Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Manajemen dan Ekonomi Microdata Kendari

Vol.2 No.7 Maret 2018


ISSN No. 2597-4173

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF TERHADAP PENINGKATAN


KINERJA PEMERINTAH DAERAH
(STUDI PADA PEMERINTAH KELURAHAN SABILAMBO)

LA ODE ASRUN AZIS R.

UNIVERSITAS SEBELAS NOVEMBER KOLAKA

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan menganalisis Pengaruh gaya
kepemimpinan partisipatif langsung terhadap peningkatan kinerja pemerintahan daerah dan Pengaruh
gaya kepemimpinan partisipatif tidak langsung terhadap peningkatan kinerja pemerintahan daerah. Hasil
penelitian diperoleh bahwa Hasil analisis menunjukkan bahwa partisipasi langsung secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah, partisipasi tidak langsung secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah. Secara simultan, partisipasi langsung dan
partisipasi tidak langsung berpegaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja pemerintah daerah,
dengan demikian hipotesis penelitian dapat dibuktikan. Partisipasi langsung yang terdiri dari
pendidikan, kemampuan kerja, keterampilan dan pengalaman dapat menunjang terwujudnya
peningkatan kinerja pemerintah daerah, tetapi pendidkan masih harus ditingkatkan melalui pengetahuan
terhadap pekerjaan, lebih mampu bekerja, terampil dalam melaksanakan pekerjaan dan berpengalaman
sehingga bawahan dapat meningkatkan kinerjanya jika diabaikan bahwa upaya untuk meningkatkan
kinerja pemerintah daerah tidak dapat diwujudkan. Partisipasi tidak langsung memberikan kesempatan
kepada bawahan untuk dipercaya dan dapat kerja sama dengan pimpinan, namun jika kesempatan
tersebut diabaikan maka akan mempengaruhi kinerja bawahan yang tidak dapat dipecaya dan tidak dapat
bekerja sama

PENDAHULUAN
Sikap partisipatif mendorong terwujudkan peningakatan pelayanan masyarakat Kelurahan
Sabilambo dengan tujuan, pemerataan pendidikan, peningkatan kualitas kesehatan keluarga,
peningkatan keamanan dan ketertiban, mewujudkan kedaulatan politik masyarakat dalam Kelurahan
Sabilambo dan menwujudkan kepribadian kebangsaan masyarakat Kelurahan Sabilambo yang pada
gilirannya akan meningkatkan kinerja aparatur pemerintahana di kelurahan Sabilambo Kecamatan
Kolaka Kabupaten Kolaka.
Upaya pencapaian tujuan pemerintah, dihadapkan dengan berbagai permasalahan dan
keterbatasan kepemimpinan serta rendahnya kualitas sumber manusia dengan latar belakang pendidikan,
pengalaman dan keterampilan serta kemampuan kerja yang tidak memadai serperti kepala kelurahan
yang berlatar belakang pendidikan ahli kesehatan dan hukum yang memimpin Kelurahan Sabilambo
saat ini yang menunjukkan adanya keberpihakan dalam pemerintahan dan memberikan kewenangan
kepada pejabat kelurahan yang tidak memiliki kapasitas pemimpin tetapi menjadikan pemerintahan
kelurahan Sabilambo sebagai wadah pembelajaran yang nantinya memberikan keuntungan sepihak dan
menimbulkan konflik dalam pemerintahan kelurahan Sabilambo. Hal ini berdampak pada kinerja aparat
yang tidak dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dan pada gilirannya akan
mempengaruhi penyelenggaraan pemerintahan di kelurahan Sabilambo.
Disisi lain masyarakat sangat mengharapkan adanya pelayanan yang baik dalam pemerintahan,
salah satu sisinya adalah adanya pelayanan administrasi yang efektif dan efisien, namun karena gaya
kepemimpinan yang diterapkan adalh tidak partisipatif, maka dengan sendiri pelayanan administrasi
manjdi tidak efektif. Oleh karena itu dibutuhkan adanya gaya kepemimpinan partisipatif dengan
pendekatan masyarakat dan staf untuk mendorong terwujudnya pemerintahan kelurahan yang
berkualitas guna meningkatkan kinerja pada masa mendatang

