PENDAHULUAN
Nefritis atau peradangan ginjal, adalah salah satu penyakit ginjal yang sering
ditemui. Gejala utamanya adalah tampaknya elemen seperti albumin di dalam air seni.
Kondisi ini disebut albuminuria. Sel-sel darah merah dan darah putih dan serpihan
granular yang kesemuanya tampak dalam pemeriksaan mikroskopik pada air seni.
Gejala ini lebih sering nampak terjadi pada masa kanak-kanak dan dewasa
dibanding pada orang-orang setengah baya. Bentuk yang paling umum dijumpai dari
Penderita biasanya mengeluh tentang rasa dingin, demam, sakit kepala, sakit
punggung, dan udema (bengkak) pada bagian muka biasanya sekitar mata (kelopak),
mual dan muntah-muntah. Sulit buang air kecil dan air seni menjadi keruh. Prognosis
biasanya dapat menyembuhkan dan penderita sembuh total. Namun pada beberapa
orang gejala ini berkembang menjadi kronis. Pada keadaan ini proses kerusakan ginjal
terjadi menahun dan selama itu gejalanya tidak tampak. Akan tetapi pada akhirnya
orang-orang tersebut dapat menderita uremia (darah dalam air seni.Red) dan gagal
ginjal.
Ginjal merupakan salah satu organ paling vital dimana fungsi ginjal sebagai
tempat membersihkan darah dari berbagai zat hasil metabolisme tubuh dan berbagai
racun yang tidak diperlukan tubuh serta dikeluarkan sebagai urine dengan jumlah setiap
2
hari berkisar antara 1-2 liter. Selain fungsi tersebut, ginjal berfungsi antara lain
mempertahankan kadar cairan tubuh dan elektrolit (ion-ion), mengatur produksi sel-
darah merah. Begitu banyak fungsi ginjal sehingga bila ada kelainan yang mengganggu
sering menimbulkan gagal ginjal dikemudian hari. Kelainan ini terjadi akibat gangguan
utama pada ginjal (primer) atau sebagai komplikasi penyakit lain (sekunder), misalnya
komplikasi penyakit diabetes mellitus, keracunan obat, penyakit infeksi dan lain-lain.
dan tingginya angka morbiditas baik pada anak maupun pada dewasa. Sebagian besar
glomerulonefritis bersifat kronik dengan penyebab yang tidak jelas dan sebagian besar
glomerulus,bukan pada struktur jaringan ginjal yang lain seperti misalnya tubulus,
Glomerulonefritis sering ditemukan pada anak berumur antara 3-7 tahun dan
antara anak laki-laki dan perempuan adalah 2 : 1 dan jarang menyerang anak dibawah
usia 3 tahun. Hasil penelitian multisenter di Indonesia pada tahun 1988, melaporkan
adanya 170 pasien yang dirawat di rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien
(24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%). Pasien laki-laki dan perempuan
berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada anak usia antara 6-8 tahun (40,6%).
gejala. Gejalanya dapat berupa mual-mual, kurang darah (anemia), atau hipertensi.
Gejala umum berupa sembab kelopak mata, kencing sedikit, dan berwarna merah,
biasanya disertai hipertensi. Penyakit ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan,
Beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam pembahasan makalah ini
adalah:
1.3 Tujuan
Sesuai dengan masalah yang dirumuskan diatas maksud dan tujuan inipun
1. Glomerulonefritis
3. Glomerulonefritis Kronis
1.4 Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
GNA adalah reaksi imunologi pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu.
Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus, sering ditemukan pada
berbagai ragam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamasi glomerulus
Glomerulonefritis atau di sebut juga Sindroma nefrotik ditandai dengan gejala edema,
B. ETIOLOGI
Penyakit sipilis
respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman streptococcus beta hemoliticus golongan
streptococcus dikemukakan pertama kali oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alas an
Antara infeksi bakteri dan timbulnya glomerulonefritis akut terdapat masa laten
selama kurang 10 hari. Kuman streptococcus beta hemoliticus tipe 12 dan 25 lebih
bersifat nefritogen daripada yang lain, tapi hal ini tidak diketahui sebabnya.
Kemungkinan factor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan factor alergi
yang ditandai dengan timbulnya hematuria, edema, hipertensi, dan penurunan fungsi
ginjal. Gejala-gejala ini timbul setelah infeksi kuman streptococcus beta hemoliticus
golongan A disaluran pernafasan bagian atas atau pada kulit. Glomerulonefritis akut
pasca streptococcus terutama menyerang pada anak laki-laki dengan usia kurang dari
Penyakit ini timbul setelah adanya infeksi oleh kuman streptococcus beta
hemoliticus golongan A disaluran pernafasan bagian atas atau pada kulit, sehingga
pencegahan dan pengobatan infeksi saluran pernafasan atas dan kulit dapat
keracunan timah hitam tridion, penyakitb amiloid, trombosis vena renalis, purpura
C. MANIFESTASI KLINIK
1. Hematuria
2. Oliguria
4. Gangguan gastrointestinal
Manifestasi sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya lunak dan cekung
bila ditekan (piting), dan umumnya ditemukan disekitar mata (periorbital), pada area
ekstremitas (sacrum, tumit dan tangan), dan pada abdomen (acites). Gejala lain seperti
Penyakit ginjal biasanya dibagi menjadi kelainan glomerulus dan non glomerulus
berdasarkan etiologi, histology, atau perubahan faal yang utama. Dari segi klinis suatu
kelainan glomerulus yang sering dijumpai adalah hipertensi, sembab, dan penurunan
8
fungsi ginjal. Meskipun gambaran klinis biasanya telah dapat membedakan berbagai
kelainan glomerulus dan non glomerulus, biopsi ginjal masih sering dibutuhkan untuk
hipertensi dan penurunan fungsi ginjal, yang dapat terlihat secara tersendiri atau secara
bersama seperti misalnya pada sindrom nefrotik, gejala klinisnya terutama terdiri dari
D. PENATALAKSANAAN
2. Modifikasi diet.
7. Anti hipertensi
hemodialisa.
