Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HIDROSEFALUS

DI RUANG CENDANA 4 RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Untuk Memenuhi Tugas Individu


Praktek Profesi Keperawatan Stase Keperawatan Anak

Disusun oleh :

Nova Nur Kusumastuti 15/390842/KU/18411

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2015
A. DEFINISI HIDROSEFALUS
Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikelserebral, ruang
subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi dan Yuliani, 2001).
Hidrosefalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertmbahnya
cairan serebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intracranial yang meninggi
sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebro spinal
(Ngastiyah,2007).
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif
pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral
selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili
arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan
intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor
(Mualim, 2010).
Jenis Hidrosefalus dapat diklasifikasikan menurut:
1. Waktu Pembentukan
a. Hidrosefalus Congenital, yaitu Hidrosefalus yang dialami sejak dalamkandungan dan
berlanjut setelah dilahirkan
b. Hidrosefalus Akuisita, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah bayidilahirkan atau
terjadi karena faktor lain setelah bayi dilahirkan (Harsono,2006).
2. Proses Terbentuknya Hidrosefalus
a. Hidrosefalus Akut, yaitu Hidrosefalus yang tejadi secara mendadak yang diakibatkan
oleh gangguan absorbsi CSS (Cairan Serebrospinal)
b. Hidrosefalus Kronik, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah cairanCSS mengalami
obstruksi beberapa minggu (Anonim,2007)
3. Sirkulasi Cairan Serebrospinal
a. Communicating, yaitu kondisi Hidrosefalus dimana CSS masih biaskeluar dari
ventrikel namun alirannya tersumbat setelah itu.
b. Non Communicating, yaitu kondis Hidrosefalus dimana sumbatanaliran CSS yang
terjadi disalah satu atau lebih jalur sempit yangmenghubungkan ventrikel-ventrikel
otak (Anonim, 2003).
4. Proses Penyakit
a. Acquired, yaitu Hidrosefalus yang disebabkan oleh infeksi yangmengenai otak dan
jaringan sekitarnya termasuk selaput pembungkusotak (meninges).
b. Ex-Vacuo, yaitu kerusakan otak yang disebabkan oleh stroke atau cederatraumatis
yang mungkin menyebabkan penyempitan jaringan otak atauathrophy (Anonim,
2003).
B. ETIOLOGI HIDROSEFALUS
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat antara
tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang
subarackhnoid. akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya. Penyumbatan
aliran CSS sering terdapat pada bayi dan anak ialah:
1. Kongenital : disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim,atau infeksi
intrauterine meliputi :
 Stenosis aquaductus sylvi
 Spina bifida dan kranium bifida
 Syndrom Dandy-Walker
 Kista arakhnoid dan anomali pembuluh darah
2. Didapat : disebabkan oleh infeksi, neoplasma, atau perdarahan
 Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. secara patologis terlihat
penebalan jaringan piameter dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain.
penyebab lain infeksi adalah toksoplasmosis.
 Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran
CSS. pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV / akuaduktus
sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari cerebelum,
penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.
 Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis
leptomeningfen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjakdi
akibat organisasi dari darah itu sendiri.
C. PATOFISIOLOGI HIDROSEFALUS
Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid,
ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek
garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita
yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun
ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses
dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung
pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency. Pada bayi dan
anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa
cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang
pada perabaan.Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks)
menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel lateral dan tengah, pelebaran ini menyebabkan
kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan
Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di
luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi
sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klein dengan type hidrosephalus diatas akan
mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara
disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi ekspansi
masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum ventrikjel
cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada
hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam
dan ketiadaan absorbsi total akan menyebabkankematian.
Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang pada
didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral cukup untuk
mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.
Pathway HIDROSEFALUS

D. MANIFESTASI KLINIS HIDROSEFALUs


Manifestasi klinis Hidrosefalus dibagi menjadi 2 yaitu : anak dibawah usia 2 tahun, dan
anak diatas usia 2 tahun.
1. Hidrosefalus dibawah usia 2 tahun
a. Sebelum usia 2 tahun yang lebih menonjol adalah pembesaran kepala.
b. Ubun-ubun besar melebar, terba tegang/menonjol dan tidak berdenyut.
c. Dahi nampak melebar dan kulit kepala tipis, tegap mengkilap dengan pelebaran vena-
vena kulit kepala.
d. Tulang tengkorak tipis dengan sutura masih terbuka lebar cracked pot sign yakni bunyi
seperti pot kembang yang retak pada perkusi.
e. Perubahan pada mata.
 bola mata berotasi kebawah olek karena ada tekanan dan penipisan tulang supra
orbita. Sclera nampak diatas iris, sehingga iris seakan-akan seperti matahari yang
akan terbenam
 strabismus divergens
 nystagmus
 refleks pupil lambat
 atropi N II oleh karena kompensi ventrikel pada chiasma optikum
 papil edema jarang, mungkin oleh sutura yang masih terbuka.
2. Hydrochepalus pada anak diatas usia 2 tahun.
Yang lebih menonjol disini ialah gejala-gejala peninggian tekanan intra kranial oleh
karena pada usia ini ubun-ubun sudah tertutup

E. KOMPLIKASI HIDROSEFALUS
1. Peningkatan tekanan intrakranial
2. Kerusakan otak
3. Infeksi:septikemia,endokarditis,infeksiluka,nefritis,meningitis,ventrikulitis,abses otak.
4. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik.
5. Hematomi subdural, peritonitis,adses abdomen, perporasi organ dalam rongga
abdomen,fistula,hernia, dan ileus.
6. Kematian

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG HIDROSEFALUS


1. Pemeriksaan fisik: Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran ini penting
untuk melihat pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal dan
transiluminasi.
2. Pemeriksaan darah: Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal: Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat
perdarahan atau meningitis untuk mengetahui kadar protein dan menyingkirkan
kemungkinan ada infeksi sisa
4. Pemeriksaan radiologi:
 X-foto kepala: tampak kranium yang membesar atau sutura yang melebar.
 USG kepala: dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup.
 CT Scan kepala: untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel dan sekaligus
mengevaluasi struktur-struktur intraserebral lainnya
G. PENTALAKSANAAN MEDIS HIDROSEFALUS
1. Pencegahan
Untuk mencegah timbulnya kelainan genetic perlu dilakukan penyuluhan genetic,
penerangan keluarga berencana serta menghindari perkawinan antar keluarga dekat.
Proses persalinan/kelahirandiusahakan dalam batas-batas fisiologik untuk menghindari
trauma kepala bayi. Tindakan pembedahan Caesar suatu saat lebih dipilih dari pada
menanggung resiko cedera kepala bayi sewaktu lahir.
2. Terapi Medikamentosa
Hidrosefalus dewngan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi pada umumnya
tidak memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid dengan dosis 25 – 50
mg/kg BB. Pada keadaan akut dapat diberikan menitol. Diuretika dan kortikosteroid
dapat diberikan meskipun hasilnya kurang memuaskan. Pembarian diamox atau
furocemide juga dapat diberikan. Tanpa pengobatan “pada kasus didapat” dapat sembuh
spontan ± 40 – 50 % kasus.
3. Pembedahan :
Tujuannya untuk memperbaiki tempat produksi LCS dengan tempat absorbsi.
Misalnya Cysternostomy pada stenosis aquadustus. Dengan pembedahan juga dapat
mengeluarkan LCS kedalam rongga cranial yang disebut : Ventrikulo Peritorial Shunt
dan Ventrikulo Adrial Shunt
Untuk pemasangan shunt yang penting adalajh memberikan pengertian pada
keluarga mengenai penyakit dan alat-alat yang harus disiapkan (misalnya : kateter
“shunt” obat-obatan darah) yang biasanya membutuhkan biaya besar.
Pemasangan pintasan dilakukan untuk mengalirkan cairan serebrospinal dari
ventrikel otak ke atrium kanan atau ke rongga peritoneum yaitu pintasan ventrikuloatrial
atau ventrikuloperitonial.
Pintasan terbuat dari bahan bahansilikon khusus, yang tidak menimbulkan raksi
radang atau penolakan, sehingga dapat ditinggalkan di dalam yubuh untuk selamanya.
Penyulit terjadi pada 40-50%, terutama berupa infeksi, obstruksi, atau dislokasi.
4. Terapi
Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :
a. Mengurangi produksi CSS
b. Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi
c. Pengeluaran likuor ( CSS ) kedalam organ ekstrakranial.

H. ASUHAN KEPERAWATAN HIDROSEFALUS


1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Riwayat penyakit / keluhan utama : Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah
apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
2) Riwayat Perkembangan
 Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis
keras atau tidak.
 Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku. Apakah pernah terjatuh dengan
kepala terbentur.
 Keluhan sakit perut.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi : Anak dapat melihat keatas atau tidak, Pembesaran kepala, dahi menonjol
dan mengkilat. Sertas pembuluh darah terlihat jelas.
2) Palpasi
 Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
 Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga fontanela
tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
3) Pemeriksaan Mata
 Akomodasi.
 Gerakan bola mata.
 Luas lapang pandang
 Konvergensi.
Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas.
Stabismus, nystaqmus, atropi optic.
c. Observasi Tanda-Tanda Vital
 Peningkatan sistole tekanan darah.
 Penurunan nadi / Bradicardia.
 Peningkatan frekwensi pernapasan.
2. Diagnosa, Noc, dan NIC
DIAGNOSA
NO TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN

1. Resiko perubahan perfusi Tidak terjadi perubahan a. Kaji faktor penyebab dari keadaan
serebral berhubungan dengan perfusi serebral dengan individu, penurunan perfusi jaringan dan
penurunan aliran darah keotak kriteria : tidak terdapat kemungkinan penyebab peningkatan
akibat gangguan keseimbangan tanda-tanda peningkatan TIK.
cairan serebrospinalis dan aliran tekanan intrakranial.
darah otak.

Faktor resiko:

 Hasil CT-Scan severe


b. Monitor tanda-tanda vital tiap 4 jam.
hidrosefalus
 Pemasangan VP shunt

c. Pertahankan kepala/leher pada posisi


yang netral, usahakan dengan sedikit
bantal. Hindari penggunaan bantal yang
tinggi pada kepala.
d. Kurangi rangsangan ekstra dan berikan
rasa nyaman seperti massase punggung,
lingkungan yang tenang, sentuhan yang
ramah dan suasana atau pembicaraan
yang tidak gaduh.

e. Observasi tingkat kesadaran dengan


GCS
2. Ketidakseimbangan nutrisi: Memperlihatkan status a. Berikan klien makan dengan posisi
kurang dari kebutuhan tubuh gizi yang adekuat dengan semi fowler dan berikan waktu yang
berhubungan dengan intake yang kriteria : selera makan cukup untuk menelan.
kurang. meningkat, berat badan b. Pertahankan kebersihan mulut dengan
meningkat. baik sebelum dan sesudah mengunyah
makanan.
c. Timbang berat badan pasien saat ia
bangun dari tidur dan setelah berkemih
pertama.

d. Konsultasikan dengan ahli gizi


mengenai kebutuhan kalori harian yang
realistis dan adekuat.
3. Keterlambatan pertumbuhan dan Anak akan menunjukan : a. Kaji perkembangan anak dan
perkembangan berhubungan pertumbuhan yang keadekuatan asupan nutrisi
dengan proses penyakit diharapkan, maturasi fisik
akan berkembang normal,
perkembangan yang
meningkat sedikit demi
sedikit sesuai dengan b. Berikan aktifitas yang sesuai, menarik
tahapan usia dan dapat dilakukan oleh anak

c. Ajarkan pada orang tua untuk


memberikan stimulus pada anak sesuai
dengan usia dan kemampuan anak
d. Pantau kecenderungan penurunan dan
kenaikan berat badan
e. Rujuk keahli gizi untuk penyuluhan dan
perencanaan diet
4. Hambatan mobilitas fisik Memperlihatkan tidak a. Kaji keterbatasan aktifitas dan
berhubungan dengan mengalami gangguan pada penyebabnya
keterlambatan tumbuh kembang mobilitas dengan kriteria : b. Ubah posisi secara sering bila tirah
serta penurunan kekuatan dan kordinasi, pergerakan baring, dukung bagian mana yang sakit
massa otot. sendi dan otot tidak
mengalami gangguan.

c. Berikan pijatan pada kulit, pertahankan


kebersihan

d. Lakukan mobilisasi secara bertahap

e. Bantu dan anjurkan keluarga untuk


melakukan latihan rentang gerak pada
klien
5. Resiko gangguan integritas kulit Menunjukan tidak ada a. Observasi terhadap tanda-tanda
berhubungan dengan imobilisasi gangguan pada integritas kerusakan integritas kulit.
kulit dengan kriteria :
tidak ada tanda atau gejala b. Mobilisasi klien (miring kekanan dan
infeksi, tidak ada lesi. kekiri) tiap 4 jam

c. Jagalah kebersihan dan kerapihan


tempat tidur
6. Resiko infeksi berhubungan Tidak terjadi infeksi a. Pantau tanda-tanda infeksi( letargi,
dengan pemasangan VP shunt nafsu makan menurun, ketidakstabilan,
perubahan warna kulit, demam,
tachikardi)
b. Lakukan rawat luka
c. Pantau asupan nutrisi
d. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik
DAFTAR PUSTAKA

Mc Closky & Bulechek. (2013). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of
America:Mosby.

Meidian, JM. (2013). “Nursing Outcomes Classification (NOC).United States of


America:Mosby.

Mualim. 2010. Askep Hidrosefalus. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012


http://mualimrezki.blogspot.com/2010/12/askep-hydrocephalus.html

Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan BAyi dan Anak (untuk perawat dan bidan). Jakarta:
Salemba Medika.

Price,Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi;Konsep klinis proses-proses penyakit,Jakarta;EGC.

Riyadi. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu

Saharso. 2008. Hydrocephalus. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012


http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0
&pdf=&html=061214-sykj201.htm

Vanneste JA. Diagnosis and management of normal-pressure hydrocephalus. J. Neurol, 2000 ;


247 : 5-14.

Anda mungkin juga menyukai