TINJAUA PUSTAKA

Kinerja (Performance)
Denhardt Janet dan Robert B. Denhardt (2003 : 110) mengemukakan bahwa kinerja pelayanan publik
di Indonesia yang masih terlihat belum professional memang tidak terjadi begitu saja sebagai suatu yang
dapat dibenarkan (taken for granted), namun merupakan konsekuensi dari adanya desain birokrasi
Indonesia yang memang tidak dipersiapkan sebagai ‘pelayanan masyarakat’ [public service].
Kinerja merupakan suatu kesuksesan seseorang didalam melaksanakan suatu pekerjaan, dan
dipertegas lagi oleh Lawler dan Poter yang menyatakan bahwa kinerja adalah kemampuan peran dalam
mencapai hasil (succesfull role achievment) yang diperoleh seseorang dari perbuatan-perbuatannya
(As’ad, 1997 : 46-47).
Dari batasan tersebut As’ad menyimpulkan bahwa kinerja adalah hasil yang dicapai seseorang
menurut ukuran yang berlaku untuk suatu pekerjaan yang bersangkutan. Hal tersebut sejalan dengan
Dharma (1993 : 30-31) yang menyatakan bahwa kinerja adalah hasil yang dicapai atau sesuatu yang
dikerjakan berupa produk maupun jasa yang diberikan oleh seseorang atau kelompok orang.
Suprianto (2000 : 7) mengatakan bahwa kinerja adalah kemampuan kerja seseorang dalam
melaksanakan setiap pekerjaan yang dilakukannya. Kinerja merupakan bagian penting dari
produktivitas, jika kinerja seorang karyawan baik, maka dengan sendirinya produktivitasnya akan
meningkat dan sebaliknya.
Vroom dalam As’ad (1997 : 48) mengemukakan bahwa
Tingkat sejauh mana keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan pekerjaan disebut tingkat
kemampuan kerja (level of performance). Biasanya orang yang level of performance-nya tinggi disebut
sebagai orang yang produktif dan sebaliknya orang yang levelnya tidak mencapai standar dikatakan
sebagai tidak produktif.
Swasto (1996 : 30) mengemukakan bahwa
Kinerja merupakan sarana penentu dalam suatu proses untuk mencapai tujuan organisasi, dengan
demikian kinerja harus merupakan sesuatu yang dapat diukur berdasarkan ukuran tertentu dan dalam
kesatuan waktu.
Handoko (1995 : 135) mengemukakan bahwa
Kinerja adalah proses melalui kerja karyawan. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan
personalia dan memberikan umpan balik kepada karyawan tentang pelaksanaan tugas mereka.
Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan
seseorang dengan mengutamakan pendidikan, keterampilan, dan pengalaman pada bidang pekerjaan
masing-masing (Veithzal Rivai, 2005 : 309).
Pengukuran kinerja (performance measurement) adalah suatu proses penilaian kemajuan
pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas;
efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan jasa; hasil
kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan.
(Robertson, 2002)
Lohman (dalam BPKP, 2000) memberikan pengertian bahwa pengukuran kinerja merupakan
suatu aktivitas penilaian pencapaian target-target tertentu yang diderivasi dari tujuan strategi organisasi.
Whittaker (dalam BPKP, 2000) menjelaskan bahwa pengukuran kinerja merupakan suatu alat
manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas
Metode pengukuran yang berorientasi terpusatkan pada kinerja karyawan diwaktu yang akan
datang melalui pengukuran potensi karyawan atau penetapan sasaran-sasaran kinerja dimasa mendatang.
Metode-metode yang dapat digunakan adalah :
a. Penilaian Diri, metode ini berguna bila tujuan evaluasi untuk melanjutkan pengembangan diri.
b. Penilaian Psikologis, pengukuran ini pada umumnya terdiri dari wawancara mendalam, test-test
psikologis, diskusi dengan atasan langsung dan tinjauan ulang (review) dengan evaluasi lainnya.
c. Pendekatan manajemen berdasarkan obyek Management By Objektif (MBO), dalam pendekatan ini
setiap karyawan dan atasan secara bersama-sama menetapkan tujuan atau sasaran pelaksanaan kerja
diwaktu yang akan datang.
Asosiasi DPRD Seluruh Indonesia (2003:7) mengemukakan bahwa indikator kinerja sangat
diperlukan dalam sebuah organisasi. Melalui indikator yang jelas, pengukuran kinerja dapat dilakukan
dengan baik. Indikator kinerja tersebut antara lain :
1) Membantu memperjelas sasaran organisasi
2) Membantu evaluasi hasil dari kegiatan pemerintah
3) Sebagai input bagi program insentif
4) Memungkinkan konsumen untuk membuat pilihan berdasarkan informasi yang jelas
5) Memberikan indikasi standar kinerja untuk pelayanan yang dikontrakan atau diprivatisasi.
6) Memberikan indikasi tentang keefektifan dari berbagai pelayanan terhadap pencapaian suatu
kebijkan.
7) Sebagai indikator awal untuk melakukan investigasi dan tindakan perbaikan
8) Membantu menentukan tingkat pelayanan
9) Memberikan indikasi kemungkinan penghematan.
Menurut Gordon (dalam Rahim, 1993:134) mendefinisikan “Performance was a function
employee’s ability, acceptance of goals, level of the goals and the interaction of the gol with their ability”
definisi ini mengungkapkan bahwa kinerja mengandung empat elemen utama, yaitu; (1) kemampuan
(2) penerimaan tujuan-tujuan dalam organisasi (3) tingkatan tujuan-tujuan yang dicapai, dan (4)
