Anda di halaman 1dari 10

Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 2, Agustus 2017 : 129 – 138

POTENSI AKUIFER KAMPUS ARJASARI BERDASARKAN PENGAMATAN NILAI TAHAN


JENIS BATUAN
Febriwan Mohamad, Undang Mardiana, Yuyun Yuniardi, Andi Agus Nur, M. Kurniawan Alfadli
Laboratorium Geofisika, Program Studi Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran
Email: febriwan@unpad.ac.id

ABSTRACT
Geoelectric measurement was done in order to obtain the presence, depth, thickness,
quantity and distribution of aquifers in the study area. Geoelectric was done by applying 1-D
Schlumberger configuration (DC sounding). Rock layer with a resistivity value ranges <20
μm indicates rocks with low resistance values, dominates the surface until 50 meters depth
with varying thickness. This layer lithology thought to be composed of weathered soil, fine
tuff and lapilli tuff. This layer is assumed to act as aquiclude, porous media that can store
water but acts as barrier to the flow of groundwater. This lithology group can be filled by
water during the rainy season, but in dry season contain very small amount of water. Rock
layer with resistivity value ranges between 20 μm - 60 μm interpreted as coarse tuff
intercalating with fine tuff, founded at 75 meters depths below the surface. Rock layers with
high resistance values (> 60 μm), founded more than 75 meters in the north area, assumed
to be volcanic breccia with tuff as matrix, and have small potential to act as aquifer.

Keyword: Geoelectric, Schlumberger, Aquifer, Resistivity

ABSTRAK
Pengukuran geolistrik yang dilakukan dalam upaya untuk mendapatkan kehadiran,
kedalaman, ketebalan, jumlah dan penyebaran akuifer. Hasil pengukuran geolistrik
(Sounding) dengan konfigurasi Schlumberger Kelompok batuan dengan nilai tahanan jenis
berkisar antara <20 m yang mengindikasikan batuan dengan nilai tahanan jenis rendah
mendominasi permukaan hingga kedalaman 50 meter dengan ketebalan bervariasi. Lapisan
ini diduga memiliki litologi penyusun terdiri atas tanah lapukan, tuf halus dan tuf lapili.
Lapisan ini diduga berperan sebagai akiklud, yaitu media berpori yang dapat menyimpan air
tetapi tidak dapat mengalirkan airtanah yang dapat terisi oleh air pada musim hujan, namun
pada musim kering tidak mengandung air. Lapisan batuan dengan nilai tahanan jenis antara
20 m - 60 m diinterpretasi litologi tuf kasar berselingan dengan tuf halus, berada pada
kedalaman mulai 75 meter di bawah permukaan. Lapisan batuan dengan nilai tahanan jenis
tinggi (>60 m), mulai di kedalaman lebih dari 75 meter di bagian utara diperkirakan breksi
vulkanik dengan matriks berupa tuf, dan memiliki potensi kecil sebagai akuifer.

Kata Kunci: Geolistrik, Schlumberger, Akifer, Resistivitas

PENDAHULUAN
Dalam pembuatan sumur bor dangkal airtanah tidak dapat secara langsung diamati
maupun sumur bor dalam informasi di permukaan bumi, maka penyelidikan
keterdapatan akuifer sangat diperlukan, hal geolistrik merupakan awal penyelidikan yang
ini berkaitan dengan penempatan saringan penting. Paling tidak dapat memberikan
atau posisi pengambilan airtanah. Informasi gambaran kondisi geologi bawah permukaan
susunan lapisan batuan di bawah permukaan berkaitan dengan keterdapatan airtanah
dihasilkan dari kegiatan pengukuran tersebut. Penelitian geolistrik dimaksudkan
geolistrik. Hasil pengukuran geolistrik untuk memperoleh gambaran kondisi geologi
memberikan gambaran ada atau tidaknya bawah permukaan dan kemungkinan
lapisan pembawa air (akuifer), kedalaman, terdapatnya airtanah pada kedalaman
ketebalan, jumlah akuifer serta penyebaran tertentu. Pendugaan geolistrik ini di
dari akuifer. dasarkan pada kenyataan bahwa batuan
Meskipun pelaksanaan pengukuran geolistrik dengan komposisi mineral yang berbeda
dilakukan di permukaan tanah, sedangkan

