
tanpa sebab-sebab yang mencukupi”. Dengan kata lain, “adanya sesuatu itu
mestilah mempunyai alasan yang cukup, demikian pula jika ada perubahan pada
keadaan sesuatu”.
Penalaran merupakan cara berpikir tertentu oleh karena itu untuk melakukan
kegiatan analisis maka kegiatan penalaran tersebut harus diisi dengan materi
pengetahuan yang berasal dari suatu sumber kebenaran. Pengetahuan yang
dipergunakan dalam penalaran pada dasarnya bersumber pada rasio atau fakta.
Mereka yang berpendapat bahwa rasio adalah sumber kebenaran mengembangkan
paham yang kemudian disebut sebagai rasionalisme. Sedangkan mereka yang
menyatakan bahwa fakta yang tertangkap lewat pengalaman manusia merupakan
sumber kebenaran mengembangkan paham empirisme

2.3 BERFIKIR
2.3.1 Pengertian
Berpikir merupakan ciri utama bagi manusia untuk membedakan dengan makhluk
lain. Maka dengan dasar berpikir, manusia dapat mengubah keadaan alam sejauh akal
dapat memikirkannya. Berpikir merupakan proses bekerjanya akal, manusia dapat
berpikir karena manusia berakal. Ciri utama dari berpikir adalah adanya abstraksi.
Dalam arti yang luas, berpikir adalah bergaul dengan abstraksi-abstraksi, sedangkan
dalam arti sempit berpikir adalah mencari hubungan atau pertalian antara abstraksi-
abstraksi ( Puswanti, 1992 : 44).

12
Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini
merupakan serangkaian gerak pemikiran dengan mengikuti jalan pemikiran tertentu
agar sampai pada sebuah kesimpulan yaitu berupa pengetahuan (Suriasumantri 1997:
1).
Oleh karena itu, proses berpikir memerlukan sarana tertentu yang disebut
dengan sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang
membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Pada
langkah tertentu biasanya juga diperlukan sarana tertentu pula. Tanpa penguasaan
sarana berpikir ilmiah kita tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah
yang baik. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik
diperlukan sarana berpikir ilmiah berupa : bahasa ilmiah, logika dan matematika,
logika dan statistika ( Tim Dosen Filsafat Ilmu. 1996: 68). Bahasa ilmiah
merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir
ilmiah. Bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan
jalan pikiran seluruh proses berpikir ilmiah kepada orang lain. Logika dan
matematika mempunyai peran penting dalam berpikir deduktif sehingga mudah
diikuti dan dilacak kembali kebenarannya. Sedangkan logika dan statistika
mempunyai peran penting dalam berpikir induktif untuk mencari konsep-konsep
yang berlaku umum.

2.3.2 Klasifikasi berfikir


secara garis besar berpikir dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. berpikir alamiah
Dalam proses berpikir alamiah, pola penalaran didasarkan pada kebiasaan sehari-
hari dari pengaruh alam sekelilingnya.
b. berpikir ilmiah
pola penalaran didasarkan pada sasaran tertentu secara teratur dan sistematis.

2.3.3 Proses Berfikir


Berpikir merupakan suatu aktivitas pribadi yang mengakibatkan penemuan yang
terarah kepada suatu tujuan. Manusia berpikir untuk menemukan pemahaman atau
pengertian, pembentukan pendapat, dan kesimpulan atau keputusan dari sesuatu yang

13
dikehendaki. Menurut J.S Suriasumantri (1997: 1) manusia tergolong ke dalam homo
sapiens, yaitu makhluk yang berpikir. Hampir tidak ada masalah yang menyangkut
dengan aspek kehidupannya yang terlepas dari jangkuan pikiran. Sarana berpikir
ilmiah digunakan sebagai alat bagi cabang-cabang pengetahuan untuk
mengembangkan materi pengetahuannya berdasarkan metode-metode ilmiah.
Dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah pada dasarnya ilmu menggunakan
penalaran induktif dan deduktif. Fungsi sarana berpikir ilmiah adalah untuk membantu
proses metode ilmiah, baik secara deduktif maupun secara induktif. Kemampuan
berpikir ilmiah yang baik sangat didukung oleh penguasaan sarana berpikir dengan
baik pula, maka dalam proses berpikir ilmiah diharuskan untuk mengetahui dengan
benar peranan masing-masing sarana berpikir tersebut dalam keseluruhan proses
berpikir ilmiah. Berpikir ilmiah menyadarkan diri kepada proses metode ilmiah baik
logika berpikir deduktif maupun logika berpikir induktif. Ilmu dilihat dari segi pola
pikirnya merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan induktif.

