PENDAHULUAN
Ikan bandeng (Chanos chanos) merupakan salah satu jenis ikan air payau yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi. Jenis Ikan ini sudah dikenal oleh masyarakat luas
karena merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi yang
cukup tinggi serta ditunjang dengan rasanya yang enak dan memiliki kandungan
kolesterol yang rendah sehingga aman untuk kesehatan. Pengolahan produk ikan
bandeng yang semakin meningkat pada saat ini, seperti bandeng presto yang semua
tulang dan durinya menjadi lunak, yang menyebabkan meningkatnya jumlah yang
mengkonsumsi ikan bandeng, sehingga permintaan pasar akan ikan bandeng akhir-
akhir ini terus meningkat.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
ikan Bandeng (Chanos chanos), dalam bahasa inggris disebut milkfish ikan ini
menetas di laut dalam, setelah 2-3 minggu menetas kemudian bermigrasi ketepi
pantai dan bakau – bakau dan kembali lagi ketengah laut untuk berkembang biak.
Bentuk tubuh ikan bandeng ini adalah langsing seperti torpedo dan berenang cepat,
berwarna putih perak dan pemakan ganggang biru berupa tumbuhan plankton,
lumut, klekap (Herbivora) yang tumbuh di dasar perairan.
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Pisces
Subclass : Teleostei
Ordo : Malacopterygii
Family : Chanidae
Genus : Chanos
Spesies : Chanos chanos
2.2 Morfologi
Bandeng merupakan jenis ikan yang dapat hidup diair laut dan iar tawar.
Mereka hidup di Samudra Hindia dan menyeberanginya sampai Samudra Pasifik,
mereka cenderung bergerombol di sekitar pesisir dan pulau – pulau dengan koral.
Ikan bandeng merupakan penjelajah yang tangguh yang mampu berenang sampai
ratusan kilometer. Ikan yang muda dan baru menetas hidup di laut untuk 2 – 3
minggu, lalu berpindah ke rawa – rawa bakau, daerah payau, dan kadangkala danau-
danau. Bandeng baru kembali ke laut kalau sudah dewasa dan bisa berkembang
biak.
Penyebaran ikan bandeng begitu luas, bahkan hampir setiap pantai di Indonesia
terdapat benih bandeng (nener). Penyebaran bandeng di Indonesia meliputi daerah-
daerah pantai di Jawa, Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara, Bali serta Pulau Buru.
Di pulau Jawa, nener sering ditangkap di pantai Banten, Jakarta, Cirebon,
Semarang, Gresik dan Surabaya. Sebagai ikan laut, bandeng juga tersebar mulai
dari pantai Afrika timur sampai ke Kepulauan Tuamotu sebelah timur Tahita, dan
dari Jepang selatan sampai Australia utara. Sifat yang menyolok dari ikan bandeng
ialah sifat euryhallin, yaitu tahan terhadap perubahan yang besar dalam hal salinitas
air, hal ini membuat bandeng dapat dipelihara dalam tambak air payau. Meskipun
kadar garam dalam tambak air payau sering turun-naik, kehidupan sehari – hari ikan
bandeng tidak terpengaruh dengan kondisi tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
1) Lahan mendapatkan air pasang surut air laut. Tinggi pasang surut yang ideal
adalah 1,5 – 2,5 m. Pada lokasi yang pasang surutnya lebih rendah dibawah
1 meter maka pengelolaan air menggunakan pompa.
2) Tersedia air tawar untuk mengatur kadar garam yang sesuai bagi
pertumbuhan ikan bandeng.
3) Tekstur tanah yang ideal adalah liat berpasir, karena tanah ini dapat
menahan air dengan baik.
4) Lokasi ideal terdapat sabuk hijau (green belt) yang ditumbuhi hutan
mangrove dengan panjang minimal 100 m dari garis pantai.
5) Keadaan sosial ekonomi mendukung operasional budidaya seperti
keamanan yang kondusif.
Dalam persiapan benih ikan bandeng yang akan ditanam dalam proses
pembesaran terdapat beberapa tahapan kegiatan yang harus dilakukan terlebih
dahulu. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Kegiatan Peneneran
Kegiatan peneneran adalah pemeliharaan benih ikan bandeng dari
ukuran nener hingga mencapai ukuran 5-7 cm. Ukuran benih ikan ini sudah
dapat digunakan pada kegiatan penggelondongan. Luas tambak untuk
kegiatan peneneran relatif lebih kecil dan biasa dikenal dengan sebutan baby
box. Perbandingan luas petak peneneran, penggelondongan, dan
pembesaran adalah 1:9:90. Lama pemeliharaan dipetak peneneran berkisar
30-45 hari tergantung pada kondisi pakan alami dan ukuran ikan.
b) Kegiatan Penggelondongan
Kegiatan penggelondongan adalah lanjutan pemeliharan benih dari
ukuran gelondongan kecil (pre-fingerling) hingga mencapai ukuran
gelondongan. Kegiatan penggelondongan ini dilakukan kurang lebih selama
30 hari atau pada saat ukuran berat ikan antara 3-5 gr/ekor. Setelah kegiatan
penggelondongan baru benih ikan bandeng dapat dipelihara di petak
pembesaran.
a. Padat Tebar
Benih ikan bandeng yang ditebar dipetak pembesaran untuk menghasilkan
ikan ukuran konsumsi disesuaikan dengan metode pembesaran ikan
bandeng yang dilaksanakan. Untuk metode tradisional yang disempurnakan
padat tebarnya adalah 2-3 ekor/ m2. Lama pemeliharaan pada pembesaran
ikan bandeng dengan metode tradisional yang disempurnakan adalah 4
bulan.
b. Waktu Penebaran
Penebaran benih bandeng harus segera dilaksanakan setelah petakan tambak
siap untuk pemeliharaan. Warna air tambak terlihat kehijauan oleh plankton.
Keterlambatan penebaran akan memberikan peluang hama dan penyakit
berkembang didalamnya. Waktu penebaran dilakukan sore hari atau
menjelang matahari terbenam pukul 16.00 – 18.00 atau pagi hari sebelum
matahari terbit sampai pukul 07.30 karena pada waktu ini kondisi fluktuasi
suhu tidak mencolok, parameter air dan lingkungan tidak banyak berubah.
c. Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah proses penyesuaian biota yang dipelihara dengan
lingkungan baru yang akan digunakan untuk budidaya ikan. Melalaui proses
adaptasi ini secara fisiologi dan kebiasaan hidupnya secara perlahan-lahan
disesuaikan dengan lingkungan barunya.
Dalam kegiatan aklimatisasi sebelumnya telah disediakan petakan
khusus yaitu petakan yang sangat sempit yang dibuat hanya untuk
sementara dalam kegiatan aklimatisasi atau penyesuaian benih pada tambak.
Ukuran petak ini disesuaikan dengan banyaknya benih yang akan
ditebarkan.
Petakan ini dibuat di dekat pintu air dan dibatasi oleh pematang yang
sempit (kecil). Diatas pematang dibangun atap yang terbuat dari gedek
bambu yang dilapisi dengan plastik atau dari daun kelapa (welit).
Kegunaan atap ini adalah sebagai pelindung bagi benih dari sengatan
sinar matahari yang kuat dan hujan, karena air hujan yang langsung
mengalir kepetak aklimatisasi dapat menyebabkan kematian pada benih.
Petak aklimatisasi ini diperlukan baik pada musim kemarau maupun pada
musim hujan.
Jenis pakan yang diberikan adalah pakan buatan dan pakan alami. Pakan
buatan berbentuk pellet dengan berbagai ukuran yang disesuaikan dengan ukuran
(size) ikan. Kandungan nutrisi yang dibutuhkan dalam pakan ikan bandeng (Chanos
chanos Forskal) antara lain protein, karbohidrat, lemak, asam lemak, vitamin serta
mineral.
Pakan hidup adalah organisme hidup dalam tambak yang berfungsi sebagai
pakan ikan. Pada umumnya jenis pakan ini adalah plankton. Fungsi plankton
disamping sebagai pakan alami bagi ikan adalah penghasil oksigen dalam air.
a. Pengaturan Air
Selama pemeliharaan, kualitas dan kedalaman air harus diperhatikan, sehingga
benih dapat hidup dengan layak. Pergantian air yang teratur mempunyai
keuntungan dalam menjaga kualitas air tetap baik. Selain itu, unsur hara dan
organisme makanan benih ikan bandeng dapat disuplai ke tambak. Bila air
tambak tidak pernah atau jarang diganti, akan menyebabkan terakumulasinya
bahan beracun di tambak dan itu sangat berbahaya bagi kehidupan benih.
Pergantian air dilakukan secara teratur bersamaan dengan adanya air pasang.
Caranya adalah dengan mengeluarkan setengah atau sepertiga bagian air
tambak sebelum terjadi air pasang, kemudian diganti dengan air pasang yang
baru sampai ketinggian air semula.
Pada saat setelah terjadi hujan, maka air di tambak perlu segera diganti,
karena air hujan akan mengencerkan salinitas. Hal ini dapat membahayakan
kehidupan ikan yang sedang dipelihara. Kemudian juga untuk menjaga
salinitasnya agar tetap stabil dan baik (payau) diperlukan juga sumber air tawar,
sumber air tawar bisa diperoleh dari air sungai.
b. Perawatan Pintu dan Pematang
Untuk menunjang keberhasilan pemeliharaan benih, pematang dan pintu
tambak harus selalu diperiksa dan dirawat dengan baik. Maksud perawatan ini
adalah untuk mencegah terjadinya kebocoran atau rembesan air dari dalam
tambak serta mencegah hilangnya benih. Demikian pula saringan di pintu
tambak harus dibersihkan dengan sikat, untuk memudahkan dalam pertukaran
air.
c. Pemupukan Susulan
Sebelum kondisi makanan alami di tambak menipis (habis), segera dilakukan
pemupukan susulan. Pemupukan ini dimaksudkan untuk mensuplai unsur hara
kedalam tambak, sehingga dapat menunjang pertumbuhan makanan alami.
Jumlah pupuk yang diberikan tergantung dari kesuburan makanan alami yang
ada. Sebagai patokan dapat digunakan pupuk Urea dan TSP dengan dosis
masing-masing 10 kg/ha. Dapat juga ditambah dedak halus sebanyak 100
kg/ha. Selain sebagai pupuk, dedak halus juga berfungsi sebagai makanan
tambahan.
Mudjiman juga mengatakan bahwa pemupukan sebaiknya dilakukan pada
saat ada air pasang. Hal ini di maksudkan bila hasil pemupukan berpengaruh
kurang baik terhadap kualitas air (seperti terjadi blooming), maka dengan
segera dapat dilakukan pertukaran air. Pemupukan tidak boleh dilakukan pada
saat akan turun hujan, karena air hujan dapat mengencerkan hasil pemupukan
tersebut. Selain itu dalam melakukan pemupukan, pelataran tidak boleh
diinjak-injak, karena akan merusak klekap yang tumbuh
d. Makanan Tambahan
Pemberian makanan tambahan dilakukan apabila keadaan makanan alami
sudah tidak dapat lagi menunjang pertumbuhan bandeng yang dipelihara. Jenis
makanan buatan yang digunakan adalah pelet. Jumlah makanan yang diberikan
kira – kira 5% dari berat total tubuh per hari. Pemberian makanan dilakukan
dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari.
Hama dan penyakit yang sering mengganggu kegiatan budidaya ikan bandeng
adalah sebagai berikut:
2. Secara kimiawi
c. Pemasangan perangkap
3.8 Pemanenan
3.9 Pemasaran
PENUTUP
4.1 Kesimpulan