Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS PERSEPSI TERHADAP FAKTOR – FAKTOR

KEBERHASILAN DALAM TQM PADA PERUSAHAAN


MANUFAKTUR (STUDI KASUS: PT XXX)

Ahmad Mario Prihandaru

Rizqiah Insanita S.T., M.M

Abstrak

Dalam situasi persaingan yang demikian kuat seperti ini, perusahaan dituntut
untuk menggunakan sistem manajemen yang baik dimana sistem manajemen ini
dapat dijadikan sebagai alat untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Salah satu
alat manajemen kualitas yang tepat digunakan perusahaan adalah Total Quality
Management (TQM). Terdapat tujuh parameter yang menjadi faktor keberhasilan
TQM. Ketujuh faktor tersebut ialah komitmen manajemen, kepuasan konsumen,
perbaikan secara terus menerus, kerja sama tim, pelatihan dan pemberdayaan
karyawan, umpan balik dan komunikasi yang efektif. Penelitian ini menghitung
nilai kinerja dari setiap faktor keberhasilan TQM tersebut di bagian produksi dan
bagian non produksi PT XXX yang merupakan sebuah perusahaan manufaktur.
Penelitian ini juga melihat apakah terdapat perbedaan kinerja setiap faktor
antara bagian produksi dan bagian non produksi PT XXX. Hasilnya menunjukkan
terdapat perbedaan persepsi antara dua bagian ini yaitu untuk faktor komitmen
manajemen dan kerjasama tim. Secara umum PT XXX sudah baik dalam
menerapkan sistem manajemen mutu di hampir seluruh aspek perusahaannya.

Kata Kunci: TQM, Faktor keberhasilan, Bagian produksi, Bagian non produksi

1. Pendahuluan
Persaingan global telah merambah ke setiap perusahaan di berbagai industri,
dan permasalahan tentang “mutu” merupakan yang paling banyak menjadi
perhatian terutama berhubungan dengan produk perusahaan. Menurut Dale
(2003:2), “Pada era persaingan pasar global dewasa ini, tuntutan konsumen atas
peningkatan kualitas produk dan jasa yang semakin tinggi. Terjadi pula
peningkatan penawaran produk dan jasa dengan harga lebih bersaing dari negara

Analisis Persepsi..., Ahmad Mario Prihandaru, FE UI, 2013


dengan biaya tenaga kerja rendah seperti halnya negara-negara di kawasan timur:
China, Vietnam, dan India”.
Salah satu alat manajemen kualitas yang tepat digunakan dalam hal
perbaikan mutu produksi suatu perusahaan untuk menjawab permasalahan diatas
adalah Total Quality Management (TQM). TQM merupakan suatu filosofi
manajemen yang memperhatikan semua aspek dalam pengoperasian suatu
perusahaan. Hal ini telah membuat peningkatan perhatian oleh para peniliti
terhadap performa perusahaan di dalam persaingan global saat ini (Ehigie &
McAndrew, 2005).
Persaingan yang kuat diantara sesama perusahaan menuntut setiap
perusahaan berusaha dengan sebaik mungkin untuk meningkatkan kinerjanya
masing-masing tidak hanya itu, perusahaan juga harus mampu untuk mengatasi
segala kendala yang dapat menghambat perkembangan perusahaan agar
kelangsungan hidup perusahaan dapat terjamin. Untuk mencapai visi masa depan
organisasi dan menemukan cara bagaimana memasukan program TQM yang
tepat, mendisain proses perubahan yang komprehensif, dan yang paling penting
ialah pengimplementasian TQM.
Perusahaan manufaktur sendiri merupakan jenis perusahaan yang dianggap
berhubungan dengan organisasi-organisasi di mana kontak langsung dengan
konsumen berada di tingkat yang sangat rendah (Dale et al., 1997). Untuk
sementara, perusahaan manufaktur didefinisikan sebagai "orang-orang yang
menghasilkan produk yang solid dengan bantuan kegiatan manufaktur".
Sedangkan tujuan TQM adalah untuk memberikan kualitas produk atau layanan
kepada konsumen, yang akan,pada gilirannya meningkatkan produktivitas serta
kepuasan konsumen dan mengurangi biaya (Garg et al, 2002;. Antony et al, 2004).
Dengan layanan / kualitas yang lebih tinggi dan harga produk yang lebih
rendah, posisi kompetitif dan kepuasan konsumen di pasar akan ditingkatkan.
Rangkaian hasil tersebut akan memungkinkan organisasi untuk mencapai tujuan
laba pertumbuhan dengan lebih mudah. TQM adalah suatu cara untuk mengelola
industri untuk meningkatkan produk serta kualitas pelayanan dan efisiensi
keseluruhan produksi dan operasi lainnya.