2.3.4 Cirri – cirri berfikir


Orang yang berpikir filsafat paling tidak harus mengindahkan ciri-ciri berpikir sebagai
berikut:
1) Berpikir filsafat Radikal.
Yaitu berpikir sampai keakar-akarnya, sampai pada hakekat atau sustansi, esensi
yang dipikirkan. Sifat filsafat adalah radikal atau mendasar, bukan sekedar
mengetahui mengapa sesuatu menjadi demikian, melainkan apa sebenarnya
sesuatu itu dan apa maknanya.
2) Berpikir filsafat Universal.
Yaitu berpikir kefilsafatan sebagaimana pengalaman umumnya. Misalnya
melakukan penalaran dengan menggunakan rasio atau empirisnya, bukan
menggunakan intuisinya. Sebab, orang yang dapat memperoleh kebenaran dengan
menggunakan intuisinya tidaklah umum di dunia ini. Hanya orang tertentu saja.
3) Berpikir filsafat Konseptual.
Yaitu dapat berpikir melampaui batas pengalaman sehari-hari manusia, sehingga
menghasilkan pemikiran baru yang terkonsep.
4) Berpikir filsafat Koheren dan Konsisten.

14
Yaitu berpikir kefilsafatan harus sesuai dengan kaedah berpikir (logis) pada
umumnya dan adanya saling kait-mait antara satu konsep dengan konsep lainnya.

5) Berpikir filsafat Sistematis.


Yaitu dalam berpikir kefilsafatan antara satu konsep dengan konsep yang lain
memiliki keterkaitan berdasarkan azas keteraturan untuk mengarah suatu tujuan
tertentu.
6) Berpikir filsafat Komprehensif.
Yaitu dalam berpikir filsafat, hal, bagian, atau detail-detail yang dibicarakan harus
mencakup secara menyeluruh sehingga tidak ada lagi bagian-bagian yang tersisa
ataupun yang berada diluarnya.
7) Berpikir filsafat Bebas.
Yaitu dalam berpikir kefilsafatan tidak ditentukan, dipengaruhi, atau intervensi
oleh pengalaman sejarah ataupun pemikiran-pemikiran yang sebelumnya, nilai-
nilai kehidupan social budaya, adat istiadat, maupun religious.
8) Berpikir filsafat Bertanggungjawab.
Yaitu dalam berpikir kefilsafatan harus bertanggungjawab terutama terhadap hati
nurani dan kehidupan sosial.

2.3.4 Syarat – syarat berfikir


1) Sistematis
Pemikiran yang sistematis ini dimaksudkan untuk menyusunsuatu pola
pengetahuan yang rasional. Sistematis adalah masing-masing unsur suatu
keseluruhan. Sistematika pemikiran seorang filsofbanyak dipengaruhi oleh
keadaan dirinya, lingkungan, zamannya,pendidikan, dan sistem pemikiran
yang mempengaruhi.
2) Konsepsional
Secara umum istilah konsepsional berkaitan dengan ide atau gambaran yang
melekat pada akal pikiran yang berada dalamintelektual. Gambaran tersebut
mempunyai bentuk tangkapan sesuai dengan rillnya . sehingga maksud dari
„konsepsional‟ tersebut sebagai upaya untuk menyusun suatu bagan yang
terkonsepsi (jelas). Karenaberpikir secara filsafat sebenarnya berpikir tentang
hal dan prosesnya.

