Anda di halaman 1dari 17

PENTINGNYA PAK DISEKOLAH DAN KORELASINYA

DENGAN STIMULUS RESPON DALAM MERUBAH PERILAKU

Oleh Hotma Lastiar Sianturi, S.PAK

A. Latar Belakang Masalah

Perilaku siswa yang baik atau buruk adalah akibat fondasi pembelajaran yang
terus menerus yang terjadi di dalam lingkungan keluarga, lingkungan
masyarakat, dan lingkungan sekolah yang pada akhirnya tertanam dalam
memori dan outputnya, khususnya mengenai fondasi Pendidikan Agama
Kristen (PAK) di sekolah. Sadar atau tidak sadar perilaku siswa baik atau
buruk di bangun di atas sebuah fondasi. Seperti yang di katakan John C.
Maxwell: ” Tanpa fondasi yang kuat di dalam Tuhan, akibatnya kita
memiliki generasi yang mudah terluka, patah hati, bimbang dan saling
menyakiti.”1 karena itu fondasi yang kuat harus di dasarkan pada visi dan
filosofi yang terbagi dalam 4 norma. Adapun visi dan filosofi pendidikan
dalam 4 norma perilaku adalah:

1. Colaboratian. Membangun hubungan strategis dan harmonis sehingga


tercipta kerjasama untuk tujuan sintitusi
2. Acqccontability. Menetapkan standar kinerja yang tinggi, mengikuti
secara akurat prosedur/proses kerja, dan menyelesaikan secara
terampil tugas dan pekerjaan
3. Resvonsiveness. Menerapkan cara-cara yang efektif untuk mengetahui,
memantau, dan mengevaluasi permasalahan maupun kepuasan
sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka.
4. Eficiency. Menetapkan sasaran kerja yang akan dicapai menyusun
program kerja, mengelola waktu dan sumberdaya, serta mengevaluasi
pencapaian sasaran kerja

1
John C. Maxwell, Remaja Hebat, (Tk: Mitra Media, 2005), hal. 1

1
Ke 4 norma perilaku di atas harus sesuai dengan standar kompetensi dasar
pendidikan, hal itu di karenakan kegiatan pembelajaran itu adalah hasil
”standar kompetensi dan kompetensi dasar yang disesuaikan dengan sekolah
sesuai dengan tingkat perkembangan pesarta didik pada jenjang pendidikan
masing-masing, dan memenuhi kebutuhan masyarakat setempat yang
kontekstual,”2

PAK sebagai pengetahuan yang bersifat otoritas,3 sangat berkaitan dengan


Pengaruh pengetahuan PAK Terhadap Perilaku Siswa. Sebab didasari oleh
firman Tuhan berikut: “Permulaan hikmah adalah takut akan Tuhan, semua
orang yang melakukannya berakal budi yang baik.”4 Oleh karena itu perlu
dijelaskan bagaimana pembelajaran PAK dilaksanan di sekolah

Penerapan kompentensi dasar bertujuan untuk mengembangkan perilaku anak.


Untuk mengembangkan perilaku anak yang benar, maka dalam
pembelajaran PAK tersebut dalam indikatornya para siswa Sekolah
ditargetkan mampu untuk menguasai materi pembelajaran PAK tersebut
sehingga benar-benar pengaruh pembelajaran PAK berpengaruh terhadap
perilaku siswa.

Penerapan dan penyesuaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di


bidang PAK, sangat tepat dalam rangka mewujudkan model PAK yang
bertujuan mencapai perilaku siswa. Penerapan dan penyesuaian Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar memberikan ruang yang sama kepada
setiap peserta didik dengan keunikan yang berbeda untuk mengembangkan

2
Sariaman Sitanggang, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta:Engkrateia Putra Jaya,2006), Kata
pengantar
3
Paul D. Meier, M.D dkk, Pengatar Psikologi dan Konseling Kristen, (Yokyakarta:Andi,2005),
hal. 3
4
Mzm 111 : 10

2
pemahaman iman kristiani sesuai dengan faktor hubungan pribadi, keututhan
pribadi dengan lingkungannya.5