interaksi antara tujuan dengan kemampuan anggota tersebut.
Definisi tentang kinerja yang dikemukakan oleh Suyadi (1999) merupakan hasil kerja yang dicapai
oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dengan wewenang dan tanggung
jawab masing-masing dalam rangka mencapa tujuan organisassi yang bersangkutan sesuai dengan
moral dan etika. selanjutnya dikemukakan pula beberapa faktor yang perlu ditelaah dalam penilaian
kinerja seseorang atau sekelompok orang antara lain; (1) pengetahuan tentang tugas atau pekerjaan
dan kemampuan, membuat perencanaan dan jadwal tugas atau pekerjaan (2) pengetahuan tentang
standar mutu pekerjaan yang dipersyaratkan, dan (3) produktivitas yang berkaitan dengan jumlah
hasil yang dapat diselesaikan dan kemampuan berkomunikasi baik dengan atasan maupun sesama
karyawan. Definisi tersebut memperlihatkan bahwa masing-masing elemen secara teoritis turut
berpengaruh terhadap kinerja seseorang. Seorang individu tidak akan mampu bekerja dengan baik,
jika ia memiliki kemampuan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut. Meskipun pekerjaan itu selesai
dikerjakannya namun tidak akan membuahkan hasil yang memuaskan, oleh sebab itu unsur
pengetahuan, terutama pengetahuan tentang bidang tugas yang dikerjakannya, sangat penting bagi
orang tersebut.
Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan salah satu topik yang sangat menarik dalam dunia industri dan
organisasi. Apalagi di tengan perubahan lingkungan organisasi yang begitu dinamis. Semakin banyak
perubahan yang terjadi, maka kepemimpinan-pun semakin dibutuhkan (Kotter,1990; Bennis,2000)
Kepemimpinan merupakan factor penting dalam organisasi, karena kemampuan seorang pemimpin
dalam mempengaruhi karyawannya menjadi factor dominant yang menentukan sukses tidaknya suatu
organisasi karenan pemimpinlah yang menjadi kordinator, motivator, dan katalis yang akan membawa
organisasi pada puncak keberhasilan. Oleh karena itu orang selalu mengasosiasikan kegagalan atau
keberhasilan organisasi dengan pemimpinnya baik itu di perusahaan, lembaga pemerintah, swasta
maupun badan social (Anthony, 1999; Daft, 1999).
Hasibuan (2001:198) mengemukakan bahwa pemimpin adalah seseorang yang
mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya untuk mengarahkan orang lain serta bertanggu
jawab atas pekerjaan orang tersebut dalam mencapai suatu tujuan. Seorang pemimpin memiliki
keinginan untuk memimpin dan menetapkan standar prestasi yang lebih besar bagi dirinya sendiri.
Pemimpin adalah orangnya sedangkan kepemimpinan adalah gaya dalam melakukan tugas-tugasnya.
Hasibuan (2001:201) mengemukakan bahwa pemimpin merupakan seseorang yang mampu
menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri orang lain atau bawahannya.
Dikatakan bahwa seorang pemimpin yang modern haruslah orang yang religius dalam artian menerima
kepercayaan etis dan moral secara kumulatif.
Sihotang (2007:257) mendefinsikan pemimpin sebagai seseorang yang memiliki kemampuan
dalam arti mampu untuk mempengaruhi perilaku orang lain dan kelompok tanpa menghiraukan bentuk
alasannya. Pemimpin disebut berhasil jika mampu melaksanakan tiga hal penting yaitu :
1) Mampu mengantisipasi perubahan yang tiba-tiba pada proses pengelolaan organisme
2) Berhasil melakukan koreksi dan perbaikan pada kelemahan-kelemahan yang timbul dalam
organisasi.
3) Mampu membawa organisasi kepada sasaran yang dituju.
Terry (2006:196) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan-kegiatan untuk
mempengaruhi orang agar mau bekerja sama untuk mencapai tujuan. Sementara itu Michael Baccoby
(Hasibuan, 2001:199) mengemukakan bahwa kepemimpinan mengandung unsur sikap dan perilaku
yang merupakan kemampuan pribadi untuk menegaskan keputusan yang memberi nilai terhadap upaya
pencapaian tujuan organisasi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji pengaruh gaya kepemimpinan partisipatif terhadap
peningkatan kinerja pemerintah daerah yang dilakukan di KeKelurahan Sabilambo Kecamatan Kolaka
Kabupaten Kolaka, didesain dengan metode total sampling, yaitu untuk menganalisis pengaruh gaya
kepemimpinan partisipatif yang terdiri dari partisipatif langsung dan partisipatif tidak langsung
terhadap peningkatan kinerja pemerintah daerah
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel gaya kepemimpinan partisipatif
yang terdiri dari partisipatif langsung dan partisiaptif tidak langsung terhadap kinerja pemerintah daerah
dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dengan dua prediktor sebagai berikut :
Y  a  b1 X 1  b2 X 2  e (Sugiyono, 2006:243)
Keterangan :
Y = Kinerja pemerintah daerah
a = Konstanta
b1, b2 = Koefisien regresi dari variabel independent
X1 = Paertisipatif langsung
X2 = Paertisipatif tidak langsung
e = Tingkat kesalahan
2. Struktur Hubungan Variabel
Dalam dalam penelitian ini struktur hubungan untuk membuktikan hipotesis penelitian disajikan
pada gambar berikut :
Gambar 3
Paradigma Hipotesis Penelitian

