Anda di halaman 1dari 15

PERKEMBANGAN MANUSIA (HUMAN DEVELOPMENT)

Posted by Dinar Pratama in UncategorizedJanuari 10, 2011

20 Votes

A. Pendahuluan
Studi tentang perkembangan manusia merupakan usaha yang terus berlangsung dan
berkembang. Seiring dengan perkembangannya, studi tentang perkembangan manusia
telah menjadi sebuah disiplin ilmu dengan tujuan untuk memahami lebih dalam
tentang apa dan bagaimana proses perkembangan manusia baik secara kuantitatif
maupun secara kualitatif. Perintis awal studi ilmiah perkembangan manusia
adalah baby biographies, sebuah jurnal yang mencatat perkembangan awal anak.
Kemudian berkembang dengan munculnya teori evolusi Charles Darwin yang pertama
kali melihat perilaku bayi adalah sebuah proses perkembangan. Pada tahun 1877
Darwin mempublikasikan catatannya tentang perkembangan sensori, kognitif, dan
emosi anaknya di dua belas pertama kehidupannya. (Papalia, et. al, 2008).
Sampai dengan saat ini kajian mengenai perkembangan manusia telah banyak
menunjukkan manfaat yang signifikan. Dan salah satu manfaat dari berkembangnya
disiplin ilmu tentang perkembangan manusia ini adalah pendidikan. Dan jika kita
berbicara pendidikan tentunya unsur yang mutlak ada ialah manusia itu sendiri. Nah,
dalam hal ini kajian ataupun teori-teori mengenai perkembangan manusia sangat
dibutuhkan oleh dunia pendidikan. Memahami proses perkembangan manusia baik itu
secara fisik maupun psikologis sanat berguna bagi para pendidik. Dengan begitu akan
menjadi petimbangan bagi pendidik dalam memilih dan memberikan materi pendidikan
dan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak didik pada tiap tingkat
perkembangan tertentu. Selain itu juga, dapat memilih metode pengajaran dan
menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan pemahaman murid-
murid mereka.

Didalam makalah ini penulis akan mencoba untuk memberikan sedikit paparan
mengenai perkembangan manusia mulai dari proses pembuahan sampai dengan masa
tua.

B. Pengertian Perkembangan
Secara umum, perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat tetap
dan tidak dapat diputar kembali (Werner, 1969). Beberapa psikolog membedakan arti
kata ‘pertumbuhan’ dengan ‘perkembangan’, namun beberapa tidak. Pertumbuhan
bisa diartikan sebagai bertambah besarnya ukuran badan dan fungsi fisik yang murni,
sedangkan perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat yang khas mengenai gejala
psikologis yang muncul (Monks, Knoers, Haditono, 1982).

Di sisi lain, perkembangan juga dipandang secara menyeluruh, yang mencakup tiga
aspek, yaitu:
 Perkembangan fisik, seperti perubahan tinggi dan berat.
 Perkembangan kognitif, seperti perubahan pada proses berpikir, daya ingat,
bahasa.
 Perkembangan kepribadian dan social, seperti perubahan pada konsep diri,
konsep gender, hubungan interpersonal. (Atkinson, Atkinson, Smith, Bem,
Hoeksema, 1996.)
Tentunya dalam mempelajari perkembangan manusia, seluruh aspek tersebut saling
berkaitan satu sama lain. Begitu juga dalam penggunaan di dalam konteks pendidikan,
ilmu mengenai perkembangan manusia sebaiknya dikuasai secara menyeluruh agar
mendukung kompetensi pendidik dalam memahami kondisi anak didiknya.

C. Teori-Teori Perkembangan Manusia


Beberapa psikolog menciptakan teori tentang perkembangan manusia yang berfokus
pada beberapa hal yang berbeda. Ada beberapa teori dari beberapa psikolog yang kami
pilih untuk diulas secara umum di dalam makalah ini:

1. Sigmund Freud

Sigmund Freud adalah seorang psikolog yang terkenal dengan teori psikoanalisa.
Teorinya berfokus pada dinamika alam bawah sadar manusia.

2. Carl Jung

Carl Jung pada awalnya dianggap sebagai ‘penerus’ dari Sigmund Freud, masih dalam
lingkup teori psikoanalisa. Namun pada akhirnya teori yang diciptakan Carl Jung
memiliki perbedaan dengan Freud walaupun sama-sama berdasarkan pada konsep
psikoanalisa.

3. Harry Stack Sullivan

Setelah beberapa masa, teori psikoanalisa dianggap tidak memuaskan sehingga


muncullah era teori sosial-psikologis. Harry Stack Sullivan adalah salah satu dari
penganutnya yang terkenal dengan konsep interpersonal theory of psychiatry. Ia
berfokus pada kebutuhan manusia secara sosial di dalam membuat tahapan
perkembangan.
4. Erik Erikson

Erik Erikson adalah salah satu penganut teori psikoanalisa modern. Dalam model
tahapan perkembangan yang dibuatnya, ia berfokus pada krisis diri di setiap tahapan.

5. Jean Piaget

Teori dari Jean Piaget berfokus pada kognitif manusia. Termasuk di dalamnya
perkembangan kognitif manusia sejak lahir sampai dewasa.