11. Diuetika.
9
mengajukan:
sehari 80 mg.
b) Kemudian prednison per os selama 28 hari sebanyak 1,5 mg/kgBB / hari setiap
3hari dalam 1mingggu dengan dosis maksimun sehari : 60mg . Bila terdapat
c) Pengobatan prednison dihentikan. Bila terjadi relaps maka seperti pada terapi
permulaan diberi setiap hari prednison sampai urine bebas protein. Kemudian
A. PENGKAJIAN
B. PENGKAJIAN FISIK
1. Aktivitas/istirahat
- Gejala: kelemahan/malaise
2. Sirkulasi
3. Eliminasi
4. Makanan/cairan
5. Pernafasan
kusmaul)
6. Nyeri/kenyamanan
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Hb menurun
- Pada rontgen:
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
E. IMPLEMENTASI
1. Diagnosa keperawatan 1.
Kelebihan volume cairan bd.produksi urine yang menurun akibat dari penurunan
filtrasi ginjal.
- Timbang BB tiap hari pada waktu, alat dan pakaian yang sama
- Observasi hasil lab: BJ. Urine, Albumin, elektrolit, darah (kalium dan
natrium)
2. Diagnosa keperawatan 2.
- Sajikan makanan yang menarik dan selalu hangat, porsi kecil tapi sering.
- Pemberian diet tinggi kalori rendah protein, tinggi karbo hidrat rendah
garam.
3. Diagnosa Keperawatan 3.
4. Diagnosa Keperawatan 4.
- Kebersihan kuku.
F. EVALUASI
- Tanda-tanda vital: TD: 120/80 mmHg, RR: 20 X/m, HR: 80 X/mt, suhu:
367o C.
A. DEFINISI
penyakit, dimana terjadi kerusakan glomeruli dan kemunduran fungsi ginjal selama
B. PENYEBAB
C. GEJALA
berkembang secara bertahap, sehingga tidak dapat ditentukan kapan tepatnya penyakit
Seseorang yang merasa sehat, memiliki fungsi ginjal yang normal dan tidak
diketahui menderita penyakit ini ketika menjalani pemeriksaan kesehatan rutin, yang
menunjukkan adanya protein dan kemungkinan sel darah di dalam air kemihnya.
- Kelelahan
- Kelemahan
- Penglihatan ganda
- Dypsnoe
- Nochturia
- Edema
- Kehilangan BB
- Pada Stadium Dini: Hasil urine analisa; Albumin, sedimen dalam darah dan
- Pada Stadium Lanjut: Hematuria dan protein urea menurun, dan kadar
- Karena penyebab GNC tidak diketahui dengan pasti maka cara preventif
c. Obat-obatan
D. ETIOLOGI
infeksi
3. Wegner’s granulomatosis
E. MANIFESTASI KLINIS
16
4. Dysuria
6. Kesulitan bernafas
7. Orthopnea
10. Pelebaran pada vena leher, adanya suara jantung tiga (S3)
11. Edema pada wajah, kelopok mata, tangan dan jaringan perifer
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Bed-rest total
5. Monitor intake-Output
11. Diuretik
12. Plasmapheresi
a. Diagnosa
b. Pengobatan
gejala.
gejalanya.
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan
2. Pemeriksaan Diagnostik
- Urinalisa
- IVP
- Serum Creatinin
- Serum Protein
- Biopsy Ginjal
- EKGAntistrepolysin
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Resiko kelebihan volume cairan b.d Retensi air dan disfungsi ginjal
3. Resiko infeksi (uti, lokal, sistemik) b.d Penekanan pada sistem imun
19
Krisis hipertensi
C. PERENCANAAN
1. Diagnosa keperawatan 1
Kriteria hasil :
Rencana Tindakan
Anjurkan Bedrest
2. Diagnosa keperawatan 2.
Resiko kelebihan volume cairan b.d Retensi air dan disfungsi ginjal
Kriteria hasil :
Rencana tindakan
Catat jumlah dan karakteristik urine; laporkan bila ada penurunan output urine
pada dokter
ketidaknormalan
3. Diagnosa keperawatan 3.
Resiko infeksi (uti, lokal, sistemik) b.d Penekanan pada sistem imun
Kriteria hasil :
Rencana tindakan
Monitor adanya Tanda & gejala UTI, lakukan tindakan pencegahan UTI
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Glomerulonefritis Akut
prognosis.
Modifikasi diet.
bila edema masih berat. Bila edema berkurang diberi garam sedikit
Anti hipertensi
hemodialisa.
Diuetika.
3. Glomerulonefritis Kronis
Bed-rest total
Monitor intake-Output
DAFTAR PUSTAKA
EGC; Jakarta.
M. Rendy Clevo, Margareth TH. (2012 ). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi