Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nefritis atau peradangan ginjal, adalah salah satu penyakit ginjal yang sering

ditemui. Gejala utamanya adalah tampaknya elemen seperti albumin di dalam air seni.

Kondisi ini disebut albuminuria. Sel-sel darah merah dan darah putih dan serpihan

granular yang kesemuanya tampak dalam pemeriksaan mikroskopik pada air seni.

Gejala ini lebih sering nampak terjadi pada masa kanak-kanak dan dewasa

dibanding pada orang-orang setengah baya. Bentuk yang paling umum dijumpai dari

nefritis adalah glomerulonefritis. Seringkali terjadi dalam periode 3 sampai 6 minggu

setelah infeksi streptokokus.

Penderita biasanya mengeluh tentang rasa dingin, demam, sakit kepala, sakit

punggung, dan udema (bengkak) pada bagian muka biasanya sekitar mata (kelopak),

mual dan muntah-muntah. Sulit buang air kecil dan air seni menjadi keruh. Prognosis

biasanya dapat menyembuhkan dan penderita sembuh total. Namun pada beberapa

orang gejala ini berkembang menjadi kronis. Pada keadaan ini proses kerusakan ginjal

terjadi menahun dan selama itu gejalanya tidak tampak. Akan tetapi pada akhirnya

orang-orang tersebut dapat menderita uremia (darah dalam air seni.Red) dan gagal

ginjal.

Ginjal merupakan salah satu organ paling vital dimana fungsi ginjal sebagai

tempat membersihkan darah dari berbagai zat hasil metabolisme tubuh dan berbagai

racun yang tidak diperlukan tubuh serta dikeluarkan sebagai urine dengan jumlah setiap
2

hari berkisar antara 1-2 liter. Selain fungsi tersebut, ginjal berfungsi antara lain

mempertahankan kadar cairan tubuh dan elektrolit (ion-ion), mengatur produksi sel-

darah merah. Begitu banyak fungsi ginjal sehingga bila ada kelainan yang mengganggu

ginjal, berbagai penyakit dapat ditimbulkan.

Glomerulonefritis merupakan berbagai kelainan yang menyerang sel-sel

penyerang ginjal (sel glomerulus). Glomerulonefritis menahun adalah penyakit paling

sering menimbulkan gagal ginjal dikemudian hari. Kelainan ini terjadi akibat gangguan

utama pada ginjal (primer) atau sebagai komplikasi penyakit lain (sekunder), misalnya

komplikasi penyakit diabetes mellitus, keracunan obat, penyakit infeksi dan lain-lain.

Pada penyakit ini terjadi kebocoran protein atau kebocoran eritrosit.

Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir

dan tingginya angka morbiditas baik pada anak maupun pada dewasa. Sebagian besar

glomerulonefritis bersifat kronik dengan penyebab yang tidak jelas dan sebagian besar

tampak bersifat imunologis.Glomerulonefritis menunjukkan kelainan yang terjadi pada

glomerulus,bukan pada struktur jaringan ginjal yang lain seperti misalnya tubulus,

jaringan interstitial maupun sistem vaskulernya.

Glomerulonefritis sering ditemukan pada anak berumur antara 3-7 tahun dan

lebih sering mengenai anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Perbandingan

antara anak laki-laki dan perempuan adalah 2 : 1 dan jarang menyerang anak dibawah

usia 3 tahun. Hasil penelitian multisenter di Indonesia pada tahun 1988, melaporkan

adanya 170 pasien yang dirawat di rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien

terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%), kemudian disusul berturut-turut di Jakarta


3

(24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%). Pasien laki-laki dan perempuan

berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada anak usia antara 6-8 tahun (40,6%).

Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut) atau secara

menahun (kronis) seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan

gejala. Gejalanya dapat berupa mual-mual, kurang darah (anemia), atau hipertensi.

Gejala umum berupa sembab kelopak mata, kencing sedikit, dan berwarna merah,

biasanya disertai hipertensi. Penyakit ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan,

10% menjadi kronis, dan 10% berakibat fatal.