Selain gambaran Sekolah dan pembelajaran PAK-nya, tentu saja faktor-faktor


yang menghambat pembelajaran PAK berkaitan erat terhadap pembelajaran
PAK tersebut. Suhartini mengatakan: Faktor-faktor yang dapat menghambat
kemajuan proses pembelajaran siswa terbagi dua:6 Faktor indogin, atau faktor
yang datang dari diri pelajar dan Faktor exogin, atau faktor yang datang dari
luar. Faktor indogin ini meliputi: Faktor biologis (faktor yang bersifat
jasmaniah), faktor psychologis (faktor yang bersifat kejiwaan), faktor
Teologis: (Faktor iman atau kepercayaan). Sedangkan Faktor exogin meliputi
faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah, dan faktor lingkungan
masyarakat. Dari segi faktor maka dapat kita asumsikan bahwa jika
pengaruhnya signifikan, maka bagaimana proses pembelajaran PAK itu di
sesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar sekolah sesuai
dengan tingkat perkembangan pesarta didik pada jenjang pendidikan masing-
masing? Atau sebaliknya jika tidak signifikan faktor apa saja yang
mempengaruhinya?

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Kristen


bukanlah “standar moral” Kristen yang ditetapkan untuk mengikat peserta
didik, melainkan dampingan dan bimbingan bagi peserta didik dalam
melakukan perjumpaan dengan Tuhan Allah untuk mengekspresikan hasil
perjumpaan itu dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. “Sekolah
memperoleh seluruh mutu kehidupannya dari masyarakat. Jika kehidupan
masyarakat itu penuh dengan kehidupan maka sekolahnya juga akan hidup.”7
Kalau Standar kompetensi tersebut hanyalah sebagai dampingan terhadap
perkembangan perilaku siswa dalam melakukan perjumpaan dengan Tuhan

5
Einatan sairin, Lima dokumen keesaan gereja Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia, (Bpk
Gunung Mulia,1994), hal.1
6
Suhartin R.i. Drs, Mengatasi kesulitan-kesulitan dalam pendidikan anak, ( Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1999), hal. 139
7
Ibid., hal.2

3
Allah dan juga dalam lingkungan kehidupan sehari-hari, maka perlu
digambarkan perilaku siswa di Sekolah tersebut.

Tulisan penulis ini, salah satunya dilatar-belakangi oleh perilaku siswa


tersebut. Bagaimanakah gambaran perilaku siswa di Sekolah? Bagaimana
perilaku siswa terhadap guru, perilaku siswa terhadap orang tua, perilaku
berkomunikasi, perilaku terhadap teman sepergaulan, perilaku dalam
beribadah di sekolah, perilaku dalam mengikuti pembelajran PAK, dan juga
perilaku lainnya, apakah baik atau tidak? Sebab indikasi berpengaruh-nya
PAK signifikan atau tidak terhadap perilaku siswa dilihat dari perilaku
mereka di lingkungan sehari-hari.

B. Hakikat Pendidikan Agama Kristen.

Sebelum penulis membahas apa yang dimaksud dengan hakikat PAK, penulis
terlebih dahulu membahas apa itu pendidikan seperti di bawah ini.

1. Pendidikan

Definisi Pendidikan “adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat.” Pendidikan berasal dari kata "didik" yang
diberi awalah "pe" dan akhiran "an" yang berarti proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan latihan, proses, perbuatan, cara mendidik.” Istilah
pendidikan sesungguhnya berasal dari dari bahasa Yunani, paedagogy, yang
memiliki arti seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar oleh seorang
pelayan. Awalnya istilah paedagogos berarti palayan atau pelayanan, tetapi pada
perkembangan selanjutnya, paedagogos dimaknai dengan seseorang yang
tugasnya membimbing anak pada masa pertumbuhannya sehingga menjadi anak

