20 Votes
A. Pendahuluan
Studi tentang perkembangan manusia merupakan usaha yang terus berlangsung dan
berkembang. Seiring dengan perkembangannya, studi tentang perkembangan manusia
telah menjadi sebuah disiplin ilmu dengan tujuan untuk memahami lebih dalam
tentang apa dan bagaimana proses perkembangan manusia baik secara kuantitatif
maupun secara kualitatif. Perintis awal studi ilmiah perkembangan manusia
adalah baby biographies, sebuah jurnal yang mencatat perkembangan awal anak.
Kemudian berkembang dengan munculnya teori evolusi Charles Darwin yang pertama
kali melihat perilaku bayi adalah sebuah proses perkembangan. Pada tahun 1877
Darwin mempublikasikan catatannya tentang perkembangan sensori, kognitif, dan
emosi anaknya di dua belas pertama kehidupannya. (Papalia, et. al, 2008).
Sampai dengan saat ini kajian mengenai perkembangan manusia telah banyak
menunjukkan manfaat yang signifikan. Dan salah satu manfaat dari berkembangnya
disiplin ilmu tentang perkembangan manusia ini adalah pendidikan. Dan jika kita
berbicara pendidikan tentunya unsur yang mutlak ada ialah manusia itu sendiri. Nah,
dalam hal ini kajian ataupun teori-teori mengenai perkembangan manusia sangat
dibutuhkan oleh dunia pendidikan. Memahami proses perkembangan manusia baik itu
secara fisik maupun psikologis sanat berguna bagi para pendidik. Dengan begitu akan
menjadi petimbangan bagi pendidik dalam memilih dan memberikan materi pendidikan
dan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak didik pada tiap tingkat
perkembangan tertentu. Selain itu juga, dapat memilih metode pengajaran dan
menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan pemahaman murid-
murid mereka.
Didalam makalah ini penulis akan mencoba untuk memberikan sedikit paparan
mengenai perkembangan manusia mulai dari proses pembuahan sampai dengan masa
tua.
B. Pengertian Perkembangan
Secara umum, perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat tetap
dan tidak dapat diputar kembali (Werner, 1969). Beberapa psikolog membedakan arti
kata ‘pertumbuhan’ dengan ‘perkembangan’, namun beberapa tidak. Pertumbuhan
bisa diartikan sebagai bertambah besarnya ukuran badan dan fungsi fisik yang murni,
sedangkan perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat yang khas mengenai gejala
psikologis yang muncul (Monks, Knoers, Haditono, 1982).
Di sisi lain, perkembangan juga dipandang secara menyeluruh, yang mencakup tiga
aspek, yaitu:
Perkembangan fisik, seperti perubahan tinggi dan berat.
Perkembangan kognitif, seperti perubahan pada proses berpikir, daya ingat,
bahasa.
Perkembangan kepribadian dan social, seperti perubahan pada konsep diri,
konsep gender, hubungan interpersonal. (Atkinson, Atkinson, Smith, Bem,
Hoeksema, 1996.)
Tentunya dalam mempelajari perkembangan manusia, seluruh aspek tersebut saling
berkaitan satu sama lain. Begitu juga dalam penggunaan di dalam konteks pendidikan,
ilmu mengenai perkembangan manusia sebaiknya dikuasai secara menyeluruh agar
mendukung kompetensi pendidik dalam memahami kondisi anak didiknya.
1. Sigmund Freud
Sigmund Freud adalah seorang psikolog yang terkenal dengan teori psikoanalisa.
Teorinya berfokus pada dinamika alam bawah sadar manusia.
2. Carl Jung
Carl Jung pada awalnya dianggap sebagai ‘penerus’ dari Sigmund Freud, masih dalam
lingkup teori psikoanalisa. Namun pada akhirnya teori yang diciptakan Carl Jung
memiliki perbedaan dengan Freud walaupun sama-sama berdasarkan pada konsep
psikoanalisa.
Erik Erikson adalah salah satu penganut teori psikoanalisa modern. Dalam model
tahapan perkembangan yang dibuatnya, ia berfokus pada krisis diri di setiap tahapan.