1). Perkembangan Masa Pranatal (Pra Kelahiran)


Dalam fase perkembangan manusia (human development) fase pertama yang dilalui
adalah fase pranatal. Pada fase ini manusia tumbuh dan berkembang di dalam janin
sang ibu (dalam kandungan) yang berlangsung sampai pada fase kelahiran. Walaupun
perkembangan manusia pada fase prenatal ini cukup singkat, yaitu kira-kira 9 bulan,
namun fase ini merupakan fase terpenting dari beberapa fase perkembangan manusia
lainnya. Peneitian ilmiah telah menunjukkan, bahwa terdapat sejumlah pola
perkembangan penting yang terjadi pada fase ini. Sebagai contoh, calon ibu yang pada
masa kehamilannya sering mengkonsumsi makanan yang beresiko terhadap janinnya
seperti merokok, minum alkohol, dan mengkonsumsi obat-obatan yang berlebihan
sering mengalami gangguan pada janin yang dikandungnya. Ganggauan pada janin
dalam hal ini bias mengalami cacat secara fisik maupun psikis. Dan sebaliknya, jika
calon ibu menghindari prilaku negatif diatas, seperti mengkonsumsi makanan yang
bergizi dan berprilaku positif selama mengandung maka, perkembangan dan
pertumbuhan janin akan lebih optimal dan tentunya bias lebih sehat.
Perkembangan masa pranatal (pra kelahiran) dimulai pada masa pembuahan hingga
kelahiran, sekitar sembilan bulan. Selama fase ini, sebuah sel tunggal tumbuh menjadi
organisme, lengkap dengan sebuah otak dan kemampuan berprilaku. (Jhon W. Santrock,
2007). Pada masa prenatal tentunya janin dalam kandungan calon ibu mengalami
pertumbuhan, baik mulai dari proses pembuahannya sampai pada kelahiran. Untuk
lebih jelasnya berikut ini dipaparkan proses perkembangan masa pranatal menurut
Elizabeth B. Hurlock (1997)

1. Periode zigot (sejak pembuahan sampai akhir minggu kedua)


a. Bentuk zigot sebesar kepala peniti, tidak berubah karena tidak mempunyai sumber
makanan dari luar, hidupnya dipertahankan oleh kuning telur.

b. Dengan berjalannya zigot dari tuba falopi turun ke uterus, terjadi banyak
pembelahan dan zigot terbagi menjadi lapisan luar dan lapisan dalam.

c. Lapisan luar kemudian berkembang menjadi placenta, tali pusar dan selaput
pembungkus janin. Lapisan dalam berkembang menjadi manusia baru. Lapisan ini
kemudian membentuk 3 jenis jaringan, yaitu :

– Endoderm : lapisan terdalam yang akan membentuk paru-paru, hati, sistem


pencernaan dan prankreas.
– Mesoderm : lapisan tangan yang akan membentuk tulang, otot, ginjal,
pembuluh darah, dan jantung.
– Eksoderm : yang akan membentuk kuliat, rambut, lensa mata, email gigi dan
system saraf.
d. Sekitar sepuluah hari setelah pembuahan, zigot tertanam didalam dinding uterin
yang menjadi tebal seperti spon, penuh dengan pembuluh darah.

2. Periode Embrio (akhir minggu kedua sampai akhir bulan kedua)


a. Terbentuknya placenta, tali pusar, dan selaput pembungkus embrio yang
merupakan penghubung antara embrio dan jaringan ibunya. Fungsi placenta dan tali
pusar adalah mengalirkan oksigen dan zat-zat makanan dari ibu ke embrio, serta
mengalirkan sisa-sisa metabolisme dari embrio ke peredaran darah ibunya.

b. Embrio berkembang menjadi manusia dalam bentuk kecil.


c. Embrio dikelilingi cairan amnion yang berfungsi melindungi dari bahaya benturan
yang mungkin terjadi.

d. Terjadi perkembangan besar, mula-mula di bagian kepala dan terakhir pada


anggota tubuh.

e. Semua bagian tubuh yang penting, baik bagian luar maupun dalam sudah
terbentuk.

f. Embrio mulai bergerak didalam uterus, dan terjadi gerakan-gerakan spontan dari
anggota tubuh.

g. Pada akhir bulan kedua prenatal, berat embrio rata-rata 1 1/4 ons dan panjangnya
1 1/2 inci.

3. Periode Janin (akhir bulan kedua sampai lahir)


a. Terjadi perubahan pada bagian-bagian tubuh yang telah terbentuk, baik dalam
bentuk/rupa maupun perubahan aktual, dan terjadi perubahan dalam fungsi.

b. Pada akhir bulan ketiga, beberapa organ dalam, cukup berkembang sehingga
dapat mulai berfungsi. Denyut jantung janin mulai diketahui sekitar minggu ke lima
belas.

c. Pada akhir bulan kelima, berbagai organ dalam telah menempati posisi hampir
seperti posisi didalam tubuh orang dewasa.

d. Sel-sel saraf yang sejak minggu ketiga jumlahnya meningkat pesat selama bulan-
bulan kedua, ketiga, dan keempat. Apakah peningkatan pada saat ini akan berlangsung
apa tidak, bergantung pada kondisi didalam tubuh ibu.

e. Biasanya gerak-gerak janin tampak pertama kali antara minggu kedelapan belas
dan dua puluh. Kemudian meningkat cepat sampai akhir bulan ke sembilan, dimana
gerakan mulai berkembang karena penuhnya pembungkus janin dan tekanan pada otak
janin pada saat janin mengambil posisi kepala dibawah, didaerah pinggul, dalam
persiapan untuk lahir. Gerak-gerak janin ini berlainan macamnya, yaitu menggelinding
dan menendang, gerak pendek atau cepat.

f. Pada akhir bulan ketujuh janin sudah cukup berkembang dan dapat hidup bila
lahir sebelum waktunya.

g. Pada akhir bulan kedelapan, tubuh janin sudah lengkap ternentuk.

Perkembangan fase pranatal yang dikembangkan oleh Hurlock diatas nempaknya masih
terfokus pada perkembangan fisik saja. Akan tetapi, perkembangan psikis pada masa ini
juga bisa dilihat. Diane E. Papalia Dkk menyebutkan perkembangan psikis pada masa
prenatal ini dengan membagi ke dalam dua aspek, yaitu aspek kognitif dan aspek
psikososial. Pada aspek kognitif kemampuan untuk belajar, mengingat, dan merespon
terhadap stimuli sensori mulai berkembang. Dan perkembangan psikososial janin dapat
merespon kepada suara ibu dan mengembangkan rasa suka kepada suara tersebut.
(Diane E. Papalia, Dkk, 2008).

Begitu rentannya perkembangan manusia pada fase pertama ini (pranatal) sehingga
dalam hal ini calon ibu dituntut untuk dapat menjaga dan memperhatikan
kandungannnya guna untuk meminimalisir kemungkinan terburuk yang akan terjadi
pada janin.

2) Perkembangan Masa Bayi (Infancy)


Perkembangan manusia pada masa bayi (infancy) yang dimulai pada usia 0-3 tahun
merupakan tahap kedua dari perjalanan hidup manusia. Pada masa ini pertumbuhan
manusia secara fisik sudah sempurna. Akan tetapi, pertumbuhan dan perubahan fisik ini
akan terus berlangsung sampai akhir hidup manusia. Masa bayi ini dianggap sebagai
periode kritis dalam perkembangan kepribadian karena merupakan periode di mana
dasar-dasar untuk kepribadian dewasa pada masa ini diletakkan. Manusia didalam
perkembangannya mengalami paling tidak dua perkembangan, yaitu perkembangan
fisik maupun psikisnya. (Muhammad Baitul Alim, http://www.psikologizone.com)
John W. Santrock memberikan pengertian masa bayi yaitu, periode perkembangan yang
terus terjadi dari lahir sampai sekitar usia 18 hingga 24 bulan. Masa bayi merupakan
waktu ketergantungan yang ekstrem terhadap orang dewasa. Banyak aktivitas
psikologis baru dimulai kemampuan bicara, mengatur indera-indera, tindakan fisik,
berfikir dengan simbol, meniru, dan belajar dari orang lain. (Jhon W. Santrock, 2007)

Diane E. Papalia, Dkk mengungkapkan perkembangan fisik pada fase bayi yang
meliputi, 1) Berkembangnya semua sensor dan sistem tubuh berfungsi saat lahir
dengan tingkatan yang beragam. 2) Otak tumbuh dalam hal kompleksitas dan sangat
sensitif terhadap pengaruh lingkungan. 3) Pertumbuhan fisik dan perkembangan
keterampilan motorik sangat tinggi. Perkembangan kognitif meliputi, 1) kemampuan
untuk belajar dan mengingat telah ada, 2) penggunaan symbol dan kemampuan untuk
memecahkan masalah dikembangkan pada akhir tahun kedua, 3) pemahaman dan
penggunaan bahasa berkembang dengan cepat. Sedangkan perkembangan psikososial
meliputi, 1) ketertarikan kepada orang tua dan orang lain terbentuk, 2) kesadaran diri
mulai terbentuk, 3) Peralihan dari ketergantungan anatomi terjadi, 3) Ketertarikan
kepada anak-anak lain meningkat. (Diane E. Papalia, Dkk, 2008)

Dalam teori perkembangan juga dikenal istilah tugas-tugas perkembangan. Menurut


Havighurst, tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu
pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu; dan apabila berhasil mencapainya
mereka akan berbahagia, tetapi sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan
dicela orang tua atau masyarakat dan perkembangan selanjutnya juga akan mengalami
kesulitan.

Adapun yang menjadi sumber dari pada tugas-tugas perkembangan tersebut menurut
Havighurst adalah: Kematangan pisik, tuntutan masyarakat atau budaya dan nilai-nilai
dan aspirasi individu. Pembagian tugas-tugas perkembangan untuk masing-masing fase
dari sejak masa bayi sampai usia lanjut dikemukakan oleh Havighurst sebagai berikut:

§ Belajar berjalan
§ Belajar makan makanan padat

§ Belajar berbicara

§ Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh

§ Belajar membedakan jenis kelamin

§ Mencapai kematangan fisik

§ Membentuk konsep-konsep sederhana mengenai realitas sosial fisik

§ Belajar berhubungan secara emosional dengan orang tua, saudara kandung, dan
orang lain

§ Belajar memahami hal yang baik dan buruk. (Prayitno, 2009)


