Anda di halaman 1dari 9

Potensi Pemaparan Light Emitting Diode (LED) Inframerah Untuk Fotoinaktivasi

Bakteri Bacillus subtilis


Suryani Dyah Astuti1,, Rania Basalamah1, Moh. Yasin1
1
Program Studi Fisika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga
Email : suryanidyah@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemaparan cahaya LED inframerah pada
fotoinaktivasi bakteri Bacillus subtilis dengan cara melakukan uji potensi untuk mengetahui
panjang gelombang yang sesuai dengan spektrum serap fotosensitiser bakteri Bacillus subtilis.
Selain itu dilakukan uji optimasi untuk menentukan jarak dan waktu pemaparan yang efektif
pada proses fotoinaktivasi bakteri Bacillus subtilis dengan variasi jarak 1,5 cm, 2cm, dan 3cm
serta variasi waktu 5 menit, 10 menit, 15 menit dan 20 menit. Penelitian ini menggunakan
metode TPC (Total Plate Count) untuk menghitung jumlah kematian koloni bakteri akibat
pemaparan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LED inframerah dengan panjang
gelombang 950 nm berpotensi untuk fotoinaktivasi bakteri Bacillus subtilis. Dan efek
pemaparan yang paling efektif adalah pada jarak 1,5 cm pada waktu 15 menit dengan
prosentase kematian sebesar 53%.

Kata kunci : Bacillus


subtilis, Fotoinaktivasi, Fotosensitiser, LED (Light Emitting Diode), TPC
(Total Plate Count)

kimia meliputi teknik desinfeksi, serta


PENDAHULUAN
metode fisika meliputi, teknik penyaringan,
Salah satu tujuan utama institusi pemanasan dan radiasi ( Hollander A, 1995
pelayanan kesehatan adalah berupaya untuk dalam Ariyadi dan Dewi, 2009). Proses
mencegah terjadinya infeksi bagi pasien desinfeksi menggunakan bahan kimia
dan petugas kesehatan. Keberadaan bakteri seperti Chlorine atau alkohol 70% hanya
kontaminan sebagai penyebab infeksi mampu membunuh sel vegetatif saja dan
sangat berpengaruh pada area yang tidak mampu membunuh spora bakteri.
seharusnya terjaga kesterilannnya, seperti Sehingga tidak efektif untuk proses
ruang operasi dan laboratorium serta sterilisasi (Dhirgo,2007). Sedangkan pada
peralatan medis yang ada. Bakteri metode fisika, proses penyaringan
kontaminan yang sering ditemukan pada menggunakan filter hanya terbatas untuk
peralatan medis salah satunya adalah bakteri dengan ukuran tertentu saja dan
Bacillus subtilis (Pusdiknakes, 1989). sejatinya tidak membunuh bakteri
Adanya pusat sterilisasi dalam unit rumah melainkan hanya memisahkan bakteri
sakit sangat diperlukan sebagai upaya tersebut dari suatu bahan, sehingga bakteri
mengendalikan terjadinya infeksi yang akan tetap hidup (Gabriel, 1988).
disebabkan oleh mikroorganisme Penggunaan autoklaf untuk teknik
(Departemen Kesehatan RI, 2009). pemanasan yang kerap kali digunakan,
Sterilisasi merupakan suatu proses seringkali terjadi masih adanya udara dalam
yang dengan metode tertentu baik secara autoklaf, sehingga suhu didalam ruang
kimia atau fisika, dapat menghancurkan tersebut akan turun, akibatnya proses
mikroba patogen termasuk endospora sterilisasi menjadi tidak sempuma. Selain
bakteri (Darmadi, 2008). Sterilisasi itu, terjadinya kegagalan kontak akibat
peralatan medis dapat dilakukan dengan tidak meratanya uap ke seluruh permukaan
berbagai cara yaitu berdasarkan metode bahan menyebabkan kegagalan sterilisasi
(Dhirgo,2007). Serta tidak semua peralatan dan Hasan, 2003). Fenomena fisis yang
medis dapat disterilkan dengan metode ini. terjadi pada proses fotoinaktivasi meliputi 3
Teknik radiasi ionisasi yang biasa tiga tahap, yaitu tahap fotofisika, berupa
digunakan untuk sterilisasi adalah radiasi interaksi cahaya dengan molekul porfirin
sinar gamma. Sinar gamma memiliki energi pada proses absorbsi foton dan diikuti
sangat tinggi yang dapat mengionisasi dengan eksitasi elektron. Pada tahap
molekul bahan, sehingga dapat juga fotokimia, terjadi perubahan energi dan
merusak bahan tersebut serta dapat struktur elektron sebagai akibat dari eksitasi
menimbulkan mutasi pada organisme baik elektron. Sedangkan tahap fotobiologi,
secara langsung maupun tidak langsung melibatkan perubahan sel organisme akibat
(Kappke et al., 2005). Sedangkan radiasi interaksi cahaya (Grossweiner,2005).