X1 h.X1
hX1 X2 Y

hX2
X2

Rancangan Uji Hipotesis


Dalam penelitian ini hipotesis yang dikemukakan diuji partial (Uji t) dan uji simultas (Uji F).
1) Uji t (Partial Test)
Uji t diukur dengan rumus berikut :
r n2
t hitung  (Sugiyono, 2006:214)
1 r2
Keterangan :
n = jumlah sampel
r = korelasi
a) Kriteria pengujian
Jika thitung lebih besar dari ttabel, maka ha diterima dan ho ditolak
Jika thitung lebih kecil dari ttabel, maka ha ditolak dan ho diterima

b) Hipotesis Uji Parsial


1) Ha (X1) = 1 maka hipotesis X1 diterima
Ho (X1) = 0 maka hipotesis X1 ditolak
2) Ha (X2) = 1 maka hipotesis X2 diterima
Ho (X2) = 0 maka hipotesis X2 ditolak
3) Ha (X1, X2) = 1 maka hipotesis X1 diterima
Ho (X1, X2) = 0 maka hipotesis X1 ditolak

2) Uji F (Simultant Test)


Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel gaya kepemimpinan partisipatif langsung
(X1) dan partisipatif langsung (X2) terhadap kinerja pemerintah daerah (Y). uji F dihitung sebagai
berikut :
VB
Fhitung  (Sugiyono, 2006:232)
VK
Keterangan :
VB = Varian terbesar
VK = Varian terkecil
a) Kriteria pengujian
Jika Fhitung lebih besar dari Ftabel, maka ha diterima dan ho ditolak
Jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel, maka ha ditolak dan ho diterima
b) Hipotesis Uji Parsial
1) Ha (X1) = 1 maka hipotesis X1 diterima
Ho (X1) = 0 maka hipotesis X1 ditolak
2) Ha (X2) = 1 maka hipotesis X2 diterima
Ho (X2) = 0 maka hipotesis X2 ditolak
3) Ha (X1, X2) = 1 maka hipotesis X1 diterima
Ho (X1, X2) = 0 maka hipotesis X1 ditolak

HASIL PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan pada Kelurahan Sabilambo Kecamatan Kolaka untuk mengetahui
pengaruh gaya kepemimpinan partisipatif terhadap peningkatan kinerja pemerintah daerah dianalisis
dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dengan bantuan program SPSS Versi 14 diperoleh
hasil yang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.9 Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Variabel Bebas Koefisien Standar t hitung Signifikan t r
Regresi Error (Stat) Partial
(B)
Partisipasi (X1) 0.473 0.064 2.739 0.046 0.497
Partisipasi tidak langsung 0.374 0.125 2.994 0.004 0.369
(X2)
Konstanta (a) 0.953
Adjusted R Square 0.844
R Square 0.849
Multiple R 0.922
FRatio/FHitung 160.827
Sumber : Hasil Uji
Hasil analisis regresi linear berganda yang disajikan pada tabel 5.9 menunjukkan persamaan
regresi sebagai berikut : Y  0,953  0,473 X 1  0,374 X 2  2.516 .
Nugroho (2005:43) mengemukakan bahwa regresi bertujuan untuk menguji hubungan pengaruh
antara satu variabel terhadap variabel lain. Variabel yang dipengaruhi disebut variabel tergantung atau
dependen, sedang variabel yang mempengaruhi disebut variabel bebas atau variabel independen. Dari
hasil analisis regresi dapat dijelaskan pengaruh variabel X terhadap variabel Y sebagai berikut :
1. Nilai a merupakan nilai konstan yang berarti jika variabel-variabel independen dianggap konstan,
maka kinerja pemerintah daerah sebesar 0,953 menunjukkan bahwa jika segala sesuatu pada
variabel independen dianggap konstan, maka kinerja pemerintah daerah adalah sebesar 0,953
2. Variabel partisipasi langsung (X1) berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah daerah (Y)
