Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Eklampsia
Eklampsia merupakan keadaan dimana ditemukan serangan
kejang tibatiba yang dapat disusul dengan koma pada wanita hamil,
persalinan atau masa nifas yang menunjukan gejala preeklampsia
sebelumnya. Kejang disini bersifat grand mal dan bukan diakibatkan
oleh kelainan neurologis.5 Istilah eklampsia berasal dari bahasa
Yunani yang berarti halilintar. Kata-kata tersebut dipergunakan karena
seolah-olah gejala eklampsia timbul dengan tiba-tiba tanpa didahului
tanda-tanda lain (Winjosastro,2007)
Eklampsia dibedakan menjadi eklampsia gravidarum
(antepartum), eklampsia partuirentum (intrapartum), dan eklampsia
puerperale (postpartum), berdasarkan saat timbulnya serangan.
Eklampsia banyak terjadi pada trimester terakhir dan semakin
meningkat saat mendekati kelahiran (Cunningham, 2005). Pada kasus
yang jarang, eklampsia terjadi pada usia kehamilan kurang dari 20
minggu. Sektar 75% kejang eklampsia terjadi sebelum melahirkan,
50% saat 48 jam pertama setelah melahirkan, tetapi kejang juga dapat
timbul setelah 6 minggu postpartum (DeCherney AH, 2003).
Sesuai dengan batasan dari National Institutes of Health (NIH)
Working Group on Blood Pressure in Pregnancy preeklampsia adalah
timbulnya hipertensi disertai dengan proteinuria pada usia kehamilan
lebih dari 20 minggu atau segera setelah persalinan. Saat ini edema
pada wanita hamil dianggap sebagai hal yang biasa dan tidak spesifik
dalam diagnosis preeklampsia. Hipertensi didefinisikansebagai
peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan
diastolik ≥ 90 mmHg. Proteinuria adalah adanya protein dalam urin
dalam jumlah ≥300 mg/dl dalam urin tampung 24 jam atau ≥ 30 mg/dl
dari urin acak tengah yang tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
saluran kencing (Cunningham, 2005).

10
11

B. Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan
pasti. Teori yang dewasa ini banyak yang dikemukakan sebagai
sebab preeklampsia adalah iskemia plasenta. Akan tetapi, dengan
teori ini tidak ada diterangkan semua hal yang berkaitan dengan
penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor, melainkan banyak
faktor yang menyebabkan preeklampsia. Diantara faktor-faktor yang
ditemukan sering kali sukar ditemukan mana yang sebab dan mana
yang akibat. (Wiknjosastro, H, 2007).
The National Institute for Health and Care Excellence (NICE)
merekomendasikan bahwa ibu hamil dengan risiko tinggi
preeclampsia bias diidentifikasi sebelum usia kehamilan 13 minggu.
Ada banyak kondisi dan perilaku kesehatan berisiko yang dianggap
sebagai factor predisposisi pereklampsia. Preeklampsia lebih sering
terjadi pada wanita primigravida dan risiko preeklamsia meningkatkan
interval antara kehamilan yang lebih tinggi.Usia lebih dari 40 tahun
meningkatkan risiko (risiko relatif [RR]: 1,96, interval kepercayaan
95% [CI]: 1,34-2,87), seperti juga riwayat preeklampsia sebelumnya
(RR: 7.19, 95% CI: 5.85-8.83 ), Obesitas pra-kehamilan (RR: 2,47,
95% CI: 1,66-3,67), dan wanita yang hamil dengan telur donor,
sumbangan embrio, atau inseminasi donor.9 Faktor risiko lainnya
termasuk diabetes (RR: 3,56, CI 95% : 2,54-4,99), hipertensi yang
sudah ada sebelumnya (RR: 1,38, 95% CI: 1,01-1,87), mereka yang
memiliki riwayat keluarga preeklampsia (RR: 2,90, 95% CI: 1,70-4,93),
dan wanita yang menderita kondisi medis seperti Sebagai sindrom
antifosfolipid (RR: 9,72, 95% CI: 4,34-21,75). Selain itu, tampak
bahwa berbagai faktor ayah dapat meningkatkan risiko kehamilan
menjadi rumit oleh preeklampsia. (Englih, Fred, Louise C
KennydanFergus P McCarthy. 2015)
Preeklampsia sendiri merupakan faktor risiko komplikasi dini dan
akhir yang mempengaruhi ibu dan bayi. Preeklamsia mungkin
dipersulit oleh kejang (eklampsia; 2-3 vs 40-90 kasus /10.000
12