non ionisasi yang selama ini digunakan Menurut Nicorescu et al., (2012), efek
adalah radiasi ultraviolet. Namun pemaparan cahaya pulsed light pada bakteri
kelemahan dari sinar ultraviolet adalah daya Bacillus Subtilis yang ditunjukkan oleh
penetrasinya yang lemah (Ariyadi dan SEM, menyebabkan rusaknya struktur
Dewi,2009). Dengan demikian, diperlukan parietal bakteri tersebut. Salah satu
metode alternatif yang efektif untuk penggunaan cahaya pulsed light adalah
inaktivasi bakteri kontaminan, yaitu dengan Light Emitting Diode (LED).
menggunakan teknik fotodinamik. LED merupakan semikonduktor
Secara alamiah, beberapa bakteri kompleks yang dapat mengkonversi energi
menghasilkan endogen porfirin, yaitu listrik menjadi cahaya. LED termasuk
molekul pengasorbsi cahaya yang bersifat sumber cahaya dengan rentang spektrum
fotosensitizier (peka terhadap cahaya). absorbsi porfirin tipe fotosensitizier.
Setiap molekul porfirin memiliki Kelebihan LED dibandingkan dengan
kemampuan mengabsorbsi cahaya yang sumber cahaya lain untuk fotoinaktivasi
bergantung pada panjang gelombang adalah karena hanya menghasilkan
tertentu (Papageorgiou et al., 2000). sejumlah kecil panas dalam cahaya yang
Kombinasi cahaya dan fotosensitizier ditimbulkan. LED menghasilkan cahaya
dengan spektrum yang sesuai akan dengan berbagai warna. Warna cahaya yang
menyebabkan fotoinaktivasi sel bakteri. diemisikan oleh LED bergantung pada
Proses fotoinaktivasi diawali dengan komposisi material semikonduktor yang
mekanisme fotosensitasi yaitu penyerapan digunakan, baik inframerah, cahaya tampak
cahaya oleh porfirin yang selanjutnya maupun ultraviolet (Schubert, 2006).
mengaktivasi reaksi dalam substrat. Cahaya inframerah (700 nm – 10-6
Fotosensitasi ini bergantung pada jenis dan nm) memiliki karakteristik mudah diserap
kuantitas dari porfirin sebagai molekul oleh bahan organik. Material organik dalam
penyerap cahaya (Nitzan et al., 2004). bakteri akan cepat menyerap cahaya
Kerusakan sel bakteri pada proses inframerah saat terjadi proses penyinaran,
fotoinaktivasi didasarkan pada dua sehingga kenaikan temperatur dalam
mekanisme, yaitu kerusakan DNA dan bakteri akan terjadi semakin cepat pula
kerusakan membran sitoplasma. Penyinaran (Hamanaka, 2005). Absorbsi energi radiasi
cahaya yang diserap oleh fotosensitizier oleh sel bakteri secara garis besar
akan memecah struktur DNA menjadi mempunyai dua hasil yaitu kematian sel
double-strained DNA, sehingga dapat yang diindikasikan oleh tidak adanya
menimbulkan kerusakan. Selain itu, kemampuan untuk membentuk koloni, atau
fotoinaktivasi juga dapat mengakibatkan mutasi yaitu perubahan pola genetik. Oleh
kebocoran sel atau inaktivasi sistem karena itu, dapat diperkirakan bahwa
transport membran dan sistem enzim mekanisme utama dari fotoinaktivasi