5. Jean Piaget
Teori dari Jean Piaget berfokus pada kognitif manusia. Termasuk di dalamnya
perkembangan kognitif manusia sejak lahir sampai dewasa.
b. Dengan berjalannya zigot dari tuba falopi turun ke uterus, terjadi banyak
pembelahan dan zigot terbagi menjadi lapisan luar dan lapisan dalam.
c. Lapisan luar kemudian berkembang menjadi placenta, tali pusar dan selaput
pembungkus janin. Lapisan dalam berkembang menjadi manusia baru. Lapisan ini
kemudian membentuk 3 jenis jaringan, yaitu :
e. Semua bagian tubuh yang penting, baik bagian luar maupun dalam sudah
terbentuk.
f. Embrio mulai bergerak didalam uterus, dan terjadi gerakan-gerakan spontan dari
anggota tubuh.
g. Pada akhir bulan kedua prenatal, berat embrio rata-rata 1 1/4 ons dan panjangnya
1 1/2 inci.
b. Pada akhir bulan ketiga, beberapa organ dalam, cukup berkembang sehingga
dapat mulai berfungsi. Denyut jantung janin mulai diketahui sekitar minggu ke lima
belas.
c. Pada akhir bulan kelima, berbagai organ dalam telah menempati posisi hampir
seperti posisi didalam tubuh orang dewasa.
d. Sel-sel saraf yang sejak minggu ketiga jumlahnya meningkat pesat selama bulan-
bulan kedua, ketiga, dan keempat. Apakah peningkatan pada saat ini akan berlangsung
apa tidak, bergantung pada kondisi didalam tubuh ibu.
e. Biasanya gerak-gerak janin tampak pertama kali antara minggu kedelapan belas
dan dua puluh. Kemudian meningkat cepat sampai akhir bulan ke sembilan, dimana
gerakan mulai berkembang karena penuhnya pembungkus janin dan tekanan pada otak
janin pada saat janin mengambil posisi kepala dibawah, didaerah pinggul, dalam
persiapan untuk lahir. Gerak-gerak janin ini berlainan macamnya, yaitu menggelinding
dan menendang, gerak pendek atau cepat.
f. Pada akhir bulan ketujuh janin sudah cukup berkembang dan dapat hidup bila
lahir sebelum waktunya.
Perkembangan fase pranatal yang dikembangkan oleh Hurlock diatas nempaknya masih
terfokus pada perkembangan fisik saja. Akan tetapi, perkembangan psikis pada masa ini
juga bisa dilihat. Diane E. Papalia Dkk menyebutkan perkembangan psikis pada masa
prenatal ini dengan membagi ke dalam dua aspek, yaitu aspek kognitif dan aspek
psikososial. Pada aspek kognitif kemampuan untuk belajar, mengingat, dan merespon
terhadap stimuli sensori mulai berkembang. Dan perkembangan psikososial janin dapat
merespon kepada suara ibu dan mengembangkan rasa suka kepada suara tersebut.
(Diane E. Papalia, Dkk, 2008).
Begitu rentannya perkembangan manusia pada fase pertama ini (pranatal) sehingga
dalam hal ini calon ibu dituntut untuk dapat menjaga dan memperhatikan
kandungannnya guna untuk meminimalisir kemungkinan terburuk yang akan terjadi
pada janin.
Diane E. Papalia, Dkk mengungkapkan perkembangan fisik pada fase bayi yang
meliputi, 1) Berkembangnya semua sensor dan sistem tubuh berfungsi saat lahir
dengan tingkatan yang beragam. 2) Otak tumbuh dalam hal kompleksitas dan sangat
sensitif terhadap pengaruh lingkungan. 3) Pertumbuhan fisik dan perkembangan
keterampilan motorik sangat tinggi. Perkembangan kognitif meliputi, 1) kemampuan
untuk belajar dan mengingat telah ada, 2) penggunaan symbol dan kemampuan untuk
memecahkan masalah dikembangkan pada akhir tahun kedua, 3) pemahaman dan
penggunaan bahasa berkembang dengan cepat. Sedangkan perkembangan psikososial
meliputi, 1) ketertarikan kepada orang tua dan orang lain terbentuk, 2) kesadaran diri
mulai terbentuk, 3) Peralihan dari ketergantungan anatomi terjadi, 3) Ketertarikan
kepada anak-anak lain meningkat. (Diane E. Papalia, Dkk, 2008)
Adapun yang menjadi sumber dari pada tugas-tugas perkembangan tersebut menurut
Havighurst adalah: Kematangan pisik, tuntutan masyarakat atau budaya dan nilai-nilai
dan aspirasi individu. Pembagian tugas-tugas perkembangan untuk masing-masing fase
dari sejak masa bayi sampai usia lanjut dikemukakan oleh Havighurst sebagai berikut:
§ Belajar berjalan
§ Belajar makan makanan padat
§ Belajar berbicara
§ Belajar berhubungan secara emosional dengan orang tua, saudara kandung, dan
orang lain
Pada stadium pra-operasional ini, anak tidak lagi bereaksi secara impulsif terhadap
stimulus-stimulus melainkan dilatari dengan proses internal. Pada stadium ini anak juga
mampu berpura-pura, meniru, dan mengantisipasi.
