PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
.
1. Apa Itu Kurikulum
2. Apa saja komponen - komponen dari kurikulum
3. Bagaimana konsep dan teori kurikulum?
4. Bagaimana langkah - langkah pengembangan kurikulum?
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses berlajar
mengajar di bawah bimbingan dan tanggunga jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta
staf pengajarnya. Kurikulum merupakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di bawah
pengawasan sekolah, jadi selain kegiatan kulikuler yang formal juga kegiatan yang tak
formal. (Nasution, 2008:5)
Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (19) yang berbunyi: Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Lebih lanjut pada pasal 36 ayat (3) disebutkan bahwa kurikulum disusun
sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan memperhatikan:
Pasal ini jelas menunjukkan berbagai aspek pengembangan kepribadian peserta didik
yang menyeluruh dan pengembangan pembangunan masyarakat dan bangsa, ilmu, kehidupan
agama, ekonomi, budaya, seni, teknologi dan tantangan kehidupan global. Artinya, kurikulum
haruslah memperhatikan permasalahan ini dengan serius dan menjawab permasalahan ini
3
dengan menyesuaikan diri pada kualitas manusia yang diharapkan dihasilkan pada setiap
jenjang pendidikan.
Merujuk pada fungsi kurikulum dalam proses pendidikan, yakni merupakan alat untuk
mencapai tujuan pendidikan, maka hal ini berarti, sebagai alat pendidikan kurikulum
mempunyai komponen-komponen penunjang yang saling mendukung satu sama lainnya. Para
pemikir pendidikan seperti Subandijah, Soetopo, soemato dan Nasution mempunyai ragam
dalam menentukan jumlah komponen tersebut, meskipun pada dasarnya pemahaman dan
pengertiannya hampir sama.
Subandijah (1993) membagi komponen kurikulum antara lain: tujuan, Isi atau materi,
Organisasi atau strategi, Media, daan Komponen proses belajar mengajar. Sedangkan yang
dikategorikan komponen penunjang kurikulum mencakup: Sistem administrasi dan supervisi,
Pelayanan bimbingan dan penyuluhan dan Sistem evaluasi.
1. Tujuan,
2. Isi dan struktur program,
3. Organisasi dan strategi,
4. Sarana
5. Evaluasi.
1. Tujuan,
2. Bahan belajar mengajar,
3. Penilaian.
a. Komponen Tujuan
4
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional khususnya dan menciptakan
sumber daya manusia yang berkualitas umumnya.
Tujuan Pendidikan Nasional, merupakan pendidikan yang paling tinggi dalam hirarkis
tujuan-tujuan pendidikan yang ada, yang bersifat ideal dan umum yang dikaitkan dengan
falsafah Pancasila. Di dalam undang-undang No. 20 Tahun 2004, bab II pasal 2 dituangkan,
bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan YangMaha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2. Tujuan Institusional
Tujuan instruksional merupakan tindak lanjut dari tujuan pendidikan nasional. Sistem
Pendidikan Indonesia memiliki jenjang yang melembaga pada suatu tingkatan. Tiap lembaga
memiliki suatu tujuan pendidikan yang disebut dengan tujuan institusional, sehingga dikenal
bermacam-macam tujuan insitusional. Keberadaan tujuan pendidikan mesti menggambarkan
kelanjutan dan memiliki relevansi yang kuat dengan tujuan pendidikan nasional. Agar tidak
terjadi penyimpangan, maka tujuan institusional mesti didahului dengan pengertian
pendidikan, dasar pendidikan, tujuan pendidikan nasional dan tujuan umum lembaga yang
dimaksud.
3. Tujuan Kurikuler
5
Tujuan kurikuler merupakan tindak lanjut dari tujuan institusional. Dalam
me-laksanakan kegiatan pendidikan dari suatu lembaga pendidikan, maka isi pengajaran yang
telah disusun diharapkan dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Suatu lembaga
pendidikan memiliki tujuan kurikuler yang biasanya dapat dilihat dari Garis-Garis Besar
Program Pengajaran (GBPP pada Kurikulum 1994 selanjutnya disebut silabus pada
Kurikulum 2006) dari suatu mata pelajaran. Pada Silabus tersebut terdapat suatu tujuan
kurikuler yang perlu dicapai oleh siswa setelah ia menyelesaikannya. Hal ini yang perlu
diperhatikan, bahwa tujuan kurikuler seharusnya mencerminkan tindak lanjut dari tujuan
institusional dan tujuan pendidikan nasional dan menggambarkan tujuan kurikuler. Sehingga
akan terlihat jelas hubungan hirarkis dari ketiga tujuan pendidikan tersebut.