Analisis Persepsi..., Ahmad Mario Prihandaru, FE UI, 2013


TQM memiliki banyak parameter untuk diolah. Namun sedikit yang dipilih
sebagai faktor keberhasilan TQM untuk manufaktur serta industri jasa untuk
penelitian ini. Komitmen manajemen, kepuasan konsumen, perbaikan secara terus
menerus, kerja sama tim, pelatihan dan pemberdayaan karyawan, umpan balik dan
komunikasi yang efektif adalah sebagian kecil dari beberapa faktor keberhasilan
yang efektif di bidang manufaktur dan industri jasa.
PT. XXX sendiri ialah perusahaan manufaktur yang menyediakan solusi
manajemen peremajaan komponen-komponen mesin alat berat yang telah berhasil
menjadi produk tambahan suatu sub bisnis salah satu perusahaan besar produsen
alat berat di Indonesia. PT XXX dibentuk pada tahun 2011 sebagai hasil
pengelolaan bisnis yang baik. Dengan pertimbangan dalam mempertahankan
kesuksesan perusahaan tersebut peneliti ingin melihat bagaimana peran persepsi
tujuh faktor keberhasilan TQM di perusahaan yang dijalankan oleh bagian
produksi dan juga bagian penunjang (non-produksi) di perusahaan tersebut, maka
penelitian ini berfokus kepada tujuh faktor keberhasilan TQM di implementasikan
oleh PT XXX dan mempunyai pengaruh dalam proses operasional yang
dijalankan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat penyelesaian
masalah kualitas yang berpengaruh pada biaya dan total produksi yang dihadapi
oleh PT. XXX.
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan pertama yang kemudian muncul
dalam penelitian ini adalah bagaimana manfaat dari Total Quality Management
terhadap bagian produksi dan bagian penunjang (non-produksi) di PT XXX, untuk
kemudian menilai kinerja ketujuh faktor keberhasilan TQM bagian produksi dan
bagian penunjang (non-produksi)di PT XXX. Permasalahan berikutnya adalah
apakah terdapat perbedaan nilai kinerja dari ketujuh faktor keberhasilan TQM
tersebut antara bagian produksi dan penunjang (non-produksi) di PT XXX dan
bagaimana cara meningkatkan kualitas sehingga dapat mengurangi biaya kualitas
dan meningkatkan kualitas produksi sesuai target PT XXX.
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Total Quality Management (TQM)
Dale (2003) mendefinisikan TQM sebagai pendekatan manajemen yang
menjamin kerjasama dan partisipasi dari semua individu dalam organisasi untuk

Analisis Persepsi..., Ahmad Mario Prihandaru, FE UI, 2013


menghasilkan produk dan jasa yang memenuhi kebutuhan konsumen dan
memenuhi harapan mereka. Demikian pula, Flynn et al. (1994) mendefinisikan
TQM sebagai pendekatan terpadu yang menghasilkan hasil berkualitas tinggi,
melalui pemeliharaan dan mempertahankan proses perbaikan secara terus-
menerus, untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
2.2 TQM Antara Organisasi Manufaktur dan Jasa
Pada dasarnya, TQM adalah filosofi manajemen yang berusaha untuk
memuaskan konsumen melalui proses perbaikan secara terus menerus. Namun,
meskipun sektor jasa telah menjadi dominan di dalam ekonomi global, konsep
kualitas layanan belum dipelajari dengan baik dibandingkan dengan sektor
manufaktur (Gupta, McDaniel, dan Herawati, 2005).
2.3 Tujuh Faktor Keberhasilan TQM
Komitmen manajemen puncak, kepuasan konsumen, perbaikan secara terus
menerus, kerja sama tim, pemberdayaan / pelatihan karyawan, umpan balik dan
komunikasi yang efektif adalah sebagian kecil dari beberapa faktor keberhasilan
yang efektif di bidang manufaktur dan industri jasa (Raj Kumar., Dixit Garg &
T.K. Garg., 2010).
2.3.1 Komitmen Manajemen Puncak
Menyediakan kepemimpinan yang baik berarti memiliki keterlibatan erat
dalam proses implementasi untuk menjaga momentum karyawan terhadap
kepuasan konsumen (Negri, 2003).
2.3.2 Kepuasan Konsumen
Menurut Philip Kotler (2000) dalam Principle of Marketing 7e bahwa
Kepuasan Konsumen adalah hasil yang dirasakan oleh pembeli yang mengalami
kinerja sebuah perusahaan yang sesuai dengan harapannya. Konsumen yang
puas cenderung tetap loyal lebih lama, membeli lebih banyak, kurang peka
terhadap perubahan harga dan pembicaraannya menguntungkan perusahaan.
2.3.3 Perbaikan Berkelanjutan
Perbaikan secara terus-menerus telah memperoleh arti yang luas, yaitu upaya
berkelanjutan untuk bertindak atas masalah biasa maupun yang tidak teratur dan
untuk membuat perbaikan dalam proses. Peran karyawan dalam skenario