dengan koefisien regresi sebesar 0,473 yang berarti bahwa jika partisipasi langsung ditingkatkan
sebesar satu satuan, maka akan meningkatkan kinerja pemerintah daerah, maksudnya jika tindakan
partisipasi langsung ditingkatkan, maka akan meningkatkan kinerja pemerintah daerah sebesar
47,3%
3. Variabel partisipasi tidak langsung (X2) berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah daerah (Y)
dengan koefisien regresi sebesar 0,374 yang berarti bahwa jika partisipasi tidak langsung
ditingkatkan satu satuan, maka akan meningkatkan kinerja pemerintah daerah, maksudnya jika
paertisipsi tidak langsung ditingkatkan melalui kepercayaan dan kerja sama maka akan
meningkatkan kinerja pemerintah daerah sebesar 37,4%
1. Hasil Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang dilakukan untuk membuktikan hipotesis digunakan uji parsial dan uji
simultan. Menurut Nugroho (2005:54) uji parsial dilakukan untuk mengetahui besarnya
pengaruh masing-masing variabel independen secara individu terhadap variabel dependen yang
dapat dilihat pada tabel Coefficients . Selain itu uji simultan (Uji F) bertujuan untuk mengetahui
pengaruh bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen yang dapat dilihat
pada tabel Anova. Terlampir.
2. Uji Partial (Uji-t)
Hasil uji parsial dari variabel partisipasi langsung (X1) diperoleh nilai thitung sebesar 2.739
dengan signifikan α = 0,046 < 0,05 yang berarti bahwa variabel partisipasi langsung (X1) memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah (Y) dengan nilai parsial (r) sebesar 0,497
yang berarti bahwa 49,7% peningkatan kinerja pemerintah daerah dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan
partisipatif melalui partisipasi langsung..
Hasil uji variabel partisipasi tidak langsung (X2) diperoleh nilai thitung sebesar 2.994 dengan
signifikansi α = 0,004< 0,05 yang berarti bahwa variabel partisipasi tidak langsung memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah (Y) dengan nilai parsial (r) sebesar 0,369 yang
berarti bahwa 36,9% peningkatan kinerja pemerintah daerah dipengaruhi gaya kepemimpinan
partisipatif melalui partisipasi tidak langsung..
i. Uji Simultan (Uji-F)
Hasil uji simultan yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan
partisipatif yang terdiri dari variabel partisipasi langsung (X1) dan partisipasi tidak langsung (X2) secara
bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah (Y) dengan nilai Fhitung sebesar 160.827
dengan signifikan α = 0,000 < 0,05. Koefisien determinasi (r 2) bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen (Nugroho, 2005:50) Dari hasil
uji diperoleh nilai koefisien determinasi (r2) sebesar 0,849 yang berarti bahwa 84,9% peningkatan
kinerja pemerintah daerah pada Kelurahan Sabilambo dijelaskan oleh gaya kepemimpinan partisipatif
yang terdiri dari partisipasi langsung dan partisipasi tidak langsung. Selain itu koefisien korelasi
menunjukkan bahwa nilai korelasi (r) sebesar 0,922 yang berarti bahwa antara variabel partisipasi
langsung dan partisipasi tidak langsung dengan peningkatan kinerja pemerintah daerah terdapat
hubungan yang sangat kuat dimana nilai r mendekati 1.