4. Tujuan Instruksional
Tujuan instruksional merupakan tujuan akhir dari tiga tujuan yang telah di-kemukakan
terdahulu. Tujuan ini bersifat operasional, yakni diharapkan dapat tercapai pada saat
terjadinya proses belajar mengajar yang bersifat langsung dan terjadi setiap hari dibahas.
Untuk mencapai tujuan-tujuan instruksional ini maka biasanya seorang guru perlu membuat
Satuan Pelajaran (SP) atau pada Kurikulum 2006 dikenal sebagai Rencana Pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Tujuan instruksional ini dalam upaya mencapai tujuannya sangat
ditentukan oleh kondisi proses mengajar yang ada, antara lain: kompetensi pendidik, fasilitas
belajar, anak didik, metode, lingkungan dan faktor yang lain.
b. Komponen Materi
Materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang dikembangkan dan
disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Materi kurikulum berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan kajian atau topik-topik
pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses pembelajaran.
2. Mengacu pada pencapaian tujuan setiap satuan pelajaran.
3. Diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Isi atau materi kurikulum hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaman yang
dikembangkan dan disusun untuk mencapai tujuan pendidikan.
6
2. Etika, yaitu pengetahuan tentang baik buruk, nilai dan moral.
3. Estetika, pengetahuan tentang indah-jelek, yang ada nilai seninya.
Materi kurikulum mengandung aspek tertentu sesuai dengan tingkat tujuan kurikulum,
yang meliputi :
1. Teori
2. Konsep
3. Generalisasi
4. Prinsip
5. Prosedur
6. Fakta
7. Contoh atau Ilustrasi
8. Istilah
9. Definisi
10. Preposis
Menurut Hilda Taba (1962) kriteria untuk memilih isi materi kurikulum yaitu :
Banyak kegagalan dalam komponen ini karena guru tidak bisa memberikan
pengalaman belajar pada peserta didiknya. Cara untuk mewujudkan pengalaman peserta didik
adalah dengan merancang dan menjabarkan materi pelajaran menjadi berbagai kegiatan
belajar. Menurut Taba kegiatan belajar menimbulkan pengalaman belajar.
c. Komponen Proses
7
Komponen ini tentunya sangatlah penting dalam suatu proses pengajaran atau
pendidikan. Tujuan akhir dari proses belajar mengajar adalah diharapkan terjadinya
perubahan dalam tingkah laku anak. Komponen ini juga mempunyai keterkaitan erat dengan
suasana belajar kreativitas dalam belajar baik di dalam kelas maupun individual (di luar
kelas) merupakan suatu langkah yang tepat.
Semakin maju dunia pendidikan suatu negara maka peran-peran di atas tentunya
semakin digunakan oleh seorang pendidik suatu negara maka peran-peran di atas tentunya
semakin digunakan oleh seorang pendidik dalam menggeluti profesinya, bagi kita mungkin
masih terlalu ideal. Dan hal yang disampaikan Subandijah tersebut dapat dicapai bila guru
dapat:
d.Komponen Evaluasi
Komponen evaluasi ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan kurikulum dan menilai
proses implementasi kurikulum secara keseluruhan. Hasil evaluasi sebagai umpan balik guna
perbaikan dan penyempurnaan kurikulum, sebagai masukan dalam penentuan kebijakan
pengambilan keputusan tentang kurikulum pendidikan dapat dilihat dari komponen program,
pelaksanaan dan hasil yang dicapai.
Evaluasi dan kurikulum merupakan dua disiplin ilmu yang berdiri sendiri, ada pihak
yang berpendapat antara keduanya tidak ada hubungan, tetapi ada pihak lain yang
menyatakan keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Hubungan tersebut merpakan
hubungan sebab akibat, perubahan dalam kurikulum berpengaruh pada evaluasi kurikulum,
sebaliknya perubahan evaluasi perubahan evaluasi akan memberi warna pada pelaksanaan
8
kurikulum, hubungan antara evaluasi dengan kurikulum bersifat organis dan prosesnya
berlangsung secara evolusioner.