membran pada bakteri tersebut (Hamblin bakteri dengan cahaya inframerah adalah
pemanasan langsung ke mikroorganisme inframerah 940 nm dan 950 nm serta LED
oleh penyinaran termal (Dhirgo,2007). merah 626 nm) yang dilengkapi dengan
Penelitian fotodinamik yang telah mikrokontroler AVR 8535, motor servo,
dilakukan sebelumnya membuktikan bahwa sensor suhu tipe LM 35, plat holder sampel,
keberhasilan fotoinaktivasi pada bakteri keypad sebagai pemberi masukan daya
ditentukan oleh kesesuaian panjang (PWM% ), waktu (menit), dan suhu (0C)
gelombang cahaya dengan spektrum serap
porfirin. Berdasarkan penelitian Dhirgo et
al., (2007) menunjukkan bahwa penyinaran Metode Penelitian
cahaya inframerah selama 15 menit, dapat
menimbulkan inaktivasi bakteri Bacillus Penelitian ini merupakan penelitian
subtilis. Begitu juga dengan penelitian yang eksperimen laboratoris dengan rancangan
dilakukan Hamanaka et al., (2005) acak lengkap pola faktorial pre test-post
menyimpulkan bahwa penyinaran test control group design , yaitu dengan
inframerah 950 nm berpotensi menyediakan kelompok kontrol dan
fotoinaktivasi pada bakteri Bacillus subtilis. kelompok perlakuan. Metode pemaparan
Penelitian ini bertujuan untuk bakteri dilakukan dengan dua tahap uji.
mengetahui potensi pemaparan LED Tahap uji potensi bertujuan untuk
inframerah pada inaktivasi bakteri Bacillus mengetahui panjang gelombang (dari lampu
subtilis sebagai upaya alternatif dan efektif LED Inframerah 940 nm dan 950 nm serta
untuk sterilisasi peralatan medis. LED merah) yang paling berpotensi untuk
fotoinaktivasi bakteri Bacillus subtilis.
Sedangkan tahap uji optimasi bertujuan
MATERIAL DAN METODE
untuk mengetahui jarak dan waktu
PENELITIAN
pemaparan yang paling optimal untuk
fotoinaktivasi bakteri Bacillus subtilis.
Persiapan Kultur Bakteri
Karakterisasi Alat
Penelitian ini menggunakan isolat
bakteri Bacillus subtilis yang diperoleh dari Sebelum dilakukan pemaparan,
Laboratorium mikrobiologi, Departemen terlebih dahulu dilakukan karakterisasi alat
Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, penyinaran yang terdiri dari 3 tahap yaitu
Universitas Airlangga. Alat dan bahan yang tahap karakterisasi temperatur
digunakan adalah Cawan petri (diameter 6 menggunakan Thermo-Hygrometer digital,
cm), tabung reaksi, Erlenmeyer 250 ml, karakterisasi waktu pemaparan
Micropipette, lidi sapu (ose), lampu bunsen, menggunakan stopwatch digital ,dan
neraca, Microwave oven, karakterisasi intensitas pemaparan LED
Spektrophotometer, Dry oven, Autoclave menggunakan Silicon detector 818 SL
bersih, Autoclave kotor, Incubator, colony dengan Output yang disambungkan pada
counter, Aluminium foil, plastik wrap, dan voltmeter.
kapas.media Nutrient Agar, Aquades , air
Garfis (campuran Aquades dan NaCl ), Pengkulturan Bakteri
Alkohol 70%.
Isolat Bacillus subtilis dari media
Peralatan Perlakuan agar diambil menggunakan ose dan
dimasukkan ke dalam larutan Nutrient
Peralatan yang digunakan untuk Broth. Kemudian campuran dihomogenkan
perlakukan pada penelitian ini adalah dengan vortex dan diinkubasi selama 24
Seperangkat LED (terdiri dari LED jam dengan inkubator 370C. Selanjutnya
dilakukan pengenceran dengan cara Penghitungan jumlah koloni bakteri
mengambil kultur 1 ml dan dimasukkan ke yang tumbuh dilakukan dengan metode
dalam tabung reaksi yang berisi air pencawanan (Total Plate count). Prosentase
fisiologis 9 ml (10-1) hingga pengenceran penurunan jumlah koloni bakteri yang
ke 10-10. Tiap pengenceran bakteri dituang tumbuh dapat dihitung dengan :
ke dalam cawan petri sebanyak 0,05 ml. |(Σ koloni perlakuan - Σ koloni
Media Nutrient Agar yang telah dipanaskan kontrol)/Σ koloni kontrol | × 100
dengan suhu 45o ditambahkan ke dalam
cawan bakteri, kemudian cawan tersebut Analisis Data
digoyangkan dengan pola angka delapan
hingga media yang berisi bakteri di dalam Analisis data menggunakan analisis
cawan menjadi padat. Cawan-cawan petri statistik SPSS (Statistical Package For
yang telah berisi bakteri diletakkan dalam Social Science) berupa uji one way anova
posisi terbalik dan diinkubasi selama 24 dan uji Anova Faktorial untuk mengetahui
jam pada temperatur 370C. Setelah itu pengaruh antar kelompok perlakuan
dilakukan pengamatan pada jumlah bakteri
masing-masing pengenceran. Jika
memenuhi syarat sekitar 30-300 koloni,
maka pengenceran itu yang dapat
digunakan untuk perlakuan.

Uji Pemaparan LED

Setelah diperoleh sampel bakteri,


dilakukan uji potensi pemaparan
menggunakan LED inframerah 940 nm dan
950 nm serta LED merah, masing-masing
dengan jarak 3 cm dan waktu pemaparan
konstan 15 menit. Pada tahap ini dilakukan
replikasi sebanyak 10 kali untuk masing-
masing LED, sehingga terdapat 10x3 = 30
satuan percobaan yang dilaksanakan secara
acak.
Kemudian hasil penyinaran tersebut
diamati dan jenis LED yang lebih
berpotensi untuk fotoinaktivasi bakteri
dipilih untuk uji optimasi jarak dan waktu
pemaparan. Digunakan variasi jarak 1,5 cm,
2 cm, 3 cm dan variasi waktu 5 menit, 10
menit, 15 menit, 20 menit. Pada tahap ini
Gambar 1.1 Diagram alir langkah-
dilakukan replikasi sebanyak 4 kali,
langkah penelitian
sehingga terdapat 3 x 4 = 12 kombinasi
perlakuan yang dilaksanakan secara acak.
Kemudian dilakukan pengamatan pada HASIL DAN PEMBAHASAN
hasil pemaparan LED. Pada penelitian tahap pertama yaitu
uji potensi pemaparan LED inframerah 940
Penghitungan Jumlah Koloni Bakteri nm dan 950 nm serta LED merah 626 nm
untuk fotoinaktivasi bakteri Bacillus
subtilis ini menggunakan jarak 3 cm dan jarak dan waktu. Sehingga dapat diketahui
waktu konstan 15 menit apakah ada pengaruh pada masing-masing
faktor dan interaksi antar faktor atau tidak
ada pengaruh.
Uji Anova Faktorial
menunjukkan nilai signifikan (p) untuk
faktor jarak dan waktu adalah 0,000 < 0,05.
Sehingga berdasarkan uji statistik Anova
Faktorial dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh yang bermakna pada pemaparan
LED inframerah 950 nm dengan variasi
Gambar 1.2 Diagram batang prosentase jarak dan waktu. Data hasil uji optimasi
penurunan bakteri Bacillus subtilis terhadap jarak dan waktu dapat dipaparkan dalam
variasi panjang gelombang grafik berikut :
Data hasil uji potensi dianalisis
menggunakan uji statistik One Way Anova
yang menunjukkan bahwa signifikan atau
nilai probabilitas (p) 0,000 < 0,05. Nilai ini
mengandung makna ada perbedaan antara 3
perlakuan pada penelitian ini. Sedangkan
berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada
Gambar 1.2 menyatakan bahwa LED
inframerah dengan panjang gelombang 950
nm termasuk yang paling berpotensi pada
fotoinaktivasi bakteri Bacillus subtilis
Gambar 1.3. Grafik persentase
dengan prosentase penurunan jumlah koloni
penurunan jumlah koloni bakteri Bacillus
bakteri sebesar 34%. Sehingga dapat
subtilis pada pemaparan LED inframerah
diketahui pula bahwa sumber cahaya
950 nm dengan variasi jarak 1,5 cm, 2 cm,
inframerah 950 nm sesuai dengan spektrum
dan 3 cm.