1.2 Rumusan Masalah

Beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam pembahasan makalah ini

adalah:

1. Apakah glomerulonefritis itu ?

2. Bagaimana askep pada klien glomerulonefritis?

3. Apakah Glomerulonefritis Kronis itu?

4. Bagaimana Askep pada klien glomerulonefritis Kronis?

1.3 Tujuan

Sesuai dengan masalah yang dirumuskan diatas maksud dan tujuan inipun

dirumuskan guna memperoleh suatu deskripsi tentang:

1. Glomerulonefritis

2. Askep pada klien glomerulonefritis

3. Glomerulonefritis Kronis

4. Askep pada klien glomerulonefritis Kronis


4

1.4 Manfaat

Dalam penyusunan makalah ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

semua pihak. Adapun manfaat penyusunan itu diantaranya :

1. Berfungsi sebagai literatur-literatur bagi pelajar yang ingin memperdalam

wawasan tentang glomerulonefritis

2. Para pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang glomerulonefritis


5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 GLOMERULOSNEFRITIS AKUT

A. DEFINISI

GNA adalah reaksi imunologi pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu.

Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus, sering ditemukan pada

usia 3-7 tahun. (Kapita Selecta, 2000)

Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan

berbagai ragam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamasi glomerulus

yang disebabkan oleh suatu mekanisme imunologis. Sedangkan istilah akut

(glomerulonefritis akut) mencerminkan adanya korelasi klinik selain menunjukkan

adanya gambaran etiologi, patogenesis, perjalanan penyakit dan prognosis.

Glomerulonefritis atau di sebut juga Sindroma nefrotik ditandai dengan gejala edema,

proteinuria, hipoalbuminemia dan hiperkholesterolemia.

Tanda-tanda tersebut dijumpai disetiap kondisi yang sangat merusak membran

kapiler glomerulus dan menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus.

B. ETIOLOGI

 Streptococcus beta hemoliticus group A.

 Keracunan (timah hitam, tridion)

 Penyakit sipilis

 Trombosis vena renalis


6

 Penyakit kolagen (Kapita Selecta, 2000)

Glomerulonefritis akut didahului oleh infeksi ekstra renal terutama di traktus

respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman streptococcus beta hemoliticus golongan

A tipe 12,4,16,25,dan 29. Hubungan antara glomerulonefritis akut dan infeksi

streptococcus dikemukakan pertama kali oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alas an

timbulnya glomerulonefritis akut setelah infeksi skarlatina,diisolasinya kuman

streptococcus beta hemoliticus golongan A, dan meningkatnya titer anti- streptolisin

pada serum penderita.

Antara infeksi bakteri dan timbulnya glomerulonefritis akut terdapat masa laten

selama kurang 10 hari. Kuman streptococcus beta hemoliticus tipe 12 dan 25 lebih

bersifat nefritogen daripada yang lain, tapi hal ini tidak diketahui sebabnya.

Kemungkinan factor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan factor alergi

mempengaruhi terjadinya glomerulonefritis akut setelah infeksi kuman streptococcus.

Glomerulonefritis akut pasca streptococcus adalah suatu sindrom nefrotik akut

yang ditandai dengan timbulnya hematuria, edema, hipertensi, dan penurunan fungsi

ginjal. Gejala-gejala ini timbul setelah infeksi kuman streptococcus beta hemoliticus

golongan A disaluran pernafasan bagian atas atau pada kulit. Glomerulonefritis akut

pasca streptococcus terutama menyerang pada anak laki-laki dengan usia kurang dari

3 tahun.Sebagian besar pasien (95%) akan sembuh, tetapi 5 % diantaranya dapat

mengalami perjalanan penyakit yang memburuk dengan cepat.


7

Penyakit ini timbul setelah adanya infeksi oleh kuman streptococcus beta

hemoliticus golongan A disaluran pernafasan bagian atas atau pada kulit, sehingga

pencegahan dan pengobatan infeksi saluran pernafasan atas dan kulit dapat

menurunkan kejadian penyakit ini. Dengan perbaikan kesehatan masyarakat, maka

kejadian penyakit ini dapat dikurangi.