Pembahasan
Penelitian yang dilakukan pada Kelurahan Sabilambo Kecamatan Kolaka Kabupaten Kolaka,
mengkaji tentang pengaruh gaya kepemimpinan partisipatif terhadap kinerja pemerintah daerah. Hasil
penelitian diperoleh bahwa gaya kepemimpinan partisipatif berpengaruh signifikan terhadap
peningkatan kinerja pemerintah daerah. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi langsung dan partisipasi
tidak langsung merupakan faktor penentu dalam peningkatan kinerja pemerintah daerah pada Kelurahan
Sabilambo.
a) Pengaruh partisipasi langsung dalam penelitian ini diperkuat dengan dimensi-dimensi variabel yang
terdiri dari pendidikan, kemampuan kerja, keterampilan kerja dan pengalaman kerja.
Hasil analisis deskriptif menggambarkan bahwa aparatur pada kelurahan Sabilambo
melaksanakan tugas kerja dengan baik, artinya mereka bekerja sesuai dengan kemampuan dan
keterampilan yang dipadukan untuk menyelesaikan pekerjaan dan bekerja dengan tepat waktu. Hasil
analisis regresi linear berganda diperoleh bahwa partisipasi langsung mempengaruhi kinerja
pemerintah daerah melalui pendidikan, kemampuan kerja, keterampilan dan pengalaman kerja.
b) Partisipasi tidak langsung dalam penelitian ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan kinerja pemerintah daerah. Partisipasi tidak langsung terdiri dari dimensi kepercayaan
dan kerja sama. Hasil analisis dengan analisis deskriptif diperoleh gambaran bahwa partisipasi tidak
langsung pada kelurahan Sabilambo merupakan gaya kepemimpinan partisipatif yang memberikan
kepercayaan dan bekerja sama dengan bawahan . Hasil analisi regresi linear berganda diperoleh
bahwa partisipasi tidak langsung mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan
kinerja pemerintah daerah.
c) Peningkatan kinerja pemerintah daerah dalam penelitian ini merupakan tujuan dari efektivitas
kegiatan aparat Kelurahan Sabilambo. Hasil analisis deskriptif menggambarkan kinerja pemerintah
daerah berdasarkan dimensi tujuan dimana hasil kerja yang capai dan efektif sesuai dengan rencana
yang ditetapkan menunjukkan bahwa hasil kerja dengan rencana kerja yang ditetapkan. Hasil kerja
yang dicapai adalah pelayanan administrasi pemerintahan dan pelayanan masyarakat di Kelurahan
Sabilambo
Dengan demikian hasil penelitian ini diperoleh bahwa gaya kepemimpinan partisipatif kepala kelurahan
Sabilambo memiliki pengaruh yang dapat meningkatkan kinerja pemerintah daerah melalui pendidikan,
kemampuan kerja, keterampilan dan pengalaman dalam memimpin serta memberikan kepercayaan dan
kerja sama dengan bawahan yang pada gilirannya akan dapat mewujudkan pemerintahan yang pada
sebagai bagian dari tujuan peningkatan kinerja pemerintah daerah pada masa mendatang