Salah satu ciri khas dari stadium ini adalah masih adanya sifat egosentris, di mana anak
belum mampu untuk mengambil perspektif orang lain. Ia juga masih berpikir memusat,
belum bisa melihat secara multidimensi. Selain itu, anak pada tahapan ini juga berpikir
searah, tidak dapat dibalik.
– Perkembangan Psikososial
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Erikson (1985) membagi tahapan
perkembangan ke dalam 13 fase berdasarkan krisis diri yang dialami di setiap tahapan
perkembangan. Menurut teori tersebut, anak usia prasekolah berada di dalam tahapan
inisiatif vs rasa bersalah.
Pada usia ini anak mulai memiliki kemampuan untuk merencanakan, berusaha
mencapai sesuatu, dan keteguhan dalam pencapaian tugas. Di sisi lain, pada stadium
ini dapat muncul rasa bersalah karena keinginan berlebihan untuk mencapai sesuatu
sehingga menggunakan cara-cara yang agresif dan manipulatif. Anak di usia ini
memiliki motivasi untuk belajar dan berusaha untuk tampil baik dan melaksanakan
kewajibannya. Aktifitas utama dalam usia ini adalah bermain yang memiliki unsur
tujuan di dalamnya. Karakteristik permainan pada usia ini adalah dramatisasi atau
bermain peran. Mereka senang sekali memakai kostum dan berpura-pura menjadi orang
lain yang lebih dewasa. Namun juga harus diperhatikan agar kebiasaan dramatisasi ini
tidak terus berlanjut sampai dewasa karena dapat mengakibatkan seseorang terbiasa
untuk merepresentasikan dirinya dalam sosok yang berbeda.
– Permainan
Permainan adalah hal yang menyenangkan untuk anak-anak dan sekaligus
memfasilitasi mereka untuk belajar. Berikut ini adalah model permainan yang cocok
untuk anak usia prasekolah:
Ada Sembilan tugas-tugas perkembangan pada masa ini, yaitu berikut ini :
Perubahan lainnya yang cukup penting adalah terjadi pada struktur muka (wajah). Gigi
permanen telah tumbuh dengan sempurna menggantikan gigi ”masa bayi”, rahang
tumbuh menjadi lebih kuat, dan muka bertambah dalam ukuran. Pertumbuhan fisik
yang berlangsung selama masa ini mempunyai pengaruh terhadap pencapaian
berbagai keterampilan baik fisik, mental maupun sosial. Beberapa jenis keterampilan
yang berkembang pada masa ini, anatara lain berikut ini.
1.
A. ketermpilan menolong diri sendiri (self-help skill), yaitu ketermpilan untuk
aktifitas diri sendiri, seperti mandi, makan, dan berpakaian.
B. Keterampilan membantu yang bersifat social (sosial) social-help skill, yaitu
ketermpilan yang diperlukan untuk membantu orang lain dalam kehidupan di
masyarakat
C. Keterampilan sekolah (school skill), yaitu berbagai keterampilan yang
diperlukan untuk memenuhi tugas-tugas di sekolah, seperti membaca, menulis
D. Ketermapilan bermain (play skill), yaitu berbagai keterampilan yang
diperlukan untuk bermain sendiri ataupun bersama orang lain, seperti saling
membantu, disiplin.
5) Perkembangan Masa Remaja
Menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun.
Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun. Menurut Stanley
Hall (dalam Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Berdasarkan
batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja
relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Bahkan ada yang
dikenal juga dengan istilah remaja yang diperpanjang, dan remaja yang diperpendek.
Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Statemen ini sudah
dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja
yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu bahwa masa remaja
merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress) sampai sekarang masih banyak
dikutip orang.
Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian
identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang menemukan
bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion/ confussion,
moratorium, foreclosure, dan identity achieved (Santrock, 2003, Papalia, dkk, 2001,
Monks, dkk, 2000, Muss, 1988). Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk
mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja.
Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan
berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:
Salah satu akibat dari berfungsinya hormon gonadotrofik yang diproduksi oleh kelenjar
hypothalamus adalah munculnya perasaan saling tertarik antara remaja pria dan
wanita. Perasaan tertarik ini bisa meningkat pada perasaan yang lebih tinggi yaitu cinta
romantis (romantic love) yaitu luapan hasrat kepada seseorang atau orang yang sering
menyebutnya “jatuh cinta”.
Santrock (2003) mengatakan bahwa cinta romatis menandai kehidupan percintaan para
remaja dan juga merupakan hal yang penting bagi para siswa. Cinta romantis meliputi
sekumpulan emosi yang saling bercampur seperti rasa takut, marah, hasrat seksual,
kesenangan dan rasa cemburu. Tidak semua emosi ini positif. Dalam suatu penelitian
yang dilakukan oleh Bercheid & Fei ditemukan bahwa cinta romantis merupakan salah
satu penyebab seseorang mengalami depresi dibandingkan dengan permasalahan
dengan teman.
Tipe cinta yang lain adalah cinta kasih sayang (affectionate love) atau yang sering
disebut cinta kebersamaan yaitu saat muncul keinginan individu untuk memiliki individu
lain secara dekat dan mendalam, dan memberikan kasih sayang untuk orang tersebut.
Cinta kasih sayang ini lebih menandai masa percintaan orang dewasa daripada
percintaan remaja.
Dengan telah matangnya organ-organ seksual pada remaja maka akan mengakibatkan
munculnya dorongan-dorongan seksual. Problem tentang seksual pada remaja adalah
berkisar masalah bagaimana mengendalikan dorongan seksual, konflik antara mana
yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan, adanya “ketidaknormalan”
yang dialaminya berkaitan dengan organ-organ reproduksinya, pelecehan seksual,
homoseksual, kehamilan dan aborsi, dan sebagainya (Santrock, 2003, Hurlock, 1991).
Diantara perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja yang dapat
mempengaruhi hubungan orang tua dengan remaja adalah : pubertas, penalaran logis
yang berkembang, pemikiran idealis yang meningkat, harapan yang tidak tercapai,
perubahan di sekolah, teman sebaya, persahabatan, pacaran, dan pergaulan menuju
kebebasan.
Beberapa konflik yang biasa terjadi antara remaja dengan orang tua hanya berkisar
masalah kehidupan sehari-hari seperti jam pulang ke rumah, cara berpakaian,
merapikan kamar tidur. Konflik-konflik seperti ini jarang menimbulkan dilema utama
dibandingkan dengan penggunaan obat-obatan terlarang maupun kenakalan remaja.
Beberapa remaja juga mengeluhkan cara-cara orang tua memperlakukan mereka yang
otoriter, atau sikap-sikap orang tua yang terlalu kaku atau tidak memahami
kepentingan remaja.
Akhir-akhir ini banyak orang tua maupun pendidik yang merasa khawatir bahwa anak-
anak mereka terutama remaja mengalami degradasi moral. Sementara remaja sendiri
juga sering dihadapkan pada dilema-dilema moral sehingga remaja merasa bingung
terhadap keputusan-keputusan moral yang harus diambilnya. Walaupun di dalam
keluarga mereka sudah ditanamkan nilai-nilai, tetapi remaja akan merasa bingung
ketika menghadapi kenyataan ternyata nilai-nilai tersebut sangat berbeda dengan nilai-
nilai yang dihadapi bersama teman-temannya maupun di lingkungan yang berbeda.
Pengawasan terhadap tingkah laku oleh orang dewasa sudah sulit dilakukan terhadap
remaja karena lingkungan remaja sudah sangat luas. Pengasahan terhadap hati nurani
sebagai pengendali internal perilaku remaja menjadi sangat penting agar remaja bisa
mengendalikan perilakunya sendiri ketika tidak ada orang tua maupun guru dan segera
menyadari serta memperbaiki diri ketika dia berbuat salah.
Dari beberapa bukti dan fakta tentang remaja, karakteristik dan permasalahan yang
menyertainya, semoga dapat menjadi wacana bagi orang tua untuk lebih memahami
karakteristik anak remaja mereka dan perubahan perilaku mereka. Perilaku mereka kini
tentunya berbeda dari masa kanak-kanak. Hal ini terkadang yang menjadi stressor
tersendiri bagi orang tua. Oleh karenanya, butuh tenaga dan kesabaran ekstra untuk
benar-benar mempersiapkan remaja kita kelak menghadapi masa dewasanya.