kelahiran di Eropa dan negara berkembang, masing-masing), edema


paru, abrupsio plasenta (1% -4%), oligohidramnion, dan pembatasan
pertumbuhan janin (sampai 30%).Efek jangka panjang pada
keturunan meliputi peningkatan risiko stroke dan hipertensi. Selain
implikasi kesehatan jangka panjang untuk keturunan, wanita dengan
preeklampsia memiliki 3,7 kali lebih tinggi risiko terkena hipertensi di
kemudian hari, 2,2 kali peningkatan risiko penyakit jantung koroner,
dan 1,8 kali lebih tinggi risiko stroke. (Englih, Fred, Louise C
KennydanFergus P McCarthy. 2015)

Tabel1.FaktorRisikoPreeklampsia
FaktorRisiko Mean RR (95% CI)
SindromAntipos 9.72 (4.34–21.75)
polipid
RisikoRelatifPre 7.19 (5.85–8.83)
eklampisa
RiwayatPreekla 7.19 (5.85–8.83)
mpsia
Diabetes yang 3.56 (2.54–4.99)
bergantungpad
a insulin
Hamilganda 2.93 (2.04–4.21)
Nullipara 2.91 (1.28–6.61)
Keluargadenga 2.90 (1.70–4.93)
nriwayat PE
Obesitas 2.47 (1.66–3.67)
Umur 40 tahun 1.96 (1.34–2.87)
Riwayathiperten 1.38 (1.01–1.87)
si

C. Patofisiologi Preeklampsia
Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai
retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat
arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola
sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel
darah merah. Jadi jika semua arteri darah dalam tubuh mengalami
spasme, maka tekanan darah akan naik sebagai usaha untuk
13

mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat


dicukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dan edema disebabkan oleh
penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial. Proteinuria
dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga aliran darah ke
ginjal dan fungsi glomerulus menurun.

D. Diagnosis dan Gambaran Klinik Eklampsia


Menurut Winkjosastro (2007) seluruh kejang eklampsia
didahului dengan preeklampsia. Preeklampsia dibagi menjdai ringan
dan berat. Penyakit digolongkan berat bila ada satu atau lebih tanda
dibawah ini :
1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110
mmHg atau lebih
2. Proteinuria 5 gr atau lebih dalam24 jam; 3+ atau 4+ pada
pemetiksaan kualitatif
3. Oliguria, diuresis 400 ml atau kurang dalam 24 jam
4. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah
epigastrium
5. Edema paru atau sianosis.
Pada umumnya serangan kejang didahului dengan memburuknya
preeklampsia dan terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah
frontal, gangguan penglihatan, mual keras, nyeri di daerah
epigastrium, dan hiperrefleksia.9 Menurut Sibai terdapat beberapa
perubahan klinis yang memberikan peringatan gejala sebelum
timbulnya kejang, adalah sakit kepala yang berat dan menetap,
perubahan mental sementara, pandangan kabur, fotofobia, iritabilitas,
nyeri epigastrik, mual, muntah. Namun, hanya sekitar 50% penderita
yang mengalami gejala ini. Prosentase gejala sebelum timbulnya
kejang eklampsia adaah sakitkepala yang berat dan menetap (50-
70%), gangguan penglihatan (20-30%), nyeri epigastrium (20%), mual
muntah (10-15%), perubahan mental sementara (5-10%).
14

Tanpa memandang waktu dari onset kejang, gerakan kejang


biasanyadimulai dari daerah mulut sebagai bentuk kejang di daerah
wajah. Beberapa saat kemuadian seluruh tubuh menjadi kaku karena
kontraksi otot yang menyeluruh, fase ini dapat berlangsung 10 sampai
15 detik. Pada saat yang bersamaan rahang akan terbuka dan
tertutup dengan keras, demikian juga hal ini akan terjadi pada kelopak
mata, otot-otot wajah yang lain dan akhirnya seluruh otot mengalami
kontraksi dan relaksasi secara bergantian dalam waktu yang cepat.
Keadaan ini kadang-kadang begitu hebatnya sehingga dapat
mengakibatkan penderita terlempar dari tempat tidurnya, bila tidak
dijaga. Lidah penderita dapat tergigit oleh karena kejang otot-otot
rahang. Fase ini dapat berlangsung sampai satu menit, kemudian
secara berangsur kontraksi otot menjadi semakin lemah dan jarang
dan pada akhirnya penderita tak bergerak (Cunningham, 2003).
Setelah kejang diafragma menjadi kaku dan pernapasan berhenti.
Selama beberapa detik penderita seperti meninggal karena henti
napas, namun kemudian penderita bernapas panjang dan dalam,
selanjutnya pernapasan kembali normal. Apabila tidak ditangani
dengan baik, kejang pertama ini akan diikuti dengan kejang-kejang
berikutnya yang bervariasi dari kejang yang ringan sampai kejang
yang berkelanjutan yang disebut status epileptikus (Cunningham,
2003).
Setelah kejang berhenti, penderita mengalami koma selama beberapa
saat. Lamanya koma setelah kejang eklampsia bervariasi. Apabila
kejang yang terjadijarang, penderita biasanya segera pulih
kesadarannya segera setelah kejang. Namun, pada kasus-kasus yang
berat, keadaan koma belangsung lama, bahkan penderita dapat
mengalami kematian tanpa sempat pulih kesadarannya. Pada kasus
yang jarang, kejang yang terjadi hanya sekali namun dapat diikuti
dengan koma yang lama bahkan kematian (Cunningham, 2003).
Frekuensi pernapasan biasanya meningkat setelah kejang
eklampsia dan dapat mencapai 50 kali per menit. Hal ini dapat
15

menyebabkan hiperkarbia dampai asidosis laktat, tergantung derajat


hipoksianya. Pada kasus yang berat ditemukan sianosis. Demam
tinggi merupakan keadaan yang jarang terjadi, apabla hal tersebut
terjadi maka penyebabnya adalah perdarahan pada susunan saraf
pusat (Cunningham, 2003).

E. Upaya-upaya Pencegahan Preeklampsia/Eklampsia


Upaya pencegahan proaktif dibutuhkan sejak awal kehamilan,
selama kehamilan sampai dekat menjelang persalinan, yang
dilakukan bersama-sama oleh tenaga kesehatan bidan di desa dan
ibu hamil, suami dan keluarga (Bandiyah, 2009).
Upaya-upaya pencegahan antara lain:
1. Meningkatkan cakupan, kemudian kepada semua ibu hamil
diberikan perawatan dan skrining antenatal untuk deteksi dini
secara proaktif yaitu mengenal masalah yang perlu diwaspadai
dan menemukan secara dini adanya tanda bahaya dan faktor
risiko pada kehamilan.
2. Meningkatkan kualitas pelayanan sesuai kondisi dan faktor risiko
yang ada pada ibu hamil.
3. Meningkatkan akses rujukan yaitu: pemanfaatan sarana dan
fasilitas pelayanan kesehatan ibu sesuai dengan faktor risikonya
melalui rujukan berencana bagi ibu dan janin.
Pencegahan terbaik preeklampsia/eklampsia adalah dengan
memantau tekanan darah ibu hamil. Padukan pola makan
berkadar lemak rendah dan perbanyak suplai kalsium, vitamin C
dan A serta hindari stres. Selain bedrest, ibu hamil juga perlu
banyak minum untuk menurunkan tekanan darah dan kadar
proteinuria, sesuai petunjuk dokter. Lalu, untuk mengurangi
pembengkakan, sebaiknya ibu hamil mengurangi garam dan
beristirahat dengan kaki diangkat ke atas (Indiarti, 2009).
Bila sejak awal kehamilan tekanan darah ibu hamil sudah tinggi,
berarti ibu hamil harus berhati-hati dengan pola makanannya. Ibu
16

