PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Hal ini disebabkan karena semua bagian tanaman sorgum tersebut dapat
dimanfaatkan, baik untuk memenuhi kebutuhan pangan, pakan, serta nahan baku
industry (Rismunandar 2003: BATAN 2005 menjadi dua yakni kelompok sorgum
manis (sweet sorghum) dan sorgum yang tidak manis (non-sakarin). Budidaya
sorgum (non-sakarin) di Indonesia relatif masih rendah, sedangkan untuk
budidaya sorgum manis masih belum berkembang. Oleh karena itu, untuk
mengembangkan budidaya sorgum manis perlu dimulai dengan program
pemuliaan tanaman untuk memperoleh varietas tanaman sorgum manis yang
unggul dan dapat beradaptasi dengan baik pada kondisi agroekologi beberapa
lahan pertanian di Indonesia. Metode pemuliaan tanaman dengan menggunakan
aplikasi teknologi nuklir (induced mutation) telah umum digunakan dalam proses
rekayasa keragaman genetik tanaman yang meyerbuk sendiri seperti tanaman
sorgum. Beberapa varietas sorgum hasil mutasi telah dilaporkan (IAEA,1977).
PEMBAHASAN
A. Kultur Jaringan
Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari
tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan dan organ yang kemudian
menumbuhkannya dalam lingkungan yang aseptik, sehingga bagian-bagian
tanaman tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman
utuh kembali. Salah satu penerapan kultur jaringan adalah perbanyakan mikro.
Perbanyakan mikro secara umum dapat diartikan sebagai usaha menumbuhkan
bagian tanaman dalam media aseptik dan memperbanyaknya hingga
menghasilkan tanaman sempurna. Tujuan utama penerapan perbanyakan mikro
adalah produksi tanaman dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat terutama
untuk varietas-varietas unggul serta memperoleh tanaman yang terbebas dari
serangan patogen. Eksplan yang ditanam pada media tumbuh yang tepat dapat
beregenerasi melalui proses yang disebut organogenesis atau embriogenesis
(Neumann et al. 2009). Perbanyakan secara kultur jaringan bertujuan untuk
memproduksi tanaman dalam jumlah besar pada waktu singkat, tanpa
memerlukan tempat yang luas, penanaman tidak tergantung musim, bibit yang
dihasilkan lebih sehat dan memungkinkan terjadinya manipulasi genetik. Menurut
Gray (2005) teknik kultur jaringan mempunyai dua kegunaan utama yaitu untuk
perbanyakan klonal yang akan menghasilkan propagula bermutu dan perbaikan
karakter tanaman untuk menghasilkan kultivar baru yang lebih unggul sesuai
dengan program perbaikan pemuliaan yang dikehendaki.
B. Embriogenesis Somatik
C. Pemuliaan Mutasi
Planlet yang dihasilkan dari embrio somatik yang bertahan hidup pada
percobaan ini diharapkan mutan putatif yang memiliki ketahanan terhadap suhu
tinggi. Mutan putatif ini diharapkan bukan disebabkan oleh epigenetik melainkan
terbentuk sebagai hasil mutasi sehingga ketahanannya bersifat permanen dan
dapat diwariskan. Menurut Shu et al. (2012) varian yang disebabkan oleh
epigenetik tidak bersifat permanen dan tidak dapat diwariskan. Cekaman pada
seleksi in vitro berupa suhu tinggi ini tidak hanya berfungsi sebagai agen
penyeleksi tetapi juga dapat menginduksi terjadinya mutasi selektif atau mutasi
terarah sehingga dihasilkan mutan yang diinginkan. Mutan putatif yang terbentuk
pada perlakuan iradiasi kemungkinan merupakan mutan hasil mutasi yang
terinduksi, namun tidak tertutup kemungkinan muatnt tersebut juga merupakan
hasil dari variasi somaklonal akibat media atau merupakan hasil dari keduanya
yaitu variasi somaklonal dan mutasi yang terinduksi oleh perlakuan iradiasi.
BAB III
KESIMPULAN