Analisis Persepsi..., Ahmad Mario Prihandaru, FE UI, 2013


perbaikan secara terus menerus telah diubah dari pekerja menjadi pemecah
masalah
2.3.4 Kerjasama Tim
Tracy (2006) menyatakan bahwa, Kerjasama tim merupakan kegiatan yang
dikelola dan dilakukan sekelompok orang yang tergabung dalam satu organisasi.
Kerjasama tim dapat meningkatkan kerja sama dan komunikasi di dalam dan di
antara bagian-bagian perusahaan. Biasanya kerjasama tim beranggotakan orang-
orang yang memiliki perbedaan keahlian sehingga dijadikan kekuatan dalam
mencapai tujuan perusahaan.
2.3.5 Pelatihan Karyawan
Pelatihan TQM, sangat penting untuk keberhasilan program TQM,
biasanya tindakan yang banyak diabaikan. Manajemen tingkat atas harus
dididik dan dilatih tentang proses peningkatan kualitas sebelum yang lain.
Pelatihan TQM harus terus menerus dilakukan selama implementasi seluruh
fase TQM (Ghobadian dan Gallear, 2001).
2.3.6 Umpan Balik
Menurut T.Hani Handoko (Handoko, 1995:135) terdapat 10 (sepuluh)
manfaat yang dapat dipetik dari penilaian prestasi kerja salah satunya ialah
umpan balik prestasi kerja seseorang karyawan dapat mengarahkan keputusan-
keputusan karir, yaitu tentang jalur karir tertentu yang harus diteliti.
2.3.7 Komunikasi Efektif
Telah banyak ditekankan didalam hasil penelitian dari TQM bahwa sistem
informasi yang efektif merupakan faktor penting yang berkontribusi cukup nyata
terhadap keberhasilan dari setiap inisiatif TQM (Ahire et al., 1996).
3. Metode Penelitian
Penelitian ini bersumber pada adaptasi jurnal Raj Kumar, Dixit Garg & T.K.
Garg (2010) dimana kerangka penelitian dari hasil interpreasi deskripsi jurnal
tersebut adalah sebagai berikut:

Analisis Persepsi..., Ahmad Mario Prihandaru, FE UI, 2013


Gambar 3.1 Kerangka Penelitian
Sumber: Hasil Interpretasi Deskripsi Jurnal Raj Kumar, Dixit Garg & T.K. Garg (2010). “TQM
success factors in North Indian manufacturing and service industries”. The TQM Journal Vol. 23
No. 1, 2011
3.1 Hipotesis Penelitian
H01: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap persepsi komitmen
manajemen puncak didalam TQM antara bagian produksi dan bagian non
produksi di PT XXX
H02: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap persepsi kepuasan
konsumen didalam TQM antara bagian produksi dan bagian non produksi di PT
XXX
H03: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap persepsi perbaikan secara
terus – menerus didalam TQM antara bagian produksi dan bagian non produksi di
PT XXX
H04: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap persepsi kerjasama tim
didalam TQM antara bagian produksi dan bagian non produksi di PT XXX
H05: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap persepsi pelatihan dan
pengembangan karyawan didalam TQM antara bagian produksi dan bagian non
produksi di PT XXX

Analisis Persepsi..., Ahmad Mario Prihandaru, FE UI, 2013


H06: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap persepsi umpan balik dari
karyawan didalam TQM antara bagian produksi dan bagian non produksi di PT
XXX
H07: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap persepsi komunikasi
yang efektif didalam TQM antara bagian produksi dan bagian non produksi di PT
XXX
3.2 Objek Penelitian
Penelitian ini berupa studi kasus dilakukan di perusahaan manufaktur yang
bergerak dalam bidang peremajaan komponen – komponen alat berat. Perusahaan
yang berasal dari suatu bagian bisnis dari perusahaan induk yang bergerak di
bidang penjualan dan pembuatan alat berat, dan baru didirikan pada tahun 2011.
Untuk itu penelitian ini dibuat untuk melihat apakah ketujuh faktor keberhasilan
dalam TQM memiliki persepsi yang sama terhadap bagian produksi dan non
produksi di PT XXX.
3.3 Unit Analisis
Unit analisis yang akan diteliti merupakan para karyawan di PT XXX.
3.4 Responden
Dengan unit analisis diatas maka pengambilan sampel responden dilakukan
kepada karyawan dari level / jabatan manajemen menengah yaitu Section Head di
PT XXX, supervisor, dan staf pelaksana dari kedua bagian produksi dan non
produksi di PT XXX.
3.5 Metode Pengambilan Sampel
Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Proportionate
Stratified Random Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel secara acak dengan
menentukan strata (tingkatan) yang ada didalam suatu populasi (Uma Sekaran, et
al. 2006) dimana pengambilan sampel dilakukan kepada karyawan dari bagian
produksi dan non produksi di PT XXX.
3.6 Analisis Perbandingan 2 Rata-Rata
Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan analisis
perbandingan rata – rata yaitu independent sample t – test untuk menguji hipotesis
H0 pada tingkat 5 persen dari signifikansi uji t (yang tingkat signifikansi
didasarkan pada distribusi asimtotik dari statistik uji).

Analisis Persepsi..., Ahmad Mario Prihandaru, FE UI, 2013


4. Hasil Penelitian
4.1 Pengujian Validitas

Tinggi rendahnya validitas instrumen akan menunjukkan sejauh mana data


yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang parameter yang
dimaksud. Hasil uji validitas dapat dilihat melalui angka Kaiser-Meyer-Olkin
Measure of Sampling Adequacy (KMO MSA), instrumen dikatakan valid apabila
nilai KMO memenuhi batas 0,50 (Maholtra, 2009).
Tabel 4.1 Uji Validitas - KMO and Bartlett's Test
Barlett's Test of Sphericity
Variabel KMO MSA Approx.
df Sig.
Chi Square
Management Commitment 0.721 53.352 10 0.000
Customer Satisfaction 0.706 129.833 21 0.000
Continuous Improvement 0.706 63.411 10 0.000
Teamwork 0.764 73.915 15 0.000
Employee Training 0.708 37.821 6 0.000
Feedback 0.715 33.449 6 0.000
Effective Communication 0.629 31.741 10 0.000
Sumber: Output SPSS hasil olahan peneliti
Berdasarkan tabel diatas nilai KMO pada setiap parameter komitmen
manajemen puncak, kepuasan konsumen, perbaikan berkelanjutan, kerjasama tim,
pelatihan dan pengembangan tenaga kerja, umpak balik, dan komunikasi yang
efektif menunjukkan bahwa instrumen valid. Hair (2006) juga menambahkan
bahwa nilai dari KMO diatas 0,5 mengindikasikan sebagai parameter yang
pantas/valid. Sedangkan nilai Sig. yang lebih kecil dari 0,05 berarti ada korelasi
yang signifikan antar komponen pada setiap parameter dan hal ini pun
menandakan bahwa penelitian dapat dilanjutkan.
4.2 Pengujian Reabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi suatu alat pengukur
didalam mengukur gejala yang sama (Maholtra, 2009). Menurut Sekaran (1992),
reabilitas < 0,6 adalah kurang memadai, sedangkan 0,6 – 0,7 memadai, dan > 0,8
adalah sangat memadai. Berikut merupakan ringkasan hasil Reability Statistic
masing-masing parameter:

Analisis Persepsi..., Ahmad Mario Prihandaru, FE UI, 2013


Tabel 4.2 Uji Reabilitas - Cronbach Alpha

Cronbach
Variabel
Alpha

Management Commitment 0.710


Customer Satisfaction 0.797
Continuous Improvement 0.725
Teamwork 0.740
Employee Training 0.661
Feedback 0.669
Effective Communication 0.603
Sumber: Output SPSS hasil olahan peneliti
Hasil uji menunjukkan nilai koefisien cronbach alpha semua parameter
lebih besar dibandingkan 0,60, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua
parameter pada item dalam penelitian ini dapat di katakan telah reliabel dan bisa
menentukan konstruksi kuesioner untuk penelitian ini.
4.3 Uji T Sampel Bebas (Independent Samples T Test)
Berdasarkan pengolahan data kuesioner yang sudah disebarkan kepada
sampel yaitu karyawan bagian produksi dan bagian non produksi dengan
pertanyaan berdasarkan parameter yang digunakan yaitu apakah terdapat
persamaan persepsi yang signifikan antara bagian produksi dan bagian non
produksi tentang TQM di PT XXX melalui tujuh faktor keberhasilan TQM yaitu
komitmen manajemen puncak, kepuasan konsumen, perbaikan berkelanjutan,
kerjasama tim, pelatihan dan pengembangan tenaga kerja, umpak balik, dan
komunikasi yang efektif. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis
independent sample t test pada SPSS 19.
4.3.1 Komitmen Manajemen Puncak
Komitmen manajemen puncak merupakan salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan TQM dalam proses operasional perusahaan yang
dijalankan oleh pihak manajemen dari bagian produksi dan non produksi, di
tentukan oleh bagaimana keputusan – keputusan manajemen puncak yang
berhubungan dengan peningkatan kualitas kinerja di semua lini operasional di
suatu perusahaan. Data yang dikumpulkan melalui kuesioner kemudian diolah
dengan analisis indpendent sample t test berikut hasil analisis komitmen
manajemen puncak di PT XXX