129
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 2, Agustus 2017 : 129 – 138

apabila di aliri arus listrik, akan memberikan batuan terhadap kedalaman, yang bertujuan
nilai tahanan jenis yang berbeda pula. untuk mempelajari variasi tahanan jenis
Konfigurasi Schlumburger dilakukan denan batuan di bawah permukaan bumi pada arah
cara mengkondisikan posisi elektroda arus vertikal atau biasa disebut Vertical Electrical
dan potensial tertentu. Elektroda arus Sounding (VES) (Telford, et.al., 1990)
berpindah secara bertahap dengan spasi Survey tahanan jenis (resistivity) 1D
(jarak) elektroda tertentu dan elektroda (sounding) dilakukan di wilayah Kecamatan
potensial tetap. Jarak elektroda akan Arjasari, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa
mempengaruhi nilai konstanta (k) dan ini Barat pada area di se kitar daerah SPLPP
berkaitan dengan nilai tahanan jenis semu Unpad Arjasari sebanyak 15 Titik Duga (TD).
untuk setiap pembacaan yang dipengaruhi SPLPP Unpad Arjasari sendiri sangat
pula oleh nilai konstanta (k). Konfigurasi membutuhkan ketersediaan Airtanah untuk
Schlumburger merupakan salah satu cara berbagai aktivitas kegiatan.
untuk menentukan perubahan tahanan jenis

Gambar 1. Lokasi daerah penelitian.

METODE PENELITIAN demikian litologi di daerah ini umumnya


Pengkajian terhadap hasil penelitian geologi merupakan batuan vulkanik tua, terdiri atas
terdahulu dilakukan sebelum pekerjaan breksi tufn, tuf kasar, tuf halus, dan breksi
lapangan dilaksanakan. Informasi yang muda di bagian tengah pada elevasi yang
diperoleh dari penelitian yang pernah tinggi.
dilakukan di daerah ini diuraikan seperti di Aktivitas tektonik di daerah ini di-mulai pada
bawah ini. awal Tersier. Selanjutnya aktivitas tektonik
M. Alzwar dkk (1992), dalam Peta Geologi Plio-Pleistosen mengaktifkan kembali produk
Lembar Garut dan Pameungpeuk, telah tektonik periode awal Tersier, membentuk
menguraikan geologi wilayah studi dan sesar-sesar yang berarah umum timurlaut –
sekitarnya secara regional. Berdasarkan peta baratdaya dan baratlaut – tenggara, pada
tersebut diketahui bahwa batuan yang wilayah studi diperlihatkan dengan adanya
tersingkap di wilayah studi termasuk ke lineament-lineament. Rekahan-rekahan yang
dalam Batuan Gunungapi Malabar Tilu terbentuk menjadi zona lemah bagi
(Qmt), terdiri atas tuf, breksi lahar kemunculan batuan-batuan vulkanik muda
mengandung sedikit batuapung dan lava. berumur Kuarter. Daerah Penelitian di apit
Secara morfologi batuan ini menempati oleh dua buah sesar yang berarah baratlaut
perbukitan yang ke arah selatan daerah - tenggara yang secara umur menunjukkan
penelitian elevasinya makin tinggi. Batuan adanya graben.
yang lebih tua dari Qmt adalah Andesit Berdasarkan Peta Hidrogeologi Indonesia
Waringin-Bedil (Qwb), yang merupakan hasil Lembar Bandung, yang disusun oleh
erupsi Malabar Tua, tersusun atas Sutrisno. S (1983), keterdapatan daerah
perselingan lava, breksi dan tuf; bersusunan penelitian termasuk ke dalam dua kelompok
andesit piroksen dan hornblende. Dengan yaitu Akuifer dengan prodiktivitas rendah

130
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 2, Agustus 2017 : 123 – 128

dan daerah airtanah langka (bagian atas) ρs = k . ΔV/I ……………........ (1)


serta akuifer dengan aliran melalui celahan k = π /ɭ [ (L/2)2 – (l/2)2 ] (2)
dan ruang antar butir dengan setempat ρs = Tahanan jenis semu
akuifer produktif (bagian bawah). Akuifer (Ω.meter)
dengan prodiktivitas rendah dan daerah L = Jarak elektroda arus AB (m)
airtanah langka; dicirikan dengan keterusan ΔV = Beda potensial (Volt)
rendah, setempat airtanah dangkal pada K = faktor jarak
lembah-lembah atau pada daerah lapukan. I = Arus listrik (Ampere)
Sedangkan akuifer dengan aliran melalui ɭ = Jarak elektroda potensial MN
celahan dan ruang antar butir dengan (m)
setempat akuifer produktif, dicirikan oleh π = konstanta (3,14)
akuifer dengan keterusan sangat beragam;
umumnya airtanah tidak dimanfaatkan Pengukuran metoda 1-Dimensi
karena dalamnya muka airtanah; setempat menggunakan konfigurasi elektroda
mataair dapat diturap. Schlumberger dengan panjang rata-rata
bentangan elektroda arus (AB) sepanjang
Metode Penelitian 600 meter. Dengan demikian, pendugaan
Penyelidikan geolistrik dilakukan atas dasar kedalaman setiap titik duga diharapkan
sifat fisika batuan terhadap arus listrik, dapat mencapai 150 meter.
dimana setiap batuan yang berbeda akan Pada setiap titik duga pengukuran akan
mempunyai nilai tahanan jenis yang berbeda diperoleh gambaran sebaran nilai tahanan
pula. Hal ini tergantung pada beberapa jenis pada arah tegak atau vertikal
faktor, diantaranya umur batuan, kandungan (stratigrafi) berdasarkan nilai tahanan
elektrolit, kepadatan batuan, jumlah mineral jenisnya (rho). Setiap titik duga mempunyai
yang dikandungnya, porositas, permeabilitas koordinat/posisi yang diperoleh dari hasil
dan lain sebagai-nya. pengukuran dengan GPS, sehingga dengan
Berdasarkan hal di atas, apabila arus listrik posisi titik duga yang menyebar maka dapat
searah (Direct Current) dialirkan ke dalam dibuat kontur kesamaan nilai tahanan jenis
bumi melalui dua buah elektroda arus A dan batuan (iso resisivity) untuk berbagai posisi
B, kemudian diukur beda potensial yang kedalaman yang diinginkan.
ditimbulkan oleh adanya aliran arus tersebut Dari data arus dan tegangan yang telah
pada dua buah elektroda potensial M dan N, terukur dari hasil akuisisi dapat dihitung nilai
maka akan diperoleh nilai tahanan jenis tahanan jenis semu. Terdapat 15 titik
semu. Dalam penyelidikan geolistrik ini pengukuran yang merupakan data tahanan
digunakan susunan elektroda dengan jenis semu secara vertikal. Sebaran nilai
menggunakan Metoda Schlumberger, tahanan jenis semu terhadap panjang
dimana kedua elektroda potensial M - N bentangan dijadikan masukan untuk proses
selalu ditempatkan diantara dua buah inversi. Proses inversi adalah proses untuk
elektroda arus A – B. memperoleh nilai tahanan jenis sebenarnya
Parameter data yang diperoleh dari hasil terhadap kedalaman yang mencerminkan
pengukuran berupa harga arus (mA) dan kondisi bawah permukaan berdasarkan sifat
harga potensial (mV), dengan menggunakan kelistrikan. Pengolahan data geolistrik 1-D
hukum Ohm akan diperoleh nilai tahanan dilakukan dengan menggunakan perangkat
jenis semu setelah terlebih dahulu dikalikan lunak PROGRESS dan nantinya akan
dengan faktor jarak (k). Persamaan rumus ditampilkan dalam bentuk log nilai tahanan
untuk mencari nilai tahanan jenis semu jenis. Alur proses pengolahan data geolistrik
dengan metoda Schlumberger, adalah : adalah :

Proses Smoothing data


Perhitungan Nilai untuk memperbaiki
Resistivitas semu pencilan data dan
berdasarkan data koreksi topografi untuk
pengukuran Lapangan 2-D

Nilai resistivitas semu Proses inversi untuk


terhadap panjang mendapatkan nilai
bentangan sebagai resistivitas sebenarnya
masukan proses inversi terhadap kedalaman

Gambar 2 Alur pengolahan data geolistrik

131
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 2, Agustus 2017 : 129 – 138

Setelah dilakukan proses inversi diperoleh menunjukkan variasi nilai tahanan jenis
nilai tahanan jenis sebenarnya terhadap dengan kedalaman yang terdeteksi dapat
kedalaman yang akan digunakan sebagai mencapai kedalaman 150 meter di bawah
acuan pembuatan peta sebaran nilai tahanan permukaan tanah setempat.
jenis. Penampilan hasil inversi tersebut Untuk memudahkan pembacaan, maka nilai
berupa data log nilai tahanan jenis. Untuk tahanan jenis di tiap titik duga
Geolistrik 1-D, setelah dihasilkan log nilai dikelompokkan ke dalam kelompok–
tahanan jenis untuk masing–masing titik kelompok nilai tahanan jenis. Secara umum
duga, maka proses selanjutnya adalah daerah kajian menunjukkan kisaran nilai
pembuatan peta sebaran nilai tahanan jenis tahanan jenis antara 1 hingga 200 Ωm.
untuk setiap kedalaman yang telah Hasil pengolahan pada titik AR-01 (Gambar
ditentukan. Kegunaan dari pembuatan peta 3) menunjukkan pembagian jenis batuan
tersebut adalah untuk melihat sebaran nilai berdasarkan nilai resistivitasnya secara
tahanan jenis perkedalaman dengan vertikal. Nilai resistivitas menunjukkan
memotong dari nilai tahanan jenis yang bahwa batuan di bawah titik AR-01
telah dilakukan inversi data. didominasi batuan vulkanik. Litologi batuan
diperkirakan terdiri atas Breksi, tuf berbutir
HASIL DAN PEMBAHASAN halus serta tuf berbutir kasar dengan sortasi
Hasil penafsiran data lapangan serta yang beragam. Batuan yang dapat berperan
penampang tegak tahanan jenis yang sebagai batuan pembawa air diperkirakan
diperoleh kemudian dikorelasikan dengan adalah tuf berbutir kasar dan breksi vulkanik
keadaan geologi setempat, menunjukkan (Gambar 4). Tuf berbutir kasar ditemukan
bahwa lapisan batuan di daerah Arjasari pada kedalaman 50 meter menutupi breksi
umumnya berasal dari endapan vulkanik dan vulkanik yang berada dibawahnya.
dapat dikelompokan berdasarkan kisaran Ketebalan lapisan tuf ini diperkirakan 20
nilai tahanan jenisnya. Hasil pengolahan meter.
untuk setiap titik duga geolistrik

Tanah
Titik AR-01 permukaan

Breksi tufan
k
 (ohm.m)

e Tuf halus
d
Tuf kasar
a
Batuan lebih keras l
a Breksi
m vulkanik
a
Batuan lebih lunak n
Breksi
kedalaman vuklanik.
Lava?

 (ohm.m)
Gambar 3. Interpretasi niali resistivitas pada titik AR-01

132
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 2, Agustus 2017 : 123 – 128

Titik AR-01

Tanah
permukaan

Breksi tufan
k
e Tufa halus
d
Tufa kasar
a
l
a Breksi
m vulkanik
a
n
Breksi
vuklanik.
Lava?

Gambar 4. Interpretasi pada titik AR-01 serta asosiasinya dengan batuan di permukaan di
sekitar lokasi pengamatan

Titik AR-11 (Gambar 5) terletak di sebelah tanah lapukan yang tidak dapat berperan
selatan titik AR-01 memiliki sebaran nilai sebagai akifer yang baik.
resistivitas yang relatif sama dengan titik Batuan yang dapat berperan sebagai
AR-01. Sebaran nilai resistivitas dari 1-55 pembawa air / akifer pada titik ini
m dengan bentuk pola kurva yang diperkirakan berupa tuf kasar dengan nilai
menunjukkan dominasi batuan vulkanik, resistivitas antara 20-60 m. Lapisan tuf
dengan tingkat kekerasan batuan cenderung kasar dengan ketebalan 30 meter ditemukan
melunak ke arah atas, serta sifat butiran pada kedalaman 70 meter. Selanjutnya
yang makin halus ke arah atas. batuan yang berada di bawah lapisan akifer
Nilai resistivitas yang rendah ditemukan pada titik AR-11 diperkirakan tidak dapat
mulai kedalaman 0 meter hingga kedalaman menyimpan air dikarenakan batuannya yang
70 meter pada titik AR-11. Hal ini bersifat impermeabel.
menunjukan dominasi litologi tuf halus dan

Gambar 5. Interpretasi pada titik AR-11

Selanjutnya, titik AR-05 (Gambar 6) terletak berbeda dengan titik AR-01. Sebaran nilai
di sebelah bagian Utara daerah peneleitian, resistivitas dari 1-120 m dengan bentuk
memiliki sebaran nilai resistivitas yang pola kurva yang menunjukkan dominasi

133
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 2, Agustus 2017 : 129 – 138

batuan vulkanik dengan tingkat kekerasan hanya dapat menyimpan air untuk jangka
batuan cenderung melunak kearah atas. pendek, dikarenakan kurang tebalnya
Batuan dengan nilai resistivitas 20-60 m lapisan penutup yang menyebabkan akuifer
diperkirakan memiliki perselingan litologi tuf dangkal ini kehilangan daya tekanan
halus dan tuf kasar. Litologi ini diperkirakan hidrostatiknya. Lapisan tuf kasar berikutnya
dapat berperan sebagai pembawa air ditemukan pada kedalaman 90 meter di
dikarenakan sifat porositas tinggi yang dapat bawah permukaan dengan ketebalan sekitar
dimilikinya. Lapisan tuf kasar dapat 20 meter, diperkirakan dapat berperan
ditemukan pada kedalaman yang dangkal sebagai akuifer
dekat permukaan, namun diperkirakan

Gambar 6. Interpretasi pada titik AR-05

Nilai resistivitas batuan di atas, selanjutnya gabungan (stack) mulai dari kedalaman
dapat didistribusikan dalam bentuk peta dekat dengan permukaan hingga kedalaman
kontur nilai tahanan jenis. Kontur nilai optimum survey. Kontur-kontur tersebut
tahanan jenis dibuat pada beberapa posisi diperoleh melalui interpolasi nilai-nilai
kedalaman mulai dari permukaan, hingga kedalaman dan nilai tahanan jenis
kedalaman optimum yaitu 200 meter. berdasarkan pada konsep geostatistik
Melalui pengamatan pada kontur nilai Krigging.
tahanan jenis, dapat diperoleh informasi Gambar 7. memperlihatkan distribusi nilai
mengenai sebaran nilai tahanan jenis pada tahanan jenis pada kedalaman 75 m dan
daerah penelitian. Informasi ini berkaitan 100 m di bawah permukaan tanah setempat,
langsung dengan sebaran batuan dan serta menunjukkan variasi sebaran nilai
potensi keberadaan akifer di lokasi tahanan jenis rendah hingga tinggi dengan
penelitian. Melalui integrasi dengan data pola-pola yang saling berhubungan antar
pemetaan dan pengetahuan mengenai tiap kedalaman. Perbedaan nilai tahanan
geologi di lokasi penelitian, pemahaman jenis ditunjukkan oleh ragam warna yang
mengenai sistem hidrogeologi dan masing-masing mencirikan nilai tahanan
penyebaran sistem akifer dapat diperoleh. jenis yang telah dikelompokkan.
Peta-peta kontur nilai tahanan jenis di tiap
kedalaman dapat ditampilkan dalam bentuk

134
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 2, Agustus 2017 : 123 – 128

2. Batuan kelompok resistivitas menengah memiliki potensi menjadi akifer

Kedalaman 75 m Kedalaman 100 m

 menengah  menengah

Potensi Akifer

Gambar 7. Batuan kelompok tahanan jenis menengah yang kemungkinan memiliki potensi
menjadi akuifer

Mulai dari permukaan hingga kedalaman 25 Bagian tengah daerah penelitian didominasi
meter, daerah penelitian ditutupi oleh tanah oleh batuan dengan tahanan jenis menengah
lapukan dan batuan yang berbutir halus dan yang diperkirakan memiliki litologi batupasir
bersifat kedap air dengan nilai tahanan jenis tuf dan tuf kasar. Kelompok batuan ini
rendah. Batuan dengan nilai resistivitas terlihat memiliki arah sebaran relatif dari
tinggi terlihat di bagian sayap Barat dan timur ke barat. Diperkirakan batuan dengan
Timur daerah penelitian. nilai tahanan jenis menengah di sekitar titik
Pada kedalaman 25 meter terlihat kehadiran AR-09 dan AR-13 memiliki potensi sebagai
batuan yang dapat berperan sebagai akifer lapisan pembawa air.
dangkal di daerah penelitian, dengan litologi Pada kedalaman 150 meter ini merupakan
perselingan tuf halus dan kasar terutama di batas bawah dari penelitian ini,
bagian Timur daerah penelitian. menunjukkan sebaran batuan pada arah
Pada kedalaman 75 meter didominasi oleh utara-selatan di daerah penelitian. Terlihat
batuan dengan nilai tahanan jenis menengah bahwa lapisan batuan tampak mengalami
(20-60 m) hingga nilai tahanan jenis tinggi penebalan ke arah selatan dengan titik
(> 60m). Batuan dengan nilai tahanan paling tebal berada di tengah daerah
jenis menengah (20-60 m) ditemukan pada penelitian. Anomali penipisan lapisan terlihat
bagian lembahan bagian timur daerah juga di bagian paling selatan daerah
penelitian, dekat dengan lokasi sungai kecil. penelitian yang menunjukkan terangkatnya
Diperkirakan batuan ini berpotensi sebagai batuan dengan nilai tahanan jenis menengah
akifer pada wilayah setempat. Batuan ke arah permukaan. Hal ini diperkirakan
dengan nilai tahanan jenis tinggi (>60 m) menunjukkan adanya struktur geologi
ditemukan hanya setempat di utara kawasan berupa lipatan baik antiklin maupun sinklin
SPLPP. Batuan dengan nilai tahanan jenis di daerah penelitian.
tinggi diperkirakan memiliki litologi Batuan dengan nilai tahanan jenis menengah
penyusun batuan vulkanik berupa breksi antara 20-60 m berada di lapisan tengah
tufn. Kelompok batuan ini diperkirakan pada kedalaman 70 m hingga 100 m,
dapat menyimpan air, namun tidak dapat diperkirakan dapat berperan sebagai akifer
mengalirkannya dengan baik (permeabilitas pada kawasa SPLPP UNPAD. Meski demikian
rendah). diperkirakan bahwa lapisan pembawa air ini
Pada kedalaman 100 m di bawah tidak tersebar ke seluruh kawasan, tetapi
permukaan, terlihat adanya pemisahan lebih mungkin ditemukan di bagian tengah
antara kelompok batuan di bagian utara kawasan.
dengan batuan di sebelah selatan. Batuan di Batuan dengan nilai tahanan jenis rendah
bagian selatan menunjukkan batuan yang ditemukan di bagian dangkal menutupi
lebih lunak dengan nilai tahanan jenis batuan yang di bawahnya dengan nilai
rendah. Sedangkan bagian utara didominasi tahanan jenis tinggi. Kelompok batuan ini
oleh batuan yang keras dengan nilai tahanan juga dapat berperan sebagai akifer dangkal
jenis tinggi. yang berisfat bebas (unconfined
acquifer).Diperkirakan kelompok batuan nilai

135
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 2, Agustus 2017 : 129 – 138

tahanan jenis rendah ini merupakan lapisan masyarakat di sekitar kawasan SPLPP
pembawa air yang dimanfaatkan oleh UNPAD.

Tabel. 1 Interpretasi sebaran nilai tahanan jenis di daerah penelitian


ρ (Ω.m) Interpretasi Keterangan

Kelompok batuan yang diperkirakan berupa


nilai tahanan batuan piroklastik halus dalam tuf halus dan
<20
jenis Rendah tuf lapili. Memiliki sifat impermeabel, tidak
dapat berperan sebagai akifer.
Kelompok batuan yang diperkirakan berupa
batuan vulkanik dalam bentuk perselingan
nilai tahanan
20 –60 batu tuf halus dan batu tuf kasar dapat.
jenis Menengah
Bersifat permeabel dapat berperan sebagai
akifer.
Lapisan keras, massif, berupa breksi vulkanik
nilai tahanan
>60 dengan matriks berupa tuf. Setempat dapat
jenis Tinggi
berperan sebagai akiklud.

Diskusi lapisan ini dapat terisi oleh air pada


Berdasarkan uraian di atas, maka : musim hujan, namun pada musim kering
1. Perlu dilakukan penelitian hidrogeologi tidak mengandung air.
lebih lanjut untuk menilai potensi daerah 3. Lapisan batuan dengan nilai tahanan
penelitian secara akurat. jenis antara 20 m hingga 60 m
2. Untuk melakukan pemetaan detail perlu mengindikasikan batuan dengan nilai
dilakukan pengukuran geolistrik 1-D tahanan jenis menengah, dijumpai
dengan jarak antar titik yang lebih rapat berselingan dengan batuan nilai tahanan
serta dukungan dari survey geolistrik 2- jenis rendah. Lapisan ini kemungkinan tuf
Dimensi. kasar yang berselingan dengan tuf halus.
3. Perlu dilakukan pemboran eksplorasi air nilai tahanan jenis ini tersebar hampir di
dalam untuk memperoleh informasi semua area pengukuran, namun lebih
litologi batuan serta kandungan air dominan berada pada daerah timur
daerah penelitian. kawasan di kedalaman mulai 75 meter di
4. Potensi air bawah permukaan berada bawah permukaan.
pada kedalaman antara 75 meter hingga 4. Kelompok ketiga adalah lapisan dengan
100 meter di bawah permukaan nilai tahanan jenis yang tinggi (>60 m).
setempat. Disarankan untuk melakukan Ditemukan terutama mulai di kedalaman
pemboran pada koordinat 7° 3'45.85"S lebih dari 75 meter di bagian utara
- 107°38'48.05"T. kawasan SPLPP. Selanjutnya ditemukan
juga pada kedalaman 150 meter di
KESIMPULAN bagian selatan kawasan. Kelompok ini
Berdasarkan log vertikal, peta dan diperkirakan memiliki litologi breksi
penampang yang telah dibuat, dapat vulkanik dengan matriks berupa tuf, dan
disimpulkan : memiliki potensi kecil sebagai akuifer.
1. Terdapat tiga kelompok batuan
berdasarkan nilai tahanan jenis. Yaitu DAFTAR PUSTAKA
kelompok batuan dengan nilai tahanan Flathe, H. and W. Leibold, 1976, The
jenis rendah, nilai tahanan jenis Smooth Sounding, a Manual for Field
menengah dan nilai tahanan jenis tinggi. Work in Direct Current Resistivity
2. Kelompok batuan dengan nilai tahanan Sounding, Federal Institute for
jenis berkisar antara <20 m yang Geosciences and Natural Resources,
mengindikasikan batuan dengan nilai Hannover.
tahanan jenis rendah mendominasi Hendarmawan dkk, 2014, Kajian Strategi
permukaan hingga kedalaman 50 meter Program Konservasi dan
dengan ketebalan bervariasi. Lapisan ini Implementasinya Untuk ketersediasan
diduga memiliki litologi penyusun berupa Airtanah yang berkelanjutan di
tanah lapukan, tuf halus dan tuf lapili. Lingkungan kampus Unpad
Lapisan ini diduga berperan sebagai Jatinangor; Pengembangan IPTEK
akiklud, yaitu media berpori yang dapat 2014 LPPM Unpad.
menyimpan air tetapi tidak dapat Koefoed, O., 1982, Geosounding Principles 1
mengalirkan airtanah. Diperkirakan – Resistivity sounding Measurements

136
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 2, Agustus 2017 : 123 – 128

(Methods in Geochemistry and Sitonga, P.H., 1973, Peta Gelogi Regional


Geophysics, 14 A), Elsevier Science daerah penelitian, sebagian dari Peta
Publishing Company Inc., New York, Geologi Regional Lembar Bandung.
second Impression Soetrisno, S., 1983, Peta Hidrogelogi
Mardiana. U dkk; 2013, Konservasi dan Regional daerah penelitian, sebagian
Pengelolaan Sumberdaya Air dari Peta Hidrogelogi Regional Lembar
Berkelanjutan di Lingkungan Kampus Bandung
Unpad Jatinangor, Penelitian PUPT Telford, M.W., et al, 1976, Applied
2013 LPPM Unpad. Geophysic, Cambridge University
Press

137
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 2, Agustus 2017 : 129 – 138

138

Anda mungkin juga menyukai