Anda di halaman 1dari 23

1. A.

Definisi Ileus Obstruktif


Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun
penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus.
Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau total.
Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat
karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari
obstruksi justru mengenai usus halus.Obstruksi total usus halus
merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan
tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup.

Ada dua tipe obstruksi yaitu :

1. Mekanis (Ileus Obstruktif)

Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi


oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia
stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari.
Misalnya intusepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis,
obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses.

2. Neurogenik/fungsional (Ileus Paralitik)

Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf ototnom mengalami


paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu
mendorong isi sepanjang usus. Contohnya amiloidosis, distropi
otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan
neurologis seperti penyakit parkinson.
Beberapa pengertian obstruksi usus dan ileus obstruksi menurut
para ahli, yaitu:

v Obstruksi usus adalah sumbatan total atau parsial yang


mencegah aliran normal melalui saluran pencernaan. (Brunner
and Suddarth, 2001).

v Obstruksi usus adalah gangguan isi usus disepanjang saluran


usus (Patofisiologi vol 4, hal 403).

v Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus


sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001).

v Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan


terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya
normal (Reeves, 2001).

v Obstruksi usus merupakan suatu blok saluran usus yang


menghambat pasase cairan, flatus dan makanan dapat secara
mekanis atau fungsional (Tucker, 1998).

v Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus


dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali
menutup atau menganggu jalannya isi usus (Sabara, 2007).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa obstruksi


usus adalah sumbatan total atau parsial yang menghalangi aliran
normal melalui saluran pencernaan atau gangguan usus
disepanjang usus. Sedangkan Ileus obstruktif adalah kerusakan
atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan
mekanik.

1. B. Etiologi
1) Adhesi ( perlekatan usus halus ) merupakan penyebab
tersering ileus obstruktif, sekitar 50-70% dari semua kasus.
Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal
sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Obstruksi yang
disebabkan oleh adhesi berkembang sekitar 5% dari pasien yang
mengalami operasi abdomen dalam hidupnya. Perlengketan
kongenital juga dapat menimbulkan ileus obstruktif di dalam
masa anak-anak.

2) Hernia inkarserata eksternal ( inguinal, femoral, umbilikal,


insisional, atau parastomal ) merupakan yang terbanyak kedua
sebagai penyebab ileus obstruktif, dan merupakan penyebab
tersering pada pasien yang tidak mempunyai riwayat operasi
abdomen. Hernia interna (paraduodenal, kecacatan mesentericus,
dan hernia foramen Winslow) juga bisa menyebabkan hernia.

3) Neoplasma. Tumor primer usus halus dapat menyebabkan


obstruksi intralumen, sedangkan tumor metastase atau tumor
intra abdominal dapat menyebabkan obstruksi melalui kompresi
eksternal.
4) Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia
terhadap bagian usus yang mengalami intususepsi. Tumor, polip,
atau pembesaran limphanodus mesentericus dapat sebagai
petunjuk awal adanya intususepsi.

5) Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder


sampai inflamasi akut selama masa infeksi atau karena striktur
yang kronik.

6) Volvulus sering disebabkan oleh adhesi atau kelainan


kongenital, seperti malrotasi usus. Volvulus lebih sering sebagai
penyebab obstruksi usus besar.

7) Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang


berat dari kantong empedu menyebabkan fistul dari saluran
empedu ke duodenum atau usus halus yang menyebabkan batu
empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang
besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum
terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.

8) Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan


iskhemia, inflamasi, terapi radiasi, atau trauma operasi.

9) Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma,


intususepsi, atau penumpukan cairan.

10) Benda asing, seperti bezoar


11) Divertikulum Meckel yang bisa menyebabkan volvulus,
intususepsi, atau hernia Littre.

12) Fibrosis kistik dapat menyebabkan obstruksi parsial kronik


pada ileum distalis dan kolon kanan sebagai akibat adanya benda
seperti mekonium

1. C. Patofisiologi
Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah
sama, tanpa memandang apakah obstruksi usus tersebut
diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan
utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik dihambat dari
permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-
mula diperkuat kemudian intermiten akhirnya hilang. Lumen
usus yang tersumbat profesif akan terenggang oleh cairan dan gas.
Akumulasi gas dan cairan didalam lumen usus sebelah proksimal
dari letak obstruksi mengakibatkan distensi dan kehilangan H2O
dan elektrolit dengan peningkatan distensi maka tekanan
intralumen meningkat, menyebabkan penurunan tekanan vena
dan kapiler arteri sehingga terjadi iskemia dinding usus dan
kehilangan cairan menuju ruang peritonium akibatnya terjadi
pelepasan bakteri dan toksin dari usus, bakteri yang berlangsung
cepat menimbulkan peritonitis septik ketika terjadi kehilangan
cairan yang akut maka kemungkinan terjadi syok hipovolemik.
Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi
stranggulasi akan menyebabkan kematian. (Pice and Wilson, hal
404).
Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang
terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja atau
mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan
penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut
menyebabkan pasase lumen usus terganggu. Akan terjadi
pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan, pada
bagian proximal tempat penyumbatan, yang menyebabkan
pelebaran dinding usus (distensi).

Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan


terjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian
akumulasi cairan dan gas makin bertambah yang menyebabkan
distensi usus tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi juga
dapat mengenai seluruh panjang usus sebelah proximal sumbatan.
Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus yang meningkat
(hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi
gerakan anti peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadi serangan
kolik abdomen dan muntah-muntah.

D. Manifestasi Klinik

1. Nyeri tekan pada abdomen.

2. Muntah.

3. Konstipasi (sulit BAB).

4. Distensi abdomen.
5. BAB darah dan lendir tapi tidak ada feces dan flatus (Kapita
Selekta, 2000, hal 318).

1. E. Pemeriksaan Diagnostik
Adapun pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan antara lain:

ü Pemeriksaan sinar x: Untuk menunjukan kuantitas abnormal


dari gas atau cairan dalam usus.

ü Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit


dan jumlah darah lengkap) akan menunjukan gambaran
dehidrasi dan kehilangan volume plasma dan kemungkinan
infeksi.

ü Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk


menegakkan diagnosa obstruksi usus. Obstruksi mekanis usus
halus ditandai oleh udara dalam usus halus, tetapi tidak ada
gas dalam usus. Bila foto fokus tidak memberi kesimpulan,
dilakukan radiogram barium untuk mengetahui tempat obstruksi
(Brunner and Suddarth, 2001, hal 1121).

1. F. Penatalaksanaan Bedah dan Medis


Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan
cairan dan elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah
dengan intubasi dan kompresi, memperbaiki peritonitis dan syok
bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki
kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
Ø Obstruksi Usus Halus

· Dekompresi pada usus melalui selang usus halus atau


nasogastrik bermamfaat dalam mayoritas kasus obstruksi usus
halus.Apabila usus tersumbat secara lengkap, maka strangulasi
yang terjadi memerlukan tindakan pembedahan, sebelum
pembedahan, terapi intra vena diperlukan untuk mengganti
kehilangan cairan dan elektrolit (natrium, klorida dan kalium).

· Tindakan pembedahan terhadap obstruksi usus halus


tergantung penyebab obstruksi. Penyebab paling umum dari
obstruksi seperti hernia dan perlengketan. Tindakan
pembedahannya adalah herniotomi.

Ø Obstruksi Usus Besar

· Apabila obstruksi relatif tinggi dalam kolon, kolonoskopi


dapat dilakukan untuk membuka lilitan dan dekompresi usus.
Sekostomi, pembukaan secara bedah yang dibuat pasa sekum,
dapat dilakukan pada pasien yang berisiko buruk terhadap
pembedahan dan sangat memerlukan pengangkatan obstruksi.
Tindakan lain yang biasa dilakukan adalah reseksi bedah utntuk
mengangkat lesi penyebab obstruksi. Kolostomi sementara dan
permanen mungkin diperlukan.

G. Komplikasi
1. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium
sehinnga terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada
intra abdomen.

2. Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama


pada organ intra abdomen.

3. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani


dengan baik dan cepat.

4. Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan


volume plasma.
(Brunner and Suddarth, 2001, hal 1122).

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan


merupakan upaya untuk pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis mulai dari pengumpulan data, identitas dan evaluasi
status kesehatan klien. (Nursalam, 2001).

1. Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin,


agama, suku dan gaya hidup.
2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama .

Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat


dikaji. Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan
nyeri pada abdomennya biasanya terus menerus, demam,
nyeri tekan lepas, abdomen tegang dan kaku.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari


pertolongan, dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST
:

P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.

Q :Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul


atau terus- menerus.

R : Di daerah mana gejala dirasakan

S : Seberapa keparahan yang dirasakan klien dengan memakai


skala numeric 1 s/d 10.

T :Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan


memperingan keluhan.
c. Riwayat kesehatan masa lalu

Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama,


riwayat ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan
obat-obatan.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang


sama dengan klien.

3.Pemeriksan fisik

a. Aktivitas/istirahat

Gejala : Kelelahan dan ngantuk.

Tanda : Kesulitan ambulasi

b. Sirkulasi

Gejala : Takikardia, pucat, hipotensi ( tanda syok)

c. Eliminasi

Gejala : Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasi dan Flatus

Tanda : Perubahan warna urine dan feces


d. Makanan/cairan

Gejala : anoreksia,mual/muntah dan haus terus menerus.

Tanda : muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa


pecah-pecah. Kulit buruk.

e. Nyeri/Kenyamanan

Gejala : Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat


kolik.

Tanda : Distensi abdomen dan nyeri tekan

f. Pernapasan

Gejala : Peningkatan frekuensi pernafasan,

Tanda : Napas pendek dan dangkal

g. Diagnostik Test

· Pemeriksaan sinar X: akan menunjukkan kuantitas


abnormal dari gas dan cairan dalam usus.

· Pemeriksaan simtologi

· Hb dan PCV: meningkat akibat dehidrasi


· Leukosit: normal atau sedikit meningkat

· Ureum dan eletrolit: ureum meningkat, Na+ dan Cl- rendah

· Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi


abdomen

· Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab


(batu empedu, volvulus, hernia)

· Sigmoidoskopi: menunjukkan tempat obstruktif. (Doenges,


Marilynn E, 2000)

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang


menjelaskan respon manusia (status kesehatan, resiko perubahan
pola hidup) dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberi intervensi
pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi,
mencegah dan merubah (Carpenito, 2000).

Diagnosa keperawatan merupakan respon klien terhadap adanya


masalah kesehatan. Oleh karena itu diagnosa keperawatan
berorientasi pada kebutuhan dasar manusia berdasarkan teori
kebutuhan dasar Abraham Maslow (Gaffar, 1996).
Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien
dengan ileus obstruksi adalah sebagai berikut : (Doenges, M.E.
2001 dan Wong D.L)

1. Nyeri b/d distensi abdomen dan adanya selang Nasogastrik


tube/ usus.

2. Kekurangan volume cairan b/d output berlebihan, mual dan


muntah.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan


absorbsi nutrisi.

4. Kurang pengetahuan tentang kondisi/situasi, prognosis dan


kebutuhan pengobatan b/d kurangnya pemanjanan/mengingat,
kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal sumber
informasi, keterbatasan kognitif.

1. D. Rencana Keperawatan
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk
mencegah, mengurangi atau mengoreksi. Beberapa komponen
yang perlu diperhatikan untuk mengevaluasi tindakan
keperawatan meliputi menentukan prioritas, menentukan kriteria
hasil, menentukan rencana tindakan dan dokumentasi (Nursalam,
2001, hal 52) Adapun renana tindakan dari diagnosa keperawatan
yang muncul pada pasien dengan obstruksi usus antara lain:
1. Nyeri b/d distensi abdomen dan adanya selang
Nasogastrik tube/ usus.

Tujuan: Nyeri hilang/terkontrol, menunjukkan rileks.

Kriteria hasil :

· Nyeri berkurang sampai hilang.

· Ekspresi wajah rileks.

· TTV dalam batas normal.

· Skala nyeri 3-0.

Intervensi:

a.Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-10)


dan faktor pemberat/penghilang.

Rasional: Nyeri distensi abdomen, dan mual. Membiarkan


pasien rentang ketidaknyamanannya sendiri membantu
mengidentifikasi intervensi yang tepat dan mengevaluasi
keefektifan analgesia.
b.Pantau tanda-tanda vital.

Rasional: Respon autonomik meliputi perubahan pada TD,


nadi dan pernafasan, yang berhubungan dengan
keluhan/penghilangan energi. Abnormalitas tanda vital terus
menerus memerlukan evaluasi lanjut.
c. Memberikan tindakan kenyamanan. Mis: gosokan punggung,
pembebatan insisi selama perubahan posisi dan latihan
batuk/bernafas; lingkungan tenang. Anjurkan penggunaan
bimbingan imajinasi, tehnik relaksasi. Berikan aktivitas hiburan.

Rasional: Memberikan dukungan (fisik, emosional),


menurunkan tegangan otot, meningkatkan relaksasi,
mengfokuskan ulang perhatian, meningkatkan rasa kontrol dan
kemampuan koping.
d. Palpasi kandung kemih terhadap distensi bila berkemih
ditunda. Tingkatkan privasi dan gunakan tindakan
keperawatan untuk meningkatkan relaksasi bila bila pasien
berupaya untuk berkemih. Tempatkan pada posisi semi-fowler
atau berdiri sesuai kebutuhan.

Rasional: Faktor psikologis dan nyeri dapat meningkatkan


tegangan otot. Posisi tegak meningkatkan tekanan intra-
abdomen, yang dapat membantu dalam berkemih.
Kolaborasi :

e. Berikan analgesik, narkotik, sesuai indikasi.

Rasional: Mengontrol/mengurangi nyeri untuk


meningkatkan istirahat dan meningkatkan kerjasama
dengan aturan terapeutik.
f. Kateterisasi sesuai kebutuhan.

Rasional: Kateterisasi tunggal/multifel dapat digunakan


untuk mengosongkan kandung kemih sampai fungsinya
kembali.
2. Kekurangan volume cairan b/d output berlebihan, mual
dan muntah.

Tujuan: Volume cairan seimbang.

Kriteria hasil :

· Klien mendapat cairan yang cukup untuk mengganti cairan


yang hilang.

· Klien menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat.

Intervensi:

a. Pantau tanda-tanda vital dengan sering, perhatikan


peningkatan nadi, perubahan TD, takipnea, dan ketakutan.
Periksa balutan dan luka dengan sering selama 24 jam pertama
terhadap tanda-tanda darah merah terang atau bengkak insisi
berlebihan.

Rasional: Tanda-tanda awal hemoragi usus atau


pembentukan hematoma, yang dapat menyebabkan syok
hipovolemik.
b. Palpasi nadi perifer, evaluasi pengisian kapiler, turgor kulit dan
status membran mukosa.

Rasional: Memberi informasi tentang volume sirkulasi


umum dan tingkat hidrasi.
c. Perhatikan adanya edema.

Rasional: Edema dapat terjadi kerena perpindahan cairan


berkenaan dengan penurunan kadar albumin serum/protein.
d. Pantau masukan dan haluaran, perhatikan haluaran urine,
berat jenis,. Kalkulasi keseimbangan 24 jam, dan timbang berat
badan setiap hari.

Rasional: Indikator langsung dari hidrasi/perfusi organ dan


fungsi. Memberikan pedoman untuk penggantian cairan.
e. Perhatikan adanya/ukur distensi abdomen.

Rasional: Perpindahan cairan dari ruang vaskuler


menurunkan volume sirkulasi dan merusak perfusi ginjal.
f. Observasi/catat kuantitas, jumlah dan karakter drainase NGT.
tes pH sesuai indikasi. Anjurkan dan bantu dengan
perubahan posisi sering.

Rasional: Haluaran cairan berlebihan dapat menyebabkan


ketidakseimbangan eletrolit dan alkalosis metabolik dengan
kehilangan lanjut kalium oleh ginjal yang berupaya untuk
mengkompensasi. Hiperasiditas, ditunjukkan oleh pH kurang dari
5, menunjukkan pasien beresiko ulkus stres. Pengubahan
posisi mencegah pembentukan magenstrase di lambung,
yang dapat menyalurkan cairan gastrik dan udara melalui
selang NGT ke dalam duodenum.
Kolaborasi:

g. Pertahankan potensi penghisap NGT/usus.