Thomae (1968) berpendapat bahwa proses menjadi tua merupakan suatu struktur
perubahan yang mengandung berbagai macam dimensi, yaitu:
3. Perubahan fungsional-biologis.
Masa rentang waktu dari setiap perubahan ini tentunya berbeda bagi setiap orang. Ada
yang memiliki kesulitan pada satu dimensi tertentu sehingga mengalaminya dalam
waktu yang lebih lama, ada juga yang bisa mengatasinya dengan cepat sehingga
proses perubahan tersebut tidak terlalu terlihat.
Namun secara umum, Levinson, dkk (1980) membedakan fase dewasa dalam beberapa
tahap:
1.2. Periode kedua: pilihan struktur kehidupan lebih tetap dan stabil (28 – 33
tahun).
Dari teori-teori yang dipaparkan di atas, kita dapat mengambil intisari yang diperlukan
sebagai seorang pendidik. Jika dilihat dari karakteristiknya, tahapan masa dewasa awal
adalah tahapan yang cenderung stabil dan mantap, minim akan perubahan. Perubahan
baru mau tidak mau dilakukan ketika masa dewasa madya di mana keadaan fisik tidak
lagi mendukung.
Sedangkan, proses pendidikan sendiri adalah suatu proses merubah atau menambah
pola pikir seseorang yang untuk itu dibutuhkan kelenturan berpikir. Jika dilihat dari teori
di atas, usia dewasa yang paling baik untuk mengikuti proses pendidikan formal adalah
pada periode pertama masa dewasa awal. Bukan berarti setelah melewati masa itu
seseorang tidak mampu lagi belajar secara formal, namun ia harus berusaha lebih
untuk merubah pola alami yang terjadi pada dirinya. Misalnya, secara alami, di periode
ketiga masa dewasa awal, seseorang akan merasa nyaman dengan kestabilan hidup
berkeluarga dan karir yang pasti. Namun ketika ia memutuskan untuk kembali duduk di
bangku kuliah, ia harus berusaha lebih keras untuk keluar dari zona nyaman tersebut
dibandingkan dengan seseorang yang masih berada dalam periode pertama dewasa
awal. Hal-hal seperti itu yang harus diperhatikan oleh pendidik sebagai salah satu
bentuk profesionalitas yaitu keterampilan dalam memahami anak didik.
D. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas setidaknya dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1) Dari sisi defenisi, baik perkembangan maupun pertumbuhan punya arti yang
berbeda. Perkembangan lebih cenderung kepada hal yang psikis, dan pertumbuhan
lebih cenderung pada fisik.
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, R.L., Atkinson, R.C., Smith, E.E., Bem, D.J., Nolen-Hoeksema, S.
Hilgard’s Introduction to Psychology, (Fort Worth:Harcourt Brace College Publishers.
1996)
Diane E. Papalia, Dkk, Human Development, terjemahan A. K. Anwar, (Jakarta : Kencana,
2008)
Jhon W. Santrock, Perkembangan Anak, terjemahan Mila Rachmawati dan Anna
Kuswanti, ( Jakarta : Erlangga, 2007 )
Choate, L.H. (2007). Counseling Adolescent Girls for Body Image Resilience: Strategi for
School Counselors. Profesional School Counseling. Alexandria: Feb 2007. Vol. 10, Iss. 3;
pg. 317, 10 pgs. Diakses melalui http://ezproxy.match.edu/menu pada 9 Mei 2008
Mahasiswa S2 PAUD UNJ Tahun 2009, “Bunga Rampai Materi Perkembangan Anak Usia
Dini”, Desember 2009
Muhammad Baitul Alim, Fase Perkembangan Manusia, http://www.psikologizone.com,
diakses tanggal 2 Agustus 2010
Prayitno, Pendidikan Dasar Teori dan Praksis, (Padang : UNP Press, 2009 Jilid II), hal. 773
Monks, F.J., Knoers A.M.P., Haditono, Siti Rahayu, Psikologi Perkembangan: Pengantar
Dalam Berbagai Bagiannya, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 1982)
Hall, Calvin S., Lindzey, G., Campbell, John B, Theories of Personality: Fourth Edition.
(Canada: John Wiley & Sons, Inc. 1998)
Fagan, R. (2006). Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other
Substance Use Problems and their Family. The Family Journal: Counseling therapy For
Couples and Families. Vol.14. No.4.326-333. Sage Publication diakses
melalui http://tfj.sagepub.com/cgi/reprint/14/4/326 pada 18 April 2008