15
3) Koheren
Koheren atau runtut adalah unsur- unsurnya tidak boleh mengandung uraian-
uraian yang bertentangan satu sama lain. Koheren atau runtut di dalamnya
memuat suatu kebenaran logis. Sebaliknya,apabila suatu uraian yang di
dalamnya tidak memuat kebenaran logis,maka uraian tersebut dikatakan
sebagai uraian yang tidakkoheren/runtut.
4) Rasional
Yang dimaksud dengan rasional adalah unsur-unsurnya berhubungan secara
logis. Artinya, pemikiran filsafat harus diuraikan dalam bentuk yang
logis, yaitu suatu bentuk kebenaran yang mempunya ikaidah-kaiadah berpikir
(logika).
5) Sinoptik
Sinoptik artinya pemikiran filsafat harus melihat hal-hal secara menyeluruh
atau dalam kebersamaan secara integral.6. Pandangan Dunia : Yang dimaksud
adalah pemikiran filsafat sebaga iupaya untuk memahami semua realitas
kehidupan dengan jalan

2.4 LOGIKA DEDUKTIF DAN INDUKTIF


2.4.1 Logika
istilah logika diambil dari bahasa Yunani logikos, yang berarti ‘mengenai
sesuatu yang diutarakan, mengenai suatu pertimbangan akal (pikiran), mengenai
kata, mengenai percakapan, atau berkenaan dengan bahasa (Jan Hendrik Rapar,
2005: 52). Dalam bahasa Latin logika disebut dengan logos, berarti perkataan atau
sabda (Mundiri, 2003: 8). Orang Arab biasanya menyebut logika ini dengan
kata mantiq, yang diambil dari kata ‘nataqa’. Kata ‘mantiq’ lazim digunakan
dengan berkata atau berucap. Istilah ‘mantiq’ juga diartikan sebagai hukum yang
memelihara hati nurani dari kesalahan dalam berpikir.
Poedjawijatna (1996: 15) menjelaskan bahwa logika merupakan kajian filsafat
yang mengkaji manusia yang biasanya dikenal dengan filsafat budi, dimana budi
disini adalah akal sebagai alat penyelidikan dalam mengambil suatu tindakan atau
keputusan. Dengan memeperhatikan definisi-definisi logika yang dikemukakan
oleh para ahli tersebut diatas, maka pada umumnya memiliki persamaan, bahwa

16
yang disebut dengan logika adalah cabang filsafat yang membahas tentang asas-
asas, aturan-aturan, dan prosedur dalam mencapai pengetahuan yang benar, yang
dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.
Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid, dan dapat
dipertanggungjawabkan. Karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan
aturan-aturan berpikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar daripada satu.
Logika merupakan cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran,
dan sekaligus sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai
dasar filsafat dan sarana ilmu logika merupakan “jembatan penghubung” antara
filsafat dan ilmu, yang secara terminologis logika didefinisikan : Teori tentang
penyimpulan yang sah. Penyimpulan pada dasarnya bertitik tolak dari suatu
pangkal-pikir tertentu, yang kemudian ditarik suatu kesimpulan. Penyimpulan yang
sah, artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga dapat dilacak
kembali yang sekaligus juga benar, yang berarti dituntut kebenaran bentuk sesuai
dengan isi.
Contoh :kupu-kupu mengalami fase metamorfosa. Karena sebelum menjadi
kupu-kupu adanya tahap-tahapan yang dilalui yaitu yang pertama fase telur
kemudian menetas menjadi ulat lalu berubah menjadi kepompong dan selanjutnya
menjadi kupu-kupu.
Penyimpulan di atas dikatakan penyimpulan yang sah karena sesuai dengan
kenyataan yang ada dan tidak dibuat-buat (masuk akal).

2.4.2 Logika induktif dan deduktif.


Louis Kattsoff, seorang pengarang buku pengantar filsafat menulis bahwa logika
terbagi dalam dua cabang pokok – induktif dan deduktif.

1. Logika induktif
1) Pengertian
Logika induktif adalah bentuk penalaran yang berdasarkan kebenaran-
kebenaran tunggal yang ditarik menjadi satu kesimpulan umum, biasa dikenal
sebagai metode induktif

17
Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau
peristiwa khusus untuk menemukan hukum. (Kamus umum bahasa Indonesia hal.
444 W.J.S. Poerwadarminta, Balai pustaka, 2006)
Induksi adalah ilmu eksakta mengumpulkan data – data dalam jumlah tertentu,
dan atas dasar itu menyusun suatu ucapan umum. Observasi dan eksperimen
dilakukan untuk mengenai gejala-gejala dengan tepat dan saksama, sedang
hipotesis dan induksi membuat rumusan dari hukum-hukumnya.
Metode berpikir induktif dimana cara berpikir dilakukan dengan cara menarik
suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual.
Untuk itu, penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-
pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam
menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.

2) Bentuk-bentuk Penalaran Induktif


a. Generalisasi
Proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai
sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum Prinsip : apa
yang terjadi beberapa kali dalam kondisi tertentu dapat diharapkan akan selalu
terjadi bila kondisi yang sama terpenuhi.Tiga syarat membuat generalisasi :
a) Tidak terbatas secara numerik, tidak boleh terikat padaa jumlah tertentu.
b) Tidak terbatas secara spasio temporal, harus berlaku dimana saja.
c) Dapat dijadikan dasar pengandaian

Contoh generalisasi :
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jika dipanaskan, platina memuai
Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.
Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
Jadi, jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.

18
b. Analogi
penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat
yang sama.

Contoh analogi :
Nina adalah lulusan Akademi Amanah.
Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Ali adalah lulusan Akademi Amanah.
Oleh Sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
c. Hubungan kausal
penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Macam hubungan kausal :
a) Sebab- akibat.
Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.
b) Akibat – Sebab.
Andika tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar
dengan baik.
c) Akibat – Akibat.
Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu
beranggapan jemuran di rumah basah.

Induksi merupkan cara berpikir dengan menarik suatu kesimpulan yang


bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual.
Penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataaann-pernyataan
yang ruang lingkupnya khas dan terbatas dalam menysusun argumentasi yang
diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.Misalkan kita mempunyai
fakta bahwa katak makan untuk mempertahankan hidupnya, ikan , sapi, dan
kambing juga makan untuk mempertahankan hidupnya, maka dari kenyataan
ini dapat disimpulkan bahwa semua hewan makan untuk mempertahankan
hidupnya.

Kesimpulan yang bersifat umum ini penting artinya karena mempunyai


dua keuntungan. Keuntungan yang pertama adalah pernyataan yang bersifat

19
umum ini bersifat ekonomis, maskudnya melalui reduksi terhadap berbagai
corak dan sekumpulan fakta yang ada dalam kehidupan yang beraneka ragam
ini dapat dipersingkat dan diungkapkan menjadi beberapa pernyataan.
Pengetahuan yang dikumpulkan manusia bukanlah sekedar koleksi dari
berbagai fakta melainkan esensi dan juga fakta-fakta tersebut.

Demikian juga dalam pernyataan mengenai fakta yang dipaparkan,


pengetahuan tidak bermaksud membuat reproduksi dari objek tertentu
melainkan menekankan kepada strukstur dasar yang menyangga wujud fakta.
Sebagai contoh, bagaimanapun lengkapnya dan cermatnya sebuah pernyataan
dibuat untuk mengungkapkan betapa nikmatnya hubungan intim dirasakan
seorang wanita atas keinginan suka sama suka dan perihnya hubungan intim
karena pemerkosaan, tidak mungkin dapat merreproduksikan hal itu.
Pengetahuan cukup puas dengan pernyataan elementer yang bersifat kategoris
bahwa hubungan intim atas dorongan suka sama suka indah, nikmat, dan
hubungan intim karena pemerkosaan sangatlah menyakitkan. Pernyataan
seperti ini sudah cukup bagi manusia untuk bersifat fungsional dalam
kehidupan praktis dan berpikir teoritis.

Keuntungan yang kedua dari pernyataan yang bersifat umum adalah


dimungkinkan proses penalaran selanjutnya baik secara induktif maupun
deduktif. Secara induktif maka dari berbagai pernyataan yang bersifat umum
dapat disimpulkan pernyataan yang bersifat lebih umum lagi. Misalkan dari
contoh sebelumnya bahwa kesimpulan semua hewan perlu makan untuk
mempertahankan hidupnya, kemudian dari kenyataan bahwa manusia juga
perlu makan untuk mempertahankan hidupnya, maka dapat dibuat lagi
kesmpulan bahwa semua mahluk hidup perlu makan untuk mempertahankan
hidupnya. Penalaran seperti ini memungkinkan disusunnya pengetahuan
secara sistematis yang mengarah kepada pernyataan-pernyataan yang main
lama makin bersifat fundamental.

20
d. ciri logika induktif
a) Penalaran penal induktif = proposisi empiris yang ditangkap indera.
b) Kesimpulan dalam penalaran induksi lebih luas dari pada apa yang
dinyatakan dalam premis.
c) Meski kesimpulan tak mengikat, tapi manusia menerimanya. Jadi konklusi
induksi punya kredibilitas rasional=probabilitas.

2.4.3 Logika deduktif


1. Pengertian
Deduksi berasal dari bahasa inggris deduction yang berarti penarikan
kesimpulan dari keadaan-keadaan umum, menemukan yang khusus dari yang
umum. (Kamus umum bahasa Indonesia hal. 273 W.J.S. Poerwadarminta, Balai
pustaka, 2006)
Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat
umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara
deduktif biasanya mempergunakan pola pikir silogisme yang secara sederhana
digambarkan sebagai penyusun dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan.
Pernyataan yang mendukung silogisme disebut premis yang kemudian dapat
dibedakan sebagai premis mayor dan premis minor. Kesimpulan merupakan
pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua premis
tersebut.
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan
hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam
bagian-bagiannya yang khusus. Contoh penarikan kesimpulan berdasarkan
metode deduktif adalah sebagai berikut :
Joko adalah seorang mahluk hidup (Premis minor)
Jadi, Joko perlu makan untuk mempertahakan hidupnya (Kesimpulan)
Kesimpulan yang diambil bahwa Joko juga perlu makan untuk
mempertahankan hidupnya adalah sah menurut penalaran deduktif, sebab
kesimpulan ini ditarik secara logis dari dua premis yang mendukungnya.
Pertanyaan apakah kesimpulan ini benar harus dikembalikan kepada kebenaran
premis-premis yang mendahuluinya. Apabila kedua premis yang

21
mendukungnya benar maka dapat dipastikan bahwa kesimpulan yang
ditariknya juga adalah benar. Mungkin saja kesimpulannya itu salah, meskipun
kedua kedua premisnya benar, sekiranya cara penarikkan kesimpulannya tidak
sah.
Dengan demikian maka ketepatan penarkkan kesimpulan tergantung
dari tiga hal yaitu: kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor, dan
keabsahan penarikan kesimpulan. Apabila salah satu dari ketiga unsur itu
persyaratannya tidak terpenuhi dapat dipastikan kesimpulan yang ditariknya
akan salah. Matematika adalah pengetahuan yang disusun secara deduktif.

2. Ciri-ciri dari logika deduktif


1) Analitis
Kesimpulan daya tarik hanya dengan menganalisa proposisi-proposisi atau
premis-premis yang sudah ada
2) Tautologies
Kesimpulan yang ditarik sesungguhnya secara tersirat sudah terkandung
dalam premis-premisnya
3) Apirori
Kesimpulan ditarik tanpa pengamatan indrawi atau operasi kampus.
4) Argument deduktif selalu dapat nilai sahih atau tidaknya.

22
Lampiran
Soal objektif

1. Berdasarkan watak dan fungsi filsafat yang menitik beratkan pada analisis kata dan
konsep disebut…
A. Aktual
B. Logosentris
C. Spekulatif
D. Formal
E. Informal
2. Dalam mencari kebenaran terdapat beberapa pendapat pendekatan yaitu….
A. Koherensi, pregmatik, empiris, rasional, proposisi
B. Empiris, rasional, intuitif, religious, otoritas
C. Empiris, intuitif, religious, otoritas, performatif
D. Korespodensi, koherensi, pragmatic, rasional, proposisi
3. Dibawah ini yang termasuk cirri – ciri berfikir filsafat yaitu, kecuali…
A. Kritis
B. Radikal
C. Rasional
D. Koheren
E. Dinamis
4. Berfikir melalui alur yang sistematik sehingga ditemukan adanya koheren ( saling
runtut ), diantara salah satu pertanyaan dengan pertanyaan lainnya disebut…
A. Logis
B. Radikal
C. Universal
D. Sistematis
E. Skeptisis
5. Premis minor, premis mayor, simpulan merupakan contoh dari berfikir secara…
A. Sistematis
B. Logis

23
C. Radikal
D. Universal
E. Skeptisis
6. Yang termasuk tiga tahap berfikir logika adalah…
A. Pemahaman, keputusan dan radikal
B. Pemahaman, keputusan dan argumentasi
C. Pemahaman, keputusan dan sistematis
D. Pemahaman, keputusan dan kritis
E. Pemahaman, keputusan dan universal
7. Pemikiran yang bercorak teosentris, termasuk pada cirri – cirri pada zaman…
A. Kontenporer
B. Yunani kuno
C. Modern
D. Pertengahan
E. Zaman aganisme
8. Pengetahuan yang diperoleh tanpa melalui proses penalaran tertentu disebut
pendekatan…
A. Empiris
B. Religious
C. Intuitif
D. Otoritas
E. Menurut filsafah
9. Bahasa adalah sistem yang terbentuk dari isyarat suara yang telah disepakati, yang
ditandai dengan struktur yang saling tergantung, kreatifitas, penempatan, dualitas dan
penyebaran budaya merupakan defenisi bahasa menurut…
A. Jeans Aitchison
B. Rizal Muntansyir
C. Chaer dan Agustina
D. Effendi
E. Suwarna
10. Tahapan: heuristic, kritik, intepretasi, dan historigrafi termasuk kedalam metode….
A. Metode Sistematis

24
B. Metode Historis
C. Metode Kritis
D. Metode analisa abstrak
E. Metode rasional
11. kemampuan manusia untuk melihat dan memberikan tanggapan tentang apa yang dia
lihat merupakan defenisi dari…
A. Bahasa
B. Berfikir
C. Penalaran
D. Logika
E. Filsafat
12. Dibawah ini yang termasuk cirri – cirri penalaran adalah…
A. Adanya suatu pola pikir yang secara luas dapat disebut logika
B. Bersifat analitik dari proses berfikirnya
C. Unsur-unsurnya berhubungan secara logis.
D. A dan B benar
E. Semua benar
13. Manakah dibawah ini defenisi berpikir menurut suriasumatri…
A. Mencari hubungan atau pertalian antara abstraksi-abstraksi
B. Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan
C. Berpikir adalah sebuah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item
D. berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai
dengan adanya masalah.
E. Berpikir adalah berbicara dalam hati
14. sesuatu jika dinyatakan sebagai hal tertentu atau bukan hal tertentu maka tidak ada
kemungkinan ketiga yang merupakan jalan tengah merupakan prinsip penalaran dari…
A. Prinsip identitas
B. Prinstip kontradiksi
C. Prinsip eksklusi
D. A dan B benar
E. A, B dan C salah

25
15. logika merupakan kajian filsafat yang mengkaji manusia yang biasanya dikenal dengan
filsafat budi merupakan pengertian logika menurut…
A. Jan Hendrik Rapar
B. Mundiri
C. Poedjawijatna
D. Puswanti
E. Semua salah
16. bentuk penalaran yang berdasarkan kebenaran-kebenaran tunggal yang ditarik menjadi
satu kesimpulan umum merupakan defenisi dari logika..
A. logika induktif
B. logika deduktif
C. logika induktif – deduktif
D. A dan C salah
E. Semua benar
17. Manakah dibawah ini yang merupakan bagian dari bentuk – bentuk dari logika
induktif…
A. Generalisasi
B. Analogi
C. Hubungan kausal
D. A, B , dan C benar
E. B benar
18. Manakah dibawah ini yang merupakan syarat – syarat dari generalisasi…
A. Tidak terbatas secara numerik, tidak boleh terikat padaa jumlah tertentu.
B. Tidak terbatas secara spasio temporal, harus berlaku dimana saja.
C. Dapat dijadikan dasar pengandaian
D. A , B dan C benar
E. Semua salah
19. penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan umum, menemukan yang khusus dari
yang umum merupakan defenisi dari…
A. logika deduktif
B. logika induktif
C. logika analogi

26
D. logika generalisasi
E. logika klausal
20. yang manakah dibawah ini cirri – cirri dari logika deduktif
A. Analitis
B. Tautologies
C. Apirori
D. Argument deduktif selalu dapat nilai sahih atau tidaknya
E. Semua benar
21. unsur- unsurnya tidak boleh mengandung uraian-uraian yang bertentangan satu sama
lain merupakan defenisi dari…
A. sistematis
B. konsepsional
C. koheren
D. rasional
E. sinoptik
22. berpikir sampai keakar-akarnya, sampai pada hakekat atau sustansi, esensi yang
dipikirkan merupakan bagian dari berpikir…
A. berpikir filsafat radikal
B. berpikir filsafat universal
C. berpikir filsafat konseptual
D. berpikir filsafat koheren dan konsisten
E. berpikir filsafat sistematis
23. Manakah dibawah ini yang merupakan syarat – syarat berpikir…
A. Sistematis
B. Konsepsional
C. Koheren
D. Rasional
E. Semua benar

Untuk soal 24 – 25

27
Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.

24. Manakah sambungan yang tepat untuk menarik kesimpulan pada pernyataan diatas…
A. Jadi, udara membantu kelangsungan hidup
B. Jadi, jika ada udara mahkluk hidup akan hidup
C. Jadi, tumbuhan, hewan dan manusia akan hidup jika ada udara
D. A dan C benar
E. Semua salah
25. Diatas merupakan contoh dari….
A. Generalisasi
B. Koheren
C. Analogi
D. Sistematis
E. Konsepsional

Soal Essay
1. Coba sebutkan dan uraikan pengertian logika deduktif dan induktif ?
2. Apa objek formal dan objek material logika?
3. Apa yang saudara ketahui tentang penalaran beserta contohnya ?
4. Coba sebutkan cirri cirri penalaran induktif ?
5. Kemungkakan pendapat saudara tentang bahasa ?

28
Kunci soal

Kunci jawaban objektif

1. A. Aktual
2. B. Empiris, rasional, intuitif, religious, otoritas
3. E. Dinamis
4. D. Sistematis
5. B. Logis
6. B. Pemahaman, keputusan dan argumentasi
7. D. Pertengahan
8. C. Intuitif
9. A. Jeans Aitchison
10. B. Metode Historis
11. C. Penalaran
12. D. A dan B benar
13. B. Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan
14. C. Prinsip eksklusi
15. C. Poedjawijatna
16. A. logika induktif
17. D. A, B , dan C benar
18. D. A , B dan C benar
19. A. logika deduktif
20. E. Semua benar
21. C. koheren
22. A. berpikir filsafat radikal
23. E. Semua benar
24. B. Jadi, jika ada udara mahkluk hidup akan hidup
25. A. Generalisasi

29
Kunci jawaban essay

1. Logika Deduksi berasal dari bahasa inggris deduction yang berarti penarikan
kesimpulan dari keadaan-keadaan umum, menemukan yang khusus dari yang umum.
Sedangkan Logika induktif adalah bentuk penalaran yang berdasarkan kebenaran-
kebenaran tunggal yang ditarik menjadi satu kesimpulan umum.
2. Objek formal logika yaitu sudut pandang yang ditujukan pada bahan penelitian atau
pembentukan pengetahuan itu sendiri atau dari mana sudut pandang pemngetahuan itu.
3. Penalaran adalah kemampuan manusia untuk melihat dan memberikan tanggapan
tentang apa yang dia lihat. Karena manusia adalah makhluk yang mengembangkan
pengetahuan dengan cara bersungguh-sungguh, dengan pengetahuan ini dia mampu
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Contohnya apabila ada bencana mereka akan cepat bersembunyi atau mencari tempat
yang aman sedangkan manusia dengan cara mengembangkan pengetahuannya dia
akan berusaha menghindari dan mencari penyebab terjadinya bencana sampai
bagaimana mengatasinya.
4. 1) Penalaran penal induktif = proposisi empiris yang ditangkap indera.
2) Kesimpulan dalam penalaran induksi lebih luas dari pada apa yang dinyatakan
dalam premis.
3) Meski kesimpulan tak mengikat, tapi manusia menerimanya. Jadi konklusi induksi
punya kredibilitas rasional=probabilitas
5. Bahasa merupakan suatu ungkapan yang mengandung maksud untuk menyampaikan
sesuatu kepada orang lain. Sesuatu yang dimaksudkan oleh pembicara bisa dipahami
dan dimengerti oleh pendengar atau lawan bicara melalui bahasa yang diungkapka

30
BAB III
PENUTUP

3.1KESIMPULAN
Berpikir dalam berlogika terdapat dua dasar dan dua alur yangdigunakan untuk
mencapai kebenaran ilmiah (logis).Dua dasar tersebut ialah logika kualitatif dan logika
kuantitatif. Logikakuantitatif merupakan proses berpikir yang menggunakan data sebagai
alatuntuk mengukur dalam berlogika.
Proses berpikir kuantitatif menekankan padarasionalisme, objektifitas, terukur dan
sistematis. Logika kuantitatif inimenggunakan pola pikir deduktif yaitu mempelajari
sesuatu denganmenggunakan konsep-konsep yang lebih khusus dan bersifat analisis,
sehinggaorang yang menggunakan alur berpikir deduktif ini tidak mudah
dipengaruhi,karena hasil pemikirannnya berasal dari data-data yang telah
dianalisa. Yangmenggunakan alur berpikir deduktif biasanya laki-laki.Yang kedua, logika
kualitatif.
Logika kualitatif merupakan proses berpikirdengan sangat cepat berdasarkan paparan
deskriptif data di lapangan, kualitaskebenaran didasarkan pada realita yang ada, logika
kualitatif menggunakan alur berpikir induktif. Dapat dikatakan bahwa logika kualitatif
melihat fakta-faktaatau kejadian-kejadian yang ada lalu menarik kesimpulan ke dalam
pernyataanyang umum. Logika kualitatif biasanya digunakan untuk lingkup kebenaran
yangterbatas. Maksudnya tidak bersifat universal, hanya pada kejadian-kejadiantertentu.

3.2SARAN
Sebagai mahasiswa, kita dianjurkan untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan
logika. Karena jika seseorang telah tahu apa yang dimaksud dengan logika, baik yang
sifatnya deduktif atau induktif, akan mempengaruhi terhadap pola pikir yang ia
kembangkan. baik dalam menghadapi suatu masalah atau untuk menyampaikan
suatu masalah. Makan proses penalaran ini harus kitaketahui, bahkan dipahami dengan
sebenar – benarnya

31
DAFTAR PUSTAKA

Alex Lanur.Logika:Selayang Pandang.Yogyakarta:Kanisius,1983.W. Pespoprodjo dan


T.Gilareso.Logika Ilmu Menalar: Dasar-Dasar Berpikir Tertib, Logis, Kritis, Analitis,
Dialektis. Bandung: Pustaka Grafika, 2011

Armodiharjo,Darji & Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum,Apa dan Bagaimana Filsafat


Hukum Indonesia, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.1995.

Gie,The Liang., Hardjosatoto, Suhartoyo, Asdi,Endang Daruni.1978.Pengantar Logika


Modern.Jilid I. Yogyakarta:Karya Kencana.

Groat,Linda.,Wang, David.1954.Architectural Research Methods.New York:John Wiley &


Sons,Inc.

Ibrahimi,M.N. 2012. Logika Lengkap. (terjemahan Achmad Bahrur Rozi).Yogyakarta:


IRCiSoD. Maran, Rafael Raga. 2007. Pengantar Logika. Jakarta: Grasindo.

Rapar, Jan Hendrik. 1996. Pengantar Logika: Asas-Asas Penalaran


Sistematis.Yogyakarta:Kanisius.

Sommer, M. Logika. 1992. Bandung: Penerbit Alumni.

Sudibya, F. Warsito Djoko, 2011. Logika. Jakarta: PT Indeks.

Soehardjo Sastrosoehardjo, Silabus Mata Kuliah Filsafat Hukum, Program Pascasarjana Ilmu
Hukum, Universitas Diponegoro, Semarang, 1997.

Soetiksno, Filsafat Hukum, Bagian I, Penerbit PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1997

https://www.researchgate.net/publication/271265014_Logika [accessed May 2, 2017].

32

Anda mungkin juga menyukai