Rasional: Meningkatkan dekompresi usus untuk


menurunkan distensi/tekanan di garis jahitan dan menurunkan
mual/muntah, yang dapat menyertai anastesia,manipulasi usus
atau kondisi yang sebelumnya ada, mis: kanker.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
gangguan absorbsi nutrisi.

Tujuan: Berat badan stabil dan nutrisi teratasi.

Kriteria hasil :

· Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi.

· Berat badan stabil.

· Pasien tidak mengalami mual muntah.

Intervensi:
a. Tinjau faktor-faktor individual yang mempengaruhi
kemampuan untuk mencerna makanan, mis: status puasa,
mual, ileus paralitik setelah selang dilepas.

Rasional: Mempengaruhi pilihan intervensi.


b. Auskultasi bising usus; palpasi abdomen; catat pasase flatus.

Rasional: Menentukan kembalinya peristaltik (biasanya


dalam 2-4 hari).
c. Identifikasi kesukaan/ketidaksukaan diet dari pasien. Anjurkan
pilihan makanan tinggi protein dan vitamin C.

Rasional: Meningkatkan kerjasama pasien dengan aturan


diet. Protein/vitamin C adalah kontributor utuma untuk
pemeliharaan jaringan dan perbaikan. Malnutrisi adalah
fator dalam menurunkan pertahanan terhadap infeksi.
d. Observasi terhadap terjadinya diare; makanan bau busuk dan
berminyak.

Rasional: Sindrom malabsorbsi dapat terjadi setelah


pembedahan usus halus, memerlukan evaluasi lanjut dan
perubahan diet, mis: diet rendah serat.
Kolaborasi :

e. Berikan obat-obatan sesuai indikasi: Antimetik, mis:


proklorperazin (Compazine). Antasida dan inhibitor histamin,
mis: simetidin (tagamet).
Rasional: Mencegah muntah. Menetralkan atau
menurunkan pembentukan asam untuk mencegah erosi mukosa
dan kemungkinan ulserasi.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi/situasi, prognosi
dan kebutuhan pengobatan b/d kurangnya
pemanjanan/mengingat, kesalahan interpretasi
informasi, tidak mengenal sumber informasi, keterbatasan
kognitif.

Tujuan: Menyatakan paham terhadap proses penyakitnya.

Kriteria hasil :

· Klien dan keluarga mengetahui penyakit yang diderita

· Klien dan keluarga berpartisipasi dalam proses belajar

· Klien dan keluarga berpartisipasi dalam proses pengobatan

Intervensi:

a. Diskusikan pentingnya masukan cairan adekuat dan kebutuhan


diet.

Rasional: Meningkatkan penyembuhan dan normalisasi


fungsi usus.
b. Tinjau ulang perawatan selang gastrostomi bila pasien
dipulangkan dengan alat ini.
Rasional: Meningkatkan kemandirian dan meningkatkan
kemampuan perawatan diri.
c. Tinjau perawatan kulit disekitar selang.

Rasional: Membantu mencegah kerusakan kulit dan


menurunkan resiko infeksi.
d. Identifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medis,
mis demam menetap, bengkak, eritema, atau terbukanya tepi
luka, perubahan karakteristik drainase.

Rasional: Pengenalan dini dari komplikasi dan intervensi


segera dapat mencegah progresi situasi serius dan mengancam
hidup.
e. Tinjau ulang keterbatasan/pembatasan aktivitas, mis: tidak
mengangkat benda berat selama 6-8 minggu dan menghindari
latihan dan olahraga keras.

Rasional: Menurunkan resiko pembentukan hernia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan :


Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
pasien. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
2. Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
System Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
3. Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC.
4. Setiawan, Wawan. 2010. Intervensi dan Rasional Ileus Obstruktif.
(http://wawanjokamblog.blogspot.com/ Diakses tanggal 11 Januari
2011).
5. Zwani. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Obstruksi
Usus(http://keperawatan-gun.blogspot.com/2007/07/obstruksi-
usus.htmlDiakses tanggal 11 Januari 2011).
6. Harnawati. 2008. Obstruksi Usus.
(http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/02/21/obstruksi-
usus/Diakses tanggal 11 Januari 2011).
7. Vanilow, Barry. 2010. Askep Ileus Obstruksi .
(http://barryvanilow.blogspot.com//. Diakses tanggal 11 Januari 2011).

Anda mungkin juga menyukai