Anda di halaman 1dari 10

Bulletin of Scientific Contribution. Vol. 4, No.

, 1, Januari 2006 :78-87

PALEOEKOLOGI SATUAN BATULEMPUNG FORMASI JATILUHUR


DAERAH CILEUNGSI , KECAMATAN CILEUNGSI,
KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

Lia Jurnaliah
Lab. Paleontologi, Jurusan Geologi, FMIPA, Universitas Padjadjaran

ABSTRACT
Claystone is composed of clay and carbonaceous sandstone. The relatively age of claystone is
Lower Miocene (N8 Zone) – Middle Miocene (N9 Zone). Based on quantitative analysis of benthic
foraminifer fossils from 10 samples on Cikarang river line, there are 31 species and 480 individuals,
meanwhile, from 6 samples of Cilegok river line, are found 20 species and 348 individuals. Percentages
of benthic foraminifer fossils on Cikarang River are 94,8% Rotaliina, 2,71% Textulariina, 2,71%
Milioliina. Cilegok river has 98,28% Rotaliina, 0% Textulariina, 1,72% Miloliina.
The interpretation of Paleoecology was done by using fossil assemblages, Diversity Index α Fisher
and Triangular Plot Murray. Based on those methods, paleoecology of claystone of Jatiluhur Formation
of Cileungsi area was Normal Marine Lagoons, Hyposaline Lagoons and Hypersaline Lagoons.
Keywords : Claystone, Fossil, Paleoecology

ABSTRAK
Satuan Batulempung daerah penelitian tersusun oleh batulempung dan batupasir karbonatan. Umur
relatif satuan ini berkisar antara Miosen Bawah (Zona N8) – Miosen Tengah (Zona N9). Berdasarkan
analisis kuantitatif fosil foraminifera bentonik kecil dari 10 conto batuan pada Lintasan Sungai Cikarang
diperoleh 31 spesies dan 480 individu, sedangkan dari 6 conto batuan pada lintasan Sungai Cilegok
diperoleh 20 spesies dan 348 individu. Persentase subordo fosil foraminifera bentonik kecil di Lintasan
Cikarang: 94,8% Rotaliina, 2,71% Textulariina, 2,71% Milioliina; Pada Lintasan Sungai Cilegok: 98,28%
Rotaliina, 0% Textulariina, 1,72% Miloliina.
Interpretasi paleoekologi yang dilakukan dengan menggunakan metode kumpulan fosil (fossil
assemblages), Diversity Index α Fisher dan Triangular Plot Murray menghasilkan suatu kesimpulan
bahwa paleoekologi Satuan Batulempung Formasi Jatiluhur Daerah Cileungsi adalah Normal Marine
Lagoons, Hyposaline Lagoons dan Hypersaline Lagoons
Kata kunci : Batulempung, Fosil, Paleoekologi

PENDAHULUAN paleoekologi Satuan Batulempung


Formasi Jatiluhur berdasarkan analisis
Berdasarkan Turkandi, dkk.
kwantitatif Fosil Foraminifera bentonik
(1976), Formasi Jatiluhur tersusun
kecil.
dari napal, batulempung dan sisipan
Lokasi penelitian terletak di Dae-
batupasir gampingan. Umur dari For-
rah Cileungsi, Kecamatan Cileungsi,
masi ini adalah Miosen Tengah (zona
Citeureup, Kabupaten Bogor, Propinsi
N9-N13), sedangkan Lingkungan pe-
Jawa Barat. Secara geografis dibatasi
ngendapannya adalah sublitoral luar
oleh garis 106º53’00” dan 106º58’00”
sampai bathyal (Mulyasari, 1999).
Bujur Timur serta garis 6º27’00” dan
Fosil jejak yang ditemukan pada
6º32’00” Lintang Selatan (Gambar 1)
batupasir Formasi Jatiluhur menun-
jukkan lingkungan pengendapan laut
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
dangkal (Indrastoeti, 1983).
Penelitian yang telah dilakukan Pengambilan conto batuan dilaku-
pada formasi ini lebih banyak mengu- kan dengan menggunakan metode
las mengenai lingkungan pengendap- spot sampling, yaitu pengambilan
an, tetapi paleoekologi dari formasi ini conto batuan secara acak (Pringgo-
jarang diungkap. Berdasarkan hal prawiro & Kapid, 2000), pada 2 lin-
tersebut, maka dilakukan penentuan tasan sungai; Lintasan Sungai Ci-

77
Paleoekologi Satuan Batulempung Formasi Jatiluhur Daerah Cileungsi,
Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Lia Jurnaliah)

karang sebanyak 10 conto batuan loid, maka paleoekologi lintasan ini


dan Sungai Cilegok sebanyak 6 conto adalah estuaries dan lagoons.
batuan (Gambar 2).
Conto batuan diproses di labora- Diversity Index α Fisher
torium dengan menggunakan metode Proyeksi dari data jumlah spesies
Hidrogen Peroksida (Kummel and dan individu foraminifera bentonik ke-
Raup, 1965). cil (Tabel 4) terhadap diagram
Analisis fosil foraminifera yang diversity index α fisher menunjukkan
ditemukan dilakukan dengan menggu- lintasan ini mempunyai nilai diantara
nakan analisis kwantitatif, yaitu de- α 7- α 8. Kemungkinan paleoekologi
ngan menghitung jumlah spesies dan dari nilai tersebut adalah Shelf seas of
individu dari setiap fosil foraminifera normal salinity atau Normal marine
bentonik kecil yang ditemukan. lagoons (Gambar 6)
Interpretasi paleoekologi menggu-
nakan metode: Kumpulan fosil (fossil Triangular Plot Murray
assemblages), Diversity Index α Hasil plotting data persentase sub-
Fisher dan Triangular Plot Standard. ordo fosil foraminifera bentonik kecil
(Tabel 3) pada diagram triangular
HASIL DAN PEMBAHASAN yang kemudian diproyeksikan terha-
dap triangular plot menunjukkan ke-
Satuan Batulempung daerah pene-
mungkinan paleoekologi dari lintasan
litian tersusun oleh batulempung dan
ini adalah Normal marine marshes,
batupasir yang bersifat karbonatan.
hyposaline marshes, Hyposaline
Mempunyai warna abu-abu tua kehi-
lagoons, hypersaline lagoons, normal
taman sampai kecoklatan, dapat dire-
marine lagoons atau most shelf seas
mas, mengandung foraminifera kecil.
(Gambar 7 dan 8)
Berdasarkan fosil foraminifera
plangtonik yang ditemukan, umur
Lintasan Sungai Cilegok
relatif dari satuan batulempung ini
berkisar antara Miosen Bawah (Zona Kandungan Fosil:
N8) - Miosen Tengah (Zona N9) Dari keenam conto batuan (STF-3,
(Mulyasari, 1999) STF-2, STF-1/1, STF-1/2, STF-1/3,
STF-1/4) diperoleh 20 spesies dan
Lintasan Sungai Cikarang 348 individu (Tabel 2 dan 4) yang
terdiri dari 98,28% Subordo
Kandungan Fosil:
Rotaliina, 0% Subordo Textulariina
Hasil analisis fosil dari 10 conto
dan 1,72% Subordo Miloliina.
batuan (STF-41, STF-42, STF-43, STF
44/1, STF 44/2, STF 44/3, STF-45,
Interpretasi Paleoekologi:
STF-46, STF-47, STF-48) pada
Kumpulan Fosil (Fossil assemblages)
lintasan ini terdiri dari 31 spesies dan
Paleoekologi berdasarkan kumpul-
480 individu foraminifera bentonik
an fosil menunjukkan kemungkinan
kecil (Tabel 1 dan 4).
estuari dan lagoons, tidak berbeda
Sedangkan berdasarkan komposisi
dengan paleoekologi Lintasan Sungai
dinding cangkangnya, kumpulan fosil
Cikarang karena golongan yang domi-
tersebut terdiri dari 94,58% Subordo
nan adalah golongan rotaloid.
Rotaliina (Calcareous), 2,71% Sub-
ordo Textulariina (Arenaceous/
Diversity Index α Fisher
agglutinin), 2,71% Subordo Milioliina
Hasil proyeksi data jumlah spesies
(Porcelaneous) (Tabel 3).
dan individu foraminifera bentonik ke-
cil (Tabel 4) terhadap diagram di-
Interpretasi Paleoekologi:
versity index α fisher menghasilkan
Kumpulan Fosil (Fossil assemblages)
nilai α 4-α 5, yang berarti kemung-
Berdasarkan kumpulan fosilnya
kinan paleoekologi lintasan ini adalah
yang didominansi oleh golongan rota-

78
Bulletin of Scientific Contribution. Vol. 4, No., 1, Januari 2006 :78-87

Hyposaline dan Nearshore shelf, DAFTAR PUSTAKA


hyposaline lagoons, normal marine
Boggs, S. Jr. 1987. Principles of
lagoons, hypersaline lagoons atau
Sedimentology and Stratigraphy.
hypersaline marshes (Gambar 6).
Macmillan Publishing, New York, p.
435.
Triangular Plot Murray
Boltovskoy, E. and Wright, R. 1976.
Plotting dan proyeksi data persen-
Recent Foraminifera. Dr. W. Junk
tase subordo fosil foraminifera bento-
b.v. Publishers The Hague, p. 153.
nik kecil terhadap triangular diagram
Indrastoeti, S. N. 1983. Rekonstruk-
dan triangular plot menunjukkan ke-
si Lingkungan Pengendapan Batu-
mungkinan paleoekologi lintasan ini
pasir Formasi Jatiluhur, Ditinjau
adalah normal marine marshes,
dari Fosil Jejak. Jurusan Geologi,
hyposaline lagoons, hypersaline
Fakultas Matematika dan Ilmu Pe-
lagoons atau most shelf seas (Gambar
ngetahuan Alam, Universitas Pa-
7 dan 8).
djadjaran, Bandung.
Kummel, B. and Raup, D. 1965.
KESIMPULAN
Handbook of Paleontological Tech-
Satuan Batulempung Formasi Jati- niques. W.H. Freeman and Com-
luhur Daerah Cileungsi tersusun dari pany, San Fransisco and London.
batulempung dan batupasir karbonat- Mulyasari, F., 1999. Geologi dan Bio-
an. Satuan ini diendapkan berkisar stratigrafi Pada Satuan Batulem-
antara Miosen Bawah (Zona N8) - pung Formasi Jatiluhur Daerah Ci-
Miosen Tengah (Zona N9). leungsi dan sekitarnya, Kecamatan
Paleoekologi dari Lintasan Sungai Cileungsi, Propinsi Jawa Barat.
Cikarang adalah normal marine la- Universitas Padjadjaran, Fakultas
goons, sedangkan Lintasan Sungai Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Cilegok adalah hyposaline lagoons dan Alam, Jurusan Geologi, Jatinangor.
hypersaline lagoons. Murray, J. W. 1973. Distribution and
Berdasarkan hal tersebut, maka Ecology of Living Benthic Fora-
dapat disimpulkan bahwa Satuan Ba- miniferids. Heinemann, London.
tulempung mempunyai paleoekologi 288 pp.
lagoons. Lagoons merupakan cekung- Pringgoprawiro, H. dan Kapid, R.
an laut dangkal yang pada umumnya 2000. Foraminifera: Pengenalan
dicirikan oleh percampuran air tawar Mikrofosil dan Aplikasi Biostrati-
dari daratan dan air laut dari lautan grafi. Penerbit ITB Bandung.
(Boltovskoy, 1976). Lagoons ini
terdiri dari normal marine lagoons,
hyposaline lagoons dan hypersaline
lagoons, pembagian ketiga tipe
lagoons tersebut berdasarkan dari
salinitasnya. Kadar garam (salinitas)
lagoons sangat tergantung dari kondi-
si hidrologi dan iklim suatu daerah
(Boggs, 1987). Dengan adanya tiga
tipe lagoons tersebut, maka dapat
disimpulkan pula bahwa kondisi
hidrologi dan iklim daerah tersebut di
masa lalu tidak stabil.

79
Paleoekologi Satuan Batulempung Formasi Jatiluhur Daerah Cileungsi,
Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Lia Jurnaliah)

Gambar 1. Lokasi Daerah Penelitian

Lintasan
Sungai
Cikarang

Lintas
an
Sungai
Cilego
k

Gambar 2. Lokasi Pengambilan conto batuan:

80
Bulletin of Scientific Contribution. Vol. 4, No., 1, Januari 2006 :78-87

Gambar 3. Diagram Diversity Index  Fisher (Murray, 1973)

81
Paleoekologi Satuan Batulempung Formasi Jatiluhur Daerah Cileungsi,
Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Lia Jurnaliah)

Gambar 4. Diagram Triangular dari rasio 3 Subordo (Murray, 1973)

Gambar 5. Triangular Plot Standard Murray (Murray, 1973)

82
Bulletin of Scientific Contribution. Vol. 4, No., 1, Januari 2006 :78-87

83
Paleoekologi Satuan Batulempung Formasi Jatiluhur Daerah Cileungsi,
Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Lia Jurnaliah)

84
Bulletin of Scientific Contribution. Vol. 4, No., 1, Januari 2006 :78-87

Gambar 6. Hasil Plotting dan Proyeksi data jumlah spesies dan individu fosil
foraminifera bentonik kecil pada Lintasan Sungai Cikarang (1)
dan Sungai Cilegok (2)

85
Paleoekologi Satuan Batulempung Formasi Jatiluhur Daerah Cileungsi,
Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Lia Jurnaliah)

Gambar 7. Hasil plotting data persentase subordo fosil foraminifera bentonik


kecil pada diagram triangular dari rasio 3 subordo:
1. Lintasan Sungai Cikarang, 2. Lintasan Sungai Cilegok.

Gambar 8. Hasil proyeksi dari plotting data persentase subordo fosil foraminifera
bentonik kecil pada triangular plot murray:
1. Lintasan Sungai Cikarang, 2. Lintasan Sungai Cilegok

86

Anda mungkin juga menyukai