KESIMPULAN
1. Hasil analisis menunjukkan bahwa partisipasi langsung secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap kinerja pemerintah daerah, partisipasi tidak langsung secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap kinerja pemerintah daerah. Secara simultan, partisipasi langsung dan partisipasi tidak
langsung berpegaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja pemerintah daerah, dengan demikian
hipotesis penelitian dapat dibuktikan.
2. Partisipasi langsung yang terdiri dari pendidikan, kemampuan kerja, keterampilan dan pengalaman
dapat menunjang terwujudnya peningkatan kinerja pemerintah daerah, tetapi pendidkan masih harus
ditingkatkan melalui pengetahuan terhadap pekerjaan, lebih mampu bekerja, terampil dalam
melaksanakan pekerjaan dan berpengalaman sehingga bawahan dapat meningkatkan kinerjanya jika
diabaikan bahwa upaya untuk meningkatkan kinerja pemerintah daerah tidak dapat diwujudkan.
Partisipasi tidak langsung memberikan kesempatan kepada bawahan untuk dipercaya dan dapat
kerja sama dengan pimpinan, namun jika kesempatan tersebut diabaikan maka akan mempengaruhi
kinerja bawahan yang tidak dapat dipecaya dan tidak dapat bekerja sama.
Rekomendasi
Untuk meningkatkan partisipasi langsung, maka pimpinan diharapkan untuk dapat bekerja dan
melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab dan berpartisipasi langsung dalam organisasi kerja
Kelurahan sabilambo, sehingga meningkatkan kinerja pemerintah dan untuk meningkatkan partisipasi
tidak langsung pada Kelurahan Sabilambo, maka pimpinan kelurahan Sabilambo diharapkan dapat
meningkatkan kinerja bawaha serta memberikan kepercayaan dan kerja sama dengan bawahan untuk
meningkatkan kinerja pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan pada masa mendatang