Glomerulonefritis akut dapat juga disebabkan oleh sifilis, keracunan seperti

keracunan timah hitam tridion, penyakitb amiloid, trombosis vena renalis, purpura

anafilaktoid dan lupus eritematosus.

C. MANIFESTASI KLINIK

1. Hematuria

2. Oliguria

3. Edema ringan sekitar mata atau seluruh tubuh

4. Gangguan gastrointestinal

5. Sakit kepala, merasa lemah

6. Nyeri pinggang menjalar sampai ke abdomen

Manifestasi sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya lunak dan cekung

bila ditekan (piting), dan umumnya ditemukan disekitar mata (periorbital), pada area

ekstremitas (sacrum, tumit dan tangan), dan pada abdomen (acites). Gejala lain seperti

malaise, sakit kepala, irritabilitas dan keletihan umumnya terjadi.

Penyakit ginjal biasanya dibagi menjadi kelainan glomerulus dan non glomerulus

berdasarkan etiologi, histology, atau perubahan faal yang utama. Dari segi klinis suatu

kelainan glomerulus yang sering dijumpai adalah hipertensi, sembab, dan penurunan
8

fungsi ginjal. Meskipun gambaran klinis biasanya telah dapat membedakan berbagai

kelainan glomerulus dan non glomerulus, biopsi ginjal masih sering dibutuhkan untuk

menegakkan diagnosis pasti.

Tanda utama kelainan glomerulus adalah proteinuria, hematuria, sembab,

hipertensi dan penurunan fungsi ginjal, yang dapat terlihat secara tersendiri atau secara

bersama seperti misalnya pada sindrom nefrotik, gejala klinisnya terutama terdiri dari

proteinuria massif dan hipoalbuminemia, dengan atau tanpa sembab

D. PENATALAKSANAAN

1. Istirahat selama 1-2 minggu sampai tinggal edema sedikit.

2. Modifikasi diet.

3. Makanan yang mengandung protein sebanyak 3-4 mg/kgBB/hari :minimun bila

edema masih berat. Bila edema berkurang diberi garam sedikit

4. Pembatasan cairan dan natrium

5. Pembatasan protein bila BUN meningkat.

6. Antibiotika. Antibiotika hanya diberikan jika ada infeksi.

7. Anti hipertensi

8. Pemberian diuretik furosemid intravena (1 mg/kgBB/kali)

9. Bila anuria berlangsung lama (5-7hari) dianjurkan dialisa peritoneal atau

hemodialisa.

10. Mencegah infeksi. Diperiksa apakah anak tidak menderita TBC.

11. Diuetika.
9

12. Inter national Cooperatife study of Kidney disease in Children

mengajukan:

a) Selama 28 hari prednison per os sebanyak 2 kg/kgBB/sehari dengan maksimun

sehari 80 mg.

b) Kemudian prednison per os selama 28 hari sebanyak 1,5 mg/kgBB / hari setiap

3hari dalam 1mingggu dengan dosis maksimun sehari : 60mg . Bila terdapat

respons selama (b) maka dilanjutkan dengan 4 minggu secara intermiten

c) Pengobatan prednison dihentikan. Bila terjadi relaps maka seperti pada terapi

permulaan diberi setiap hari prednison sampai urine bebas protein. Kemudian

seperti terapi permulaan selama 5 minggu tetapi secara interminten.

2.2 ASKEP PADA KLIEN GLOMERULONEFRITIS AKUT

A. PENGKAJIAN

1. Riwayat kesehatan umum, meliputi Gg/peny. yang lalu, berhubungan dengan

peny. sekarang. Contoh: ISPA

2. Riwayat kesehatan sekarang,Meliputi; keluhan/gg. yang berhubungan dgn.

Peny. saat ini. Seperti; mendadak, nyeri abdomen,Pinggang, edema.

B. PENGKAJIAN FISIK

1. Aktivitas/istirahat

- Gejala: kelemahan/malaise

- Tanda: kelemahan otot, kehilangan tonus otot

2. Sirkulasi

Tanda: hipertensi, pucat,edema


10

3. Eliminasi

- Gejala: perubahan pola berkemih (oliguri)

- Tanda: Perubahan warna urine (kuning pekat, merah)

4. Makanan/cairan

- Gejala: peBB (edema), anoreksia, mual,muntah

- Tanda: penurunan haluaran urine

5. Pernafasan

 Gejala: nafas pendek

 Tanda: Takipnea, dispnea, peningkatan frekwensi, kedalaman (pernafasan

kusmaul)

6. Nyeri/kenyamanan

 Gejala: nyeri pinggang, sakit kepala

 Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pada laboratorium didapatkan:

- Hb menurun

- Ureum dan serum kreatinin meningkat

- Elektrolit serum (natrium meningkat)

- Urinalisis (BJ. Urine meningkat, albumin , Eritrosit , leukosit )

- Pada rontgen:

- IVP abnormalitas pada sistem penampungan (Ductus koligentes)


11

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kelebihan volume cairan bd.produksi urine yang menurun akibat dari

penurunan filtrasi ginjal.

2. Perubahan nutrisi; kurang dari kebutuhan bd. Intake yang kurang.

3. Intoleransi aktivitas bd. Kelemahan fisik, bedrest.

4. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit (infeksi sekunder) bd. Perubahan

metabolisme dan sirkkulasi tubuh.

E. IMPLEMENTASI

1. Diagnosa keperawatan 1.

Kelebihan volume cairan bd.produksi urine yang menurun akibat dari penurunan

filtrasi ginjal.

- Observasi tanda vital tiap 2 jam

- Kaji status cairan, observasi intake dan output

- Jelaskan pada pasien pentingnya pembatasan cairan

- Timbang BB tiap hari pada waktu, alat dan pakaian yang sama

- Observasi hasil lab: BJ. Urine, Albumin, elektrolit, darah (kalium dan

natrium)

2. Diagnosa keperawatan 2.

Perubahan nutrisi; kurang dari kebutuhan bd. Intake yang kurang.

- Catat pemasukan makanan setiap kali habis makan

- Catat gejala yg timbul stlh makan, seperti: mual muntah

- Kaji pola dan kebiasaan makan pasien


12

- Sajikan makanan yang menarik dan selalu hangat, porsi kecil tapi sering.

- Pemberian diet tinggi kalori rendah protein, tinggi karbo hidrat rendah

garam.

- Observasi hasil lab: BUN dan serum creatinin.

3. Diagnosa Keperawatan 3.

Intoleransi aktivitas bd. Kelemahan fisik, bedrest.

- Kaji aktivitas yang biasa dilakukan Pasien setiap hari

- Anjurkan pasien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya

- Bantu aktivitas yang belum dapat dilakukan sendiri oleh pasien.

- Batasi aktivitas pasien selama di rawat

4. Diagnosa Keperawatan 4.

Resiko tinggi kerusakan integritas kulit (infeksi sekunder) bd. Perubahan

metabolisme dan sirkkulasi tubuh.

- Jelaskan pd pasien tujuan dari setiap tind. yg dilakukan.

- Observasi keadaaan perkembangan kulit setiap hari.

- Kebersihan kuku.

- Miring kiri-kanan setiap 2 jam.

- Lakukan masase,olesi minyak untuk memperlancar aliran darah

- Pertahankan kondisi kulit tetap kering.

- Anjurkan pasien memakai pakaian/alat-alat tenun dari bahan katun

F. EVALUASI

- Intake dan output cairan seimbang.


13

- Tidak ada udema.

- Tanda-tanda vital: TD: 120/80 mmHg, RR: 20 X/m, HR: 80 X/mt, suhu:

367o C.

- Kadar elektrolit darah normal.

- Tidak ada mual, muntah.

- Pasien dapat menghabiskan porsi makanan yang dihidangkan.

- Tidak ada gatal-gatal dan lecet pada kulit.

- Tahan terhadap aktivitas tanpa ada kelelahan

2.3 GLOMERULOSNEFRITIS KRONIS

A. DEFINISI

Glomerulonefritis kronis adalah suatu kelainan yang terjadi pada beberapa

penyakit, dimana terjadi kerusakan glomeruli dan kemunduran fungsi ginjal selama

bertahun-tahun. Biasannya lanjutan dari GNA

B. PENYEBAB

Penyebabnya tidak diketahui. Pada 50% penderita ditemukan glomerulopati

sebagai penyebabnya, meskipun tidak pernah timbul gejala-gejalnya.

Penyebab bervariasi: Perjalanan Cepat dan Perjalanan Lambat

C. GEJALA

Selama bertahun-tahun, sindroma ini tidak menimbulkan gejala. Sindroma ini

berkembang secara bertahap, sehingga tidak dapat ditentukan kapan tepatnya penyakit

ini mulai timbul.


14

Seseorang yang merasa sehat, memiliki fungsi ginjal yang normal dan tidak

menunjukkan tanda-tanda Glomerulonefritis kronis atau sindroma nefrotik kronik,

diketahui menderita penyakit ini ketika menjalani pemeriksaan kesehatan rutin, yang

menunjukkan adanya protein dan kemungkinan sel darah di dalam air kemihnya.

1. Gejala Yang dapat dilihat:

- Kelelahan

- Kelemahan

- Penglihatan ganda

- Sakit kepala (terutama pada pagi hari)

- Dypsnoe

- Nochturia

- Edema

- Kehilangan BB

- Pada Stadium Dini: Hasil urine analisa; Albumin, sedimen dalam darah dan

test fungsi ginjal masih dalam taraf normal

- Pada Stadium Lanjut: Hematuria dan protein urea menurun, dan kadar

nitrogen non protein dalam darah meningkat

- Karena penyebab GNC tidak diketahui dengan pasti maka cara preventif

sukar untuk dilakukan

- Terapi steroid dapat dicoba walaupun hasilnya belum tahu

- Pemberian obat simtomatik & supportif perlu diberikan

- Waspada terhadap adanya CHF


15

- Pendidikan Kesehatan harus mencakup:

a. Pencegahan terhadap infeksi

b. Diet rendah protein, rendah garam dan tinggi KH

c. Obat-obatan

d. Pentingnya follow up care

e. Jika ada tanda-tanda exacerbasi segera lapor dokter

f. Wanita hamil dengan GNC harus waspada terhadap

g. Pemberian obat-obatan karena dapat menimbulkan keguguran.

D. ETIOLOGI

 PRIMER (Respon Imun terhadap Patogen, Etiologi belum diketahui)

1. Streptococcus group A Beta Hemolitikus

2. Syphilis, Abses viseral, Endocarditis bacterial, Hepatitis,Mononucleosis

infeksi

3. Measles, Mumps, Cytomegalovial infection

4. Beberapa parasit, jamur, infeksi virus

 SEKUNDER ( Berkaitan dengan infeksi sistemik)

1. SLE, Progresive systemic sclerosis, Trombositopenia purpura

2. Gagal ginjal post partum, Goodpasture’s syndrome

3. Wegner’s granulomatosis

4. Polyarteritis nodusa, Hemolitic uremic sindrome

E. MANIFESTASI KLINIS
16

1. Nyeri tumpul pinggang belakang

2. Sakit kepala, hipertensi

3. Perubahan pola eliminasi urine

4. Dysuria

5. Menurun output urine

6. Kesulitan bernafas

7. Orthopnea

8. Nocturnal/dyspnea pada saat pengerahan tenaga

9. Perubahan BB, rales pada suara paru

10. Pelebaran pada vena leher, adanya suara jantung tiga (S3)

11. Edema pada wajah, kelopok mata, tangan dan jaringan perifer

12. Fatigue dan malaise

13. Anoreksia, nausea dan/muntah

14. Urine berwana merah ke coklat-coklatan.

F. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Bed-rest total

2. Monitor TTV setiap 4 jam

3. Monitor BUN, Creatinin dan Protein urine

4. Mengganti cairan yang hilang

5. Monitor intake-Output

6. Diet: Pembatasan cairan dan Na, tinggi KH &

7. dah protein, Rendah K Bila Ada gagal ginjal.


17

8. Antibiotik jika ada infeksi

9. Korticosteroid & Cytotoxic

10. Anti Hypertensi

11. Diuretik

12. Plasmapheresi

a. Diagnosa

- Urinalisis (analisa air kemih) menunjukkan adanya protein, darah atau

beberapa kelainan lainnya.

- Rontgen dada bisa menunjukkan adanya cairan yang berlebihan.

- USG ginjal, CT scan ginjal atau IVP menunjukkan pengkisutan ginjal.

- Biopsi ginjal bisa menunjukkan salah satu bentuk glomerulonefritis kronis

atau pembentukan jaringan parut yang tidak spesifik pada glomeruli.

b. Pengobatan

- Pengobatan tergantung kepada penyebab penyakit serta jenis dan beratnya

gejala.

- Tujuan utama dari pengobatan adalah untuk mengendalikan gejala-

gejalanya.

- Untuk mengendalikan tekanan darah tinggi diberikan obat anti-hipertensi

dan pembatasan asupan garam, cairan serta protein.

- Untuk mengatasi gagal ginjal dan memperpanjang harapan hidup penderita,

dilakukan dialisa atau pencangkokan ginjal.

2.3 ASKEP PADA KLIEN GLOMERULONEFRITIS KRONIS


18

A. PENGKAJIAN

1. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat infeksi streptoccokus beta hemolitikus

b. Riwayat penyakit SLE dan penyakit autoimun

c. Riwayat pembedahan dan prosedur invasive

d. Masalah urologi atau ginjal

e. Perubahan status berkemih meliputi; Frekwensi berkemih, perubahan warna,

kejernihan dan bau

f. Pengetahuan pasien tentang proses penyakit.

2. Pemeriksaan Diagnostik

- Urinalisa

- Urine tampung 24 jam

- IVP

- Serum Creatinin

- Serum Protein

- Biopsy Ginjal

- Kultur Lendir tenggorokan dan darah

- EKGAntistrepolysin

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakmampuan dalam aktifitas b.d Penurunan protein dan disfungsi ginjal

2. Resiko kelebihan volume cairan b.d Retensi air dan disfungsi ginjal

3. Resiko infeksi (uti, lokal, sistemik) b.d Penekanan pada sistem imun
19

4. Resiko perubahan perfusi jaringan: Serebral cardiopulmonary b.d resiko

Krisis hipertensi

5. Kurang pengetahuan b.d kurang Informasi tentang proses penyakit,

Perawatan di rumah dan instruksi Tindakan lanjut

C. PERENCANAAN

1. Diagnosa keperawatan 1

Ketidakmampuan dalam aktifitas b.d Penurunan protein dan disfungsi ginjal

Tujuan : Pasien akan meningkat toleransi terhadap aktifitas

Kriteria hasil :

- Mengikuti rencana aktiftas

- TD dalam batas normal tanpa pengeluaran protein berlebihan

Rencana Tindakan

 Monitor adanya penurunan protein scr. Berlebihan (Proteinuria, Albuminuria)

 Gunakan diet protein untu mengganti protein yang hilang

 Berikan diet tinggi Kalori, diet tinggi KH

 Anjurkan Bedrest

 Berikan latihan dalam batas aktifitas yang dianjurkan

 Rencanakan aktifitas dengan memberikan periode waktu istirahat

2. Diagnosa keperawatan 2.

Resiko kelebihan volume cairan b.d Retensi air dan disfungsi ginjal

Tujuan : Pasien akan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit


20

Kriteria hasil :

- Tidak memperlihatkan Tanda-tanda kelebihan cairan dan elektrolit

- Intake dan output dalam keadaan seimbang

Rencana tindakan

 Monitor dan laporkan tanda dan gejala kelebihan cairan

 Ukur dan dokumentasikan intake dan output setiap 4 – 8 jam

 Catat jumlah dan karakteristik urine; laporkan bila ada penurunan output urine

pada dokter

 Timbang BB setiap hari, dengan timbangan dan waktu yang sama

 Ukur BJ urin setiap 8 jam, lapor bila ada peningkatan

 Konsultasikan ke ahli diet untuk pembatasan Natrium dan Protein.

 Berikan cairan sesuai dengan cairan yang hilang

 Berikan batu es untuk mengontrol haus

 Monitor hasil pemeriksaan elektrolit, laporkan bila ada

 ketidaknormalan

 Kaji efektifitas pemeberian elektrolit scr. Parenteral/oral

3. Diagnosa keperawatan 3.

Resiko infeksi (uti, lokal, sistemik) b.d Penekanan pada sistem imun

Tujuan : Pasien akan memperlihatkan tidak adannya tanda-tanda infeksi

Kriteria hasil :

- Memiliki hasil pemeriksaan temperatur dan lab dalam batas normal


21

- Memiliki suara paru yang bersih

- Urinnya bening dan kuning

Rencana tindakan

 Kaji efektifitas pemeberian imunosupresive

 Monitor serum sel darah merah, antibodi, nilai set T

 Periksa Temp. tubuh setiap 4 jam

 Catat karakteristik urine

 Hindari pemasangan kateter pada saluran perkemihan

 Jika dipasang kateter, pertahankan closed gravity drain system

 Monitor adanya Tanda & gejala UTI, lakukan tindakan pencegahan UTI

 Asuskultasi suara paru setiap 4 jam

 Anjurkan untuk batuk dan nafas dalam

 Instruksikan pasien u/ menghindari orang yang menglamai infeksi

 Lakukan tindakan untuk mencegah kerusakan kulit

 Anjurkan untuk ambulasi lebih awal


22

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Glomerulonefritis Akut

Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan

berbagai ragam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamasi

glomerulus yang disebabkan oleh suatu mekanisme imunologis. Sedangkan

istilah akut (glomerulonefritis akut) mencerminkan adanya korelasi klinik selain

menunjukkan adanya gambaran etiologi, patogenesis, perjalanan penyakit dan

prognosis.

2. Penatalaksanaan Glomerulonefritis Akut

 Istirahat selama 1-2 minggu sampai tinggal edema sedikit.

 Modifikasi diet.

 Makanan yang mengandung protein sebanyak 3-4 mg/kgBB/hari :minimun

bila edema masih berat. Bila edema berkurang diberi garam sedikit

 Pembatasan cairan dan natrium

 Pembatasan protein bila BUN meningkat.

 Antibiotika. Antibiotika hanya diberikan jika ada infeksi.

 Anti hipertensi

 Pemberian diuretik furosemid intravena (1 mg/kgBB/kali)


23

 Bila anuria berlangsung lama (5-7hari) dianjurkan dialisa peritoneal atau

hemodialisa.

 Mencegah infeksi. Diperiksa apakah anak tidak menderita TBC.

 Diuetika.

3. Glomerulonefritis Kronis

Glomerulonefritis kronis adalah suatu kelainan yang terjadi pada beberapa

penyakit, dimana terjadi kerusakan glomeruli dan kemunduran fungsi ginjal

selama bertahun-tahun. Biasannya lanjutan dari GNA.

4. Penatalaksanaan Glomerulonefritis Kronis

 Bed-rest total

 Monitor TTV setiap 4 jam

 Monitor BUN, Creatinin dan Protein urine

 Mengganti cairan yang hilang

 Monitor intake-Output

 Diet: Pembatasan cairan dan Na, tinggi KH &

 dah protein, Rendah K Bila Ada gagal ginjal.


24

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran

EGC; Jakarta.

Doenges, Marylinn. E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Penerbit Buku

Kedokteran EGC; Jakarta.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah volume 3.

Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

M. Rendy Clevo, Margareth TH. (2012 ). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan

Penyakit Dalam. Nuha Medika.

Setiadi. (2007). Anatomi dan Fisiologi Manusia. Graha Ilmu: Yogyakarta

Sibuea, W. Heidin. (2005). Ilmu Penyakit Dalam. Rineka Cipta: Jakarta

Syaifudin, H. (2006). Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Perawat Edisi

3. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Tambayong, Jan. (2006). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Penerbit Buku

Kedokteran EGC: Jakarta

Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi

Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.

Anda mungkin juga menyukai