Analisis Persepsi..., Ahmad Mario Prihandaru, FE UI, 2013


Tabel 4.3 Independent Sample Test Komitmen Manajemen

Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means


95% Confidence
Mean Std. Error Interval of the
Komitmen F Sig. Sig. (2-tailed)
Difference Difference Difference
Manajemen Lower Upper
Equal
variances 2,923 ,088 ,000 ,300 ,079 ,145 ,455
assumed

Sumber: Hasil Output SPSS


H1: Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap persepsi komitmen
manajemen puncak didalam TQM antara bagian produksi dan bagian non
produksi di PT XXX
H01: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap persepsi komitmen
manajemen puncak didalam TQM antara bagian produksi dan bagian non
produksi di PT XXX
Independent t test dilakukan untuk menentukan apakah hipotesis yang
telah dibentuk sebelumnya dapat diterima atau ditolak, hipotesis yang
ditentukan untuk parameter ini ialah H01. Kriteria pengujian berdasarkan nilai
signifikan 2tailed uji t jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dan jika < 0,05
maka H0 ditolak, dari hasil uji t tersebut nilai yang terbentuk yaitu 0,000 atau <
0,05 atau H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan terhadap persepsi komitmen manajemen puncak didalam TQM
antara bagian produksi dan non produksi.
4.3.2 Kepuasan Konsumen
Kepuasan konsumen merupakan salah satu faktor penting yang
menentukan keberhasilan TQM dalam proses operasional perusahaan, di
tentukan oleh bagaimana kebijakan perusahaan dalam penerapan kepuasan
memperlakukan konsumen dalam setiap kegiatan bisnis yang dilakukan oleh
perusahaan. Data yang dikumpulkan melalui kuesioner kemudian diolah dengan
analisis indpendent sample t test berikut hasil analisis penerapan kepuasan
konsumen di PT XXX.

Analisis Persepsi..., Ahmad Mario Prihandaru, FE UI, 2013


Tabel 4.4 Independent Sample Test Kepuasan Konsumen
Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence
Mean Std. Error Interval of the
Kepuasan F Sig. Sig. (2-tailed)
Difference Difference Difference
Konsumen
Lower Upper
Equal
variances ,420 ,517 ,145 ,081 ,055 -,028 ,190
assumed

Sumber: Hasil Output SPSS


H2: Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap persepsi kepuasan konsumen
didalam TQM antara bagian produksi dan bagian non produksi di PT XXX.
H02: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap persepsi kepuasan
konsumen didalam TQM antara bagian produksi dan bagian non produksi di PT
XXX.
Independent t test dilakukan untuk menentukan apakah hipotesis yang
telah dibentuk sebelumnya dapat diterima atau ditolak, hipotesis yang
ditentukan untuk parameter ini ialah H02. Kriteria pengujian berdasarkan nilai
signifikan 2tailed jika nilai signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dan jika < 0,05
maka H0 ditolak, dari hasil uji t tersebut nilai yang terbentuk yaitu 0,145 atau >
0,05 atau H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan terhadap persepsi kepuasan konsumen didalam TQM
antara bagian produksi dan non produksi di PT XXX.
4.3.3 Perbaikan Berkelanjutan
Perbaikan berkelanjutan merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan TQM dalam proses operasional perusahaan, di tentukan oleh
bagaimana kebijakan perusahaan terhadap penerapan perbaikan produk maupun
pelayanan yang berkelanjutan dalam setiap kegiatan bisnis yang dilakukan oleh
perusahaan. Data yang dikumpulkan melalui kuesioner kemudian diolah dengan
analisis indpendent sample t test berikut hasil analisis persepsi perbaikan
berkelanjutan di PT XXX.
Tabel 4.5 Independent Sample Test Perbaikan Berkelanjutan
Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Mean Std. Error Interval of the
Perbaikan F Sig. Sig. (2-tailed) Difference
Difference Difference
Berkelanjutan Lower Upper
Equal
variances ,834 ,362 ,214 ,087 ,070 -,050 ,224
assumed

Sumber: Hasil Output SPSS

Analisis Persepsi..., Ahmad Mario Prihandaru, FE UI, 2013


H3: Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap persepsi perbaikan
berkelanjutan didalam TQM antara bagian produksi dan bagian non produksi
di PT XXX
H03: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap persepsi perbaikan
berkelanjutan didalam TQM antara bagian produksi dan bagian non produksi
di PT XXX
Independent t test dilakukan untuk menentukan apakah hipotesis yang
telah dibentuk sebelumnya dapat diterima atau ditolak, hipotesis yang
ditentukan untuk parameter ini ialah H03. Kriteria pengujian berdasarkan nilai
signifikan 2tailed jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dan jika < 0,05
maka H0 ditolak, dari hasil uji tersebut nilai yang terbentuk yaitu 0,214 atau >
0,05 atau H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan terhadap persepsi perbaikan berkelanjutan didalam
TQM antara bagian produksi dan non produksi pada PT XXX.
4.3.4 Kerjasama Tim
Kerjasama Tim merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan TQM dalam proses operasional perusahaan, di tentukan oleh
bagaimana penerapan kerjasama tim yang terjadi dalam setiap kegiatan bisnis
yang dilakukan oleh perusahaan. Data yang dikumpulkan melalui kuesioner
kemudian diolah dengan analisis indpendent sample t test berikut hasil analisis
kerjasama tim di PT XXX.
Tabel 4.6 Independent Samples Test Kerjasama Tim
Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Mean Std. Error Interval of the
Kerjasama F Sig. Sig. (2-tailed) Difference
Difference Difference
Tim Lower Upper
Equal
variances 1,027 ,312 ,014 ,144 ,058 ,030 ,259
assumed

Sumber: Hasil Output SPSS


H4: Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap persepsi kerjasama tim
didalam TQM antara bagian produksi dan bagian non produksi di PT XXX
H04: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap persepsi kerjasama tim
didalam TQM antara bagian produksi dan bagian non produksi di PT XXX

Analisis Persepsi..., Ahmad Mario Prihandaru, FE UI, 2013


Independent t test dilakukan untuk menentukan apakah hipotesis yang
telah dibentuk sebelumnya dapat diterima atau ditolak, hipotesis yang
ditentukan untuk parameter ini ialah H04. Kriteria pengujian berdasarkan nilai
signifikan 2tailed jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dan jika < 0,05
maka H0 ditolak, dari hasil uji t tersebut nilai yang terbentuk yaitu 0,014 atau <
0,05 atau H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan terhadap persepsi kerjasama tim didalam TQM antara bagian
produksi dan non produksi pada PT XXX.
4.3.5 Pelatihan dan Pengembangan Karyawan
Pelatihan dan pengembangan karyawan merupakan salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan TQM dalam proses operasional perusahaan, di
tentukan oleh bagaimana kebijakan perusahaan dalam melakukan pelatihan dan
pengembangan kualitas karyawan dalam menunjang setiap kegiatan bisnis yang
dilakukan oleh perusahaan. Data yang dikumpulkan melalui kuesioner
kemudian diolah dengan analisis indpendent sample t test berikut hasil analisis
pelatihan dan pengembangan karyawan di PT XXX.
Tabel 4.7 Independent Samples Test Pelatihan Karyawan
Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Mean Std. Error Interval of the
F Sig. Sig. (2-tailed)
Pelatihan Difference Difference Difference
Karyawan Lower Upper
Equal
variances ,155 ,694 ,365 ,058 ,064 -,068 ,185
assumed

Sumber: Hasil Output SPSS


H5: Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap persepsi pelatihan dan
pengembangan karyawan didalam TQM antara bagian produksi dan bagian
non produksi di PT XXX.
H05: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap persepsi pelatihan dan
pengembangan karyawan didalam TQM antara bagian produksi dan bagian
non produksi di PT XXX
Independent t test dilakukan untuk menentukan apakah hipotesis yang
telah dibentuk sebelumnya dapat diterima atau ditolak, hipotesis yang
ditentukan untuk parameter ini ialah H05. Kriteria pengujian berdasarkan nilai
signifikan 2tailed jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dan jika < 0,05
maka H0 ditolak, dari hasil uji tersebut nilai yang terbentuk yaitu 0,365 atau >

Analisis Persepsi..., Ahmad Mario Prihandaru, FE UI, 2013


0,05 atau H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan terhadap persepsi pelatihan dan pengembangan
karyawan didalam TQM oleh bagian produksi dan non produksi pada PT XXX.
4.3.6 Tanggapan (Feedback)
Tanggapan karyawan merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan TQM dalam proses operasional perusahaan, di tentukan oleh
bagaimana tanggapan atau kontribusi karyawan diperhitungkan dalam di dalam
setiap kegiatan bisnis yang dilakukan oleh perusahaan. Data yang dikumpulkan
melalui kuesioner kemudian diolah dengan analisis indpendent sample t test
berikut hasil analisis tanggapan karyawan di PT XXX.
Tabel 4.8 Independent Samples Umpan Balik Karyawan
Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Mean Std. Error Interval of the
F Sig. Sig. (2-tailed) Difference
Difference Difference
Umpan Balik
Lower Upper
Equal
variances 1,111 ,293 ,455 ,058 ,078 -,095 ,212
assumed

Sumber: Hasil Output SPSS


H6: Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap umpan balik karyawan
didalam TQM antara bagian produksi dan bagian non produksi di PT XXX.
H06: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap persepsi umpan balik
karyawan didalam TQM antara bagian produksi dan bagian non produksi di PT
XXX.
Independent t test dilakukan untuk menentukan apakah hipotesis yang
telah dibentuk sebelumnya dapat diterima atau ditolak, hipotesis yang
ditentukan untuk parameter ini ialah H06. Kriteria pengujian berdasarkan nilai
signifikan 2tailed jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dan jika < 0,05
maka H0 ditolak, dari hasil uji t tersebut nilai yang terbentuk yaitu 0,455 atau >
0,05 atau H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan terhadap persepsi umpan balik karyawan didalam
TQM antara bagian produksi dan non produksi pada PT XXX.
4.3.7 Komunikasi Efektif
Komunikasi yang efektif merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan TQM dalam proses operasional perusahaan, di tentukan oleh
bagaimana kebijakan perusahaan dalam menyediakan sistem komunikasi yang

Analisis Persepsi..., Ahmad Mario Prihandaru, FE UI, 2013


efektif konsumen dalam setiap kegiatan bisnis yang dilakukan oleh perusahaan.
Data yang dikumpulkan melalui kuesioner kemudian diolah dengan analisis
indpendent sample t test berikut hasil analisis komunikasi yang efektif di PT
XXX.
Tabel 4.9 Independent Samples Test Komunikasi Efektif
Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence
Mean Std. Error Interval of the
Komunikasi F Sig. Sig. (2-tailed)
Difference Difference Difference
Efektif
Lower Upper
Equal
variances ,985 ,322 ,917 ,007 ,064 -,119 ,132
assumed

Sumber: Hasil Output SPSS

H7: Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap persepsi komunikasi yang


efektif didalam TQM antara bagian produksi dan bagian non produksi di PT
XXX.
H07: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap persepsi komunikasi
yang efektif didalam TQM antara bagian produksi dan bagian non produksi di
PT XXX.
Independent t test dilakukan untuk menentukan apakah hipotesis yang
telah dibentuk sebelumnya dapat diterima atau ditolak, hipotesis yang
ditentukan untuk parameter ini ialah H07. Kriteria pengujian berdasarkan nilai
signifikan 2tailed jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dan jika < 0,05
maka H0 ditolak, dari hasil uji tersebut nilai yang terbentuk yaitu 0,917 atau >
0,05 atau H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan terhadap persepsi komunikasi yang efektif didalam
TQM antara bagian produksi dan non produksi pada PT XXX.
5. Kesimpulan
Dari hasil penelitian diatas terdapat 2 faktor yang memiliki perbedaan
persepsi yang signifikan, yaitu:

Analisis Persepsi..., Ahmad Mario Prihandaru, FE UI, 2013


6. Saran Bagi Perusahaan
1) Agar Perencanaan TQM segera di rampungkan dan di sosialisasikan dengan
cepat agar tidak lagi terdapat perbedaan persepsi antara bagian produksi dan
non produksi dalam TQM khususnya untuk faktor komitmen manajemen
dan kerjasama tim. Karena jika dibiarkan maka karyawan yang tidak terlalu
merasakan dampak dari kedua faktor tersebut yaitu bagian non produksi
akan merasakan ketidakpuasan kerja yang akan mengakibatkan menurunnya
kualitas layanan mereka dan akan berimbas pada kualitas produksi.
2) Perusahaan melakukan pengukuran TQM secara berkala kepada seluruh
bagian perusahaan dan melengkapi berbagai aspek penilaian kualitas yang
diukur baik berdasarkan pengukuran kualitas internal maupun pengukuran
kualitas eksternal.
7. Saran Bagi Penelitian Selanjutnya
Keterbatasan waktu dan jumlah karyawan bagian non produksi membuat
penelitian ini hanya mampu mengambil sampel sebesar 30 dari masing – masing
bagian. Pada penelitian selanjutnya diharapkan penelitian dapat mencakup
perusahaan manufaktur yang lebih besar sehingga jumlah sampel dapat di
tingkatkan dan hasil penelitian dapat lebih relevan dan hasil penelitian dapat
mewakili kedua bagian bisnis di perusahaan manufaktur tersebut.

