Tugas ini
dikemukakan untuk
memenuhi syarat
Mata Kuliah Sertifikasi IV (Fiqih Dakwah)
Nama Mahasiswa :
NUR INDAH SETYOWATI (1500023145)
ALISSA JIHAN PRAMESWARI (1500023146)
RIZQI YUDHA ERLANGGA (1500023147)
Nomor Kelompok : 11
Kelas VIII A
Prodi Farmasi
Fakultas Farmasi
2018
Abstrak
Metode dakwah merupakan salah satu unsur dakwah yang memiliki peran penting
dalam keberhasilan dakwah. Metode dakwah senantiasa mengalami perkembangan
sesuai perkembangan jaman. Namun demikian Al Qur'an telah memberikan landasan
yang baku berkenaan dengan prinsip-prinsip yang harus dibangun dalam berbagai ragam
metode dakwah. Prinsip ini diantaranya dimuat dalam surat An- Nahl ayat 125 yaitu al-
hikmah, al-mauidzah, al-hasanah, dan al mujadalah al ahsan. Kemudian diperkuat
dengan prinsip-prinsip oleh Rasulullah SAW. Dakwah juga merupakan tugas Rasulullah
SAW yang patut dicontoh dan merupakan kehidupan Rabbaniyah. Dakwah memerlukan
pengorbanantan tanpa pamengharapkan imbalan. Tujuannya agar terciptanya
pengetahuan masyarakat mengenai metode dakwah yang Rasulullah SAW lakukan pada
periode dakwah Mekah dan Madiah menjadikan masyarakat menjadi pribadi yang lebih
islami, dan dapat mengimplementasikan ilmu dakwah dalam kehidupan sehari- hari
dalam bermasyarakat agar tercipta masyarakat yang rukun, adil, dan tentram yang
tentunya berjalan sesuai kaidah – kaidah Islam yang diawali dengan berdakwah pada
keluarga dekat kemudian meluas pada masyarakat. Tujuan dakwah Nabi bukan sekedar
menyeru, tetapi melakukan perubahan dari masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat
muslim. Perubahan ini dimulai dari individu menuju sebuah komunitas yang besar.
Tujuan ini dibuktikan dengan gerakan dakwah Nabi yang dilakukan secara bertahap dan
berkesinambungan. Dimulai dari gerakan tauhid di Mekah hingga pembangunan
masyarakat muslim dari Kota Madinah.
A. Latar Belakang
Dakwah merupakan jalan menuju Islam. Dakwah merupakan jalan menuju
Islam maksudnya adalah panggilan dari Allah SWT melalui Nabi Muhammad SAW
untuk umat manusia agar menganut ajaran Islam, dengan cara beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT. Bersikap sesuai dengan garis-garis aqidah dan syariat serta akhlak
islamiyah, Islam adalah agama yang mencakup dan mengatur segala aspek kehidupan
manusia guna memperoleh ridha dari Allah SWT.
Dakwah juga merupakan tugas Rasulullah yang patut dicontoh dan merupakan
kehidupan Rabbaniyah. Dakwah memerlukan pengorbanan tanpa mengharapkan
imbalan dan hasil yang segera, tanpa putus asa. Individu yang melaksanakan dakwah
akan mendapat kehidupan yang berkah dalam ridha Allah dan mendapat kecintaan
Allah, memperoleh rahmat Allah serta akan menerima pahala yang berlipat ganda
sebagai balasannya, karena dakwah merupakan amal terbaik yang dapat
memunculkan potensi diri dan memelihara keimanan yang kita dimiliki. Kedudukan
Muhammad Saw sebagai Rasulullah adalah pemberi kabar gembira, mendakwahkan
agama Islam, sedangkan hidayah itu hanya milik Allah. Sehingga dakwah dalam
pengertian agama adalah panggilan dari Allah dan Nabi Muhammad SAW kepada
umat manusia agar percaya kepada ajaran Islam serta mengamalkannnya dalam segi
kehidupan. Dalam konteks inilah kegiatan dakwah dapat mengambil dua bentuk yakni
dakwah strutural dan dakwah kultural. Dakwah struktural adalah gerakan dakwah
yang beada dalam kekuasaan.
Aktifitas dakwah ini bergerak mendakwahkan ajaran Islam dengan
menggunakan struktur sosial, politik maupun ekonomi yang ada untuk menjadikan
Islam menjadi ideologi negara. Sedangkan dakwah kultural yaitu aktifitas dakwah
yang menekankan pendekatan Islam kultural, nilai-nilai kebangsaan dalam bentuk
negara-negara bangsa yang berkaitan antara Islam dan politik atau Islam dan negara.
Beberapa strategi pada dasarnya adalah ikhtiar kultural agar fungsi dakwah itu
bercorak fungsional.
Adapun tiga faktor dakwah menampilkan Islam kultural yaitu; keuniversalan,
kerahmatan dan kemudahan Islam . Islam secara kontekstual merupakan aktifitas
dakwah kultural untuk mencari hakikat Islam yang sesuai dengan tuntutan zaman
yang terus berkembang, sehingga tujuan dakwah kultural adalah agar ajaran nilai-nilai
Islam dapat diimplementasikan secara aktual dan fungsional dalam kehidupan sosial
sehingga dakwah Islamiyah bagaimanapun kuat dorongannya dan sungguhsungguh
sifatnya, tidak mungkin dilakukan dengan kekerasan, karena hal tersebut bertentangan
dengan kehendak Allah yang dalam bentuk ekspresi keluhuran budi umat manusia.
Yang menarik bagi penulis dari dakwah Islamiyah Rasulullah SAW pada masa
peradaban Islam adalah adanya tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam
menyampaikan agama Islam. Rasulullah SAW membangun pemerintahan Islam yaitu
mengubah susunan masyarakat dari susunan masyarakat prasejarah Islam ke
masayarakat Islam yang bersistem keadilan sosial dan berdasarkan syariat Islam. Dari
tahapan-tahapan ini tampak strategi dakwah yang tepat yang bisa dijadikan model
untuk mencapai tujuan dakwah Islamiyah. Dalam merefleksikan kepemimpinan umat
Islam, figur ideal kepemimpinan Rasulullah SAW ditampilkan sebagai sendi dan
sistem kepemimpinan yang tetap relevan dan penuh teladan. Di tengah krisis
kepemimpinan manusia di dunia hampir setiap suksesi kepemimpinan menimbulkan
konflik yang berkepanjangan dan jatuhnya korban manusia. Tidak hanya itu tata nilai
dan sistem kepemimpinan yng lebih sarat kepentingan dan manipulasi semakin
mengaburkan kepercayaan umat sekaligus kehilangan pegangan moral dan nasibnya.
Rasulullah SAW dengan keindahan dan kesempurnan akhlaknya merupakan
jawaban dari permasalahan yang menimpa kaum muslimin dengan segenap sumber
daya dan perangkat yang dimiliki tampil sebagai sinar cahaya Islam kembali kepada
keutuhan Islam. Ajaran Rasulullah SAW yang dibawa dalam kegiatan dakwah
disajikan dengan sistematis dan esoteris, yang menyentuh unsur batiniyah dan
kejiwaan umat Islam (Khalid, 1984: 275-288).
B. Pernyataan Masalah
Pernyataan masalah dalam makalah metode dakwah Rasulullah SAW adalah
Rasulullah tidak memiliki metode dakwah namun untuk mencapai tujuan dakwah
Islam menggunakan strategi dakwah yang tepat.
C. Rumusan Masalah
Tujuan dari perumusan masalah adalah memberikan dan mempertegas
hubungan korelasi atau keterkaitan pada ruang lingkup pembahasan. Untuk
mempermudah dan sedikit membantu uraian di atas, berikut rumusan masalah dalam
penulisan ini adalah sebagai berikut:
D. Tujuan Penulisan
Berdasar gambaran permasalahan di atas dapatlah dikemukakan bahwa
tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian metode dakwah
2. Untuk mengetahui tujuan dakwah Rasulullah SAW
3. Untuk mengetahui periode masa Rasulullah menggunakan metode dakwah
4. Untuk mengetahui alasan Rasulullah menggunakan metode dakwah
5. Untuk mengetahui perjalanan dakwah Rasulullah pada periode Mekah dan
Madinah
E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu, metode penulisan
disusun dengan mengumpulkan studi pustaka berupa jurnal dan referensi lain seperti
buku resmi serta panduan. Selain itu penulis juga menggunakan metode diskusi yaitu
metode yang mendapatkan data dengan cara berdiskusi untuk mengetahui tentang
informasi yang dipelukan dalam menyusun makalah.
Dari penulisan makalah ini hal yang diharapkan oleh segenap tim penyusun
makalah adalahterciptanya pengetahuan masyarakat mengenai metode dakwah yang
Rasulullah SAW lakukan pada periode dakwah Mekah dan Madiah, menjadikan
masyarakat atau pembaca menjadi pribadi yang lebih islami,dan dapat
mengimplementasikan ilmu dakwah dalam kehidupan bermasyarakat agar tercipta
masyarakat yang rukun,adil,dan tentramyang tentunya berjalansesuai kaidah-kaidah
islam.
BAB II
ISI
Dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang
benar sesuai dengan perintah tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka
dunia dan akhirat. Merupakan kenyataan bahwa Islam adalah agama yang paling
banyak mempengaruhi hati dan pikiran berbagai ras, bangsa dan suku dengan
kawasan yang luas, yang di dalamnya terdapat kemajemukan rasial dan budaya.
Dakwah itu sendiri secara filologi ialah lebih kurang-bermakna mengajak kepada
jalan (agama) Allah azza wa jalla. Al-Quran surat An-Nahl:125 menjelaskan:
Artinya:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Dalam surat An-Nahl ayat 125 mengandung tiga metode dakwah yang
terkenal, yaitu dengan Hikmah, Mauidhah Hasanah (ceramah), dan Mujadalah
(diskusi). Penyampaian nasehat ataupun pelajaran yang baik itu bisa dalam bentuk
lisan (verbal advice) dan juga secara tulisan (written advice). Dakwah dikatakan
sangat efektif dalam menyampaikan pesan dari da’i kepada mad’u apabila
menggunakan sarana atau media dakwah. Nabi Muhammad SAW dalam
menyampaikan dakwah Islam menggunakan berbagai macam metode antara lain:
metode sembunyi-sembunyi, dakwah secara terang-terangan, politik pemerintah,
surat-menyurat, peperangan, pendidikan dan pengajaran agama.
Metode dakwah adalah suatu cara, pendekatan, atau proses untuk
menyampaikan dakwah yang bersifat menyeru atau mengajak kepada orang lain untuk
mengamalkan ajaran Islam atau aktivitas menyampaikan ajaran agama Islam dari
seseorang kepada orang lain. Dakwah melalui tulisan (Dakwah Bil Al-Qalam)
merupakan salah satu metode dakwah dalam bentuk tulisan dan wahana untuk
mengajak beriman bagi kaum tertentu. Dakwah melalui tulisan bukanlah cara yang
baru dalam tradisi dakwah Islam, justru yang menjadi agent of change adalah Nabi
Muhammad SAW yang pertama mengenalkan metode dakwah melalui tulisan yang
ditujukan kepada para penguasa non-muslim saat itu. Secara tidak langsung
Rasulullah SAW telah mencontohkan kepada umatnya tentang dakwah beliau dalam
mempengaruhi orang yang kafir agar menjadi muslim dan orang yang buruk tingkah
lakunya menjadi baik. Salah satu cara dakwah beliau adalah dakwah dengan
menggunakan media surat kepada para raja yang disampaikan oleh duta-duta
Rasulullah SAW.
Fakta historis mencatat, pasca diberlakukannya perjanjian Hudaibiyah, Nabi
Muhammad SAW sangat gencar mengajak para raja di negeri seberang untuk
memeluk agama Islam. Rasulullah SAW menulis surat kepada para raja dunia dan
para pemimpin Arab, mengajak mereka masuk Islam, menuju jalan Tuhannya dengan
cara bijaksana dan nasihat baik. Beliau sangat memperhatikan hal ini dan memilih
orang yang layak untuk mengutusnya; orang yang mengetahui bahasa dan negaranya.
Paling tidak ada empat orang raja yang menjadi obyek dakwah Nabi SAW melalui
media surat. Ibnu Hisyam dalam Sirah Nabawiyah-nya menyebutkan yaitu: Raja
Negus Najasyi di Abbessinia (Ethiopia sekarang ini), Raja Heraclius (Kaisar
Imperium Romawi yang berpusat di Konstatinopel atau Byzantium), Raja Khosrou II
(Kisra Abrawaiz penguasa Persia), dan Raja Muqauqis penguasa Koptik (Qibthi
wilayah Mesir), mereka merupakan raja-raja yang menjadi obyek dakwah Nabi
Muhammad SAW dalam dakwahnya dengan menggunakan media surat.
B. Proses Metode Dakwah Rasulullah SAW dan Perjalanan Dakwah Periode Mekah
dan Madinah
Sejak kecil hingga diutusnya menjadi seorang Rasul, Nabi SAW hidup dan berada
di Kota Mekah. Maka itu beliau sangat mengenal kondisi sosial, politik dan karakter
masyarakatnya khususnya karakter mental para pembesar Quraisy yang tiada lain adalah
paman-paman beliau sendiri. Dengan mempertimbangkan peluang dan tantangan serta
ancaman yang akan dialami ketika diserukan Islam pada masyarakat Quraisy, maka
ketika beliau menerima perintah untuk menyebarkan Islam, Rasulullah SAW melakukan
langkah-langkah perencanaan dakwah yang akan diterapkan di Mekah hingga Madinah.
Ilaihi (2009: 9698)
Rasulullah menegaskan bahwa tugas penting dari perencanaan adalah menetukan
sasaran, pengelompokan sasaran dan penentuan skala prioritas, mengkaji kondisi yang
berkembang, mengetahui dan memahami segala potensi yang dimilki, mengkaji dan
mengevaluasi kegiatan dimasa lalu. Menurutnya tugas utama perencanaan dalam
aktivitas dakwah adalah menentukan langkah dan program dakwah dalam menentukan
setiap tujuan dakwah, menentukan sarana-prasarana atau media dakwah, serta personil
da’i yang akan diterjunkan, menentukan materi yang sesuai dan relevan, membuat
asumsi berbagai kemungkinan yang dapat terjadi dan dapat mempengaruhi proses
pelaksanaan program, serta cara menghadapinya dengan menentukan solusi alternative.
Dari hasil analisis sejarah dakwah Nabi, ditemukan beberapa langkah perencanaan
dakwah yang telah ditetapkan Nabi, yaitu: Penetapan tujuan dan sasaran dakwah
Tujuan dakwah Nabi bukan sekedar menyeru, tetapi melakukan perubahan dari
masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat muslim. Perubahan ini dimulai dari individu
menuju sebuah komunitas yang besar.Tujuan ini dibuktikan dengan gerakan dakwah
Nabi yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Dimulai dari gerakan
tauhid di Mekah hingga pembangunan masyarakat muslim dari Kota Madinah Adapun
sasaran dakwah Nabi adalah mengislamkan seluruh masyarakat yang berada di seluruh
wilayah Jazirah Arab. Namun dalam pelaksanaannya, Nabi menetapkan sasaran secara
bertahap.Pertama kali yang diseru adalah masyarakat Mekah, kemudian Madinah, dan
dari Madinah Islam diserukan ke seluruh jazirah Arab.Kemudian scara individu, sasaran
yang diseru bertahap juga. Dimulai dari mereka yang dinilai Nabi telah memiliki jiwa
yang condong kepada kebenaran Islam dan bersedia menerima Islam, seperti Abu Bakr
ra, istrinya Khadijah dan keponakannya Ali bin Abi Thalib. Kedua adalah keluarga dan
kerabat beliau, baru masyarakat luas.
Menurut Aziz (2009: 349-350) strategi adalah sebuah rencana tindakan (termasuk
rangkaian kegiatan dakwah) di dalamnya terdapat penggunaan metode dan pemanfaatan
berbagai sumber daya atau kekuatan.Berkaitan dengan dakwah, Al-Bayanuni (1993: 46)
mendefinisikan bahwa strategi dakwah (manahijud-dakwah) adalah ketentuan-ketentuan
dakwah dan rencana-rencana yang dirumuskan untuk kegiatan dakwah. Selanjutnya Al-
Bayanuni membagi strategi dakwah pada tiga bagian, yaitu: (1) Strategi Sentimentil, (2)
Strategi rasional, dan (3) Strategi indrawi. Sedangkan dalam pandangan Aziz (2009: 353-
356) dengan merujuk pada al-Quran strategi dakwah terdiri dari strategi tilawah
(membacakan ayat-ayat Allah Swt), strategi tazkiyah (menyucikan jiwa), dan strategi
ta’lim (mengajarkan alQuran dan al-Hikmah). Beberapa rencana strategi yang ditetapkan
Nabi di Mekah antara lain, yaitu:
Untuk mewujudkan kedua strategi dakwah di atas, beberapa tahapan dan metode
dakwah ditetapkan Nabi dalam dakwahnya, yaitu:
1. Hikmah, yang ditujukan kepada orang yang memiliki pemahan yang tinggi sepert tokoh-
tokoh Yahudi, Nasrani maumpun para bangsawan.
2. memberi perlajaran yang baik, yang ditujukan pada orang-orang yang awam serta yang
rendah tingkat pemahamannya. Saperti memberikan cerita Nabi atau orang shaleh
3.dengan cara berdiskusi , ditujukan pada orang-orang yang tingkat pemahamannya sedang-
sedang saja, yang mana rasa ingin tahunya cukup tinggi biasanya mereka suka
mempertanyakan sampai mereka paham dari yang mereka pertanyakan, sehingga tidak ada
keragu-raguan lagi
5. Memilih dan menetapkan orang yang pertama kali diseru adalah mereka yang dinilai Nabi
telah memiliki kecenderungan pada kebenaran dan memiliki pengaruh di kalangan
masyarakat Quraisy, serta mampu mengajak sahabat lain pada Islam, seperti Abu Bakr RA.
6. Memilih dan menetapkan rumah Al-Arqam sebagai “markas dakwah’”, sehingga pada
proses pembentukan awal, orang Quraisy tidak menaruh curiga. Secara intensif, Nabi,
melakukan pembinaan langsung dengan al-Quran dan bersama Nabi menjalankan ibadah.
Artinya: “Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi semesta alam.” (Q.S. Al-Anbiya’, 21: 107)
Dakwah Rasulullah SAW yang ditujukan kepada orang-orang yang sudah
masuk Islam (umat Islam) bertujuan agar mereka mengetahui seluruh ajaran Islam
baik yang diturunkan di Mekah ataupun yang diturunkan di Madinah, kemudian
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka betul-betul menjadi
umat yang bertakwa.Selain itu, Rasulullah SAW dibantu oleh para sahabatnya
melakukan usaha-usaha nyata agar terwujud persaudaraan sesama umat Islam dan
terbentuk masyarakat madani di Madinah.
Mengenai dakwah yang ditujukan kepada orang-orang yang belum masuk
Islam bertujuan agar mereka bersedia menerima Islam sebagai agamanya,
mempelajari ajaran-ajarannya dan mengamalkannya, sehingga mereka menjadi umat
Islam yang senantiasa beriman dan beramal saleh, yang berbahagia di dunia serta
sejahtera di akhirat.
Tujuan dakwah Rasulullah SAW yang luhur dan cara penyampaiannya yang
terpuji, menyebabkan umat manusia yang belum masuk Islam banyak yang masuk
Islam dengan kemauan dan kesadarn sendiri. namun tidak sedikit pula orang-orang
kafir yang tidak bersedia masuk Islam, bahkan mereka berusaha menghalang-halangi
orang lain masuk Islam dan juga berusaha melenyapkan agama Isla dan umatnya
dari muka bumi. Mereka itu seperti kaum kafir Quraisy penduduk Mekah, kaum
Yahudi Madinah, dan sekutu-sekutu mereka.
Setelah ada izin dari Allah SWT untuk berperang, sebagaimana firman-Nya
dalam surah Al-Hajj, 22:39 dan Al-Baqarah, 2:190, maka kemudian Rasulullah SAW
dan para sahabatnya menusun kekuatan untuk menghadapi peperangan dengan orang
kafir yang tidak dapat dihindarkan lagi. Peperangan-peperangan yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW dan para pengikutnya itu tidaklah bertujuan untuk melakukan
penjajahan atau meraih harta rampasan pernag, tetapi bertujuan untuk membela diri,
kehormatan, dan harta, menjamin kelancaran dakwah, dan memberi kesempatan
kepada mereka yang hendak menganutnya, untuk memelihara umat Islam agar tidak
dihancurkan oleh bala tentara Persia dan Romawi.
Adapun stategi dakwah Rasululullah SAW. Periode Madinah, yaitu :
a. Pembinaan Masjid
Setelah Nabi hijrah ke Madinah, kota tersebut dijadikan pusat jamaah
kaum muslimin, dan selanjutnya menjadi ibukota Negara islam yang segera
didirikan oleh Nabi, dengan dirubah namanya Madinah, yang semula bernama
Yastrib.
Masjid merupakan institusi dakwah pertama yang dibina oleh Rasulullah
SAW.setibanya baginda di Madinah. Ia menjadi nadi pergerakan Islam yang
menghubungkan manusia dengan Penciptanya serta manusia sesama manusia.
Masjid menjadi lambang akidah umat Islam atas keyakinan tauhid mereka kepada
Allah SWT.Pembinaan masjid dimulakan dengan membersihkan persekitaran
kawasan yang dikenali sebagai ‘mirbad’ dan meratakannya sebelum menggali
lubang untuk diletakkan batu-batu sebagai asas binaan. Malah, Rasulullah SAW.
sendiri yangmeletakkan batu-batu tersebut. Batu-batu itu kemudiannya disemen
dengan tanah liat sehingga menjadi binaan konkrit.
Masjid pertama ini dibina dalam keadaan kekurangan tetapi penuh dengan
jiwa ketaqwaan kaum muslimin di kalangan muhajirin dan ansar. Mesjid pertama
yang dibangun rasulullah SAW. adalah mesjid Quba’. Tanggla 16 Agustus Rasul
dan para sahabat yang berjumlah lebih kurang seratus orang menuju Madinah
pada hari jumat.Ditengah jalan pada suatu tempat yang bernama perkampungan
lembah Bani Salim, Rasul mendapat perintah untuk mendirikan shlat jumat,
sebagai suatu isyarat sudah waktunya memproklamirkan berdirinya Daulah
Islamiyah.Di dalamnya, dibina sebuah mimbar untuk Rasulullah
SAW.menyampaikan khutbah dan wahyu daripada Allah. Terdapat ruang
muamalah yang dipanggil ‘sirda’untuk pergerakan kaum muslimin melakukan
aktivitas kemasyarakatan.Pembinaan masjid ini mengukuhkan dakwah baginda
untuk menyebarkan risalah wahyu kepada kaum muslimin serta menjadi pusat
perbincangan di kalangan Rasulullah SAW.dan para sahabat tentang masalah
ummah.
b. Meneguhkan Persaudaraan
Rasulullah SAW mempersadarakan kaum Muhajirin dan Ansar. Jalinan ini
diasaskan kepada kesatuan cinta kepada Allah serta pegangan akidah tauhid yang
sama. Persaudaraan ini membuktikan kekuatan kaum muslimin melalui
pengorbanan yang besar sesama mereka tanpa membeda – bedakan pangkat,
bangsa dan harta. Selain itu, ia turut memadamkan api persengketaan di kalangan
suku kaum Aus dan Khajraz. Sebagai contoh, Abu bakar dipersaudarakan dengan
Harisah bin Zaid, Jafar bin Abi Thalib dipersaudarakan dengan Mu’az bin Jabal,
dan Umar bin Khattab dipersaudarakan dengan Itbah bin Malik. Begitu
seterusnya sehingga tiap – tipa orang dari kaum Ansar dipersaudarakan dengan
kaum Muhajirin.
c. Pembentukan Piagam Madinah
Madinah sebagai sebuah Negara yang menghimpunkan masyarakat Islam
dan Yahudi daripada pelbagai bangsa memerlukan kepada satu perlembagaan
khusus yang menjaga kepentingan semua pihak. Rasulullah SAW. telah
menyediakan sebuah piagam yang dikenali sebagai Piagam Madinah untuk
membentuk sebuah masyarakat di bawah naungan Islam.
Piagam ini mengandungi 32 pasal yang menyentuh segenap aspek kehidupan
termasuk akidah, akhlak, kebajikan, undang-undang, kemasyarakatan, ekonomi
dan lain-lain.Di dalamnya juga terkandung aspek khusus yang mesti dipatuhi oleh
kaum Muslimin seperti tidak mensyirikkan Allah, tolong-menolong sesama
mukmin, bertaqwa dan lain-lain. Selain itu, bagi kaum bukan Islam, mereka mesti
berkelakuan baik kepada kaum islam di Madinah.
Piagam ini harus dipatuhi oleh semua penduduk Madinah Islam atau bukan Islam.
Strategi ini telah menjadikan Madinah sebagai model Negara Islam yang adil,
membangun serta disegani oleh musuh-musuh Islam.
d. Stratergi Ketentaraan
Peperangan merupakan strategi dakwah Rasulullah di Madinah untuk
melebarkan perjuangan Islam ke seluruh pelosok dunia. Strategi ketenteraan
Rasulullah s.a.w digeruni oleh pihak lawan khususnya pihak musyrikin di Mekah
dan Negara-negara lain. Antara tindakan strategik baginda menghadapi
peperangan ialah persiapan sebelum berlakunya peperangan seperti pengitipan
dan maklumat musuh. Ini berlaku dalam perang Badar, Rasulullah SAW. telah
mengutuskan pasukan berani mati seperti Ali bin Abi Talib, Saad Ibnu Waqqash
dan Zubair Ibn Awwam untuk bersiap-sedia menghadapi perang.
Rasulullah SAW. turut membacakan ayat-ayat al-Quran untuk menggerunkan hati
musuh serta menguatkan jiwa kaum Muslimin. Antara firman Allah Taala
bermaksud:
“Dan ingatlah ketika Allah menjajikan kepadamu bahwa salah satu dari dua
golongan yang kamu hadapi adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa
yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah yang untukmu, dan Allah
menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayatNya dan
memusnahkan orang-orang kafir.” (Surah al-Anfal: 7)
Rasulullah SAW. turut mengambil pandangan dari para sahabat dalam
menyusun strategi peperangan. Dalam perang Khandak, Rasulullah SAW. setuju
dengan pandangan Salman al-Farisi yang berketurunan Parsi berkenaan
pembinaan benteng. Strategi ini membantu pasukan tentera Islam berjaya dalam
semua peperangan dengan pihak musuh.
e. Hubungan Luar
Hubungan luar merupakan orientasi penting bagai melebarkan sayap
dakwah.Ini terbukti melalui tindakan Rasulullah SAW.menghantar para dutanya
ke negara-negara luar untuk menjalin hubungan baik berteraskan dakwah tauhid
kepada Allah. Negara-negara itu termasuk Mesir, Iraq, Parsi dan Cina.Sejarah
turut merekamkan bahwa Saad Ibn Waqqas pernah berdakwah ke negeri Cina
sekitar tahun 600 hijrah.Sejak itu, Islam bertebaran di negeri Cina hingga saat ini.
para sahabat yang pernah menjadi duta Rasulullah ialah Dukyah Kalibi kepada
kaisar Rom, Abdullah bin Huzaifah kepada kaisar Hurmuz, Raja Parsi, Jaafar bin
Abu Talib kepada Raja Habsyah.
Strategi hubungan luar ini diteruskan pada pemerintahan khalifah Islam
selepas kewafatan Rasulullah SAW. Sebagai contoh, pasukan Salehuddin al-
Ayubi di bawah pemerintahan Bani Uthmaniah telah berjaya menawan kota suci
umat Islam di Baitul Maqdis. Penjajahan ke Negara-negara luar merupakan
strategi dakwah paling berkesan di seluruh dunia.
f. Memelihara dan Mempertahankan Masyarakat Islam dalam Upaya Menciptakan
Suasana Tentram dan Aman agar Masyarakat Muslim yang di Bina dapat
Terpelihara dan Bertahan
Rasulullah SAW membuat perjanjian persahabatan perdamaian dengan
kaum Yahudi yang berdiam di kota Madinah dan sekitarnya. Tindakan ini belum
pernah dilakukan oleh nabi dan rasul sebelumnya. Isi perjanjiannya sebagai
berikut :
1) Kebebasan beragama bagi semua golongan dan masing-masing golongan
mempunyai wewenang penuh terhadap anggits golongannya.
2) Semua lapisan, baik muslim maupun Yahudi harus tolong menolong dan
saling mebantu untuk melawan siapa saja yang memerangi mereka. Semua
wajib mempertahankan kota bila ada serangan dari luar
3) Kota Madinah adalah ota suci yang wajib dihormati oleh mereka yang terikat
dengan perjanjian itu. Apabila terjadi perselisihan antara muslim dan Yahudi,
maka urusan itu diserahkan kepada Allah SWT danrasul(Al Qur’an dan
sunah).
4) Mengakui dan mentaati kesatuan pimpinan untuk kota Madinah yang
disetujui dipegang oleh Nabi Muhammad SAW.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rasulullah SAW menggunakan berbagai pendekatan dalam berdakwah yaitu,
melalui keluarga dekat, pendekatan dengan tidak memaksa untuk masuk islam, lebih
memilih bersabar dan diam ketika ada yang menentang, dan memilih berhijrah dalam
berdakwah. Penyampaian dakwah Rasulullah dalam bentuk lisan dengan menjelaskan
intisari ajaran Islam dan juga secara tulisan dengan mengirim surat kepada raja-raja.
Setelah memahami metode dakwah yang tertera di dalam Alquran yaitu tiga
metode dakwah yang terkenal, yaitu dengan Hikmah, Mauidhah Hasanah (ceramah),
dan Mujadalah (diskusi). dapat dipahami bahwa metode dakwah yang digunakan oleh
Rasulullah adalah metode yang sesuai dengan yang tertera di dalam Alquran, dengan
melalui pendekatan-pendekatan tertentu, sehingga dalam catatan sejarah dakwah
Islam, Rasulullah merupakan tokoh utama dalam penyebaran agama Islam di
kalangan masyarakat Arab, selain dakwah yang juga dilaksanakan oleh nabi sebelum
Rasulullah kepada kaumnya.
Dakwah yang Rasulullah lakukan pada periode Mekah berlangsung secara
sembunyi-sembunyi yang didahului berdakwah kepada kerabatnya. Pada peiode
dakwah ini setelah turunnya Surah As Syura dakwah dilakukan secara terang-terangan
sehingga masyarakat muslim mendapat kecaman. Hal tersebut yang melatar belakangi
Rasulullah memutuskan untuk berhijrah. Dakwah pada periode Madinah berlangsung
selama 10 tahun yang bertujuan dalam membina masyarakat muslim.
B. Saran
Sebaiknya metode dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW dicontoh dan di
implementasikan dalam berdakwah.
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Kadir, Mohammad Nidzam. 2011. Fiqah Muallaf Antara Tuntunan dan Keutamaan,
Kuala Lumpur: Telaga Biru
Abdul Karim, Abdur rahman. 2013. Kitab Sejarah Nabi Muhammad SAW, Jogyakarta: Diva
Press
Al-Uqaili, Syaikh Uhaimid Muhammad. 2011. Surat-Surat Nabi kepada Para Raja dan
Panglima Perang, Penerjemah: Wafi Marzuqi Ammar, Surabaya: Putaka Yassir
Al- Mubarakfuri, Shafiyurrahman. 2013. Sirah Nabawiyah, Jakarta: Gema Insani
An-Nadwi, Abul Hasan Ali Al-Hasan. 2011. Shirah Nabawiyah, Sejarah Lengkap Nabi
Muhammad SAW, Cet Ke-6, Penerjemah: M. Halabi Hamdi dkk, Yogyakarta: Darul
Manar
Aziz, Moh. Ali. 2004. Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana.
Departemen Agama Republik Indonesia. 2009. Alqur’an dan Terjemahannya, Bandung:
Hatta, Ahmad, dkk. 2011, The Great Story of Muhammad saw., Jakarta: Maghfirah Pustaka,
Ilaihi, Wahyu, Harjani Hefni. 2007, Pengantar Sejarah Dakwah, Jakarta: Kencana