Anda di halaman 1dari 11

KUMPULAN TUGAS

Oleh :
Muh Iqbal Hidayatullah
(2013730070)

Pembimbing Klinik :
dr. Endang Triwahyuni, SpKK, M.Kes

SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


KEPANITERAAN KLINIK BLUD SEKARWANGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2018
TUTORIAL
KONDILOMA AKUMINATA

Oleh :
Muh Iqbal Hidayatullah
(2013730070)

Pembimbing Klinik :
dr. Endang Triwahyuni, SpKK, M.Kes

SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


KEPANITERAAN KLINIK BLUD SEKARWANGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2018

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kondiloma Akuminata (KA) adalah salah satu jenis penyakit menular seksual (sexually
transmitted disease). Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan masalah kesehatan
masyarakat di seluruh negara, termasuk Indonesia. IMS dapat melalui hubungan seksual
(HUS), baik secara genito – genital, oro – genital maupun ano – genital pada HUS yang
berlainan jenis atau sesama jenis.1
Dipekirakan bahwa di antara 500.000 – 1 juta kasus baru didiagnosis setiap tahun di
Amerika saja, dengan klinis genital warts yang diperkirakan 1% populasi seksual aktif.1
Kondiloma akuminata disebabkan oleh Human Papilloma virus (HPV). HPV adalah
virus yang sangat menular dan dapat ditularkan melalui kontak seksual genital, anal dan oral.
Kontak seksual yang terinfeksi HPV pada individu mempunyai peluang 75% untuk terjadi
kondiloma akuminata. Baik laki-laki maupun perempuan rentan untuk terjadi infeksi.1
Sehingga penulis dalam hal ini mengaggap bahwa mengetahui penyakit kondiloma
akuminata sangat penting untuk diketahui sebagai tahap pembelajaran dalam kepaniteraan
klinik lebih dalam lagi, mengenai definisi sampai prognosis penyakitnya.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Kondiloma akuminata ialah vegetasi oleh human papilloma virus tipe
tertentu, bertangkai dan permukaannya berjonjot.1
Penyakit ini terutama terdapat di daerah lipatan yang lembab, misalnya di daerah
genitalia eksterna.1 Kelainan kulit berupa vegetasi yang bertangkai dan berwarna
kemerahan kalau masih baru, jika telah lama agak kehitaman. Jika timbul infeksi
sekunder warna kemerahan akan berubah menjadi keabu-abuan dan berbau tidak enak.
Ukuran tiap kutil biasanya 1-2 mm, namun bila berkumpul sampai berdiameter 10 cm
dan bertangkai.2

2.2 EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini termasuk Penyakit akibat Hubungan Seksual (PHS). Frekuensinya
pada pria dan wanita sama. Tersebar kosmopolit dan transmisi melalui kontak kulit
langsung.1
Annual Incidence dari kondiloma akuminata adalah 1%. Kondiloma akuminata
merupakan Sexually Transmitted Disease (STD) yang paling umum. Prevalensi telah
dilaporkan melebihi 50%. Prevalensi dan risiko tertinggi adalah pada kalangan dewasa
muda pada usia dekade ketiga dan pada remaja. Peningkatan 4 kali lipat atau lebih
dalam prevalensi telah dilaporkan dalam 2 dekade terakhir.2
Prevalensi Internasional telah dilaporkan bervariasi. Data yang tersedia dari
Inggris, Panama, Italia, Belanda, negara-negara berkembang melaporkan infeksi HPV
kurang lebih sama dengan yang ada di Amerika Serikat.2

2.3 ETIOLOGI
Virus penyebabnya adalah Human Papilloma Virus (HPV), ialah virus DNA yang
tergolong dalam family virus Papova. Sampai saat ini telah dikenal sekitar 60 tipe VPH
, namun tidak seluruhnya dapat menyebabkan kondiloma akuminata. Tipe yang pernah
ditemui pada kondiloma akuminata adalah tipe 6, 11, 16,18, 30,31, 33,35, 39, 41, 42,
44, 51, 52, dan 56.1

4
2.4. PATOGENESIS
Sel-sel dari lapisan basal epidermis diserang oleh Human Papilloma Virus
(HPV). Penetrasi virus ini menembus kulit dan menyebabkan mikroabrasi mukosa.
Awalnya fase laten dari virus dengan tidak adanya tanda atau gejala dan dapat
berlangsung dari satu bulan sampai beberapa tahun. Setelah fase laten, produksi dari
DNA virus, capsid dan partikel dimulai. Sel host terinfeksi dan berkembang morfologi
koilocytosis atipikal dari kondiloma akuminata.2
2.5 GEJALA KLINIS
Setelah terinfeksi oleh HPV, virus biasanya membutuhkan masa inkubasi 3
minggu sampai 8 bulan sebelum manifestasi klinis. Rata-rata gejala fisik dimulai
sekitar 2-3 bulan setelah kontak awal. Virus dapat juga sebagai dormant pada sel
epitelial dalam jangka waktu yang lama. Infeksi ini dapat bertahan lama dan dapat tidak
terdeteksi sehingga dapat menimbulkan manifestasi klinis asimptomatik.4
Setelah manifestasi awal, kondiloma akuminata dapat meningkatkan dalam hal
ukuran dan jumlah. Kondiloma dapat mengalami rekuren dalam waktu 3 bulan setelah
terinfeksi bahkan setelah menjalani pengobatan. Faktor risiko yang signifikan untuk
kondiloma yang persisten jangka panjang adalah imunosupresi host, infeksi dengan
HPV yang high risk. Timbulnya limfosit CD4+ dalam dermis dan epidermis dianggap

5
dapat meningkatkan regresi spontan, yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh
dalam menentukan perjalanan infeksi virus.4

2.6 DIAGNOSIS
a. Anamnesis
 Partner seksual multipel dan usia coitus yang lebih muda merupakan faktor
risiko kondiloma akuminata.2
 Umumnya, 2/3 dari individu yang memiliki pasangan kontak seksual dengan
kondiloma akuminata, lesi dapat berkembang dalam waktu 3 bulan.2
 Keluhan utama biasanya salah satu benjolan nyeri, pruritus atau discharge.
Terlibatnya lebih dari satu area sering terjadi. Riwayat lesi multipel.2
 Lesi pada mukosa oral, laring atau trakea (tapi jarang) mungkin terjadi karena
kontak oral-genital.2
 Riwayat hubungan seksual anal baik pada lak-laki maupun perempuan dapat
menyebabkan lesi pada perianal.2
 Perdarahan uretra atau obstruksi uretra meskipun jarang dapat terjadi, dapat
disebabkan oleh kondiloma yang terdapat di meatus.2
 Riwayat pasien dengan PMS sebelumnya atau sedang terjadi.2
 Perdarahan saat koitus dapat terjadi. Perdarahan vagina selama kehamilan
terjadi karena erupsi dari kondiloma.2
 Lesi dapat regresi, spontan atau progres.2
 Pruritus dapat terjadi.2
 Keluhan discharge mungkin ada.2

b. Pemeriksaan Fisik
 Erupsi papular single atau multipel dapat diobservasi. Erupsi mungkin muncul
mutiara, filiform, kembang kol (caulifowler) atau plaquelike. Semuanya ini
dapat secara halus (terutama pada penis), verukosa atau lobular. Erupsi ini
mungkin tidak berbahaya atau dapat mengganggu penampilan.2
 Warna erupsi mungkin sama dengan warna kulit atau dapat juga eritema atau
hiperpigmentasi. Periksa ketidakteraturan dalam bentuk,warna yang
mensugesti melanoma atau keganasan.2

6
 Kecenderungan pada glands penis pada pria dan daerah vulvovagina dan
serviks pada perempuan. 2
 Lesi meatus uretra dan mukosa dapat terjadi.2
 Mencari adanya klinis dari PMS lainnya (misalnya ulserasi, adenopati,
vesikelm discharge).2
 Melihat lesi perianal, terutama pada pasien dengan riwayat atau risiko dari
imunosupresi atau hubungan seksual secara anal.2

c. Pemeriksaan Penunjang
Dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan
diagnosis, antara lain sebagai berikut:
Tes asam asetat (acetowhitening)

Kolposkopi

Pap Smear

Pemeriksaan Histopatologi

Deteksi DNA HPV

Serologi

2.7 DIAGNOSIS BANDING


a. Veruka vulgaris
b. Kondiloma lata
c. Karsinoma sel skuamosa

2.8 PENATALAKSANAAN
Podophyllotoxin 0,05% solution atau gel dan 0,15% cream
Imiquimod 5% cream
Sinecatechins 15% ointment
Podofilin
Asam triklorasetat (Trichloracetic acid/ TCA)
5-fluorourasil
Bedah listrik(electrosurgery)

7
Cryotheraphy
Bedah Eksisi
Laser karbondioksida

Interferon

2.9 VAKSINASI

a. Vaksin Papiloma Virus (Gardasil) (HPV4)


Mencegah Penyakit yang disebabkan oleh HPV tipe 6, 11, 16 dan 18
Cervarix (HPV2)

2.10 PROGNOSIS
Walaupun sering mengalami residif, prognosisnya baik. Faktor predisposisinya
dicari, misalnya higiene, adanya flour albus, atau kelembaban pada pria akibat tidak
disirkumsisi.1
Banyak pasien baik itu gagal untuk merespon pengobatan atau rekuren. Tingkat
kekambuhan lebih dari 50% setelah 1 tahun dihubungkan dengan:2
 Infeksi berulang dari kontak seksual
 Masa inkubasi yang panjang dari HPV
 Lokasi virus pada lapisan kulit superfisial
 Virus yang persisten di kulit, folikel rambut
 Lesi yang dalam
 Lesi subklinik
 An underlying immunosuppression

2.11 Pencegahan
 Tidak ada medikasi yang efektif 100%. Vaksin HPV dapat dilakukan dan telah
disetejui oleh FDA. The Advisory Committee on Immunization Practice (ACIP)
merekomendasikan vaksinasi rutin untuk perempuan usia 11-12 tahun dan
vaksinasi catch-up untuk perempuan usia 13-26 tahun.2
 Sexual abstinence2
 Kondom dapat mencegah terjadinya penularan2

8
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kondiloma akuminata merupakan penyakit menular seksual yang umum
terdapat dimasyarakat. Penyebabnya adala human papilloma virus (HPV). Sekitar 90%
kondiloma akuminata berhubungan denga subtipe HPV 6 dan 11, yang memiliki
potensial yang rendah menimbulkan keganasan. Namun, apabila terkait dengan HPV
tipe 16 dan 18 cenderung untuk transformasi onkogenik. Terapi yang diberikan terdapat
beberapa macam yaitu terapi lokal (podophyllin, podophyllotoxin, dan asam
trikloroasetat) terapi imununomulator (bedah eksisi, electrosurgery, cryotheraphy dan
laser theraphy). Pemilihan pengobatan tergantung dari lokasi ukuran lesi. Vaksinasi
HPV mungkin secara signifikan dapat mengurangi beban penyakit dengan mencegah
infeksi dan penularan virus.

3.2 SARAN
Tidak ada medikasi yang efektif 100%. Vaksin HPV dapat dilakukan dan telah
disetujui oleh FDA. The Advisory Committee on Immunization Practice (ACIP)
merekomendasikan vaksinasi rutin untuk perempuan usia 11-12 tahun dan vaksinasi
catch-up untuk perempuan usia 13-26 tahun.Selain itu hindari hubungan seksual
sebelum menikah dan jangan berganti-ganti pasangan.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A. Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke enam.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2009.
2. Ghadishah,Delaram.Reference:Condyloma-Acuminata.
http://emedicine.medscape.com/article/781735-overview.
3. Lacey, Woodhall, Wikstrom, Ross. European Guideline for the Management of
Anogenital Warts. 2011: 130911.
4. Valarie, Yanofsky, Patel, & Goldenberg. Genital Warts: A Comprehensive Review. The
Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology. June 2012: Vol 5:61.
5. Gearhart,Peter.Reference:Human-Papilloma-Virus.
http://emedicine.medscape.com/article/219110-overview
6. Braga, Stiepcich, Muller, Nadal, Valeria. Buschke-Loewenstein tumor: Identification of
HPV type 6 and 11. Anais Brasileiros de Dermatologia. 2012;87(1):131-134.
7. Wronski, Bocian. Surgical Excision of Extensive Anal condylomata is a Safe Operation
Without Risk of Anal Stenosis. Departement of General and Vascular Surgery.
2012;66:153-157.
8. Murtiastutik D, Barakbah J, Lumintang H, Martodihardjo S. Buku Ajar Infeksi Menular
Seksual. Surabaya: Airlangga University Press; 2008.h.165-79.
9. Rosana Y. Pemeriksaan laboratorium mikrobiologi infeksi menular seksual. Dalam:
Daili SF, Makes WIB, Zubier F, editor. Infeksi Menular Seksual. Edisi ke-4. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2009.h.53-5.
10. Murphy G. Kulit. Dalam: Kumar V, Cotran RS, Robbins Sl, editor. Buku Ajar Patologi.
Edisi ke-7. Jakarta: EGC; 2007.h.893-4.

10
11

Anda mungkin juga menyukai