Analisis Persepsi..., Ahmad Mario Prihandaru, FE UI, 2013


DAFTAR REFERENSI

Al Swidi, Abdullah K., Mahmod, Rusli., “Fostering the Performance of Banks


Through Total QualityManagement (TQM) Practices: A Bank Branches
Perspective” European Journal of Social Sciences – Volume 19, Number 2 (2011)

Al Mansour, Ali H., “Application of TQM to Financial Services”. King Fahd


University of Petroleum & Minerals. No. ID 230315, 2007.

Andrew W.T. Lau and S.L. Tang, ”A survey on the advancement of QA (quality
assurance) to TQM (total quality management) for construction contractors in
Hong Kong,” International Journal of Quality & Reliability Management Vol. 26
No. 5, 2009. pp, 410-425

Carman, James M., Shortell, Stephen M., Foster, Richard W. Hughes, Edward
F.X., Boerstler, Heidi., O’ Brien, James L., O’Connor, Edward J. “Keys For
Successful Implementation Of Total Quality Management In Hospitals”. Health
Care Manage Rev, 2010, 35(4), 283-293 Copyright (2010). Wolters Kluwer
Health Lippincott Williams & Wilkins.

Cooper, Donald R & Pamela S. Schindler. (2006). Business Research Methods


(9th ed.). Singapore: McGraw Hill.

Daft, R. L. (1998) Organization Theory and Design, International Thomas


Publishing.

Evans, James R,. & William M. (1999). The Management and Control Of Quality,
Fourth Edition. Ohio: South-Western College Publication.

Flood, Robert Luis., Beyond TQM. Chichester, West Sussex: John Wiley and
Sons., 1993.

Heizer, Jay. Render, Barry. (2008) Operations Management, Ninth Edition. New
Jersey: Pearson, Prentice Hall.

Ismail, Salaheldin. S. “Critical success factors for TQM implementation and their
impact on performance of SMEs”. International Journal of Productivity and

Analisis Persepsi..., Ahmad Mario Prihandaru, FE UI, 2013


Performance Management Vol. 58 No. 3, 2009 pp. 215-237. Emerald Group
Publishing Limited.

Karuppusami, G., Gandhinathan, R. “Pareto Analysis Of Critical Success Factors


Of Total Quality Management”. The TQM Magazine Vol. 18 No. 4, 2006 pp.
372-385, Emerald Group Publishing Limited.

Monica Sharma, Rambabu Kodali., ”TQM implementation elements for


manufacturing excellence,” The TQM Magazine Vol. 20 No. 6, 2008 pp. 599-621

Morley, Elaine., Bryant, Scott P., Hatry, Harry P., (2001). Comparative
Performance Measurement. Washington ,D.C.: The Urban Institute Press

Olabode, Adeoti J., “The Impact Of Total Quality Management On Banks


Performance In Nigeria”. (A Journal of Department of Business Administration,
University of Ilorin, Ilorin Nigeria). Vol. 3 No. 1 (2003)

Otis, Irv., “Designing for Manufacture and Assembly to Improve Efficiency and
Quality”. Industrial Engineering; Aug 1992; 24, 8; ProQuest pg. 60.

Priyatno, Dwi. (2012). Belajar Cepat Olah Data Statistik dengan SPSS (1st ed.)
Yogyakarta: C.V Andi Offset

Raj Kumar, Dixit Garg & T.K. Garg (2010). “TQM success factors in North
Indian manufacturing and service industries”. The TQM Journal Vol. 23 No. 1,
2011
Yeung, Cheng, and Lai. “An Operational and Institutional Perspective on Total
Quality Management”, Production and Operation Management Society, Vol. 15,
No.1, 2006, pp 156-170.

Wee Yong Yeong, Zeph Yun Chang, Lawrence Loh. (1996). The Quest for
Global Quality: A Manifestation of Total Quality Management by Singapore
Airlines. Addison-Wesley Publishing.

Analisis Persepsi..., Ahmad Mario Prihandaru, FE UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai