Bab I, Ii, Iii
Bab I, Ii, Iii
Menyimpang Seksual
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku menyimpang yang marak di kalangan remaja saat ini ialah perilaku
menyimpang seksual. Masa remaja merupakan masa dimana individu mempunyai
rasa keingintahuan yang tinggi. Rasa ingin tahu yang tinggi memang baik, namun
jika tidak diimbangi dengan faktor-faktor lain, maka rasa ingin tahu tersebut dapat
berdampak negatif.
Dalam hal ini diperlukan peran kedua orang tua untuk memberikan contoh
kepada anaknya. Seorang anak pasti perlu figure yang mereka jadikan “kiblat”
(acuan) dan role model (contoh) untuk menunjang tumbuh kembang dirinya1. Maka
pola asuh orang tua haruslah benar. Dimana ayah berperilaku sebagai laki-laki dan
ibu berperilaku sebagai wanita, agar mereka mampu mendeskripsikan banyak hal
yang berkaitan dengan perilaku dan sesuai dengan identitas gender.
1
http://harmonisa.com/faktor-penyebab-perilaku-penyimpangan-seksual/
Kurangnya pengetahuan tentang juga seksual dapat menjadi penyebab
terjadinya perilaku menyimpang, seperti yang dijelaskan sebelumya. Remaja
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Ketika mereka tidak memiliki pengetahuan
yang cukup maka mereka tidak akan bisa membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk. Sehingga perlu adanya pendidikan seks di sekolah dengan tujuan, agar
pelajar tidak terjerumus ke hal-hal yang tidak diinginkan dan sekaligus sebagai
tindakan preventif.2
Pengaruh lingkungan dan pergaulan, dua hal ini juga dapat menjadi
penyebab perilaku menyimpang seksual remaja. Hal yang harus diperhatikan
adalah bagaimana lingkungan di sekitarnya dan bagaimana pergaulannya. Saat ini
pergaulan bebas juga sering kita jumpai. Pergaulan bebas juga sebenarnya baik
untuk remaja sebagai cara untuk mendapatkan teman. Tapi bebas pun harus ada
batasnya harus bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Sebagai remaja yang hidup di zaman ini, kita harus mengetahui penyebab-
penyebab terjadinya perilaku-perilaku seksual, agar kita terhindar dari perilaku
tersebut dan menyelamatkan generasi-generasi muda selanjutnya untuk menjadi
penerus Bangsa yang memajukan Indonesia.
B. Identifikasi Masalah
Perilaku menyimpang seksual yang dilakukan oleh para remaja saat ini
disebabkan oleh beberapa faktor:
1. Rasa ingin tahu yang tinggi tanpa diimbangi pengetahuan yang benar
2. Pola asuh orang tua yang salah
3. Kurangnya pendidikan seksual di sekolah
4. Lingkungan yang tidak baik
2
http://m.kompasiana/com/chumairadewi/pentingnya-pendidikan-seks-bagi-pelajar-di-era-
globalisasi/
5. Pergaulan anak yang bebas
C. Pembatasan Masalah
Masalah Penelitian dibatasi pada:
Pola asuh orang tua
(X) Pola asuh orang tua, diukur dengan tingkat kepedulian dan gaya
pengasuhan yang diterapkan orang tua pada anaknya.
(Y) Perilaku menyimpang seksual, diukur dari output atau pola perilaku yang
di lakukan seorang anak.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dijelaskan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :
Apakah pola asuh orang tua yang salah dapat menyebabkan perilaku
menyimpang seksual yang dilakukan remaja?
E. Manfaat Penelitian
Peneliti
Untuk menambah pengetahuan tentang pengaruh pola asuh orang tua
terhadap perilaku menyimpang seksual.
Orang tua
Orang tua mengetahui pola asuh atau perilaku-perilaku yang salah dan
dapat berdampak negatif untuk perkembangan anak. Dapat mengetahui
bagaimana pergaulan yang dapat berpengaruh negative bagi anaknya
Anak/Remaja
Mengetahui bagaimana pergaulan bebas dapat berakibat buruk bagi
mereka. Dapat membedakan perilaku-perilaku mana yang dapat ditiru dan
tidak dapat ditiru, serta dapat terhindar dari perilaku menyimpang seksual.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Perilaku Menyimpang Seksual
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat
seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenisnya3
3
Sarlito Wirawan Sarwono. Psikologi Remaja. PT. Raja Grafinda Remaja, Jakarta, 2010, hal.142.
sedangkan lesbian adalah sebutan bagi wanita yang berbuat perilaku
serupa.
2) Transeksual, yaitu perilaku seseorang yang cenderung mengubah
karakteristik seksualnya. Hal tersebut menyangkut konflik batiniyah
mengenai identitas diri yang bertentangan dengan identitas sosial.
Contohnya, seorang laki-laki yang ingin menjadi perempuan, demikian
sebaliknya. Biasanya, perilaku seksual ini lebih disebabkan oleh
pengaruh lingkungan sosial, seperti orang sekitar atau pola
pengasuhnya.
3) Sadomasokisme, Sadisme adalah kepuasan seksual yang diperoleh bila
mereka melakukan hubungan seksual dengan terlebih dahulu menyakiti
atau menyiksa pasangannya, sedangkan masokisme merupakan
kebalikan dari sadisme, yaitu seseorang sengaja membiarkan dirinya
disakiti atau disiksa untuk memperoleh kepuasan seksual.
4) Ekshibisme, yaitu perilaku seksual yang memperoleh kepuasan seksual
dengan cara memperlihatkan alat kelaminnya kepada orang lain sesuai
kehendaknya. Bila korban terkejut, jijik, dan menjerit ketakutan maka
ia akan semakin terangsang. Kondisi tersebut sering terjadi pada pria.
5) Voyeurisme, yaitu perilaku seksual yang memperoleh kepuasan seksual
dengan cara mengitip atau melihat orang lain yang sedang telanjang,
mandi, bahkan berhubungan seksual. Setelah mengintip, ia tidak
melakukan tindakan lebih lanjut dari yang diintipnya.
6) Fetishisme, yaitu perilaku seksual yang disalurkan melalui
bermasturbasi dengan BH (breast holder), celana dalam, kaos kaki, atau
benda lain yang dapat meningkatkan hasrat atau dorongan seksualnya.
Namun, ada juga yang meminta pasangannya untuk mengenakan benda-
benda favoritenya, kemudian melakukan hubungan seksual yang
sebenarnya dengan pasangan tersebut.4
Aspek Medis: dari aspek medis penyimpangan seksual memiliki banyak risiko
dan konsekuensi. Misalnya, terkena penyakit menular seksual (PMS) . selain
itu, seks bebas dapat mengakibatkan infeksi, infertilisas dan kanker mulut
rahim (cervix). Penyakit menular seksual yang umum dikenali adalah sebagai
berikut
1. Penyakit Cbylamydia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Cbylamydia
Tracbomatis. Penyakit ini menyebabkan kesulitan dan rasa sakit ketika
buang air kecil. Penyakit ini juga ditularkan pada bayi ketika proses
persalinan
4 Taufiq Rohman Dhohiri, Sosiologi 1, Tim Yudhistira, Jakarta, 2007, hlm 109.
2. Penyakit kencing nanah atau gonore. Penyakit ini sangat mudah
menular dan disebabkan oleh bakteri Neisseria Gonorrboeae. Penyakit
ini ditunjukkan dengan keluarnya nanah dari saluran kencing yang
terasa membakar. Penyakit ini bisa menimbulkan kemandulan dan
dapat menular pada bayi ketika proses persalinan
3. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome). Penyakit ini
disebabkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus) AIDS
melumpuhkan sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh tidak mampu
mempertahankan dirinya dari infeksi dan berbagai penyakit.
Penularannya melalui hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi,
kontak dengan darah yang terkontaminasi (melalui jarum suntik,
transfusi darah, luka dan sebagainya), dan dari ibu ke janin yang
dikandungnya.
5 Irwansyah, Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan,PT Grafika Media Pratama,Bandung,hlm 186
pendidikan umum yang diterapkan pengasuha terhadap anak berupa suatu
proses interaksi antara orang tua (pengasus) dengan anak (yang diasuh).
Interaksi tersebut mencakup perawatan seperti dari mencukupi kebutuhan
makan, mendorong keberhasilan dan melindungi, maupun sosialisasi yaitu
mengajarkan tingkah laku umum yang diterima oleh masyarakat. 6
Salah satu aspek penting dalam hubungan orang tua dan anak adalah
gaya pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua. Studi klasik tentang
hubungan orang tua dan anak yang dilakukan oleh Diana Baumrind, 1972
(dalam Lerner & Hultsch, 1983) merekomendasikan tiga tipe pengasuhan
yang dikaitkan dengan aspek-aspek yang berbeda dalam tingkah laku sosial
anak, yaitu otoritatif, otoriter, dan permisif.
6Wiwit wahyuning, mengkomunikasikan moral kepada anak,PT Elex Media Komputido Kelompok
Gramedia,Jakarta,hlm 126
2) Pengasuhan Otoriter (authoritarian parenting)
Pengasuhan Permissive-indulgent
C. Kerangka Teoritik
Dalam penelitian ini membahas tentang pengaruh pola asuh orang tua.
Studi klasik tentang hubungan orang tua dan anak yang dilakukan oleh Dina
Baumrind, 1972 (dalam Lerner & Hultsch, 1983) merekomendasikan tiga tipe
pengasuhan yang dikaitkan dengan aspek-aspek yang berbeda dalam tingkah
laku sosial anak, yaitu otoritatif, otoriter, dan permisif. Dan dalam pengasuhan
pengasuhan permisif indulgent dan pengasuhan permisif indifferent.
Dari ketiga tipe ini memiliki pengaruh tersendiri kepada perilaku
seksual anak. Ada yang membuat pengaruh dan ada yang tidak mempengaruhi
perilaku seksual anak. Seperti pola asuh otoritatif tidak berpengaru pada
perilaku seksual anak, sedangkan pola asuh otoriter dan permisif berpengaruh
terhadap perilaku seksual anak.
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan,
maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Penerapan pola pengasuhan otoritatif cenderung tidak menyebabkan pada
perilaku menyimpang seksual anak.
2. Penerapan pola pengasuhan otoriter dapat menyebabkan perilaku
menyimpang seksual anak.
3. Penerapan pola pengasuhan permisif dapat menyebabkan perilaku
menyimpang seksual anak.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh pola asuh orang tua terhadap perilaku
penyimpangan seksual
2 Waktu Penelitian
1. Populasi
Populasi (Sugiyono, 2006: 117) diartikan sebagai wilayah generalisasi
yang terdiri atas : objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
2. Sampel
Sampel (Sugiyono, 2006: 118) adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Populasi dalam penelitian Pengaruh Perilaku Orang Tua terhadap Perilaku
Menyimpang Seksual di SDN 39 Pangkal Pinang di Gabek Satu, Gabek,
Pangkal Pinang. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa dan
siswi yang ada pada SDN 39 Pangkal Pinang. Mulai dari kelas 4 SD sampai
dengan 6 SD. Perincian anggota populasi seperti pada tabel berikut:
1 4 SD 1 36 15
2 5 SD 1 34 17
3 6 SD 1 30 18
Sempel dalam penelitian ini ditentukan dari jumlah siswa di SDN 39 Pangkal
Pinang. Seperti yang kita ketahui Jumlah populasi di SDN 39 Pangkal Pinang sebanyak
100 siswa, untuk penarikan sempel ini tidak semua populasi penulis gunakan
melainkan dibatasi jumlah siswanya. Pada kelas 4 SD, penulis mengambil 15 siswa,
kelas 5 SD dengan 17 siswa dan kelas 6 SD mengambil 18 siswa. Alasan pengambilan
jumlah sempel berbeda dikarenakan, dilihat melalui tingkat rasa keingintahuan yang
tinggi.
D. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer didapat dari kuesioner atau angket, sedangkan data
sekunder didapat melalui dokumentasi.
1. Kuesioner
Pengertian metode angket atau kuesioner menurut Arikunto (2002: 200)
“Angket atau kuesioner adalah pernyataan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi 49
atau hal-hal yang ia ketahui”. Sedangkan menurut Sugiyono (2012: 142)
“Angket atau kuesioner merupakan tehnik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawab”. Berupa daftar pertanyaan atau
angket tertulis.Sampel yang sesuai dengan karakteristik diberi kuesioner
mengenai masalah penelitian.
Melalui kuesioner ini nantinya akan didapat data interval yang nantinya
diinterpretasikan. Adapun alasan pemilihan kuesioner adalah kuesioner
dapat dijadikan secara serentak kepada banyak responden dan dapat
dijawab langsung mengenai informasi dirinya.
2. Dokumentasi
Definisi Konseptual
Pola asuh (Latifah, 2008) adalah pola interaksi antara anak dengan
orang tua meliputi pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum dan
lain-lain) dan kebutuhan psikologis (seperti rasa aman, kasih sayang,
perlindungan, dan lain-lain), serta sosialisasi norma-norma yang berlaku
dimasyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya. Dengan
kata lain, pola asuh juga meliputi pola interaksi orang tua dengan anak
dalam pendidikan karakter anak.
Pola asuh (Handayani, 2008) adalah konsep dasar tentang cara
memperlakukan anak. Perbedaan dalam konsep ini adalah ketika anak
dilihat sebagai sosok yang sedang berkembang, maka konsep pengasuhan
yang diberikan adalah konsep psikologi perkembangan. Ketika konsep
pengasuhan mempertahankan cara-cara yang tertanam di dalam masyarakat
maka konsep yang digunakan adalah tradisional.
Pola asuh menurut Baumrind (dalam Papalia, 2008) orang tua tidak
boleh menghukum anak, tetapi sebagai gantinya orang tua harus
mengembangkan aturan-aturan bagi anak dan mencurahkan kasih sayang
kepada anak. Orang tua melakukan penyesuaian perilaku mereka terhadap
anak, yang didasarkan atas perkembangan anak karena setiap anak memiliki
kebutuhan dan mempunyai kemampuan yang berbeda-beda.
2. Perilaku menyimpang seksual
Definisi Operasional
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2010. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafinda
Remaja.
http://harmonisa.com/faktor-penyebab-perilaku-penyimpangan-seksual/