3) Perkembangan Masa Kanak-Kanak Awal (early childhood)
Usia masa kanak-kanak awal (early childhood) adalah usia di mana anak mulai
mengadakan interaksi secara sadar dengan orang lain. Masa ini biasa disebut sebagai
masa prasekolah. Seperti kita ketahui, bahwa saat ini kebanyakan anak usia prasekolah
di kota-kota besar mulai mengenyam pendidikan di bangku sekolah yang biasa disebut
sebagai kelompok bermain/playgroup. Sebagai pendidik, kita perlu memahami aspek-
aspek perkembangan dari anak di usia ini agar mendapatkan pendidikan yang sesuai
dengan tahapannya. Kami memilih dua aspek perkembangan yang terpenting, yaitu
perkembangan kognitif dan perkembangan psikososial.
– Perkembangan Kognitif
Seperti yang telah dikemukakan di awal, Jean Piaget telah membagi perkembangan
kognitif menjadi 4 stadium utama dan beberapa sub-stadium. Perkembangan kognitif
pada anak usia prasekolah berada pada stadium pra-operasional dan akan terus
berlanjut sampai usia 7 tahun.

Pada stadium pra-operasional ini, anak tidak lagi bereaksi secara impulsif terhadap
stimulus-stimulus melainkan dilatari dengan proses internal. Pada stadium ini anak juga
mampu berpura-pura, meniru, dan mengantisipasi.

Salah satu ciri khas dari stadium ini adalah masih adanya sifat egosentris, di mana anak
belum mampu untuk mengambil perspektif orang lain. Ia juga masih berpikir memusat,
belum bisa melihat secara multidimensi. Selain itu, anak pada tahapan ini juga berpikir
searah, tidak dapat dibalik.

– Perkembangan Psikososial
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Erikson (1985) membagi tahapan
perkembangan ke dalam 13 fase berdasarkan krisis diri yang dialami di setiap tahapan
perkembangan. Menurut teori tersebut, anak usia prasekolah berada di dalam tahapan
inisiatif vs rasa bersalah.
Pada usia ini anak mulai memiliki kemampuan untuk merencanakan, berusaha
mencapai sesuatu, dan keteguhan dalam pencapaian tugas. Di sisi lain, pada stadium
ini dapat muncul rasa bersalah karena keinginan berlebihan untuk mencapai sesuatu
sehingga menggunakan cara-cara yang agresif dan manipulatif. Anak di usia ini
memiliki motivasi untuk belajar dan berusaha untuk tampil baik dan melaksanakan
kewajibannya. Aktifitas utama dalam usia ini adalah bermain yang memiliki unsur
tujuan di dalamnya. Karakteristik permainan pada usia ini adalah dramatisasi atau
bermain peran. Mereka senang sekali memakai kostum dan berpura-pura menjadi orang
lain yang lebih dewasa. Namun juga harus diperhatikan agar kebiasaan dramatisasi ini
tidak terus berlanjut sampai dewasa karena dapat mengakibatkan seseorang terbiasa
untuk merepresentasikan dirinya dalam sosok yang berbeda.

– Permainan
Permainan adalah hal yang menyenangkan untuk anak-anak dan sekaligus
memfasilitasi mereka untuk belajar. Berikut ini adalah model permainan yang cocok
untuk anak usia prasekolah:

 Buhler (1928) menyatakan bahwa permainan peranan, permainan fantasi dan


permainan fiksi cocok untuk anak usia 2 – 5 tahun. Selain itu permainan konstruksi
juga merupakan permainan yang cocok dan akan meningkat pada usia 5 tahun.
 Piaget (1945) menyatakan bahwa permainan simbolis cocok untuk anak-anak
setelah lepas dari tahun kedua kehidupannya. Pada permainan simbolis, anak
belajar untuk menyesuaikan kebutuhan-kebutuhannya dan keinginan-keinginannya
pada kenyataan.
– Menggambar
Kellog (1926) dan Goodnow (1983) telah membuat urutan keterampilan menggambar
pada anak. Anak usia 3 tahun berada pada stadium corat-coret dengan pola-pola
pembagian ruang (memiliki bentuk). Kemudian keterampilan itu berkembang hingga di
usia 4 tahun muncullan “kepala kaki” yang terkenal (lihat Monks, Knoers, Haditono,
1982, hal. 144-145).

4) Masa Kanak-Kanak Akhir (late childhood)


Masa anak usia 6 sampai 13 tahun disebut sebagai masa elementary school ageatau
masa usia sekolah dasar karena selama masa ini adalah gang age atau usia
berkelompok selain itu masa anak-anak akhir ini disebut sebagai play age atau usia
bermain. Masa ini merupakan masa pertumbuhan yang relative agak lambat dibanding
masa sebelumnya. Disamping itu pertumbuhan juga bersifat relative seragam dalam
berbagai aspek. Keadaan ini memungkinkan anak untuk lebih layak memperoleh
keterampilan dan memperbaiki keterampilan berbicara sebagai upaya pribadi dan
sosial.
Tiga ciri utama pada masa akhir (late childhood) adalah sebagai berikut:
1. Dorongan anak untuk keluar dari rumah dan masuk kedalam kelompok sebaya
(peer group)
2. Keadaan fisik yang mendorong anak untuk masuk kedalam permainan dan
perkerjaan yang membutuhkan keterampilan otot-otot
3. Dorongan mental untuk memasuki dunia konsep-konsep, logika, simbol, dan
komunikasi secara dewasa.
– Tugas –Tugas Perkembangan
Tugas-tugas perkembangan pada masa ini tumbuh atas dasar ketiga dorongan ini.
Dunia sosial anak pada masa ini sudah menjadi meluas, anak sudah keluar dari
lingkungan keluarga dan ini telah memasuki masa sekolah. Dalam lingkup ini sekolah
memberikan pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan dirinya. Di sekolah anak
memperoleh hubungan social secara lebih luas dan memperoleh pengalaman-
pengalaman yang baru banyak mempengaruhi dan membantu proses perkembangan
khususnya dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan.