serap bakteri Bacillus subtilis. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Berdasarkan Gambar 1.3 dapat
oleh Hamanaka et al., (2005) yang
disimpulkan bahwa pemaparan LED
menunjukkan bahwa sumber cahaya
inframerah 950 nm untuk fotoinaktivasi
inframerah 950 nm memiliki pengaruh yang
bakteri Bacillus subtilis adalah optimal
besar pada inaktivasi bakteri berspora,
pada jarak 1,5 cm dan waktu pemaparan 15
seperti Bacillus subtilis.
menit serta dengan energi 1,39 Joule
Pada tahap kedua yaitu uji
mampu menghasilkan prosentase
optimasi jarak dan waktu untuk
penurunan jumlah koloni bakteri sebesar
fotoinaktivasi bakteri Bacillus subtilis,
53%.
dilakukan dengan menggunakan variasi
Fotodinamik merupakan teknologi
jarak 1,5 cm, 2 cm, dan 3 cm serta variasi
inaktivasi yang ditentukan oleh panjang
waktu 5 menit, 10 menit, 15 menit, dan 20
gelombang spesifik dari cahaya yang sesuai
menit. Sumber cahaya yang digunakan
dengan spektrum fotosensitizer untuk dapat
adalah sesuai dengan hasil yang diperoleh
menghasilkan molekul aktif yang bersifat
pada tahap uji potensi, yaitu LED
racun pada sel bakteri (Zhou, 2012). Proses
inframerah 950 nm. Data hasil uji optimasi
absorbsi cahaya menyebabkan terjadinya
kemudian dianalisis menggunakan uji
eksitasi elektron ke tingkat energi yang
Anova faktorial dengan 2 faktor uji yaitu
lebih tinggi dan kemudian akan
menstabilkan diri kembali ke keadaan dasar penyinaran yang akan menghasilkan
melalui transisi radiatif fluorosensi dan intensitas tinggi. Maka dalam penelitian ini
fosforensi. Proses fluorosensi diawali diperoleh hasil pemaparan LED inframerah
dengan transisi non-radiatif berupa internal 950 nm yang paling efektif adalah pada
conversion. Sedangkan radiasi fosforensi jarak terendah yaitu 1,5 cm.
diawali dengan adanya transisi non-radiatif Kematian yang ditimbulkan pada
yaitu intersystem crossing yang fotoinaktivasi bakteri memiliki mekanisme
berlangsung pada keadaan triplet dalam yang berbeda-beda, bergantung pada jenis
jangka waktu yang cukup lama. Akibatnya bakteri tersebut, yaitu gram-positif atau
terjadi reaksi fotokimia antara molekul gram-negatif. Titik lemah antara bakteri
fotosensitiser dengan molekul lainnya gram positif dan gram negatif, dapat
secara langsung (Tipe 1) maupun tak dijelaskan berdasarkan struktur pembentuk
langsung (Tipe 2). Sehingga dihasilkan dinding selnya (Alves et al., 2014). Bakteri
radikal bebas dan singlet oksigen yang Bacillus subtilis sebagai jenis bakteri gram
bersifat toksik dan merusak membran sel positif mempunyai dinding sel yang
bakteri (Alves et al., 2014). mengandung lipoteichoic dan asam teichoic
Efek fotodinamik bergantung pada yang tersusun pada lapisan ganda
beberapa parameter, diantaranya adalah peptidoglican yang akan berperan penting
medium absorbsi cahaya atau fotosensitiser pada daya serap bakteri sebagai jalur masuk
dan karakteristik sumber cahaya yang molekul fotosensitiser ke dalam sel untuk
meliputi : panjang gelombang dan dosis merusak sel melalui oksidasi singlet
energi (Costa et al., 2012). Parameter oksigen. Sedangkan Bakteri gram-negatif
fotosensitiser sebagai medium absorbsi mempunyai membran luar yang kompleks
cahaya, akan memperngaruhi keberhasilan pada dinding sel nya, yaitu terdiri dari
fotoinaktivasi melalui kesesuaian spektrum fosfolipid, lipopolysakarida, asam
serap fotosensitiser dengan panjang lipoteichoic dan lipoprotein. Interaksi
gelombang sumber cahaya. antara kation fotosensitiser dan unsur-
Parameter dosis energi yang unsur penyusun pada dinding sel gram
digunakan pada pemaparan sumber cahaya negatif menghasilkan interaksi elektrostatik
ditentukan oleh faktor intensitas dan waktu yang akan menstabilkan dinding sel,
penyinaran. Menurut Alves et al.,(2014), termasuk ikatan kimia dan akhirnya
fotoinaktivasi pada mikroorganisme akan molekul fotosensitiser masuk ke dalam sel
lebih berpengaruh ketika intensitas hingga singlet oksigen menimbulkan
penyinaran tinggi dan durasi waktu kerusakan pada dinding sel (Alves et al.,
penyinaran lebih lama. Namun hasil 2014).
penyinaran yang lebih efektif dapat
dilakukan dengan menggunakan intensitas
penyinaran yang tinggi pada waktu singkat KESIMPULAN
atau intensitas penyinaran yang rendah pada
waktu yang lama. Berdasarkan hasil penelitian,
Penelitian optimasi jarak dan waktu diperoleh bahwa Pemaparan Light Emitting
untuk fotoinaktivasi bakteri Bacillus Diode (LED) inframerah dengan panjang
subtilis, akan berpengaruh pula terhadap gelombang 950 nm berpotensi untuk
intensitas penyinaran yang diterima oleh fotoinaktivasi bakteri Bacillus subtilis.
sampel bakteri. Semakin besar jarak Serta efek fotoinaktivasi paling optimal
penyinaran, maka semakin rendah intensitas diperoleh pada jarak pemaparan 1,5cm dan
penyinaran yang akan diabsorbsi oleh durasi waktu pemaparan 15 menit, dengan
bakteri. Sehingga pemaparan yang efektif energi sebesar 1,39 Joule mampu
dapat terjadi dengan meminimalkan jarak
menghasilkan efek fotoinaktivasi bakteri Photosensitizer pada Penyinaran
sebesar 53%.
LED Biru (430 ± 4) nm dan Merah
(629 ± 6) nm. Surabaya: Universitas
Ucapan Terima Kasih
Terima kasih disampaikan kepada Airlangga
Kementrian Direktorat Pendidikan Tinggi Block, Seymour S. 1977. Disinfection,
RI, yang telah membiayai biaya penelitian.
Dan para pembimbing penelitian Serta sterilization, and preservation (ed
kepada Laboratorium Gastroentritis, 2th). Philadelphia : Lea & Febiger.
Institute Tropical Disease, Universitas
Airlangga. Block, Seymour S. 2001. Disinfection,
sterilization, and preservation (ed
DAFTAR PUSTAKA 5th). USA : Lippincot williams &
wilkins.
Alves, Eliana et al. 2014. Potential Cavalcante, R.S et al. 2008. A Combination
applications of porphyrins in of Techniques to Evaluate
photodynamic inactivation beyond Photodynamic Efficiency of
the medical scope. Journal of Photosensitizers. Wiley-VCH
Photochemistry and Photobiology Verlag GmbH & Co. KGaA.
C: Photochemistry Costa, Liliana et al. 2012. Photodynamic
Ariyadi, T dan S Sinto Dewi. 2009. Inactivation of Mammalian Viruses
Pengaruh Sinar Ultraviolet and Bacteriophages. Open Access
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Viruses.
Bacillus Sp. Sebagai Bakteri Csele, Mark. 2004. Fundamentals Of Light
Kontaminan. Semarang: Universitas Sources And Lasers. New Jersey :
Muhammadiyah John Wiley & Sons, Inc.
Astuti, Suryani Dyah. 2010. Potensi Light Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial
Emitting Diode (LED) Biru Untuk Problematika dan Pengendalianyya.
Fotoinaktivasi Bakteri Jakarta : Penerbit salemba medika.
Staphylococcus aureus dengan Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman
Porfirin Endogen. Surabaya: Instalasi Pusat Sterilisasi di Rumah
Universitas Airlangga Sakit. Jakarta : Direktorat Jendral
Astuti, Suryani Dyah dkk. 2011. Potensi Bina Pelayanan Medik.
Photodinamik inaktivasi De Rosa, Maria C dan Robert J Crutchley.
Staphylococcus aureus dan Vibrio 2002. Photosensitized singlet
cholerae dengan Endogen oxygen and its applications.
Coordination Chemistry Reviews : Journal of Photochem & Photobiol,
Elsevier Science.
Dhirgo, Adji ,. 2013. Perbandingan Harwood, C.R and S.M.Cutting. 1990.
Efektivitas Sterilisasi Alkohol Molecular Biological Methods for
70%,Inframerah,Otoklaf, dan Ozon Bacillus. England : John Wiley &
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Sons Ltd.
Bacillus subtilis. Yogyakarta: Hatmanti, Ariyani. 2000. Pengenalan
Universitas Gajah Mada Bacillus Spp. Jakarta : Oseana
Gabriel, J.F. 1996. Fisika Kedokteran. Held, Gilbert. 2009. Introduction to Light
Jakarta : EGC Emitting Diode Technology and
Gardner, Joan F and Margaret M Peel. Applications. Boca Raton : Taylor
1986. Introduction to Sterilization & Francis Group
and Disinfection. Melbourne: Juzenas, Petras et al. 2008. Quantum dots
Longman Group. and nanoparticles for photodynamic
Giancoli, 2001. Physics fifth edition. Alih and radiation therapies of cancer.
bahasa : Yuhilza Hanum dan Irwan Advance Drug Delivery Review :
Arifin. Jakarta : Erlangga. Elsevier
Grossweiner LI, 2005. The Science of Kranovsky, A.A. 2007. Luminescence and
Phototherapy: An photochemical studies of singlet
Introduction, USA : Springer oxygen photonics. Journal of
Hamanaka, Daisuke. 2005. Effect Of The Photochemistry and Photobiology :
Wavelength Of Infrared Heaters On Elsevier
The Inactivation Of Bacterial Mamone, L et al. 2014. Photodynamic
Spores At Various Water Activities. inactivation of Gram-positive
International Journal of Food bacteria employing natural
Microbiology : Elsevier resources. Journal of
Hamblin dan Hasan T, 2003. Photodynamic Photochemistry and Photobiology :
therapy: a new antimicrobial Elsevier
approach to infectious disease. PPS Merchant, LA and Parker, R.A. 1961.
(http://www.rsc.org/pps) Laboratry Manual for Veterinary
Hamblin dan Hasan T, 2004. Photodynamic Bacteriology. Baltimore : Burgess
therapy: a new antimicrobial Publishing Company.
approach to infectious disease,
Naim, R. 2003. Endospora, Aspek Treatment of Acne Vulgaris. British
Kesehatan Industri Pangan. Bogor : Journal of Dermatology.
FKH-IPB (diakses di http//www. Schubert E.F., 2006, Light Emitting
kompas. com/kompascetak/03 0 1 Diodes, 2nd ed., Cambridge
127 lipteU9T 493 .htm) University Press, USA.
Niemz, Markolf H. 2007. Laser-Tissue Senior, John. 1985. Optical Fiber
Interactions Third enlarged edition. Communications. London :
Prentice-Hall International.
New York :Springer Berlin
Tamimah, Ni’matut. 2013. Skripsi Potensi
Heidelberg
Pemaparan Light Emitting Diode
Nicoresu, I et al. 2012. Pulsed Light
(LED) untuk Fotoinaktivasi Bakteri
Inactivation Of Bacillus Subtilis
Streptococcus Mutans secara In
Vegetative Cells In Suspensions and
Vitro. Departemen Fisika
Spices. Food Control Journal :
Universitas Airlangga.
Elsevier
Wainwright, Mark. 2009. Photosensitizers
Nitzan, Divon MS, Shporen E, Malik Z,
in Biomedicine.Wiley-
2004. ALA Induced Photodynamic
Blackwell:UK
Effect on Gram Positive and
Zhou, Li Sheng et al. 2012. Novel
Negative bacteria. Journal of
fluorescent risedronates: Synthesis,
Photochemistry & Photobiology.
photodynamic inactivation and
Papageorgiu, Katsambas, Chu. 2000.
imaging of Bacillus subtilis.
Phototherapy with Blue (415nm)
Bioorganic & Medicinal Chemistry
and Red (660nm) Light in The
Letters : Elsevier

Anda mungkin juga menyukai