4
yang-mandiri dan bertanggung jawab.8 Menurut Kamus Bahasa Indonesia,
pendidikan dapat diartikan perbuatan (hal, cara, dan sebagainya) mendidik; dan
berarti pula pengetahuan tentang mendidik, atau pemeliharaan (latihan-latihan dan
sebagainya) badan, batin, dan sebagainya.9 Dalam tesaurus, untuk
mengungkapkan gagasan pendidikan, maka sederat kata yang sinonim dengan
kata pendidikan itu sendiri sangat penting untuk memperkaya gagasan tentang
pendidikan itu sendiri. Kata pendidikan dalam thesaurus memiliki kesamaan
makna yang berjalinan di antara kata “pendidikan, bimbingan, didikan, edukasi,
kuliah, kursus, pelajaran, pelatihan, pembelajaran, pemberadaban, pemdeviasi,
bibitan, pemeliharaan, pencerahan, pengajaran, pengasuhan, penggemblengan,
penggodokan, sekolah, tarbiah, tuntunan”10 Dengan demikian, tesaurus membantu
penggunanya dalam mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan sesuai
dengan yang dimaksud dengan kata pendidikan tersebut.

Pengertian pendidikan menurut istilah adalah suatu usaha sadar yang teratur dan
sistematis, yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk
mempengaruhi anak mempunyai sifat-sifat dan tabiat sesuai cita-cita pendidikan.
Pendidikan adalah usaha sadar manusia untuk meningkatkan kualitas dirinya, baik
personal maupun kolektif. Pendidikan juga merupakan suatu upaya manusia untuk
memanusiakan dirinya dan membedakannya dengan makhluk lain. Sedangkan
menurut pendapat beberapa ahli tentang yang disebut mendidik atau pendidikan,
antara lain:

 Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik


terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama11

8
Zurinal Z, dkk, Ilmu Pendidikan; Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan,
(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. 1, h. 1-2.
9
W.J.S. Poerwadinata, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), Cet. 2, h.
250.
10
Tesaurus Elektronik, © 2008, Bahasa Indonesia, Pendidikan
11
Drs. Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : PT. Al-Ma’arif,
1964), h.19

5
 Rousseau: Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada
masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.
 Ki Hajar Dewantara: Mendidik ialah menuntut segala kekuatan kodrat yang
ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-
tingginya.
 Pendidikan adalah tindakan yang dengan sengaja dilaksanakan untuk
membawa anak ke arah yang dikehendaki12

Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang


Maha Esa, kecerdasan dan ketrampilan mempertinggi budi pekerti, memperkuat
kepribadian, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang
dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa.13

2. Istilah dan Hakekat PAK

Istilah "Pendidikan Agama Kristen". dipilih, supaya jangan timbul salah paham
tentang maksud kita. PAK ini harus kita bedakan dari nama-nama lain, seperti
Pendidikan Kristen, atau Pengajaran Kristen, dan Pendidikan Agama atau
Pengajaran Agama, yang memang tidak sama artinya.14

Pendidikan (atau Pengajaran) Kristen batasanya dipergunakan untuk pengajaran di


sekolah-sekolah Kristen, baik di sekolah-sekolah rakyat, maupun di sekolah-
sekolah lanjutan, yang masih dijalankan oleh gereja atau organisasi
(perhimpunan) Kristen. Jadi nama ini menunjuk kepada pengajaran biasa, tetapi
yang diberikan dalam suasana Kristen.15

12
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Perkembangan Pendidikan di Indonesia, (Bandung :
Angkasa Offset, 1973), h. 8
13
Drs. Ngalim Purwanto, Mp., Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung PT. Remaja
Rosdakarya,tt), h. 2
14
Homrighausen E.g. Dr. & Enkl, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia,1996), h. 19
15
Ibid., h.19

6
Pendidikan (atau Pengajaran) Agama lebih menuju kepada maksud kita. tetapi
keberatannya ialah nama ini terlampau luas. Di Indonesia misalnya. Agama itu
sudah terlalu bercorak samar-samar atau kabur. Dapat dipakai untuk agama
Kristen Roma Katolik atau bermacam-macam Gereja Protestan, tetapi dapat pula
dikenakan pada aliran teosofi, aliran Protestan yang sangat modem, pada agama
Yahudi atau Tionghoa dan sebagainya.16

Untuk menghindari arti ganda, maka istilah simbolik tidak boleh dikaitkan dengan
komunikasi emotif, juga afektif supaya memberikan defenisi yang eksak. Seperti
yang di katakan oleh Jujun. S dalam Filsafat ilmu: “Bahasa Ilmiah pada
hakekatnya harus bersifat obyektif tanpa mengandung emosi dan sikap… haruslah
bersifat antiseptik dan reproduktif.”17 Maka nama PAK untuk pendidikan
mengenai agama Kristen yang diberikan oleh gereja-gereja kita di negeri ini, baik
kepada anggota-anggota gereja sendiri. Maupun kepada siswa/I di Sekolah
menjadi judul yang eksak, akurat, cermat, korek, pasti,saksama, tepat, untuk
menjelaskan tentang pendidikan kekristenan.

Di Indonesia, PAK sering dimengerti secara sempit oleh sebagian orang. Mereka
ini mempergunakan istilah Pendidikan Agama Kristen (PAK) padahal yang
mereka maksudkan adalah mata pelajaran atau mata kuliah Agama Kristen di
sekolah- sekolah dan perguruan tinggi.18 Harus diakui bahwa kita telah belajar
tentang Christian Education dari Amerika Utara. Di sekolah-sekolah teologi
bidang disiplin bam tersebut diterjemahkan dengan istilah Pendidikan Agama
Kristen, disingkat PAK. Dalam pengertian Christian Education, PAK adalah
salah satu tugas dari berbagai tugas gereja yang banyak itu. Mata pelajaran Agama
Kristen di sekolah atau perguruan tinggi hanyalah sebagian kecil dari PAK,
namun menjangkau massa yang sangat besar.

16
Ibid., h. 19
17
Jujun S. Suriasumantri,. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 2005), h. 182
18
Eka Darmaputera dan R.P. Borrong dalam Peninjau XV/2 (1990); Amir Suyitno dan S. Subani
dalam majalah Warta Gereja 12 (Desember 1991). Menurut catatan penyaji, Kantor Dirjen Bimas
Protestan menggunakan istilah PAK dalam pengertian tersebut, khususnya sejak masa Dirjen Dr.
Sunarto Martowirjono,

7
Hakekat Pendidikan Agama Kristen (PAK) seperti yang tercantum dalam hasil
Lokakarya Strategi PAK di Indonesia tahun 1999 adalah sebagai berikut: “Usaha
yang dilakukan secara terencana dan kontinyu dalam rangka mengembangkan
kemampuan pada siswa agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami
dan menghayati kasih Allah di dalam Yesus Kristus yang dinyatakannya dalam
kehidupan sehari- hari, terhadap sesama dan lingkungan hidupnya. Dengan
demikian tiap orang yang terlibat dalam proses pembelajaran PAK memiliki
keterpanggilan untuk mewujudkan tanda-tanda Kerajan Allah dalam kehidupan
pribadi maupun sebagai bagian dari komunitas.”

3. Fungsi dan Tujuan PAK

Pendidikan Agama Kristen (PAK) bermaksud sebagai suatu usaha terencana


untuk mempertemukan Siwa dengan Kristus melalui Injil, sehingga mereka
mampu melihat diri sendiri sebagai pribadi yang sementara berkembang dalam
segala hal, sekaligus memiliki tanggung jawab untuk medewasakan iman dan
kasih, dan mampu merespon serta mengung-kapkannya dalam relasi dengan Allah
dan sesama, maupun dalam keterlibatannya di dalam gereja.19 Adapun tujuan dan
Fungsi PAk itu adalah sebagai berikut:

a. Fungsi
 Memampukan anak memahami kasih dan karya Allah dalam hidup sehari-
hari.
 Membantu anak dalam mentransformasi nilai-nilai kristiani dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Tujuan20