Ada Sembilan tugas-tugas perkembangan pada masa ini, yaitu berikut ini :

1. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan mempelajari


kehidupan fisik merupakan hal yang penting unntuk permainan dan aktivitas fisik
karena hal itu mempunyai nilai yang tinggi pada masa anak-anak. Secara psikologis
anak sebaya akan mengajarkanya.
1. Membina sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai suatu organisme
yang sedang berkembang
2. belajar bergaul dengan teman sebaya
3. Belajar berperan sebagai pria dan wanita secara tepat
4. Mengembangkan dasar-dasar keterampilan membaca,menulis, dan berhitung
dengan baik
5. Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan seahri-hari
6. Mengembangkan kata hati, moral, dan skala-skala nilai
7. mencapai kemerdekaan pribadi
8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok dan lembaga-lembaga sosial
– Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan fisik pada usia kanak-kanak ditandai dengan berbagai perubahan fisisk
yang berlangsung lebih lambat dibanding dengan masa sebelumnya.(masa bayi dan
kanak-kanak).dari jenis kelamin umumnya anak laki-laki lebih relativ lebih tinggi dan
lebih berat dibanding dengan anak perempuan, kecuali pada masa akhir anak-anak dan
menjelang memasuki remaja. Pada masa usia sekolah anak mulai kehilangan sebagian
ciri-ciri “bentuk tubuh bayi” seperti proporsi tubuh (perbanding antara kepala dan
badan), kegemukan, dan gerakan yang tidak terkoordinasi shingga secara umum anak
tampak lebih langsing dan mendekati bentuk postur manusia dewasa. Mulai usia 6
tahun tubuh anak menjadi dua kali lebih tinggi dan lebih tinggi dan lebar dibandingkan
dengan masa kelahirannya. Dada tumbuh menjadi lebih luas dan rata, sementara
memberikan peluang yang lebih besar bagi anak untuk melakukan berbagai aktifitas
fisik. Keadan ini sangat berkaitan dengan kebutuhan anak dalam tuntutan
menyelesaikan berbagai tugas perkembangan baik yang bersifat, sosial maupun
psikologis.

Perubahan lainnya yang cukup penting adalah terjadi pada struktur muka (wajah). Gigi
permanen telah tumbuh dengan sempurna menggantikan gigi ”masa bayi”, rahang
tumbuh menjadi lebih kuat, dan muka bertambah dalam ukuran. Pertumbuhan fisik
yang berlangsung selama masa ini mempunyai pengaruh terhadap pencapaian
berbagai keterampilan baik fisik, mental maupun sosial. Beberapa jenis keterampilan
yang berkembang pada masa ini, anatara lain berikut ini.

1.
A. ketermpilan menolong diri sendiri (self-help skill), yaitu ketermpilan untuk
aktifitas diri sendiri, seperti mandi, makan, dan berpakaian.
B. Keterampilan membantu yang bersifat social (sosial) social-help skill, yaitu
ketermpilan yang diperlukan untuk membantu orang lain dalam kehidupan di
masyarakat
C. Keterampilan sekolah (school skill), yaitu berbagai keterampilan yang
diperlukan untuk memenuhi tugas-tugas di sekolah, seperti membaca, menulis
D. Ketermapilan bermain (play skill), yaitu berbagai keterampilan yang
diperlukan untuk bermain sendiri ataupun bersama orang lain, seperti saling
membantu, disiplin.
5) Perkembangan Masa Remaja
Menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun.
Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun. Menurut Stanley
Hall (dalam Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Berdasarkan
batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja
relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Bahkan ada yang
dikenal juga dengan istilah remaja yang diperpanjang, dan remaja yang diperpendek.

Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Statemen ini sudah
dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja
yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu bahwa masa remaja
merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress) sampai sekarang masih banyak
dikutip orang.
Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian
identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang menemukan
bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion/ confussion,
moratorium, foreclosure, dan identity achieved (Santrock, 2003, Papalia, dkk, 2001,
Monks, dkk, 2000, Muss, 1988). Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk
mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja.
Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan
berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:

1. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.


2. Ketidakstabilan emosi.
3. Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.
4. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
5. Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-
pertentang dengan orang tua.
6. Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup
memenuhi semuanya.
7. Senang bereksperimentasi.
8. Senang bereksplorasi.
9. Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
10. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan
berkelompok.
Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat terjadinya
perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek
kognitif, emosi, sosial dan pencapaian (Fagan, 2006). Sebagian remaja mampu
mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami
penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial. Beberapa permasalahan remaja
yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan karakteristik yang ada pada diri
remaja. Berikut ini dirangkum beberapa permasalahan utama yang dialami oleh remaja.

Menurut Zulkifli, (2006) remaja dapat dibagi dalam 2 periode yaitu:

– Periode Masa Puber usia 12-18 tahun


a. Masa Pra Pubertas: peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas.
Cirinya:

 Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi


 Anak mulai bersikap kritis
b. Masa Pubertas usia 14-16 tahun: masa remaja awal. Cirinya:

 Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya


 Memperhatikan penampilan
 Sikapnya tidak menentu/plin-plan
 Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib
c. Masa Akhir Pubertas usia 17-18 tahun: peralihan dari masa pubertas ke masa
adolesen. Cirinya:

 Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum


tercapai sepenuhnya
 Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria
– Periode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun
Merupakan masa akhir remaja. Beberapa sifat penting pada masa ini adalah:

 perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis


 mulai menyadari akan realitas
 sikapnya mulai jelas tentang hidup
 mulai nampak bakat dan minatnya
– Permasalahan Fisik dan Kesehatan
Permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja awal ketika mereka
mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa pubertasnya (remaja
tengah dan akhir) permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan ketidakpuasan/
keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik yang dimiliki yang biasanya tidak sesuai
dengan fisik ideal yang diinginkan. Mereka juga sering membandingkan fisiknya dengan
fisik orang lain ataupun idola-idola mereka. Permasalahan fisik ini sering mengakibatkan
mereka kurang percaya diri. Levine & Smolak (2002) menyatakan bahwa 40-70%
remaja perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua atau lebih dari bagian
tubuhnya, khususnya pada bagian pinggul, pantat, perut dan paha. Dalam sebuah
penelitian survey pun ditemukan hampir 80% remaja ini mengalami ketidakpuasan
dengan kondisi fisiknya (Kostanski & Gullone, 1998). Ketidakpuasan akan diri ini sangat
erat kaitannya dengan distres emosi, pikiran yang berlebihan tentang penampilan,
depresi, rendahnya harga diri, onset merokok, dan perilaku makan yang maladaptiv (&
Shaw, 2003; Stice & Whitenton, 2002). Lebih lanjut, ketidakpuasan akan body image ini
dapat sebagai pertanda awal munculnya gangguan makan seperti anoreksia atau
bulimia (Polivy & Herman, 1999; Thompson et al).
Dalam masalah kesehatan tidak banyak remaja yang mengalami sakit kronis. Problem
yang banyak terjadi adalah kurang tidur, gangguan makan, maupun penggunaan obat-
obatan terlarang. Beberapa kecelakaan, bahkan kematian pada remaja penyebab
terbesar adalah karakteristik mereka yang suka bereksperimentasi dan berskplorasi.

– Permasalahan Alkohol dan Obat-Obatan Terlarang


Penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang akhir-akhir ini sudah sangat
memprihatinkan. Walaupun usaha untuk menghentikan sudah digalakkan tetapi kasus-
kasus penggunaan narkoba ini sepertinya tidak berkurang. Ada kekhasan mengapa
remaja menggunakan narkoba/ napza yang kemungkinan alasan mereka menggunakan
berbeda dengan alasan yang terjadi pada orang dewasa. Santrock (2003) menemukan
beberapa alasan mengapa remaja mengkonsumsi narkoba yaitu karena ingin tahu,
untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan, maupun
untuk kompensasi.

 Pengaruh sosial dan interpersonal: termasuk kurangnya kehangatan dari orang


tua, supervisi, kontrol dan dorongan. Penilaian negatif dari orang tua, ketegangan di
rumah, perceraian dan perpisahan orang tua.
 Pengaruh budaya dan tata krama: memandang penggunaan alkohol dan obat-
obatan sebagai simbol penolakan atas standar konvensional, berorientasi pada
tujuan jangka pendek dan kepuasan hedonis, dll.
 Pengaruh interpersonal: termasuk kepribadian yang temperamental, agresif,
orang yang memiliki lokus kontrol eksternal, rendahnya harga diri, kemampuan
koping yang buruk, dll.
 Cinta dan Hubungan Heteroseksual
 Permasalahan Seksual
 Hubungan Remaja dengan Kedua Orang Tua
 Permasalahan Moral, Nilai, dan Agama
Lain halnya dengan pendapat Smith & Anderson (dalam Fagan,2006), menurutnya
kebanyakan remaja melakukan perilaku berisiko dianggap sebagai bagian dari proses
perkembangan yang normal. Perilaku berisiko yang paling sering dilakukan oleh remaja
adalah penggunaan rokok, alkohol dan narkoba (Rey, 2002). Tiga jenis pengaruh yang
memungkinkan munculnya penggunaan alkohol dan narkoba pada remaja:

Salah satu akibat dari berfungsinya hormon gonadotrofik yang diproduksi oleh kelenjar
hypothalamus adalah munculnya perasaan saling tertarik antara remaja pria dan
wanita. Perasaan tertarik ini bisa meningkat pada perasaan yang lebih tinggi yaitu cinta
romantis (romantic love) yaitu luapan hasrat kepada seseorang atau orang yang sering
menyebutnya “jatuh cinta”.
Santrock (2003) mengatakan bahwa cinta romatis menandai kehidupan percintaan para
remaja dan juga merupakan hal yang penting bagi para siswa. Cinta romantis meliputi
sekumpulan emosi yang saling bercampur seperti rasa takut, marah, hasrat seksual,
kesenangan dan rasa cemburu. Tidak semua emosi ini positif. Dalam suatu penelitian
yang dilakukan oleh Bercheid & Fei ditemukan bahwa cinta romantis merupakan salah
satu penyebab seseorang mengalami depresi dibandingkan dengan permasalahan
dengan teman.

Tipe cinta yang lain adalah cinta kasih sayang (affectionate love) atau yang sering
disebut cinta kebersamaan yaitu saat muncul keinginan individu untuk memiliki individu
lain secara dekat dan mendalam, dan memberikan kasih sayang untuk orang tersebut.
Cinta kasih sayang ini lebih menandai masa percintaan orang dewasa daripada
percintaan remaja.
Dengan telah matangnya organ-organ seksual pada remaja maka akan mengakibatkan
munculnya dorongan-dorongan seksual. Problem tentang seksual pada remaja adalah
berkisar masalah bagaimana mengendalikan dorongan seksual, konflik antara mana
yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan, adanya “ketidaknormalan”
yang dialaminya berkaitan dengan organ-organ reproduksinya, pelecehan seksual,
homoseksual, kehamilan dan aborsi, dan sebagainya (Santrock, 2003, Hurlock, 1991).
Diantara perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja yang dapat
mempengaruhi hubungan orang tua dengan remaja adalah : pubertas, penalaran logis
yang berkembang, pemikiran idealis yang meningkat, harapan yang tidak tercapai,
perubahan di sekolah, teman sebaya, persahabatan, pacaran, dan pergaulan menuju
kebebasan.

Beberapa konflik yang biasa terjadi antara remaja dengan orang tua hanya berkisar
masalah kehidupan sehari-hari seperti jam pulang ke rumah, cara berpakaian,
merapikan kamar tidur. Konflik-konflik seperti ini jarang menimbulkan dilema utama
dibandingkan dengan penggunaan obat-obatan terlarang maupun kenakalan remaja.

Beberapa remaja juga mengeluhkan cara-cara orang tua memperlakukan mereka yang
otoriter, atau sikap-sikap orang tua yang terlalu kaku atau tidak memahami
kepentingan remaja.

Akhir-akhir ini banyak orang tua maupun pendidik yang merasa khawatir bahwa anak-
anak mereka terutama remaja mengalami degradasi moral. Sementara remaja sendiri
juga sering dihadapkan pada dilema-dilema moral sehingga remaja merasa bingung
terhadap keputusan-keputusan moral yang harus diambilnya. Walaupun di dalam
keluarga mereka sudah ditanamkan nilai-nilai, tetapi remaja akan merasa bingung
ketika menghadapi kenyataan ternyata nilai-nilai tersebut sangat berbeda dengan nilai-
nilai yang dihadapi bersama teman-temannya maupun di lingkungan yang berbeda.

Pengawasan terhadap tingkah laku oleh orang dewasa sudah sulit dilakukan terhadap
remaja karena lingkungan remaja sudah sangat luas. Pengasahan terhadap hati nurani
sebagai pengendali internal perilaku remaja menjadi sangat penting agar remaja bisa
mengendalikan perilakunya sendiri ketika tidak ada orang tua maupun guru dan segera
menyadari serta memperbaiki diri ketika dia berbuat salah.

Dari beberapa bukti dan fakta tentang remaja, karakteristik dan permasalahan yang
menyertainya, semoga dapat menjadi wacana bagi orang tua untuk lebih memahami
karakteristik anak remaja mereka dan perubahan perilaku mereka. Perilaku mereka kini
tentunya berbeda dari masa kanak-kanak. Hal ini terkadang yang menjadi stressor
tersendiri bagi orang tua. Oleh karenanya, butuh tenaga dan kesabaran ekstra untuk
benar-benar mempersiapkan remaja kita kelak menghadapi masa dewasanya.

6) Masa Dewasa dan Tua


Perubahan fisik yang menyebabkan seseorang berkurang harapan hidupnya disebut
proses menjadi tua (Monks, Knoers, Haditono, 1982). Kedewasaan seseorang memang
tidak bisa diukur dengan usia, namun secara umum masa dewasa dimulai saat
berakhirnya masa remaja akhir. Hal itu biasanya ditandai dengan berakhirnya konflik-
konflik dan gejolak masa remaja.

Thomae (1968) berpendapat bahwa proses menjadi tua merupakan suatu struktur
perubahan yang mengandung berbagai macam dimensi, yaitu:

1. Proses biokemis dan fisiologis dalam konteks psikofisiologis.


2. Proses fisiologis atau timbulnya penyakit.

3. Perubahan fungsional-biologis.

4. Perubahan beberapa aspek kepribadian.

5. Penstrukturan kembali dalam hal sosial psikologis yang berhubungan dengan


bertambahnya usia.

6. Perubahan sikap terhadap proses menjadi tua.

Masa rentang waktu dari setiap perubahan ini tentunya berbeda bagi setiap orang. Ada
yang memiliki kesulitan pada satu dimensi tertentu sehingga mengalaminya dalam
waktu yang lebih lama, ada juga yang bisa mengatasinya dengan cepat sehingga
proses perubahan tersebut tidak terlalu terlihat.

Namun secara umum, Levinson, dkk (1980) membedakan fase dewasa dalam beberapa
tahap:

1. Masa dewasa awal yang terbagi dalam 3 periode:

1.1. Periode pertama: pengenalan dengan dunia orang dewasa, berusaha


membentuk struktur kehidupan (22 – 28 tahun).

1.2. Periode kedua: pilihan struktur kehidupan lebih tetap dan stabil (28 – 33
tahun).

1.3. Periode ketiga: fase kemantapan, menemukan tempatnya di masyarakat (33


– 40 tahun).

Usia 40 tahun ini merupaka puncak masa dewasa.

2. Masa peralihan menuju dewasa madya/tengah baya (40 – 45 tahun)

Dalam masa ini seseorang menghadapi 3 macam tugas:

2.1. Penilaian kembali masa lalu

2.2. Merubah struktur kehidupan

2.3. Proses individuasi.

3. Masa dewasa madya (45 – 50 tahun)


Proses individuasi berlangsung sampai masa ini.

4. Masa dewasa tengah (50 – 55 tahun)

Seringkali merupakan krisis bila seseorang tidak sepenuhnya berhasil dalam


penstrukturan kembali hidupnya pada masa peralihan.

5. Masa puncak (55 – 60 tahun)

6. Masa dewasa akhir (>60 tahun)

Dari teori-teori yang dipaparkan di atas, kita dapat mengambil intisari yang diperlukan
sebagai seorang pendidik. Jika dilihat dari karakteristiknya, tahapan masa dewasa awal
adalah tahapan yang cenderung stabil dan mantap, minim akan perubahan. Perubahan
baru mau tidak mau dilakukan ketika masa dewasa madya di mana keadaan fisik tidak
lagi mendukung.

Sedangkan, proses pendidikan sendiri adalah suatu proses merubah atau menambah
pola pikir seseorang yang untuk itu dibutuhkan kelenturan berpikir. Jika dilihat dari teori
di atas, usia dewasa yang paling baik untuk mengikuti proses pendidikan formal adalah
pada periode pertama masa dewasa awal. Bukan berarti setelah melewati masa itu
seseorang tidak mampu lagi belajar secara formal, namun ia harus berusaha lebih
untuk merubah pola alami yang terjadi pada dirinya. Misalnya, secara alami, di periode
ketiga masa dewasa awal, seseorang akan merasa nyaman dengan kestabilan hidup
berkeluarga dan karir yang pasti. Namun ketika ia memutuskan untuk kembali duduk di
bangku kuliah, ia harus berusaha lebih keras untuk keluar dari zona nyaman tersebut
dibandingkan dengan seseorang yang masih berada dalam periode pertama dewasa
awal. Hal-hal seperti itu yang harus diperhatikan oleh pendidik sebagai salah satu
bentuk profesionalitas yaitu keterampilan dalam memahami anak didik.

D. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas setidaknya dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1) Dari sisi defenisi, baik perkembangan maupun pertumbuhan punya arti yang
berbeda. Perkembangan lebih cenderung kepada hal yang psikis, dan pertumbuhan
lebih cenderung pada fisik.

2) Teori-teori yang dikemukakan oleh para pakar mengenai perkembangan manusia


meskipun beragam, tapi kecendrungan dari teori tersebut menitik beratkan pada proses
yang ditandai dengan fase-fase tertentu.

DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, R.L., Atkinson, R.C., Smith, E.E., Bem, D.J., Nolen-Hoeksema, S.
Hilgard’s Introduction to Psychology, (Fort Worth:Harcourt Brace College Publishers.
1996)
Diane E. Papalia, Dkk, Human Development, terjemahan A. K. Anwar, (Jakarta : Kencana,
2008)
Jhon W. Santrock, Perkembangan Anak, terjemahan Mila Rachmawati dan Anna
Kuswanti, ( Jakarta : Erlangga, 2007 )
Choate, L.H. (2007). Counseling Adolescent Girls for Body Image Resilience: Strategi for
School Counselors. Profesional School Counseling. Alexandria: Feb 2007. Vol. 10, Iss. 3;
pg. 317, 10 pgs. Diakses melalui http://ezproxy.match.edu/menu pada 9 Mei 2008
Mahasiswa S2 PAUD UNJ Tahun 2009, “Bunga Rampai Materi Perkembangan Anak Usia
Dini”, Desember 2009
Muhammad Baitul Alim, Fase Perkembangan Manusia, http://www.psikologizone.com,
diakses tanggal 2 Agustus 2010
Prayitno, Pendidikan Dasar Teori dan Praksis, (Padang : UNP Press, 2009 Jilid II), hal. 773
Monks, F.J., Knoers A.M.P., Haditono, Siti Rahayu, Psikologi Perkembangan: Pengantar
Dalam Berbagai Bagiannya, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 1982)
Hall, Calvin S., Lindzey, G., Campbell, John B, Theories of Personality: Fourth Edition.
(Canada: John Wiley & Sons, Inc. 1998)
Fagan, R. (2006). Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other
Substance Use Problems and their Family. The Family Journal: Counseling therapy For
Couples and Families. Vol.14. No.4.326-333. Sage Publication diakses
melalui http://tfj.sagepub.com/cgi/reprint/14/4/326 pada 18 April 2008

Anda mungkin juga menyukai