Evaluasi kurikulum sukar di rumuskan secara tegas hal itu disebabkan beberapa faktor :
1. Deskriptif
2. Preskriptif
Luas atau sempitnya suatu suatu program evaluasi kurikulum sebenarnya ditentukan
oleh tujuannya. Doll (1976) mengemukakan syarat-syarat suatu program evaluasi kurikulum
yaitu suatu evaluasi kurikulum harus nilai dan penilaian. Punya tujuan atau sasaran yang
jelas, bersifat menyeluruh dan terus menerus berfungsi diagnostik dan tevintegrasi.Evaluasi
kurikulum juga bervariasi, bergantung pada dimensi-dimensi yang menjadi fokus evaluasi,
salah satu dimensi yang sering mendapat sorotan adalah kuantitas dan kualitas.
Konsep kurikulum yang menekankan isi, memberikan peranan besar pada analisis
pengetahuan baru yang ada, konsep penilaian menutut penilaian secara rinci tentang
lingkungan belajar, dan konsep organisasi memberi perhatian besar pada struktur belajar.
Pengembangan kurikulum yang menekankan isi membutuhkan waktu mempersiapakan
situasi belajar dan menyatukannya dengan tujuan pengajaran yang cukup lama. Kurikulum
yang menekankan pada situasi waktu untuk mempersiapkannya lebih pendek, sedangkan
kurikulum yang menekankan pada organisasi waktu persiapannya hampir sama dengan
kurikulum yang menekankan pada isi, kurikulum yang menekankan organisasi, strategi
penyebarannya sangat mengutamakan latihan guru.
Model evaluasi kaitannya dengan teori kurikulum perbedaan konsep dan strategi
pengembangan dan penyebaran kurikulumnya. Juga menimbulkan perbedaan dalam
rancangan evaluasi. Model evaluasi yang bersifat komporatif atau menekankan pada objek
9
sangat sesuai bagi kurikulum yang bersifat rasional dan menekankan isi, dalam kurikulum
menekankan situasi sukar disusun evaluasi yang bersifat kompratif karena konteksnya bukan
terhadap guru atau satu tujuan tetapi terdapat banyak tujuan.
Pada kurikulum yang menekankan organisasi, tugas evaluasi lebih sulit lagi, karena isi
dan hasil kurikulum bukan hal yang utama, yang utama adalah aktivitas dan kemampuan
siswa salah satu pemecahan bagi masalah ini dengan pendekatan yang bersifat elektrik seprti
dalam proyek kurikulum humanistik dan care (center for applied research in education) dalam
proyek itu dicari perbandingan materi antara proyek yang menggunakan guru yang terlatih
dengan yang tidak terlatih. Dalam evaluasinya juga diteliti pengaruh umum dari proyek,
dengan cara mengumpulkan bahan-bahan secara studi kasus dari sekolah-sekolah proyek.
Teori kurikilim dan teori evaluasi, model evaluasi kurikulum berkaitan erat dengan
konsep kurikulum yang digunakan, seperti model pengembangan dan penyebaran dihasilkan
oleh kurikulum yang menekankan isi.
Macam-macam model evaluasi yang dipergunkan bertumpu pada aspek -aspek tertentu
yang diutamakan dalam proses pelaksanaan kurikulum. Model evaluasi yang bersifat
kompratif berkaitan erat dengan tingkah-tingkah laku individu, evaluasi yang menekakan
tujuan berkaitan erat dengan kurikulum yang menekankan pada bahan ajar atau isi kurikulum
model (pendekatan) antropologis dalam evaluasi ditujukan untuk mengevaluasi tingkah-
tingkah laku dalam suatu lembaga sosial, dengan demikian sesungguhnya terdpat hubungan
yang sangat erat antara evaluasi dengan kurikulum.
Evaluasi kurikulum dapat dilihat sebagai proses sosial dan sebagai institusi sosial
mempunyai asal usul, sejarah struktur serta intersef sendiri, beberapa karakteristik dari
proyek-proyek kurikulumyang telah dikembangkan di inggris, misalnya :
10
Peranan evaluasi kebijaksanaan dalam kurikulum khususnya pendidikan umumnya
minimal berkenaan dengan 3 hal yaitu :
1. Evaluasi sebagai moral judgement, konsep utama dalam evaluasi adalah masalah
nilai, hasil dari suatu evaluasi berisi suatu nilai yang akan digunakan untuk tindakan
selanjutnya hal ini mengandung dua pengertian, evaluasi berisi suatu skala nilai
moral, berdasarkan skala tersebut suatu objek evaluasi dapat dinilai, dan evaluasi
berisi suatu perangkat kriteria praktis berdasarkan kriteria-kriteria suatu hasil dapat
dinilai.