hamil harus mengurangi makanan yang asin dan bergaram seperti


ikan asin, ebi, makanan kaleng, maupun makanan olahan lain yang
menggunakan garam tinggi. Bila tekanan darah meningkat,
istirahatlah sampai turun kembali. Lakukan relaksasi secukupnya,
karena relaksasi dapat menurunkan tekanan darah tinggi (Indiarti,
2009).
Upaya pencegahan preeklampsia/eklampsia sudah lama
dilakukan dan telah banyak penelitian dilakukan untuk menilai manfaat
berbagai kelompok bahan-bahan non-farmakologi dan bahan
farmakologi seperti: diet rendah garam, vitamin C, toxopheral (vit E),
beta caroten, minyak ikan (eicosapen tanoic acid), zink, magnesium,
diuretik, anti hipertensi, aspirin dosis rendah, dan kalsium untuk
mencegah terjadinya preeklampsia dan eklampsia (Indiarti, 2009).
Menurut Indiarti (2009), pembengkakan tidak selalu identik
dengan gejala preeklampsia, sebab kondisi yang sering disebut
odema ini juga bisa terjadi pada ibu hamil, terutama di bagian tangan
dan kaki. Gejala preeklampsia biasanya disertai darah tinggi, mual
atau muntah. Pencegahan terbaik adalah dengan memantau tekanan
darah. Padukan pola makan berkadar lemak rendah dan perbanyak
suplai kalsium, vitamin C dan A serta hindari stress.
Destiana (2010), menambahkan upaya untuk mencegah
preeklampsia/ eklampsia di antaranya rajin memeriksakan kandungan
(ANC) secara teratur sehingga dapat dideteksi sejak dini ada tidaknya
preeklampsia/eklampsia pada ibu hamil. Pemeriksaan pada ibu hamil
di antaranya tes urin untuk mendeteksi kemungkinan adanya
preeklampsia/eklampsia dan mengukur tekanan darah untuk
mendeteksi adanya preeklampsia/eklampsia.

F. Klasifikasi Preeklampsia
1. Preeklampsia ringan ditandai dengan :
a. TD sebesar 140/90 mmHg atau +30/+15 di atas nilai dasar,
pada dua kesempatan terpisah sedkitnya 6 jam.
17

b. Penyebaran edema di muka, tangan, kaki, dan pergelangan


kaki, yang biasanya berhubungan dengan pertambahan berat
badan lebih dari 0,5 kg/minggu.
c. Proteinuria dari 1+ sampai 2+ pada dipstick (kurang dari 5 g
dalam 24 jam). (Ladewig, Patricia W. 2006. Hal.46)
2. Preeklampsia berat ditandai dengan :
Kriteriapreeklamsiaberat:
a. Tandadisfungsisistimsarafpusat
Pandangankabur, skotoma, gangguan mental, sakitkepalaberat
b. Tandadistensiperegangankapsulaheparyaitunyeri epigastrium
ataunyeri di kuadrankananatas
c. Kerusakanhepatoseluler : konsentrasitransminase (SGOT dan
SGPT) serum minimal 2 kali normal
d. Peningkatan TD yang parah :Sisitolik ≥160 mmHg ataudistolik
≥110 mmHg padadua kali pemeriksaan yang berjarak 6 jam.
e. Trombositopenia : kurangdari 100,000 per mm3
f. Proteinurin : lebihdari 5 gram selama 24 jam urin tamping atau
protein dipstick lebihdari +3 padaduasampel yang
berbedapadajarak 4 jam
g. Oliguria < 500 ml dalam 24 jam
h. Gangguanpertumbuhan fetus intrauterine
i. Edema paruatausianosis
j. Kejadianserebrovaskuler
k. Koagulopati
3. Tanda-tanda impending eklamsiaadalahnyerikepala, matakabur,
mualmuntah, nyeri epigastrium, nyerikuadranatas abdomen.
4. Preeklamsia atipikal
Hipertensi dan proteinuria sebelum 20 minggu (misal
Penyakit trofoblas gestasional), preeklamsia denganHipertensi tapi
tanpa proteinuria, atau preeklamsia denganProteinuria tanpa
hipertensi bila dikaitkan denganKeterlibatan sistemik yang
disebutkan di atas ditetapkan padaPreeklamsia atipikal.
18

Preeklamsia timbul pertama kali setelahnya48 jam pengiriman juga


dapat disertakan dalam definisi ini. Ini merupakan entitas penting
untuk diagnosis dan pengelolaan kasus yang tidak biasa. (Sanjay,
GuptedanWaghGirija, 2014)

G. Perubahan Anatomi Patologik pada Organ


1. Plasenta dan Uterus
Menurunnya aliran darah ke plasenta mengakibatkan
gangguan fungsi plasenta dan hipertensi yang agak lama
mengakibatkan pertumbuhan janin terganggu. Pada hipertensi
yang lebih pendek biasa terjadi gawat janin sampai kematian
akibat kekurangan oksigen kenaikan tonus uterus dan kepekaan
terhadap rangsangan sering dijumpai pada preeklampsia dan
eklampsia sehingga mudah terjadi partus prematurus.
2. Ginjal
Pada preeklampsia terjadi kelainan berupa: kelainan
glomerulus (glomerulus tampak membengkak), hyperplasia sel-sel
jukstaglomeruler (tampak membesar dan bertambah dengan
pembengkakan sitoplasma sel) kelainan tubulus henle (epitel
tubulus henle berdeskumulasi hebat, tampak fragmen inti sel
terpecah-pecah), spasmus pembuluh darah ke glomerulus.
Perubahan-perubahan tersebutlah tampaknya yang menyebabkan
proteinuria dan mungkin sekali ada hubungannya dengan retensi
garam dan air.
3. Hati
Pada pemeriksaan mikroskopik dapat ditemukan
perdarahan dan nekrosis pada tepi lobules disertai trombosit pada
pembuluh darah kecil terutama pada sekitar vena porta.
4. Otak
Pada penyakit yang belum lanjut hanya ditemukan edema dan
anemia pada korteks serebri, pada keadaan lanjut dapat
ditemukan perdarahan.
19

5. Retina
Kelainan yang sering ditemukan pada retina ialah spasmus
pada arteriola, terutama yang dekat pada diskus optikus. Vena
tampak lekuk pada persimpangan dengan arteriola. Dapat terlihat
edema pada diskus optikus dan retina.
6. Paru-paru
Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan
perubahan sebagai akibat aspirasi. Kadang-kadang ditemukan
abses paru-paru.
7. Jantung
Pada sebagian besar penderita yang mati karena eklampsia
jantung biasanya mengalami perubahan degenerative pada
miokardium. Sering ditemukan degenerasi lemak serta nekrosis
dan perdarahan.
8. Kelenjar Adrenalin
Kelenjar adrenal dapat menunjukkan kelainan pada
perdarahan dan nekrosis dalam berbagai tingkat (Wiknjosastro H,
2007, Hal. 283-285)

H. Penanganan
1. PreeklamsiaRingan
a. Jika kehamilan kurang dari 37 minggu, dan tidak ada tanda-
tanda perbaikan, lakukan penilaian 2 kali seminggu secara
rawat jalan :
1) Pantau tekanan darah, proteinurin, refleks, dan kondisi
janin.
2) Lebih banyak istirahat.
3) Diet biasa (tidak perlu diet garam).
4) Tidak perlu diberi obat-obatan.
b. Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit dengan :
1) Diet biasa.
2) Pantau tekanan darah 2 kali sehari, proteinuria 1 kali sehari.
20

3) Tidak perlu obat-obatan.


4) Jika tekanan darah diastolik turun sampai normal pasien
dapat dipulangkan dengan :
a) Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda
preeklampsia berat.
b) Kontrol 2 kali seminggu.
c) Jika tekanan diastolik naik lagi, rawat kembali.
5) Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan tetap rawat.
6) Jika terdapat tanda-tanda perbaikan tetap rawat
7) Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai preeklampsia
berat.
8) Jika kehamilan lebih 37 minggu, pertimbangkan terminasi :
a) Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5
IU dalam 500 ml dekstrose IV 10 tetes/menit atau dengan
prostaglandin.
b) Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin,
folleykateter, misoprostol atau lakukan secsio caesarea.
2. PreeklamsiaBerat
Pengelolaan:
a. Segerarujukkerumahsakit
b. Tirah baring kekirisecaraintermitten
c. Infuse RL atauRingerDextrose 5%
d. Pemberian anti kejang MgSO4 sebagai obat pilihan dengan
syarat pemberian: frekuensi nafas minimal 16 kali permenit,
reflex patella (+), urin minimal 30 ml /jam dalam 4 jam terakhir
atau 0,5 cc /KgBB/jam, tersedia kasium Glukonas 10% dalam
10 ml.
e. Antidottum: jika terjadi henti nafas: lakukan ventilasi (masker
balon, ventilator), berikan kalsium glukonas 1 gram (10 ml
dalam larutan 10 %) secara Intravena pelan sampai pernafasan
mulai lagi.
f. Antihipertensi: diberikan bila TD ≥180/110 atau MAP ≥125
21

Obat: nifedipine: 10-20 mg oral, diulangi setelah 20 menit,


maksimum 120 mg dalam 24 jam. Nifedipine tidak dibenarkan
sublingual karena absorbsi yang terbaik adalah melalui saluran
pencernaan makanan.Tekanan darah diturunkan secara
bertahan: penurunan awal 25% dari tekanan sistolik, tekanan
darah diturunkan mencapai: <160/105 atau MAP <125.
g. Diuretik tidak dibenarkan secara rutin, hanya diberikan
(missalfurosemid 40 mg IV) atasindikasi: edema paru, payah
jantung kongestif.
Untuk lebih jelasnya penatalaksanaan Pre-eklamsia dan
Eklamsia dapat dilihat pada tabel berikut:
Klinis Dosis awal Dosis pemeliharaan Diberhentikan
Preeclampsia 1. 4 gr (larutan 40%) IV selama 5 menit.
berat 2. 10 gr 50% IM dibagi: 5mg IM bokong
kanan, 5gr IM bokong kiri (kuadran atas 1-2gr per jam per
sisi luar kedua bokong), di tambah infuse, 15 tetes/ 24 jam pasca
1,0mgL lignokain 2% pada semprt yang menit atau 5gr IM persalinan
Eklampsia
sama tiap 4 jam
3. Jika kejang berulang setelah 15 menit,
beri 2 gr (larutan 40%) IV selama 5 menit.

Klinis Regiment Dosisawal Dosis pemeliharaan Diberhentikan


Preeclampsia 10gr 50% IM
berat
Eklampsia 1. 4gr 20% IV: 1gr/menit
2. 10gr 50% IM dibagi: 5gr IM
bokong kanan, 5gr IM bokong
kiri (kuadran atas sisi luar
kedua bokong)
3. Ditambah 1,0mL lidokain
4. Jika konvulsi tetap terjad
isetelah 15 menit, beri 2 gr
20% IV:

Anda mungkin juga menyukai