PAK menolong para Siswa/i menyadari pengungkapan diri Allah dan mencari
kasih dalam Yesus Kristus dan meresponnya dalam iman dan kasih, dan sampai
akhirnya maka mereka boleh mengenal siapa mereka dan apa makna situasi
kemanusiaan mereka yang bertumbuh sebagai putra-putri Allah yang berakar

19
Allen J. Moore, "The Church's Young Adult Ministry," Marvin J. Taylor, penyunting, An
Introduction to Christian Education (New York: Abingdon Press, 1966), 197-98.
20
Puskur. Loc. cit

8
dalam paguyuban Kristen, hidup dalam Roh Allah dalam segenap hubungan-
hubungan, memenuhi tugas kemuridan bersama dalam dunia, serta tinggal dalam
pengharapan Kristen.21

Tujuan Umum. Memperkenalkan Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus dan karya-
karya-Nya. Menghasilkan Manusia Indonesia yang mampu menghayati. Imannya
secara bertanggungjawab di tengah masyarakat yang pluralistik.

Tujuan Khusus. Menanamkan nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan pribadi dan


sosial sehingga siswa mampu menjadikan nilai kristiani sebagai acuan hidup
personal maupun komunitas.

4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup PAK meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

 Allah Tritunggal (Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus) dan karya-Nya
 Nilai-nilai kristiani.22

Ruang lingkup PAK mencakup: semua bentuk pelayanan pendidikan dan/atau


pembinaan Kristen untuk semua lapisan usia yang nenjadi tanggung jawab dan
diselenggarakan oleh gereja secara teratur, bertujuan, dan terus-menerus.23 Selain
itu, juga Randolph Crump Miller menyatakan Ruang lingkup lingkungan
pembelajaran PAK adalah:

- Rumah
- sekolah umum
- gereja
- masyarakat

21
"The Objective of Christian Education for Senior High Young People," The National Council of
Churches of Christ in the U. S. A., 1958, sebagaimana dikutip dalam David Ng, Youth in the
Community of Disciples (Valley Forge, PA: Judson Press, 1984), 21-22.
22
Puskur. Op. cit
23
Robert P. Borrong, Berakar di dalam Dia dan dibangun di atas DiaPenulisPenerbit, (BPK
Gunung Mulia, 1998), h.107

9
5. Pendidikan Perspektif Teologis

Menjadi sebuah hal yang menarik adalah ketika muncul sebuah pertanyaan,
seberapa pentingkah Perjanjian Lama dalam ruang lingkup Pendidikan Agama
Kristen (PAK)? Apabila kita mempelajari dengan baik, Yesus Kristus
menggunakan PL dalam mengajar di pelayanan-Nya24 Ternyata PL menjadi hal
penting dalam membangun konsep dan pelaksanaan PAK. Terhadap Perilaku
siswa.

a. Prinsip-prinsip yang dipegang oleh bangsa Yahudi

Seluruh kebenaran adalah kebenaran Allah. Segala sesuatu telah dijadikan oleh
Allah dengan tujuan supaya manusia mengenal Allah dan berhubungan dengan-
Nya.25 Pendidikan berpusatkan pada Allah. Fokus utama dalam pendidikan
Yahudi adalah: Yehova26 Pendidikan adalah kegiatan utama dan diintegrasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Kitab Talmud dikatakan kalau ingin
menghancurkan bangsa Yahudi, kita harus membinasakan guru-gurunya. Bangsa
Yahudi adalah bangsa pertama yang memiliki sistem pendidikan Nasional 27
Pendidikan mereka tidak hanya secara teori, tetapi menjadi kegiatan sehari-hari
dalam cara hidup dan keagamaannya. Contoh: Kitab Imamat yang mengajarkan
semua tata cara hidup dan beragama.

b. Pendidikan dalam Ulangan 6:4-9

Ulangan 6:4-9 menjadi pusat pengajaran pendidikan agama Kristen. Kitab-kitab


lain yang membahas tentang pendidikan bersumber dari kitab Ulangan ini.

Ayat 4 ."Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa!"
Ayat ini disebut "Shema" atau pengakuan iman orang Yahudi (agama Yudaisme)
yang artinya "Dengarlah". Yesus menyebut ayat ini sebagai hukum yang pertama -
- prinsip iman dan ketaatan. Memberikan konsep Allah yang paling akurat, jelas
dan pendek Tuhan adalah unik, lain dengan yang lain. Dia Allah yang hidup, yang
24
Mat.5:21-22; 22:39
25
Kej. 1:1
26
Hab. 2:10.
27
Ula. 6:4-9

10
benar dan yang sempurna. Tidak ada Allah yang lain, hanya satu Allah saja. Ayat
4 ini bersamaan dengan ayat 5 diucapkan sedikitnya dua kali sehari oleh orang
Yahudi dewasa laki-laki.28

Ayat 5. "Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap
jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu."
Kasih harus menjadi motif setiap hubungan manusia dengan Tuhan. Kasih
disebutkan pertama karena disanalah terletak pikiran, emosi, dan kehendak
manusia.29

Ayat 6. "Apa yang Kuperintahkan kepadamu hari ini haruslah engkau perhatikan."
Perintah Tuhan bukanlah untuk didengar dengan telinga saja, tapi juga dengan
hati yang taat. Sebelum bertindak pikirkanlah lebih dahulu perintah Tuhan, maka
hidupmu akan selamat.30

Ayat 7 "Haruslah engkau mengajarkan berulang-ulang "kepada anakmu"


membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang
dalam perjalanan, apabila engkau bangun."

Mereka yang mengasihi Allah, mengasihi Firman-Nya dan melakukannya dengan


meditasi, bertanggung jawab untuk merenungkannya dan menyimpannya dalam
hati untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Orangtua mempunyai tugas
untuk mengajarkan Firman-Nya kepada anak-anak dengan didikan dan harus
dimulai sejak dini dan berulang-ulang. Ayat 7 ini dipakai sebagai fondasi
kurikulum pendidikan Kristen.31

Ayat 8-9 "Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu
dan haruslah itu menjadi lambang dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya
pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu."32

28
Ula. 11:13-21 dan Bil. 15:37-41.
29
Ulangan 6:5
30
Ulangan 6:6
31
Ulangan 6:7
32
Ulangan 6:8-9

11
Tulisan hukum-hukum belum menjadi milik umum, namun demikian, Allah
menghendaki mereka melakukannya, supaya mereka terbiasa bergaul dengan
hukum Allah. Orang Yahudi mengerti perintah ini dan melakukannya secara
harafiah.

Mereka mengenal 3 tanda-tanda untuk mengingat hukum Allah:

- Zizth : Dipakai/dipasang pada ujung jubah Iman33


- Mezna : Kotak kecil yang berisi, diletakkan di sebelah kanan pintu34
- Tephillin : Dua kotak kecil berbentuk kubus masing-masing dari kertas
perkamen yang ditulis dengan tangan secara khusus berisi 4
ayat. Satu diikatkan di tangan kiri dan satu di dahi.

C. PENGERTIAN PERILAKU

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku adalah “tanggapan atau reaksi
individu terhadap rangsangan atau lingkungan.”35 Menurut Tesaurus, Perilaku
adalah “gajak, integritas, karakter, kelakuan, kepribadian, khuluk, korenah, lagak,
perangai, perbuatan, sepak terjang, sifat, sikap, tabiat, telatah, temperamen,
tindak-tanduk, tingkah laku, ulah, watak.”36 Sedangkan menurut websaite
antoniusfelix-shared.blogspot.com, perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor
yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa interaksi tersebut amat
kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak sempat memikirkan penyebab
seseorang menerapkan perilaku tertentu. Skinner dalam Hilgard seorang ahli
psikologi mengatakan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus atau rangsangan dari luar.37 Perilaku adalah sikap respons atau
perbuatan seseorang, sesuatu yang dilakukan oleh seseorang. Suatu perubahan
perilaku merupakan suatu perubahan kepribadian. Istilah dan pengertian perilaku

33
Bil. 15:37-41
34
Ul 6:4-9
35
Depdikbud,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999).
36
Tesaurus Elektronik, © 2008, Bahasa Indonesia, Perilaku
37
Hilgard, Ernest R, Pengantar Psikologi, Edisi Kedelapan, (Jakarta: Penerbit
Erlangga, 1987), h. 8-9

12
dalam kehidupan sehari-hari adalah sedemikian umumnya, sehingga hampir tidak
ada segi kehidupan yang tidakterkait dengan masalah perilaku.

Psikologi memandang perilaku manusia (human behavior) sebagai reaksi yang


dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Salah satu karakteristik reaksi
perilaku manusia yang menarik adalah sifat diferensialnya. Maksudnya, satu
stimulus dapat menumbuhkan lebih dari satu respon yang berbeda dan beberapa
stimulus yang berbeda dapat saja menimbulkan satu respon yang sama.

Kurt Lewin, dalam Brigham merumuskan suatu model hubungan perilaku yang
mengatakan bahwa perilaku adalah fungsi karakteristik individu dan
lingkungan.38 Ajzen and Fisbein, dalam Brehm dan Kassin, mengatakan bahwa
sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang
teliti dan beralasan dan dampaknya terbatas hanya pad tiga hal; Pertama, perilaku
tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tapi oleh sikap yang spesifik terhadap
sesuatu. Kedua, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tapi juga oleh norma-
norma objektif (subjective norms) yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang
lain inginkan agar kita perbuat. Ketiga, sikap terhadap suatu perilaku bersama
norma-norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat berperilaku tertentu.39
Teori perilaku beralasan diperluas dan dimodifikasi oleh Ajzen dan dinamai Teori
Perilaku Terencana (theory of planned behavior). Inti teori ini mencakup 3 hal
yaitu sikap terhadap perilaku yang bersangkutan dan norma-norma subjektif dan
aspek kontrol perilaku yang dihayati (perceived behavioral control). Edward
Chace Tolman dalam bukunya Purposive Behavior in Animals and Men yang
terbit pada 1932 (Hergenhahn, 1982) mengemukakan konsepnya mengenai
perilaku bertujuan (purposive) di mana manusia belajar akan suatu harapan atau
ekspektasi yaitu rasa percaya bahwa suatu respons perilaku akan membawa
kepada suatu peristiwa atau hal tertentu. Model Utilitas Subjektif yang diharapkan
(subjective expected utility – SEU) dalam teori keputusan perilaku yang
ditemukan oleh Edwards (1954 dalam Fishbein and Ajzen, 1975) menyatakan
bahwa bila seseorang harus memilih dan menentukan perilakunya ia akan memilih

38
Brigham, J.C, Social Psychology, (New York: Harpercollins Publisher, 1991), h. 1951
39
Brehm, S.S. & Kassin, S.M. 1989. Sosial Psychology. Boston: Houghton Mifflin
Company. 1988

13
alternatif yang mengandung Utilitas (manfaat) subjektif tertinggi, yaitu alternatif
yang membawa kepada hasil yang paling menguntungkan. Selain itu masih ada
beberapa teori tentang perilaku yang dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya
adalah :

Kata Perilaku dalam Kamus Tesaurus, mengarah kepada pengertian akhlak.


Adapun kata aklhak itu dijelaskan sebahagi “adab, budi bahasa, budi pekerti,
integritas, karakter, kelakuan, moral, perangai, sila, sopan santun, susila, tabiat,
watak; berakhlak adib, beradab, berbudi pekerti, beriman, bermoral, bersopan
santun, bersusila, sopan santun.”40 Adapun pengertian akhlak adalah kebiasaan
kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak.41
Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang yang mengerti benar akan kebiasaan
perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata – mata taat kepada Allah dan
tunduk kepada-Nya. Oleh karena itu seseorang yang sudah memahami akhlak
maka dalam bertingkah laku akan timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani,
pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu
kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Jika
seseorang sudah memaami akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup dengan
baik, yakni pembuatan itu selalu diulang – ulang dengan kecenderungan hati
(sadar).42 Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara
hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu,
membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup
keseharian. Semua yang telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral yang
terdapat di dalam diri manusia itu sendiri sebagai fitrah, sehingga ia mampu
membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan
mana yang tidak berguna, mana yang cantik dan mana yang buruk.

Dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh –
tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka
mempunyai aktifitas masing – masing. Sehingga yang dimaksu perilaku manusia,
pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia darimanusia itu sendiri

40
Tesaurus Elektronik, © 2008, Bahasa Indonesia, Akhak
41
Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), Bulan Bintang, Jakarta, 1975, h. 62
42
Rachmat Djatnika, Akhlak Mulia, Pustaka, Jakarta, 1996, h. 27

14
yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara,
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua
kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang
tidak dapat diamati pihak luar43

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme
(makhluk hidup) yang bersangkutan. Namun pengertian perilaku (manusia)
mempunyai arti sebagai semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut
Skiner dalam Soekidjo Notoatmodjo merumuskan bahwa perilaku merupakan
respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan

dari luar).44

Bila dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua yakni: Perilaku tertutup (Covert behaviour) Respons atau
reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima
stimulus tersebut, dan belum teramati secara jelas oleh orang lain. Perilaku
terbuka (Overt behaviour) Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam
bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau
dilihat oleh orang lain.45

1. Proses Tejadinya Perilaku

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi


perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan, yakni
 Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam
arti mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu
43
Notoatmodjo, Soekidjo,. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka
Cipta, (Jakarta,2003), h. 114
44
Ibid., h. 113
45
Notoatmodjo, Op.Cit. h. 116

15
 Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
 Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus
bagi dirinya).Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi
 Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
 Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini
didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku
tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting).
Notoatmodjo, 2003 hal 122)

D. KESIMPULAN

Demikian Perjanjian Baru menggambarkan kehidupan seorang di dalam Yesus


Kristus. Kehidupan diubah dari batin ke lahir. Karena iman kita menjadi baru,
maka perilaku kita diperbaharui. Karena perilaku kita diperbaharui, maka
perbuatan-perbuatan kita jadi lebih baik.

Menurut Alkitab, Tuhan terus menerus bekerja untuk mengubah memperbaiki diri
manusia. Melalui Roh Kudus, Allah dapat membentuk kehendak manusia yang
lebih sama dengan kehendak sendiri. Allah dapat memberi kuasa dan penglihatan
supaya Kristus makin menjadi pusat kehidupan kita. Pengaruh Allah dalam
kehidupan moral orang Kristen tidak terbatas pada perintahNya dari diri kita.
Pengaruh Allah yang utama ialah pekerjaanNya untuk membenarkan dan
menguduskan diri kita. Status dan keadaan kita diubah.46

Sebenaran orang Kristen bukan hasil kepatuhan lahiriah kepada aturan-peraturan,


melainkan hasil penebusan dan pembaharuan Roh Allah. Bukan perbuatan-
perbuatan kita saja yang diperbaharui. tetapi lebih penting lagi diri kita diubah dan
diperbaharui. Diri dijadikan serupa dengan Kristus. Menurut Rasul Paulus
kelakuan baik orang-orang Kristen terjadi karena mereka "telah meninggalkan

46
Ibid., 113

16
manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus
menerus diperbaharui untuk memperoleh getahuan yang benar menurut gambar
(Khaliknya)"47. Perubahan ini hanya terjadi karena kuasa Roh Kudus yang bekerja
atas batin kita.

Dan untuk mencapai perubahan perilaku tersebut dibutuhkan pendidikan agama


yang diajarkan secara berulang-ulang baik di rumah, di gereja dan di sekolah.
Terutama sekolah. Sudah seharusnya menjadi bagian tanggung jawab sekolah
untuk terlibat dalam pendidikan agama seorang anak karena hampir lebih banyak
waktu anak dihabiskan di sekolah dalam sehari. Maka PAK di sekolah harus ada
stimulus respon yang terus menerus dalam mengubah perilaku anak.

47
Kol 3:9-10

17

Anda mungkin juga menyukai