Dasar Hukum Iformasi Atau Data Bersifat Pribadi
Dasar Hukum Iformasi Atau Data Bersifat Pribadi
perlindungan data pribadi merupakan sebuah suatu hal yang harus dilakukan.
Perlindungan tersebut bukan hanya merupakan bagian dari hak asasi manusia (HAM),
tetapi juga amanat yang disampaikan oleh konstitusi Negara Republik Indonesia,
Undang-Undang Dasar 1945.
Pasal 28G ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 menyebutkan bahwa “Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi,
keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta
berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.”
Setidaknya ada 20 Produk Hukum yang memuat Pasal-Pasal mengenai Data Pribadi
sebagaimana dijelaskan dibawah ini:
Informasi Publik yang dikecualikan sifatnya rahasia dan tidak dapat diakses oleh
publik sesuai dengan kriteria yang diatur dalam Pasal 17 UU KIP. Informasi Publik
dikecualikan secara limitatif berdasarkan pada Pasal 17 UU KIP, yaitu apabila dibuka
dapat:
o Informasi tentang strategi, intelijen, operasi, taktik dan teknik yang berkaitan
dengan penyelenggaraan sistem pertahanan dan keamanan negara, meliputi
tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengakhiran atau evaluasi dalam kaitan
dengan ancaman dari dalam dan luar negeri;
o Dokumen yang memuat tentang strategi, intelijen, operasi, teknik dan taktik
yang berkaitan dengan penyelenggaraan sistem pertahanan dan keamanan
negara yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengakhiran atau
evaluasi;
o Gambar dan data tentang situasi dan keadaan pangkalan dan/atau instalasi
militer;
o Data perkiraan kemampuan militer dan pertahanan negara lain terbatas pada
segala tindakan dan/atau indikasi negara tersebut yang dapat membahayakan
kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan/atau data terkait
kerjasama militer dengan negara lain yang disepakati dalam perjanjian
tersebut sebagai rahasia atau sangat rahasia;
o Sistem persandian negara; dan/atau
o Rencana awal pembelian dan penjualan mata uang nasional atau asing,
saham dan aset vital milik negara;
o Rencana awal perubahan nilai tukar, suku bunga, dan model operasi institusi
keuangan;
o Posisi, daya tawar dan strategi yang akan dan telah diambil oleh negara
dalam hubungannya dengan negosiasi internasional;
7. Mengungkapkan isi akta otentik yang bersifat pribadi dan kemauan terakhir
ataupun wasiat seseorang;
8. Mengungkap rahasia pribadi seseorang menyangkut :
9. Memorandum atau surat-surat antar Badan Publik atau intra Badan Publik
yang menurut sifatnya dirahasiakan, kecuali atas putusan Komisi Informasi
atau pengadilan.
10.Informasi Publik yang tidak boleh diungkapkan berdasarkan Undang-Undang.
Saat ini, Indonesia belum memiliki kebijakan atau regulasi mengenai perlindungan
data pribadi dalam satu peraturan khusus. Pengaturan mengenai hal tersebut masih termuat
terpisah di beberapa peraturan perundang-undangan dan hanya mencerminkan aspek
perlindungan data pribadi secara umum.
Mengenai data pribadi yang berkaitan langsung dengan data elektronik. Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (“UU ITE”)
merupakan referensi utama untuk menjawab masalah perlindungan informasi/data pribadi di
internet.
Salah satu contoh perlindungan data pribadi yang sudah diterapkan sejak lama adalah di
sector kesehatan. Pasal 57 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan menyebutkan bahwa “Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan
pribadinya yang telah dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan.”
Kemudian Pasal 57 ayat (2) menambahkan bahwa “Ketentuan mengenai hak atas rahasia
kondisi kesehatan pribadi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal:
a. perintah undang-undang; b. perintah pengadilan; c. izin yang bersangkutan; d.
kepentingan masyarakat; atau e. kepentingan orang tersebut.”
Pasal 2 huruf (c) menegaskan bahwa salah satu hak penduduk yaitu memperoleh
perlindungan atas data pribadi serta huruf (f) mengenai ganti rugi dan pemulihan nama
baik sebagai akibat kesalahan dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil serta
penyalahgunaan Data Pribadi oleh Instansi Pelaksana.
Sedangkan, data pribadi penduduk yang harus dilindungi, sebagaimana disebut Pasal 84
ayat (1), di antaranya adalah: a. nomor KK; b. NIK; c. tanggal/bulan/tahun lahir; d.
eterangan tentang kecacatan fisik dan/atau mental; e. NIK ibu kandung; f. NIK ayah;dan
g. beberapa isi catatan Peristiwa Penting.
Setiap perbuatan melawan hukum dengan mengakses sistem elektronik yang bertujuan
untuk memperoleh Informasi/Dokumen Elektronik dengan cara melanggar sistem
pengamanan dianggap sebagai tindak pidana sesuai Pasal 46 jo Pasal 30 UU ITE.
Perbuatan ini diancam dengan sanksi pidana penjara paling lama 6 sampai 8 tahun
dan/atau denda paling banyak Rp600.000.000,00 sampai Rp800.000.000,00.