2. Evaluasi dan penentuan keputusan, pengambilan keputusan dalam pelaksanaan
pendidikan atau kurikulumbanyak yaitu:guru, murid, orang tua, kepala sekolah, para
inspektur, pengembangan kurikulum dll, beberapa diantara mereka yang memegang
peranan paling besar dalam penetuan keputusan. Pada prinsipnya tiap individu diatas
membuat keputusansesuai dengan posisinya.
3. Evaluasi dan konsesus nilai dalam berbagai situasi pendidkan serta kegiatan
pelaksanaan evaluasi kurikulum sejumlah nilai-nilai dibawakan oleh orang-orang
yang ikut terlibat dalam kegiatan penilaian atau evaluasi, para partisipan dalam
evaluasi pendidikan dapat terdiri dari :orang tua, murid, guru, pengembang
kurikulum, administrator, ahli politik, ahli ekonomi, penerbit, arsitek dsb. Bagaimana
caranya agar dapat diantara mereka terdapat kesatuan penilaian hanya dapat di capai
melalui suatu konsensus.
Evaluasi juga merupakan salah satu komponen kurikulum, dengan evaluasi dapat
diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran, keberhasilah siswa,
guru dan proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan hasil evaluasi dapat dibuat keputusan
kurikulum itu sendiri, pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan yang diperlukan. Aspek
yang dinilai bertitik tolak dari tujuan yang akan dicapai.
11
sesuai tujuan dan materi kurikulum dengan alat ukur yang handal dan mudah dilaksanakan
serta memberikan hasil yang akurat.
1. Tes
Tes biasanya digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam asfek kognitif. Tes
memiliki dua kriteria yaitu tes memiliki tingkat validitas seandainya dapat mengukur yang
hendak diukur. Kedua memiliki tingkat reliabilitas/kendalan jika tes tersebut bisa
menghasilkan informasi yang konsisten. Tes berdasarkan jumlah peserta dibedakan jadi tes
kelompok yaitu dilakukan terhadap sejumlah siswa secara bersama-sama dan tes individu
adalah tes yang dilakukan kepada seorang individu secara perorangan. Tes dilihat dari cara
penyusunannya yaitu tes buatan guru yaitu untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan
oleh guru bersangkutan dan tes standar adalah tes yang digunakan untuk mengukur
kemampuan siswa dan memprediksi kemampuan siswa pada masa yang akan datang. Tes
dilihat dari pelaksanaannya dibedakan menjadi tes tertulis adalah dengan cara siswa
menjawab sejumlah soal secara tertulis dan tes lisan adalah tes yang dilakukan langsung
komunikasi dengan siswa secara verbal.
2. Non Tes
Non tes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk asfek tingkah laku
termasuk sikap, minat dan motivasi. Beberapa jenis non tes yaitu :
3. Observasi
Observasi adalah penilaian dengan cara mengamati tingkah laku pada situasi tertentu.
Observasi dibedakan jadi observasi partisipatif yaitu dimana observer ikut kedalam objek
yang sedang dia observasi. Observasi non partisipatif yaitu observasi yang dilakukan dengan
cara observer murni sebagai pengamat.
4. Wawancara
12
5. Studi kasus
Studi kasus dilaksanakan untuk mempelajari individu dalam periode tertentu secara terus
menerus.
6. Skala Penilaian
Skala penilaian/rating acale adalah salah satu alat penilaian dengan mengunakan alat yang
telah disusun dari yang negatif sampai positif, sehingga pada skala tersebut penilai tunggal
membubuhi tanda.
Teori kurikulum adalah suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap
kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan antara unsur-
unsur kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan/penggunaan dan evaluasi
kurikulum.
Konsep terpenting yang perlu mendapat penjelasan dalam teori kurikulum adalah
konsep kurikulum.
1. Konsep kurikulum
Konsep terpenting yang perlu mendapatkan penjelasan dalam teori kurikulum adalah
konsep kurikulum. Ada tiga konsep tentang kurikulum, kurikulum sebagai substansi, sebagai
sistem, dan sebagai bidang studi.
Suatu kurikulum, dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-
murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum
juga dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar,
kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan
sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum
dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat. Suatu kurikulum juga dapat
mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten, propinsi, ataupun seluruh negara.
13
b. kurikulum sebagai suatu sistem
Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran.
Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan
sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-konsep
dasar tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan
percobaan, mereka menemukan hal-hal barn yang dapat memperkaya dan memperkuat
bidang studi kurikulum.
Seperti halnya para ahli ilmu sosial lainnya, para ahli teori kurikulum juga dituntut
untuk:
Keempat tuntutan tersebut menjadi kewajiban seorang ahli teori kurikulum. Melalui
pencapaian keempat hal tersebut baik sebagai subtansi, sebagai sistem, maupun bidang studi
kurikulum dapat bertahan dan dikembangkan.
14
Charles dan McMurry, tetapi secara definitif berawal pada hasil karya Franklin Babbit tahun
1918. Bobbit Bering dipandang sebagai ahli kurikulum yang pertama, is perintis
pengembangan praktik kurikulum. Bobbit adalah orang pertama yang mengadakan analisis
kecakapan atau pekerjaan sebagai cara penentuan keputusan dalam penyusunan kurikulum.
Dia jugalah yang menggunakan pendekatan ilmiah dalam mengidentifikasi kecakapan
pekerjaan dan kehidupan orang dewasa sebagai dasar pengembangan kurikulum.
Menurut Bobbit, inti teori kurikulum itu sederhana, yaitu kehidupan manusia.
Kehidupan manusia meskipun berbeda-beda pada dasarnya sama, terbentuk oleh sejumah
kecakapan pekerjaan. pendidikan berupaya mempersiapkan kecakapan-kecakapan tersebut
dengan teliti dan sempurna. Kecakapan-kecakapan yang harus dikuasai untuk dapat terjun
dalam kehidupan sangat bermacam-macam, bergantung pada tingkatannya maupun jenis
lingkungan. Setiap tingkatan dan lingkungan kehidupan menuntut penguasaan pengetahuan,
keterampilan, sikap, kebiasaan, apresiasi tertentu. Hal-hal itu merupakan tujuan kurikulum.
Untuk mencapai hal-hal itu ada serentetan pengalaman yang harus dikuasai anak. Seluruh
tujuan beserta pengalaman-pengalaman tersebut itulah yang menjadi bahan kajian teori
kurikulum.
Ada dua hal yang sama dari teori kurikulum, teori Bobbit dan Charters:
15
menekankan pada organisasi isi yang diarahkan pada kehidupan sebagai orang dewasa
(Bobbit dan Charters) kepada kehidupan psikologis anak pada saat ini. Anak menjadi pusat
perhatian pendidikan. Isi kurikulum harus didasarkan atas minat dan kebutuhan siswa.
pendidikan menekankan kepada aktivitas siswa, siswa belajar melalui pengalaman.
Penyusunan kurikulum harus melibatkan siswa.
Pada tahun 1947 di Univeristas Chicago berlangsung diskusi besar pertama tentang
teori kurikulum. Sebagai hasil diskusi tersebut dirumuskan tiga tugas utama teori kurikulum:
Ralph W. Tylor (1949) mengemukakan empat pertanyaan pokok yang menjadi inti
kajian kurikulum:
Empat pertanyaan pokok tentang kurikulum dari Tylor ini banyak dipakai oleh para
pengembangan kurikulum berikutnya. Dalam konferensi nasional perhimpunan pengembang
16
dan pengawas kurikulum tahun 1963 dibahas dua makalah penting dari George A.
Beauchamp dan Othanel Smith. Beauchamp menganalisis pendekatan ilmiah tentang tugas-
tugas pengembangan teori dalam kurikulum. Menurut Beauchamp, teori kurikulum secara
konseptual berhubungan erat dengan pengembangan teori dalam ilmu-ilmu lain.
Hal-hal yang penting dalam pengembangan teori kurikulum adalah penggunaan istilah-
istilah teknis yang tepat dan konsisten, analisis dan klasifikasi pengetahuan, penggunaan
penelitianpenelitian preckktif untuk menambah konsep, generalisasi atau kaidahkaidah,
sebagai prinsip-prinsip yang menjadi pegangan dalam menjelaskan fenomena kurikulum.
James B. MacDonald (1964) melihat teori kurikulum dari model sistem. Ada empat
sistem dalam persekolahan yaitu kurikulum, pengajaran (instruction), mengajar (teaching),
dan belajar. Interaksi dari empat sistem ini dapat digambarkan dengan suatu diagram Venn.
Melihat kurikulum sebagai suatu sistem dalam sistem yang lebih besar yaitu persekolahan
dapat memperjelas pemikiran tentang konsep kurikulum. Penggunaan model sistem juga
dapat membantu para ahli teori kurikulum menentukan jenis dan lingkup konseptualisasi
yang diperlukan dalam teori kurikulum.
Broudy, Smith, dan Burnett (1964) menjelaskan makalah persekolahan dalam suatu
skema yang menggambarkan komponen-komponen dari keseluruhan proses mempengaruhi
anak. Beauchamp merangkumkan perkembangan teori kurikulum antara tahun 1960 sampai
dengan 1965. la mengidentifikasi adanya enam komponen kurikulum sebagai bidang studi,
yaitu:
1. Landasan kurikulum
2. Isi kurikulum
3. Desain kurikulum
4. Rekayasa kurikulum
5. Evaluasi dan penelitian
17
3. Pengembangan teori.
Ada sejumlah pertanyaan yang diajukan dalam analisis struktural-fungsional ini. Topik
dan subtopik dari pertanyaan ini menunjukkan fenomena-fenomena kurikulum. Pertanyaan-
pertanyaan itu menyangkut:
Alizabeth S. Maccia. (1965) dari hasil analisisnya menyimpulkan adanya empat teori
kurikulum, yaitu:
Teori kurikulum (curriculum Theory atau event theory) merupakan teori yang
menguraikan pemilihan dan pemisahan kejadian/peristiwa kurikulum atau yang berhubungan
dengan kurikulum dan yang bukan. Menurut Maccia, kurikulum merupakan bagian dari
pengajaran, teori kurikulum merupakan subteori pengajaran. Teori kurikulum formal
memusatkan perhatiannya pada struktur isi kurikulum. Teori kurikulum valuasional mengkaji
masalah-masalah pengajaran apa yang berguna/ berharga bagi keadaan sekarang.
18
Teori kurikulum praksiologi merupakan suatu pengkajian tentang proses untuk
mencapai tujuan-tujuan kurikulum. Walaupun mungkin, kita tidak setuju dengan seluruh
pendapat Maccia, tetapi is telah berhasil menunjukkan sejumlah dimensi kurikulum yang
cukup berharga untuk menjelaskan teori kurikulum.
Jack R. Frymier (1967) mengemukakan tiga unsur dasar kurikulum, yaitu aktor, artifak,
dan pelaksanaan. Aktor adalah orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan kurikulum.
Artifak adalah isi dan rancangan kurikulum. Pelaksanaan adalah proses interaksi antara aktor
yang melibatkan artifak. Studi kurikulum menurut Frymier meliputi tiga langkah:
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Ada beberapa masalah atau isu substansial dalam pembahasan tentang teori kurikulum,
yaitu:
a. Definisi kurikulum
b. Sumber-sumber kebijaksanaan kurikulum
c. Desain kurikulum, rekayasa kurikulum
d. Peranan nilai dalam pengembangan kurikulum,
e. Implikasi teori kurikulum.
4. Desain dan Rekayasa Kurikulum
19
Telah diutarakan sebelumnya bahwa ada dua subteori dari teori kurikulum, yaitu desain
kurikulum (curriculum design) dan rekayasa kurikulum (curriculum engineering).Desain
kurikulum merupakan suatu pengorganisasian tujuan, isi, serta proses belajar yang akan
mendidik. Dalam desain kurikulum akan tergambar unsur-unsur dari kurikulum, hubungan
antara satu unsur dengan unsur lainnya, prinsipprinsip pengorganisasian, serta hal-hal yang
diperlukan dalam pelaksanaannya.
Dengan menerima pelimpahan wewenang dari Menteri atau Dirjen, para pejabat pusat
tersebut merancang, mengembangkan, dan mengadakan penyempurnaan kurikulum. Juga
mereka memberi tugas dan tanggung jawab menyusun dan mengembangkan berbagai bentuk
pedoman dan petunjuk pelaksanaan kurikulum. Para pengelola di daerah dan sekolah
berperan melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan kurikulum.
20
Seluruh sistem rekayasa kurikulum menurut Beauchamp mencakup lima hal, yaitu:
Dari semua uraian tentang hal-hal yang berkaitan dengan teori kurikulum, Beauchamp
mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan teori kurikulum, yaitu:
a. Setiap teori kurikulum harus dimulai dengan perumusan (definisi) tentang rangkaian
kejadian yang dicakupnya.
b. Setiap teori kurikulum harus mempunyai kejelasan tentang nilai-nilai dan sumber-
sumber pangkal tolaknya.
c. Setiap teori kurikulum perlu menjelaskan karakteristik dari desain kurikulumnya.
d. Setiap teori kurikulum harus menggambarkan proses-proses penentuan
kurikulumnya serta interaksi di antara proses tersebut.
e. Setiap teori kurikulum hendaknya menyiapkan diri bagi proses penyempurnaannya.
Dari kajian sejarah kurikulum, kita mengetahui beberapa hal yang menjadi sumber atau
landasan inti penyusunan kurikulum. Pengembangan kurikulum pertama bertolak dari
kehidupan dan pekerjaan orang dewasa. Karena sekolah mempersiapkan anak bag! kehidupan
orang dewasa, kurikulum terutama isi kurikulum diambil dari kehidupan orang dewasa. Para
pengembang kurikulum mendasarkan kurikulumnya atas hasil analisis pekerjaan dan
kehidupan orang dewasa.
Dalam pengembangan selanjutnya, sumber in! menjadi lugs meliputi semua unsur
kebudayaan. Manusia adalah makhluk yang berbudaya, hidup dalam lingkungan budaya, dan
turut menciptakan budaya. Untuk dapat hidup dalam lingkungan budaya, ia harus
mempelajari budaya, maka budaya menjadi sumber utama isi kurikulum. Budaya ini
21
mencakup semua disiplin ilmu yang telah ditemukan dan dikembangkan para pakar, nilai-
nilai adat-istiadat, perilaku, benda-benda, dan lain-lain.
Sumber lain penyusunan kurikulum adalah anak. Dalam pendidikan atau pengajaran,
yang belajar adalah anak. Pendidikan atau pengajaran bukan memberikan sesuatu pada anak,
melainkan menumbuhkan potensipotensi yang telah ada pada anak. Anak menjadi sumber
kegiatan pengajaran, ia menjadi sumber kurikulum. Ada tiga pendekatan terhadap anak
sebagai sumber kurikulum, yaitu kebutuhan siswa, perkembangan siswa, serta minat siswa.
Jadi, ada pengembangan kurikulum bertolak dari kebutuhan-kebutuhan siswa, tingkat-tingkat
perkembangan siswa, serta hal-hal yang diminati siswa.
Pertanyaan pertama yang muncul dalam kurikulum yang berdasarkan nilai adalah:
Apakah yang harus diajarkan di sekolah? Ini merupakan pertanyaan tentang nilai. Nilai-nilai
apakah yang harus diberikan dalam pelaksanaan kurikulum? Nilai-nilai apa yang digunakan
sebagai kriteria penentuan kurikulum dan pelaksanaan kurikulum.
22
(selection of learning experiences), mengorganisasi pengalaman-pegalaman belajar
(organization of learning experiences), dan mengevaluasi (evaluating).
a). Tahap yang pertama yang harus diperhatikan dalam merumuskan tujuan adalah
memahami tiga sumber, yaitu siswa (source of student), masyarakat (source of
society), dan konten (source of content).
b). Tahap kedua adalah merumuskan tentative general objective atau standar
kompetensi (SK) dengan memperhatikan landasan sosiologi (sociology), kemudian
di-screen melalui dua landasan lain dalam pengembangan kurikulum yaitu landasan
filsofi pendidikan (philosophy of learning) dan psikologi belajar (psychology of
learning).
c). Tahap ketiga adalah merumuskan precise education atau kompetensi dasar (KD).
23
mendukung, yakni: tentang teori, konsep, pandangan tentang pendidikan, perkembangan anak
didik, dan kebutuhan masyarakat. Pengorganisasian kurikulum bertalian erat dengan tujuan
pendidikan yang ingin dicapai. Oleh karena itu kurikulum menentukan apa yang akan
dipelajari, kapan waktu yang tepat untuk mempelajari, keseimbangan bahan pelajaran, dan
keseimbangan antara aspek-aspek pendidikan yang akan disampaikan.
Terdapat dua model evaluasi kurikulum yaitu model Saylor, Alexander, dan Lewis,
dan model CIPP yang didesain oleh Phi Delta Kappa National Study Committee on
Evaluation yang diketuai Daniel L. Stufflebeam.
Menurut model Saylor, Alexander, dan Lewis terdapat lima komponen kurikulum
yang dievaluasi, yaitu tujuan (goals, subgoals, dan objectives), program pendidikan secara
keseluruhan (the program of education as a totality), segmen khusus dari program pendidikan
( the specific segments of the education program, pembelajaran (instructional), dan program
evaluasi (evaluation program). Komponen pertama, ketiga, dan keempat mempunyai
konttribusi pada komponen kedua (program pendidikan secara keseluruhan). Pada komponen
kelima, program evaluasi, disarankan sangat perlu untuk mengevaluasi evaluasi program itu
sendiri, sebab hal ini suatu operasi idependen yang mempunyai implikasi pada proses
evaluasi.
Pada model CIPP mengkombinasikan tiga langkah utama dalam proses evaluasi, yaitu:
1. penggambaran (delineating),
2. perolehan (obtainin),
24
3. penyediaan (providing);
Evaluator kurikulum yang dipekerjakan oleh sistem sekolah dapat berasal dari dalam
maupun dari luar. Banyak evaluasi kurikulum dibebankan pada guru-guru di mana mereka
bekerja. Dalam mengevaluasi harus memenuhi empat standar evaluasi yaitu:
1. Utility.
2. feasibility.
3. propriety.
4. accuracy.
1. relevansi
2. efektifitas
3. efisiensi
4. kesinambungan
5. fleksibilitas.
Salah satu fungsi pendidikan dan kurikulum bagi masyarakat adalah menyiapkan
peserta didik untuk hidup di kemudian hari. Dikatakan bahwa bentuk paling sederhana dari
kurikulum adalah merupakan himpunan pengalaman, sistem nilai, pengetahuan, keterampilan
dan pola sikap yang ingin dihantarkan kepada peserta didik dengan harapan bahwa
keseluruhan yang dihantarkan tersebut merupakan bekal para peserta didik dalam
mengembangkan diri di dalam masyarakat dikemudian hari.
Pengembangan kurikulum pada dasarnya berkisar pada hal-hal yang berkenaan dengan
hal-hal berikut :
25
1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang melaju terlalu cepat.
2. Pendidikan merupakan proses transisi
3. Manusia dalam keadaan terbatas kemampuannya untuk menerima, menyampaikan
dan mengolah informasi.
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses berlajar
mengajar di bawah bimbingan dan tanggunga jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta
staf pengajarnya. Kurikulum merupakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di bawah
pengawasan sekolah, jadi selain kegiatan kulikuler yang formal juga kegiatan yang tak
formal. (Nasution, 2008:5)
Fungsi kurikulum dalam proses pendidikan, yakni merupakan alat untuk mencapai
tujuan pendidikan, maka hal ini berarti, sebagai alat pendidikan kurikulum mempunyai
komponen-komponen penunjang yang saling mendukung satu sama lainnya. Lima komponen
kurikulum yaitu:
1. Tujuan,
2. Isi dan struktur program,
3. Organisasi dan strategi,
4. Sarana
5. Evaluasi.
Teori kurikulum adalah suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap
kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan antara unsur-
unsur kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan/penggunaan dan evaluasi
kurikulum.
Ada tiga konsep tentang kurikulum, kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem, dan
sebagai bidang studi.
Ulasan teoritis tentang suatu konsepsi dasar itu disebut model atau konstruksi.
Pengembangan kurikulum model tersebut merupakan ulasan teoritis tentang suatu proses
kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula ulasan tentang salah satu komponen kurikulum.
27
Model-model pengembangan kurikulum tersebut diantaranya adalah :
28
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Said Hamid. 2005. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Imperial Bhakti Utama.
Sukmadinata, Nana Saodih. 2007. Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktik. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
29