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S. Rucki, 2001; Sistem Manajemen Kineja, Performance Management System, Panduan
Praktis Untuk Merancang Kinerja Prima, Cetakan Pertama, PT. Gramedia Pustaka Utama
Jakarta
Anthony, W.P, Parrewe, 1999, Strategi Human Research Management, Secound Edition Orlando,
Harcourt Brace and Company Gibson, 2000, Kepemimpinan (Leadership), Edisi
Terjemahan, Jakarta, Erlangga
As’ad, 1997 , Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, Rineka Cipta
Asosiasi DPRD Seluruh Indonesia 2003, Pengukuran Kinerja Pemerintahan Jakarta, DPR-RI
Bateman dkk, 1992, Productivity in Public and Nonprofit Organizations: Strategies and Techniques.
SAGE Publications, California, USA
Bennis W. 2000, Menjadi Pemimpin Dari Para Pemimpin, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama
Blanchard & Zigarmi, 2001; Yukl.2005 Perilaku Organisasi,Yogyakarta. Andi Offset,
Benardin, H John & Russel AA 1993, Human Resources Management, An Experimental Approach, Mc
Goww-Hill International Edition, Mc Graww-Hill Book Co. Singapore
Denhardt Janet dan Robert B. Denhardt,2003, Manajemen Pelayanan, Bumi Aksara, Jakarta
Dharma, 1993 Perencanaan Tenaga Kerja, Yogyakarta, Liberty
Dwiyanto, 1995. A Comparative Research Project on Rural Public Service and Local Level Civil Service
Reforms, Centre for Population and Policy Studies, UGM Dwiyanto, 1995. A Comparative
Research Project on Rural Public Service and Local Level Civil Service Reforms, Centre
for Population and Policy Studies, UGM
Gibson, 2000, Kepemimpinan (Leadership), Edisi Terjemahan, Jakarta, Erlangga
Gibson, 1995, Kepemimpinan (Leadership), Jakarta, Bina Aksaran
Gibson dan Donnelly, 1988. Organisasi dan Manajemen: Perilaku Struktur dan Proses, diterjemahkan
oleh Djoerban Wahid, Erlangga. Jakarta.Gujarati, 1998, Ekonometrika Dasar, Terjemahan
Sumarno Zain, Cetakan 6 Gelora Aksara Pratama, Jakarta
Gordon dalam Rahim, 1993, Performance Of Employment, Murai Kencana, Jakarta.
Greenberg dan Robert (1995). Human Resource Management. Edisi 7 Jilid I. Alih Bahasa Benyamin
Molan . PT Prenhallindo. Jakarta
Hani T Handoko, 1995 Manajejemen Personalia, BPFE-UGM, Yogyakarta
Handoko T. Hani, 2003 Manajemen Sumber Daya Mannusia, Yogyakarta, BPFE-UGM.
Hasibuan SP Melayu, 2003 Manajemen Sumber Daya, Jakarta, Bina Aksara
Hasibuan Nurhayati 2001, Manajemen Personali, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
Hersey dan Blanchard Hersey J.R dan Blanchard B, 1992, Oganization Behavior, New York, McGraw
Hill. (Mustopadidjaja, 2003)
Irawan, 2000, Manajemen SUmber Daya Manusia, Andi Offset, Yogyakarta
Kartasasmita, Ginandjar, 1996. Pembangunan Untuk Rakyat Memadukan
Pertumbuhan dan Pemerataan, CIDES, Jakarta
Lohman, 2005, Performance, Jakarta, Elex Media Komputerindo
Mahsun, 2006 Pengukuran Kinerja Sektor Publik, Yogyakarta, BPFE-UGM.
Mangkunegara, 2000, Penilaian Prestasi Kerja, Edisi Revisi Murai Kebnca, Jakarta
Miftha Thoha, 2002, Perilaku Organisasi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Mustopadidjaja, 2003 Kepemimpinan Dalam Organisasi, Jakarta, Gramedia Pustakan Utama.
Pabundu, 2008 Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, Jakarta, Bumi Aksara.
Peter M. Blau dan Marshall W. Meyer 2000 The Strategies, penterjemah : Abdul Rasyid Ramelan,
Cetakan Kedua (Revisi) oleh Cv. Taruna Grafica Jakarta.
Prowirosentoro, 1999, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Pertama, Alfabeta Bandung
Purwanto, 1989, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Pertama, Alfabeta Bandung
Robbins, 1996 Kepemeimpinan Dalam Organisasi, Jakarta, Indeks
Rusli Syarief,1989, Manajemen Produktivitas, Rineka Cipta, Jakarta
Sihotang 2007, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, Pradnya Paramita.
Stoner, 1978, Likert Management System, New York, McGraw Hill.
Suprianto 2000, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Yogyakarta Liberty
Suyadi, 1999, Penilaian Prestasi Kerja Sektor Pemerintahan, Ganecha, Bandung.
Swasto, 1996, Pengembangan Diri Dalam Menunjang Produktivitas Kerja, Rajawali Press, Jakarta
Terry GR.2006 Prinsip-Prinsip Manajemen, Jakarta, Bumi Aksara
Tjiptono, Fandy. 2000; Prinsip-prinsip Quality Service (TQS) Penerbit Andi, Cetakan Pertama
Yogyakarta
Van Meter, Donal S dan van Hom, Carl E, 1975. The Policy Implementation Process: A Conceptual
Framework in Administration & Society, Vol. 6 No.4. Hal 445-485
Veithzal Rivai, 2005, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan, Murai Kencana, Jakarta
Wayne, 1986, Management Performance. Edisi Terjemahan, Liberty, Yogyakarta
Whjosumidjo, 1985, Pengukuran Kinerja Sektor Publik, Binarupa Aksara, Jakarta.
Whittaker, 2005, Pengukuran Kinerja, Editi Terjemahan, Elex Media Komputerindo, Jakarta
Yukl, 1998, Perilaku Organisasi, Andi Offset, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai