Penyelenggaraan - Latnakes (DIKLAT) PDF
Penyelenggaraan - Latnakes (DIKLAT) PDF
2014
SAMBUTAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN DAN
PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
i
Saya menyambut baik terbitnya Standar penyelenggaran Pendidikan
dan Pelatihan bagi Tenaga Kesehatan dan Masyarakat ini, karena
standar ini menjadi acuan bagi institusi pendidikan dan pelatihan
dalam mengelola penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.
NIP. 195810171984031004
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia Nya sehingga kegiatan Penyusunan Standar
Penyelenggaran Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan dan
Masyarakat di Bidang Kesehatan ini telah diterbitkan.
iii
pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan masyarakat baik pada
tingkat Nasional maupun Internasional.
NIP. 195804021986111001
iv
v
vi
DAFTAR ISI
Halaman
C Tujuan ………………………………………………………. 6
D. Sasaran …………………………………………………….. 6
vii
BAB II JENIS DAN MODEL PENDEKATAN PELATIHAN ………… 9
LAMPIRAN ………………………………….……………………………… 54
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
degeneratif yang memerlukan penanganan secara khusus dan
terpadu. Untuk itu perlu adanya upaya kesehatan yang berbasis
masyarakat yang mudah diakses (accessible), terjangkau
(affordable), serta berkualitas (quality).
2
memiliki tugas pokok dan fungsi melaksanakan penyiapan
penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan pengembangan
dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan di bidang
pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan termasuk
masyarakat. Adapun sasaran pendidikan dan pelatihan
Pusdiklatnakes adalah tenaga pendidik/ kependidikan, tenaga
kesehatan non aparatur dan masyarakat (TOMA, TOGA, OP,
LSM, dll).
3
B. Dasar Hukum
4
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 725/Menkes/SK/V/2003
tentang Standar Penyelenggaraan Pelatihan di Bidang
Kesehatan.
5
C. Tujuan
D. Sasaran
3. Widyaiswara/Pelatih/Fasilitator.
E. Ruang Lingkup
6
F. Manfaat Standar
3. Bagi Widyaiswara/Pelatih/Fasilitator
G. Definisi Operasional
7
2. Pelatihan, adalah proses pembelajaran dalam rangka
meningkatkan kinerja, profesionalisme dan/atau menunjang
pengembangan karir bagi tenaga kesehatan dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya yang dilaksanakan
minimal 30 (tiga puluh) jam pembelajaran.
8
BAB II
A. Jenis Pelatihan
1. Pelatihan Pra-tugas
Pelatihan Pra-tugas adalah pelatihan yang dilaksanakan untuk
mempersiapkan tenaga kesehatan sebelum bekerja di bidang
kesehatan.
Sasaran : tenaga kesehatan.
2. Pelatihan Teknis
a. Pelatihan Teknis Profesi Kesehatan
Pelatihan Teknis Profesi Kesehatan adalah pelatihan yang
dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi
9
teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas profesi
kesehatan.
10
kompetensi teknis kependidikan yang diperlukan untuk
pelaksanaan tugas di bidang pendidikan kesehatan.
Sasaran : masyarakat.
11
B. Model Pendekatan Pelatihan
12
pembelajaran di dalam kelas dalam kurun waktu yang
ditetapkan, selanjutnya peserta kembali ke tempat
kerja/kedudukannya masing-masing untuk mengerjakan
penugasan dan kemudian kembali lagi ke dalam kelas untuk
menyampaikan hasil dari penugasan yang telah dikerjakan
atau sebaliknya. Seluruh rangkaian proses pembelajaran
tersebut disampaikan dengan terstruktur.
13
BAB III
Bagan I
Model Standar Penyelenggaraan Pelatihan
STANDAR PENGELOLAAN
STANDAR PELATIH
STANDAR
LULUSAN
STANDAR PEMBIAYAAN
14
Sasaran dalam standar penyelenggaraan pelatihan adalah :
1. Penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kesehatan
2. Penyelenggaraan pelatihan bagi masyarakat bidang kesehatan
A. STANDAR KURIKULUM
Didalam standar kurikulum, selain membahas kurikulum juga
dibahas tentang peserta, standar pelatih, standar penilaian dan
standar kelulusan. Untuk standar kelulusan, penulisannya diubah
menjadi sertifikasi. Sehingga mekanisme penulisan kurikulum
pelatihan tenaga kesehatan dan masyarakat menjadi sebagai
berikut:
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Filosofi Pelatihan
15
B. PERAN, FUNGSI DAN KOMPETENSI
1. Peran
2. Fungsi
3. Kompetensi
C. TUJUAN PELATIHAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. PESERTA, PELATIH, PENYELENGGARA
E. STRUKTUR PROGRAM
F. DIAGRAM ALIR PROSES PEMBELAJARAN
G. GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)
/ RANCANG BANGUN PROGRAM PEMBELAJARAN (RBPP)
H. EVALUASI
I. SERTIFIKAT
16
pebelajaran suatu pelatihan serta mengkondisikan proses
pembelajaran agar dinamis melalui energizer.
17
2. Pelatihan Non Klasikal
Pelatihan non klasikal bagi tenaga kesehatan terdapat 2 (dua)
model yaitu Pelatihan Jarak Jauh (PJJ) dan kalakarya
terstruktur. Untuk masyarakat model pelatihannya adalah
kalakarya tidak terstruktur.
18
Secara umum diagram alir proses pembelajaran untuk semua
model pendekatan pelatihan klasikal adalah sama, yaitu sebagai
berikut:
Bagan II
Proses Pembelajaran
Pre Test
Pembukaan
E
V Wawasan Pengetahuan dan Keterampilan
A
L Materi Dasar Materi Inti
U
A Motode: ceramah Motode: ceramah tanya jawab, diskusi kelompok,
S tanya jawab studi kasus, demonstrasi, bermain peran
I
Praktik Lapangan / Orientasi
RTL
19
Penjelasan:
Pre test
Sebelum acara pembukaan dilakukan pre test terhadap
peserta, dengan tujuan untuk mendapatkan informasi awal
tentang pengetahuan dan kemampuan peserta.
Pembukaan
Pembukaan dilakukan untuk mengawali kegiatan pelatihan
secara resmi yang dibuka dengan penyematan tanda
peserta oleh pejabat atau penanggung jawab program yang
diberi kewenangan.
Membangun Komitmen Belajar/Building Learning
Commitment (BLC)
20
(tiga) jpl dan proses tidak terputus. Dalam prosesnya, 1 (satu)
orang fasilitator memfasilitasi maksimal 30 (tiga puluh) orang
peserta.
Proses pembelajaran meliputi:
1. Forming.
Pada tahap ini setiap peserta pelatihan masih berhubungan
secara formal, masing-masing masih saling observasi dan
memberikan ide ke dalam kelompok. Pelatih berperan
rangsangan agar setiap peserta berperan serta dan
memberikan ide yang bervariasi.
2. Storming.
Pada tahap ini mulai terjadi debat yang makin lama
suasananya makin memanas karena ide yang diberikan
mendapatkan tanggapan yang saling mempertahankan
idenya masing-masing. Pelatih berperan memberikan
rangsangan pada peserta yang kurang terlibat agar ikut aktif
menanggapi.
3. Norming.
Pada tahap ini suasana yang memanas sudah mulai reda
karena kelompok sudah setuju dengan klarifikasi yang
21
dibuat dan adanya kesamaan persepsi. Masing-masing
peserta mulai menyadari dan muncul rasa mau menerima
ide peserta lainnya. Dalam tahapan ini sudah terbentuk
norma baru yang disepakati kelompok. Pelatih berperan
membulatkan ide yang telah disepakati menjadi ide
kelompok.
4. Performing.
Pada tahap ini kelompok sudah kompak, diliputi suasana
kerjasama yang harmonis sesuai dengan norma baru yang
telah disepakati bersama. Pelatih berperan memacu
kelompok agar masing-masing peserta ikut serta akif dalam
setiap kegiatan kelompok dan tetap menjalankan norma
yang telah disepakati.
22
Pemberian wawasan
Setelah BLC, kegiatan dilanjutkan dengan memberikan materi
sebagai dasar pengetahuan/wawasan yang sebaiknya
diketahui peserta dalam pelatihan ini.
Pembekalan pengetahuan dan keterampilan
Pemberian materi pengetahuan dan keterampilan dari proses
pelatihan mengarah pada kompetensi yang akan dicapai oleh
peserta. Penyampaian materi dilakukan dengan menggunaan
berbagai metode yang melibatkan semua peserta untuk
berperan serta aktif dalam mencapai kompetensi tersebut,
yaitu diskusi kelompok, studi kasus, simulasi, bermain peran
dan praktik.
Praktik Lapangan/Observasi Lapangan
1. Praktik lapangan dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu
Praktik Lapangan (PL) dan atau Observasi Lapangan (OL),
penentuannya tergantung dari tujuan pelatihan.
2. Penulisan materi PL/OL dalam struktur program dapat
dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:
a. Dicantumkan disetiap materi inti
PL/OL yang jpl-nya ditulis disetiap materi inti, maka
23
dalam penulisan GBPP harus dicantumkan tujuan
pembelajaran khusus, pokok bahasan, metode dan alat
bantu yang digunakan dalam proses PL/OL tersebut.
b. Dicantumkan dalam kelompok materi inti (materi
tersendiri dalam struktur program)
PL/OL yang merupakan materi tersendiri dalam struktur
program, maka harus dibuat GBPP-nya tersendiri dan
menggambarkan materi inti yang akan dipraktikkan.
3. Untuk memperlancar proses PL/OL, perlu ada lembar
pendukung berupa panduan dan instrumen/daftar tilik.
Rencana Tindak Lanjut (RTL)
RTL disampaikan dengan tujuan untuk mengaplikasikan
materi yang diperoleh selama pelatihan di tempat kerja,
dengan alokasi waktu minimal 3 (tiga) jpl.
Proses pembelajaran meliputi:
1. Penyampaian teori tentang RTL.
2. Penyusunan rencara langkah-langkah implementasi dari
salah satu materi yang dipilih untuk mencapai tujuan.
Penyusunan dilakukan oleh masing-masing peserta.
Apabila pesertanya adalah tim, maka RTL disusun oleh tim.
24
3. Isi RTL terdiri dari: nama kegiatan, tujuan kegiatan,
sasaran, waktu pelaksanaan, tempat, biaya, dan
pelaksana/penanggungjawab serta indikator pelatihan.
4. Presentasi hasil RTL. Peserta lain dan fasilitator
memberikan masukan untuk penyempurnaan RTL.
Evaluasi :
25
kegiatan proses pembelajaran yang sudah berlangsung,
sebagai umpan balik untuk menyempurnakan proses
pembelajaran selanjutnya.
Evaluasi terhadap fasilitator dilakukan oleh peserta pada
saat fasilitator telah mengakhiri materi yang
disampaikannya. Evaluasi dilakukan dengan
menggunakan form evaluasi terhadap fasilitator
Penutupan
Acara penutupan adalah sesi pengakhiran dari semua
rangkaian kegiatan dengan penyerahan sertifikat pelatihan
dan penanggalan tanda peserta.
26
1. Pelatihan Klasikal
TOT
TOT Substansi
Peserta yang Peserta yang
memiliki kompetensi memiliki
TOT Umum
substansi yang kompetensi
berbeda substansi yang
sama
Sebelum Proses penyampaian Proses penyampaian
microteaching materi inti diawali materi inti diawali
diawali dengan pembekalan dengan teori materi
dengan yang berhubungan teknik melatih,
pembekalan dengan substansi kemudian
yang teknis, yang diberikan penyampaian
berhubungan dalam bentuk proses substansi teknis
dengan pembelajaran sesuai dalam bentuk review
teknik melatih dengan pencapaian atau bedah buku,
tujuan khusus materi setelah itu
substansi tersebut. microteaching terkait
Dilanjutkan dengan materi teknis yang
microteaching. tertulis dalam struktur
program.
Proses microteaching:
Perbandingan pelatih : peserta = 1:10
Prosesnya pada tahap persiapan peserta membuat SAP
27
yang akan dijadikan acuan pada saat microteaching.
Setiap peserta diberikan kesempatan untuk microteaching
dengan waktu minimal 30 menit, dengan rincian:
- Presentasi = 15 menit.
- Feedback dari audience = 10 menit.
- Feedback dari pelatih = 5 menit.
28
7) Melakukan ujian komperehensip
b. Kalakarya Terstruktur
29
3) Proses pembelajaran mandiri dengan pendampingan
fasilitator. Dalam pendampingan, fasilitator mengamati
apa yang dikerjakan peserta dan kesulitan yang
dihadapi.
4) Diakhiri dengan evaluasi berdasarkan pengamatan
dengan menggunakan check list dan wawancara.
Penjelasan:
a. Kegiatan diawali dengan penyampaian materi dan
penugasan-penugasan di kelas.
b. Peserta kembali ke tempat kerjanya masing-masing untuk
mengimplementasikan teori dan melaksanakan penugasan
yang didapat pada saat proses pembelajaran di kelas.
c. Peserta kembali ke kelas untuk menyajikan hasil
penugasan yang telah dilaksanakan di tempat kerja
30
masing-masing dan menyusun rencana tindak lanjut
berdasarkan hasil penugasan di tempat kerja masing-
masing.
Model 2:
Magang/praktik lapangan
Kelas di tempat kerja yang Kelas
ditentukan
Penjelasan:
a. Kegiatan diawali dengan penyampaian materi dan
penugasan-penugasan di kelas.
b. Peserta mengimplementasikan teori dan melaksanakan
penugasan yang didapat pada saat proses pembelajaran di
kelas dan dilakukan di tempat kerja yang ditentukan.
c. Peserta kembali ke kelas untuk menyajikan hasil
penugasan yang telah dilaksanakan di tempat kerja
masing-masing dan menyusun rencana tindak lanjut
berdasarkan hasil penugasan di tempat kerja masing-
masing.
Model 3:
31
Penjelasan:
a. Kegiatan diawali dengan pembekalan proses pembelajaran
yang akan diikuti selama pelatihan. Pembekalan diberikan
dengan cara menggunakan media website atau dengan
pengiriman panduan belajar dan modul. Masing-masing
peserta mempelajari panduan belajar dan modul dengan
waktu yang telah ditentukan. Dari hasil pembelajaran,
peserta dapat menentukan masalah yang dihadapi di
tempat kerjanya.
b. Proses pembelajaran di kelas untuk membahas masalah-
masalah yang dihadapi oleh masing-masing peserta
dengan difasilitasi oleh tutor. Dari hasil pembelajaran akan
didapatkan langkah-langkah (rencana implementasi) yang
harus dilakukan sebagai upaya dalam pemecahan masalah
yang dihadapi.
c. Peserta kembali ke tempat kerjasnya masing-masing untuk
mengimplementasikan langkah-langkah pemecahan
masalah yang telah disepakati pada saat proses
pembelajaran di kelas.
32
d. Peserta kembali ke kelas untuk seminar hasil pelaksanaan
dari kegiatan yang dilakukan dalam pemecahan masalah.
Evaluasi dilihat dari mengikuti keseluruhan proses dan dari
hasil implementasi kegiatan pemecahan masalah melalui
presentasi.
C. STANDAR LULUSAN
Standar lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam
menentukan kelulusan peserta pelatihan. Standar Lulusan berisi
kualifikasi kemampuan peserta pelatihan yang setidaknya
mencakup kompetensi dasar, kompetensi utama, dan
kemampuan tambahan.
D. STANDAR PELATIH
1. Kualifikasi Pelatih
Seorang pelatih harus memiliki kualifikasi akademik minimal
Sarjana (S-1) atau Diploma Empat (D-IV) yang diperoleh dari
perguruan tinggi terakreditasi, sertifikat kompetensi keahlian
33
dalam bidang yang relevan, dan sertifikat pelatih. Sertifikat
kompetensi keahlian dikeluarkan atau diakui oleh perguruan
tinggi penyelenggara program keahlian dan/atau lembaga
yang ditunjuk oleh pemerintah. Sertifikat pelatih diperoleh
setelah calon pelatih mengikuti pelatihan untuk pelatih dan
lulus ujian kompetensi pelatih yang diselenggarakan oleh
lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah.
Pelatih dapat juga pejabat atau seseorang yang berasal dari
kalangan profesional dan/atau akademisi yang karena
keahlian, kemampuan atau kedudukannya diikutsertakan
dalam kegiatan pencapaian tujuan pelatihan.
2. Kompetensi Pelatih
Kompetensi seorang pelatih terdiri atas 4 (empat) kompetensi
berikut, yang akan dijelaskan lebih terperinci pada lampiran 9 :
a. Kompetensi pedagogik
b. Kompetensi kepribadian
c. Kompetensi sosial
d. Kompetensi profesional
3. Tugas dan Fungsi Pelatih :
a. Melakukan konsolidasi, koordinasi, konfirmasi dengan
penyelenggara pelatihan.
34
b. Memfasilitasi (menjadi pelatih/fasilitator) dalam pelatihan.
c. Membuat laporan proses pembelajaran di kelas dan
lapangan.
d. Menyampaikan laporan kepada penyelenggara pelatihan.
35
Sistem pengelolaan sarana dan prasarana mencakup sistem
inventarisasi yang lengkap, pola pelaporan secara berkala dari
institusi pelaksana pelatihan kepada pihak pusat serta dapat
dipergunakan sebagai informasi bagi para pengguna (peserta
pelatihan, pelatih, MOT, dll). Selain itu diperlukan suatu
kebijakan, pedoman, panduan, dan peraturan yang jelas tentang
keamanan dan keselamatan penggunaan sarana dan prasarana
tersebut. Bukti pelaksanaan dari kebijakan tersebut harus dapat
dilacak dari peraturan yang lebih rinci dan aplikatif serta laporan
berkala di tingkat laboratorium/studio/perpustakaan dan tempat-
tempat lain di mana kegiatan pelatihan dilaksanakan.
36
F. STANDAR PENGELOLAAN
Prinsip pengelolaan suatu pelatihan meliputi :
1. Perencanaan, merupakan proses penetapan kebijakan,
regulasi, penyusunan program, dan anggaran, serta
merumuskan bagaimana cara atau prosedur untuk
melaksanakannya. Perencanaan meliputi penetapan kerangka
waktu (time frame) dan tahapan pencapaian yang diharapkan.
Termasuk dalam unsur perencanaan adalah bagaimana
seluruh sumberdaya dilibatkan untuk melaksanakan
kebijakan.
2. Pelaksanaan, merupakan proses realisasi dari perencanaan.
Dalam tahap ini seluruh sumberdaya harus dilibatkan secara
optimal untuk melaksanakan rencana.
3. Monitoring, merupakan upaya pengendalian terhadap
pelaksanaan kebijakan, dan melakukan upaya langsung agar
kebijakan dapat sepenuhnya dilaksanakan sesuai rencana.
Diharapkan dari informasi yang diperoleh dari kegiatan
monitoring bisa secepatnya dilakukan tindakan pencegahan
jika terjadi penyimpangan dari rencana semula.
4. Evaluasi, merupakan kegiatan yang dilakukan institusi
penyelenggara pelatihan untuk mengetahui perkembangan
37
pelaksanaan dan tingkat capaian kinerja penyelenggaraan
pelatihan yang dilakukan secara berkala, menyeluruh,
transparan, dan sistemik.
5. Pelaporan, merupakan suatu perwujudan dari tanggung jawab
pelaksana pelatihan terhadap tugas yang dilimpahkan dalam
bentuk pemberitahuan ataupun pertanggungjawaban secara
tertulis dalam suatu sistem administrasi.
G. STANDAR PEMBIAYAAN
Pembiayaan proses pelatihan bersumber dari :
1. Anggaran belanja rutin
2. Anggaran Belanja Pembangunan
3. Swadana
4. Hibah dan/atau Bantuan Luar Negeri
5. Sumber lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
Penyusunan dan penggunaan pembiayaan suatu pelatihan
dilakukan oleh institusi pelaksana pelatihan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan
38
memperhatikan prinsip efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan
pelatihan.
H. STANDAR PENILAIAN
Penilaian proses pelatihan merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh institusi pelaksana pelatihan yang bersangkutan dan/atau
institusi Pembina untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan
dan tingkat capaian kinerja penyelenggaraan pelatihan.
Penilaian proses pelatihan dilakukan terhadap antara lain :
1. Kurikulum
2. Peserta
3. Widyaiswara/pelatih
4. Pembiayaan pelatihan
5. Sarana dan prasarana
6. Penyelenggara
7. Bahan/materi pelatihan
8. Metode pelatihan
9. Jangka waktu
39
BAB IV
PENUTUP
40
merupakan langkah untuk menuju keberhasilan suatu pelatihan yang
bermutu.
Apabila dalam penerapan standar ini ada hal yang kurang sesuai,
Pusdiklatnakes menerima masukan-masukan agar Standar
Penyelenggaraan Pelatihan Tenaga Kesehatan dan Masyarakat di
Bidang Kesehatan ini lebih sempurna lagi
41
DAFTAR ISTILAH
42
kalakarya terstruktur dan kalakarya yang tidak terstruktur.
Kalakarya yang terstruktur adalah kalakarya yang memiliki
kurikulum dengan jumlah jam pelatihan minimal 30 (tiga puluh)
jpl.
43
9. Magang, adalah kegiatan pembelajaran yang dimaksudkan untuk
menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang didapat di
dalam kelas dalam kasus nyata di tempat kerja mengikuti jam
kerja yang sesungguhnya dengan waktu yang dibatasi.
44
13. Organisasi Profesi (OP) tenaga kesehatan, adalah himpunan
orang–orang yang memiliki profesi sejenis dengan latar belakang
pendidikan kesehatan formal, baik pada aspek teknis profesi
maupun manajerial dan praktik, jenjang kualifikasi, prosedur kerja
masing–masing bidangnya.
45
19. Pelatihan Teknis Manajemen Kesehatan, adalah pelatihan yang
dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi teknis
yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas manajemen kesehatan.
23. Pelatihan Jarak Jauh (PJJ) , adalah pelatihan dalam jabatan (in
service training) yang diikuti oleh peserta yang menjadi sasaran
pelatihan dan didasari motifasi yang kuat serta kemandirian yang
46
tinggi. PJJ merupakan suatu upaya untuk meningkatkan dan
memelihara pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta,
dimana peserta aktif dan mandiri sesuai dengan kompetensi.
Proses PJJ diawali dengan pertemuan peserta dan tutor dalam
kelas untuk memberikan pembekalan tentang proses
pembelajaran yang akan diikuti.
47
secepatnya dilakukan tindakan pencegahan jika terjadi
penyimpangan dari rencana semula.
48
30. Profesi, adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan
keahlian (keterampilan, kejuruan, dsb) tertentu.
49
lembaga/institusi pelatihan yang telah memenuhi persyaratan
akreditasi institusi.
50
peserta dengan pihak-pihak lain selama proses pembelajaran
berlangsung sesuai dengan waktu yang disepakati
51
DAFTAR PUSTAKA
52
Departemen Kesehatan RI, Pusdiklat Kesehatan, 2006, Pemilihan
Metode Pembelajaran (versi cetak), Jakarta.
53
LAMPIRAN
54
Lampiran 1.
Peran
Sebagai tenaga pelatih program kesehatan.
Fungsi
Dalam menjalankan perannya, peserta pelatihan berfungsi dalam mentransfer substansi
sesuai dengan programnya, dengan cara:
1. Merancang proses pembelajaran, antara lain menyusun Satuan Acara
Pembelajaran (SAP).
2. Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan kaidah kediklatan yang baik dan
benar.
3. Melakukan evaluasi terhadap hasil kegiatan pembelajaran.
Kompetensi
Untuk melaksanakan fungsi-fungsi tersebut, peserta harus memiliki kemampuan dalam:
1. Merancang proses pembelajaran:
a. Mempersiapkan proses pembelajaran.
b. Menyusun Satuan Acara Pembelajaran (SAP).
2. Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan kaidah kediklatan yang baik dan
benar:
a. Menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
55
b. Menggunakan media dan alat bantu pembelajaran sesuai dengan metode yang
dipilih.
c. Menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif.
d. Menerapkan teknik presentasi interaktif dalam proses pembelajaran.
3. Melakukan evaluasi terhadap hasil kegiatan pembelajaran,
a. Menyusun instrumen hasil belajar.
b. Melaksanakan evaluasi hasil belajar.
Tujuan pelatihan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu menjadi pelatih program kesehatan
sesuai kaidah-kaidah kediklatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu:
a. Mempersiapkan proses pembelajaran.
b. Menyusun Satuan Acara Pembelajaran (SAP).
c. Menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
d. Menggunakan media dan alat bantu pembelajaran sesuai dengan metode yang
dipilih.
e. Menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif.
f. Menerapkan teknik presetasi interaktif dalam proses pembelajaran.
g. Melakukan evaluasi terhadap hasil kegiatan pembelajaran.
h. Mensimulasikan proses fasilitasi/melatih (microfacilitating/microteaching).
56
Lampiran 2.
Peran
Sebagai pelatih pada pelatihan pengendalian Penyakit Paru Obstruktif (PPOK) di
Provinsi maupun Kabupaten/Kota.
Fungsi
Dalam menjalankan perannya, peserta pelatihan berfungsi dalam:
1. Menjelaskan faktor risiko PPOK.
2. Menjelaskan program pengendalian PPOK.
3. Menjelaskan program berhenti merokok.
4. Menjelaskan diagnosis PPOK.
5. Melakukan tata laksana PPOK di sarana pelayanan kesehatan.
6. Melakukan pemeriksaan faal paru dengan menggunakan spirometri.
7. Melatih dalam pelatihan pengendalian PPOK di Provinsi maupun Kabupaten/Kota.
Kompetensi
Untuk melaksanakan fungsi-fungsi tersebut, peserta harus memiliki kemampuan dalam:
1. Menjelaskan faktor risiko PPOK.
2. Menjelaskan program pengendalian PPOK.
3. Menjelaskan program berhenti merokok.
4. Menjelaskan diagnosis PPOK.
57
5. Melakukan tata laksana PPOK di sarana pelayanan kesehatan.
6. Melakukan pemeriksaan faal paru dengan menggunakan spirometri.
7. Melatih dalam pelatihan pengendalian PPOK di Provinsi maupun Kabupaten/Kota.
Tujuan Pelatihan
1. Tujuan umum
Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu melatih pada pelatihan pengendalian
Penyakit Paru Obstruktif (PPOK) di Provinsi maupun Kabupaten/Kota.
2. Tujuan khusus
Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu:
a. Menjelaskan faktor risiko PPOK.
b. Menjelaskan program pengendalian PPOK.
c. Menjelaskan program berhenti merokok.
d. Menjelaskan diagnosis PPOK.
e. Melakukan tata laksana PPOK di sarana pelayanan kesehatan.
f. Melakukan pemeriksaan faal paru dengan menggunakan spirometri.
g. Melatih dalam pelatihan pengendalian PPOK di Provinsi maupun
Kabupaten/Kota.
58
Lampiran 3.
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Latar belakang merupakan uraian tentang pentingnya mengapa pelatihan
tersebut dilaksanakan.
Untuk pelatihan tenaga kesehatan latar belakang mengacu pada kebijakan–
kebijakan atau peraturan-peraturan untuk peningkatan kompetensi tenaga
kesehatan. Sedangkan untuk pelatihan masyarakat mengacu pada
dukungan program kesehatan.
2. Filosofi Pelatihan
Filosofi pelatihan merupakan suatu nilai tentang bagaimana pelatihan
tersebut dilaksanakan sehingga semua peserta pelatihan dapat menerima
dan menjalankan nilai tersebut.
C. TUJUAN PELATIHAN
1. Tujuan umum
Tujuan umum merupakan kompetensi (kemampuan) yang akan dicapai
pada akhir pelatihan.
59
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus merupakan jabaran kompetensi (kemampuan) untuk dapat
mencapai kompetensi (kemampuan) yang dirumuskan pada tujuan umum.
60
kesehatan
E. STRUKTUR PROGRAM
Struktur program merupakan jabaran dari materi-materi yang disampaikan
dalam proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang dijabarkan
didalam tujuan khusus pelatihan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun struktur program:
1. Materi-materi tersebut dikelompokkan dalam 3 bagian, yaitu:
a. Materi dasar: merupakan materi yang menjadi dasar dalam pencapaian
kompetensi yang akan dicapai, dengan persentase 15-20% dari
keseluruhan jpl.
b. Materi inti: merupakan materi yang harus dikuasai dalam pencapaian
kompetensiyang dijabarkan dalam tujuan khusus pelatihan, dengan
persentase 60-70% dari keseluruhan jpl.
c. Materi penunjang: merupakan materi yang menunjang keberlangsungan
proses pembelajaran yaitu BLC dan RTL, dengan persentase 15-20%
dari keseluruhan jpl.
2. Untuk pelatihan yang lebih fokus pada peningkatan keterampilan teknis
profesi maka persentase materi bisa berubah dari ketentuan tersebut,
sebagai berikut:
a. Materi dasar: 5-10% dari keseluruhan jpl.
b. Materi inti: 80-90% dari keseluruhan jpl.
c. Materi penunjang: 5-10% dari keseluruhan jpl.
Materi-materi tersebut dikelompokkan dalam Teori (T), Penugasan (P), dan
Praktik Lapangan (PL). Untuk pelatihan yang lebih fokus pada peningkatan
keterampilan seharusnya ada alokasi waktu untuk PL sesuai dengan tujuan
pelatihan.
Perbandingan proporsi alokasi waktu dalam pelatihan antara teori dengan
penugasan dan praktik lapangan yaitu 40% : 60% atau 30% : 70%.
Dalam penyelenggaraan pelatihan tenaga kesehatan disarankan menggunakan
pola nomor 2, agar bobot pelatihan lebih fokus pada peningkatan ketrampilan
teknisnya. Sedangkan untuk pelatihan bagi masyarakat disesuaikan dengan
61
tujuan pelatihan.
62
Setiap peserta pelatihan yang mengikuti proses pembelajaran sesuai ketentuan
akan dinyatakan lulus apabila sesuai dengan standar penilaian dan standar
kelulusan.
Untuk pelatihan tenaga kesehatan peserta dinyatakan lulus akan mendapatkan
sertifikat dengan angka kredit sesuai dengan ketentuan dan SKP dari organisasi
profesi yang bersangkutan. Sedangkan untuk pelatihan bagi masyarakat
peserta yang dinyatakan lulus mendapatkan sertifikat tanpa nilai angka kredit.
Bagi peserta yang tidak lulus, diberikan surat keterangan telah mengikuti
pelatihan.
63
Lampiran 4.
64
Nama & jenis Model TOT
Pelatihan TOT Substansi
Peserta memiliki
Peserta memiliki
TOT Umum kompetensi
Bagian dari kompetensi substansi
substansi yang
yang berbeda
Kurikulum sama
pembelajaran menyusun SAP = 2 Penugasan = 6 jpl
jpl Microteaching = 7
Microteaching = 7 jpl jpl
5 Evaluasi Selain pre dan post test, Selain pre dan post test, microteaching
microteaching dievaluasi dievaluasi dengan menggunakan check list
dengan menggunakan
check list
Catatan :
Contoh cara penulisan tujuan umum dan tujuan khusus pada kurikulum:
TOT umum.
TOT substansi dengan peserta memiliki kompetensi substansi yang berbeda.
TOT substansi dengan peserta memiliki kompetensi substansi yang sama.
65
Lampiran 5.
Pelatihan Teknis
66
Nama & jenis Pelatihan Teknis Kesehatan
Pelatihan
Teknis Profesi Teknis Upaya Teknis Manajemen
Kesehatan Kesehatan dan Kepemimpinan
Bagian
bagi Nakes bagi Nakes dan Bagi Nakes
dari Kurikulum
masyarakat
dan narasumber didapat di kelas didapat di kelas
(konsulen) didampingi oleh didampingi oleh
fasilitator fasilitator
Kriteria: Kriteria: Kriteria:
Bertugas di fasilitas Bertugas di institusi Memiliki kompetensi
pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan substansi teknis
Memiliki kompetensi Memiliki kompetensi dengan
substansi teknis substansi teknis melampirkan
dengan melampirkan dengan melampirkan sertifikat atau surat
sertifikat atau surat sertifikat atau surat keterangan pernah
keterangan pernah keterangan pernah mengikuti pelatihan
mengikuti pelatihan mengikuti pelatihan substansi teknis
substansi teknis substansi teknis manajemen dan
Pernah mengikuti TOT Pernah mengikuti kepemimpinan
Widyaiswara dengan TOT Pernah mengikuti
background pendidikan Widyaiswara dengan TOT
sesuai profesi dan pengalaman di bidang Widyaiswara
memiliki pengalaman program dan selalu dengan pengalaman
dibidang teknis profesi update dengan di bidang teknis
perkembangan manajemen dan
program kepemimpinan
Pelatih dapat juga pejabat atau seseorang yang berasal dari kalangan
professional dan/atau akademisi yang karena keahlian, kemampuan atau
kedudukannya diikutsertakan dalam kegiatan pencapaian tujuan pelatihan
5 Struktur Materi inti diberikan untuk Materi inti yang Materi inti yang
program mencapai kompetensi diberikan lebih kepada diberikan lebih kepada
teknis profesi yang harus materi yang materi yang
dimiliki peserta mendukung program mendukung program
kesehatan kesehatan
Persentase materi: Persentase materi: Persentase materi
Materi dasar 5-10% Materi dasar 5-10% sesuai dengan
dari total jumlah jpl dari total jumlah jpl ketentuan umum
Materi inti 80-90% dari Materi inti 80-90% namun ada
total jumlah jpl dari total jumlah jpl kemungkinan berubah
67
Nama & jenis Pelatihan Teknis Kesehatan
Pelatihan
Teknis Profesi Teknis Upaya Teknis Manajemen
Kesehatan Kesehatan dan Kepemimpinan
Bagian
bagi Nakes bagi Nakes dan Bagi Nakes
dari Kurikulum
masyarakat
Materi penunjang 5- Materi penunjang 5- sesuai dengan
10% dari total jumlah jpl 10% dari total jumlah kebutuhan
jpl
6 GBPP Metode pelatihan lebih Apabila menggunakan Metode pelatihan
(metode) banyak praktik dengan alat bantu tertentu lebih banyak
menggunakan alat bantu maka metode pelatihan penugasan
tertentu sesuai dengan lebih banyak praktik dibandingkan dengan
keterampilan yang akan sesuai dengan teori
dicapai keterampilan yang
akan dicapai
7 Evaluasi Selain pre dan post test, Apabila menggunakan Selain pre dan post
harus ada ujian alat bantu tertentu, test, ujian
komprehensif dan ujian selain pre dan post keterampilan
keterampilan test, harus ada ujian tergantung tujuan
keterampilan pelatihan
Khusus untuk pelatihan masyarakat, bentuk evaluasi dapat disesuaikan
dengan kebutuhan (misalnya apabila tidak diperlukan, maka ujian
komprehensif dan/atau ujian ketrampilan bisa ditiadakan)
8 Sertifikat Standar penilaian: Standar penilaian: peserta yang mengikuti
peserta yang mengikuti pelatihan secara penuh mendapatkan sertifikat
pelatihan secara penuh pelatihan
mendapatkan sertifikat
pelatihan.
Standar kelulusan: lulus
ujian komprehensif dan
keterampilan
mendapatkan transkrip
nilai dari organisasi
profesi
Bagi peserta pelatihan dengan kehadiran dibawah 90% tidak diberikan
sertifikat tetapi diberikan surat keterangan telah mengikuti pelatihan
68
Lampiran 6.
69
Bagian dari Jenis Pelatihan Teknis
kurikulum PJJ Kalakarya Terstruktur
- Indikator unjuk kerja
- Topik/pokok bahasan
- Metode
- Media pembelajaran
- Saliran komunikasi
- Bukti
- Referensi
Metode yang digunakan yaitu belajar Metode yang digunakan yaitu
mandiri, tutorial, dan tes akhir. Tutorial coaching, demonstrasi, simulasi
dilakukan dengan metode tanya dan praktik langsung di tempat
jawab, diskusi kasus, latihan bekerja
Media dalam proses pembelajaran Media lebih difokuskan pada
PJJ terbagi menjadi: lembar kerja
proses pembelajaran onlines sistem
yang memanfaatkan media website
dengan menggunakan learning
media service (LMS) tertentu, tatap
muka dikelas hanya dilakukan saat
pembekalan dan tutorial dilakukan
melalui media elektronik
proses pembelajaran semi online
sistem dilakukan dengan melalui
media elektronik dan tutorial
dilakukan secara langsung
6 Evaluasi Penugasan, test pokok Berupa hasil penugasan yang
bahasan/materi dan ujian diberikan oleh
komprehensif pembimbing/pelatih. Penilaian
dilakukan dengan pengamatan
dengan mengguakan check list
dan wawancara. Evaluasi juga
dilakukan 1-3 bulan setelah
mengikuti kalakarya
7 Setifikat Standar penilaian: Standar penilaian:
Sertifikat dapat diberikan kepada Sertifikat dapat diberikan kepada
peserta apabila mengikuti PJJ dengan peserta apabila:
penuh. mengikuti kalakarya dengan
Standar kelulusan: penuh
70
Bagian dari Jenis Pelatihan Teknis
kurikulum PJJ Kalakarya Terstruktur
Nilai kelulusan didasarkan kepada dapat melakukan keterampilan
penyelesaian tugas, ujian substansi, yang sesuai dengan standars
dan ujian komprehensif, dengan
persentase yang ditentukan sesuai
dengan kompetensi.
71
Lampiran 7.
72
Lampiran 8.
73
Lampiran 9.
74
No. Kompetensi Sub Kompetensi
pelatihan pengembangan pelatihan
B. Kompetensi Kepribadian
1. Berperilaku sesuai a. Menghargai peserta pelatihan tanpa
dengan norma agama, membedakan agama, suku, adat-istiadat, asal
hukum, sosial, dan daerah, dan jenis kelamin
budaya nasional b. Berperilaku sesuai dengan norma yang
Indonesia berlaku di masyarakat dengan memperhatikan
budaya Indonesia yang beragam
2. Beriman dan bertakwa a. Berperilaku yang mencerminkan keimanan
kepada Tuhan Yang dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha
Maha Esa, berakhlak Esa
mulia, bersikap adil, b. Berperilaku yang mencerminkan akhlak mulia
dan jujur c. Bersikap adil dan jujur dalam melakukan proses
pelatihan
3. Berkepribadian terpuji a. Mencerminkan pribadi yang mantap, stabil, dan
teguh dalam pendirian
b. Menunjukkan pribadi yang dewasa, arif, bijaksana,
dan berwibawa
c. Mencerminkan pribadi yang disiplin
4. Memiliki etos kerja, a. Menampilkan etos kerja, tanggung jawab,
tanggungjawab, dan dan komitmen yang tinggi
percaya diri sebagai b. Percaya diri dalam melaksanakan pelatihan
pelatih c. Bekerja secara mandiri dan profesional
5. Mematuhi kode etik a. Menghayati kode etik profesi pelatih
profesi pelatih b. Menerapkan kode etik profesi pelatih
c. Berperilaku sesuai dengan kode etik profesi pelatih
C. Kompetensi Sosial
1. Bersikap terbuka, a. Bersikap terbuka dan objektif terhadap peserta
objektif, dan tidak pelatihan, teman sejawat, dan lingkungan sekitar
diskriminatif b. Bersikap tidak diskriminatif terhadap peserta
pelatihan, teman sejawat, dan anggota
masyarakat lainnya
2. Berkomunikasi secara a. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun
efektif, empatik, dan dengan peserta pelatihan
santun dengan peserta b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun
pelatihan, teman dengan teman sejawat
sejawat, dan c. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun
75
No. Kompetensi Sub Kompetensi
masyarakat sekitar dengan masyarakat sekitar
3. Beradaptasi dengan a. Beradaptasi di lingkungan kerja untuk
kondisi sosial di meningkatkan efektivitas kerja
lingkungan kerja b. Membangun hubungan sosial dengan lingkungan
kerja
4. Berkomunikasi dengan a. Membangun kerjasama dengan teman seprofesi
komunitas profesi dan profesi lainnya untuk peningkatan kualitas kerja
pelatih dan profesi b. Mengomunikasikan hasil inovasi kepada komunitas
lainnya seprofesi
c. Berkomunikasi dengan komunitas profesi melalui
berbagai media
D. Kompetensi Profesional
1. Memahami konsep a. Menjelaskan konsep dasar ilmu dan pengetahuan
dan fungsi ilmu dan yang mendasari bidang keahlian yang dilatihkan
pengetahuan yang b. Menjelaskan fungsi ilmu dan pengetahuan
mendasari bidang yang mendasari bidang keahlian yang dilatihkan
keahlian pelatihan
2. Menguasai standar a. Memahami standar kompetensi lulusan yang
kompetensi lulusan dan mencakup aspek pengetahuan, sikap dan
standar kompetensi keterampilan sesuai bidang keahlian
kerja nasional b. Memahami standar kompetensi kerja
Indonesia (SKKNI) nasional Indonesia (SKKNI) yang mencakup aspek
sesuai bidang keahlian pengetahuan, sikap dan keterampilan
c. Menerapkan standar kompetensi kerja
nasional Indonesia (SKKNI) dalam dunia
industri dan usaha mandiri sesuai bidang
keahlian yang dilatihkan
3. Memahami substansi a. Memahami substansi dasar yang dilatihkan
yang diujikan pada b. Memahami substansi yang dilatihkan sesuai
pelatihan perkembangan ilmu dan teknologi, serta kebutuhan
dunia industri dan usaha mandiri
4. Menerapkan prinsip a. Mengidentifikasi indikator unjuk kerja yang
pelatihan dan penilaian menyeluruh dan seimbang antar komponen
sesuai dengan bidang kurikulum sesuai bidang keahlian dan kebutuhan
keahlian serta dunia industri serta usaha mandiri
kebutuhan dunia b. Menyusun instrumen ujian teori untuk mengukur
industri dan usaha kompetensi sesuai kebutuhan dunia industri dan
mandiri usaha mandiri
76
No. Kompetensi Sub Kompetensi
c. Menyusun instrumen ujian praktik yang mencakup
aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk
mengukur kompetensi bidang keahlian sesuai
kebutuhan dunia industri dan usaha mandiri
d. Memvalidasi instrumen sesuai dengan
persyaratan pengembangan instrumen bidang
keahlian
e. Merakit instrumen berdasarkan hasil validasi
instrumen
f. Memilih instrumen yang tersedia sesuai kebutuhan
pelatihan
g. Menetapkan instrumen yang tersedia sesuai
kebutuhan pelatihan
5. Mengelola proses dan a. Merencanakan kegiatan pelatihan
prosedur pengujian b. Mengorganisasikan kegiatan pelatihan
pada pelatihan c. Melaksanakan kegiatan pelatihan
d. Mengelola hasil pelatihan
6. Menginterpretasikan a. Menganalisis hasil pelatihan
hasil pelatihan b. Memberi keputusan hasil pelatihan
7. Merumuskan tindak a. Merumuskan tindak lanjut untuk perbaikan
lanjut hasil pelatihan instrumen pelatihan
b. Merumuskan tindak lanjut untuk perbaikan
pelaksanaan pelatihan
8. Melaporkan hasil a. Mengadministrasikan hasil pelatihan
pelatihan b. Membuat laporan hasil pelatihan
77