Anda di halaman 1dari 20

METODE DAKWAH RASULULLAH SAW

Tugas ini
dikemukakan untuk
memenuhi syarat
Mata Kuliah Sertifikasi IV (Fiqih Dakwah)

Nama Mahasiswa :
NUR INDAH SETYOWATI (1500023145)
ALISSA JIHAN PRAMESWARI (1500023146)
RIZQI YUDHA ERLANGGA (1500023147)

Nomor Kelompok : 11

Nama Dosen : Prof. Mifdewil Jandra

Kelas VIII A
Prodi Farmasi
Fakultas Farmasi
2018
Abstrak

Metode dakwah merupakan salah satu unsur dakwah yang memiliki peran penting
dalam keberhasilan dakwah. Metode dakwah senantiasa mengalami perkembangan
sesuai perkembangan jaman. Namun demikian Al Qur'an telah memberikan landasan
yang baku berkenaan dengan prinsip-prinsip yang harus dibangun dalam berbagai ragam
metode dakwah. Prinsip ini diantaranya dimuat dalam surat An- Nahl ayat 125 yaitu al-
hikmah, al-mauidzah, al-hasanah, dan al mujadalah al ahsan. Kemudian diperkuat
dengan prinsip-prinsip oleh Rasulullah SAW. Dakwah juga merupakan tugas Rasulullah
SAW yang patut dicontoh dan merupakan kehidupan Rabbaniyah. Dakwah memerlukan
pengorbanantan tanpa pamengharapkan imbalan. Tujuannya agar terciptanya
pengetahuan masyarakat mengenai metode dakwah yang Rasulullah SAW lakukan pada
periode dakwah Mekah dan Madiah menjadikan masyarakat menjadi pribadi yang lebih
islami, dan dapat mengimplementasikan ilmu dakwah dalam kehidupan sehari- hari
dalam bermasyarakat agar tercipta masyarakat yang rukun, adil, dan tentram yang
tentunya berjalan sesuai kaidah – kaidah Islam yang diawali dengan berdakwah pada
keluarga dekat kemudian meluas pada masyarakat. Tujuan dakwah Nabi bukan sekedar
menyeru, tetapi melakukan perubahan dari masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat
muslim. Perubahan ini dimulai dari individu menuju sebuah komunitas yang besar.
Tujuan ini dibuktikan dengan gerakan dakwah Nabi yang dilakukan secara bertahap dan
berkesinambungan. Dimulai dari gerakan tauhid di Mekah hingga pembangunan
masyarakat muslim dari Kota Madinah.

Keyword: metode dakwah Rasulullah SAW, proses dakwah Mekah-Madinah


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dakwah merupakan jalan menuju Islam. Dakwah merupakan jalan menuju
Islam maksudnya adalah panggilan dari Allah SWT melalui Nabi Muhammad SAW
untuk umat manusia agar menganut ajaran Islam, dengan cara beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT. Bersikap sesuai dengan garis-garis aqidah dan syariat serta akhlak
islamiyah, Islam adalah agama yang mencakup dan mengatur segala aspek kehidupan
manusia guna memperoleh ridha dari Allah SWT.
Dakwah juga merupakan tugas Rasulullah yang patut dicontoh dan merupakan
kehidupan Rabbaniyah. Dakwah memerlukan pengorbanan tanpa mengharapkan
imbalan dan hasil yang segera, tanpa putus asa. Individu yang melaksanakan dakwah
akan mendapat kehidupan yang berkah dalam ridha Allah dan mendapat kecintaan
Allah, memperoleh rahmat Allah serta akan menerima pahala yang berlipat ganda
sebagai balasannya, karena dakwah merupakan amal terbaik yang dapat
memunculkan potensi diri dan memelihara keimanan yang kita dimiliki. Kedudukan
Muhammad Saw sebagai Rasulullah adalah pemberi kabar gembira, mendakwahkan
agama Islam, sedangkan hidayah itu hanya milik Allah. Sehingga dakwah dalam
pengertian agama adalah panggilan dari Allah dan Nabi Muhammad SAW kepada
umat manusia agar percaya kepada ajaran Islam serta mengamalkannnya dalam segi
kehidupan. Dalam konteks inilah kegiatan dakwah dapat mengambil dua bentuk yakni
dakwah strutural dan dakwah kultural. Dakwah struktural adalah gerakan dakwah
yang beada dalam kekuasaan.
Aktifitas dakwah ini bergerak mendakwahkan ajaran Islam dengan
menggunakan struktur sosial, politik maupun ekonomi yang ada untuk menjadikan
Islam menjadi ideologi negara. Sedangkan dakwah kultural yaitu aktifitas dakwah
yang menekankan pendekatan Islam kultural, nilai-nilai kebangsaan dalam bentuk
negara-negara bangsa yang berkaitan antara Islam dan politik atau Islam dan negara.
Beberapa strategi pada dasarnya adalah ikhtiar kultural agar fungsi dakwah itu
bercorak fungsional.
Adapun tiga faktor dakwah menampilkan Islam kultural yaitu; keuniversalan,
kerahmatan dan kemudahan Islam . Islam secara kontekstual merupakan aktifitas
dakwah kultural untuk mencari hakikat Islam yang sesuai dengan tuntutan zaman
yang terus berkembang, sehingga tujuan dakwah kultural adalah agar ajaran nilai-nilai
Islam dapat diimplementasikan secara aktual dan fungsional dalam kehidupan sosial
sehingga dakwah Islamiyah bagaimanapun kuat dorongannya dan sungguhsungguh
sifatnya, tidak mungkin dilakukan dengan kekerasan, karena hal tersebut bertentangan
dengan kehendak Allah yang dalam bentuk ekspresi keluhuran budi umat manusia.
Yang menarik bagi penulis dari dakwah Islamiyah Rasulullah SAW pada masa
peradaban Islam adalah adanya tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam
menyampaikan agama Islam. Rasulullah SAW membangun pemerintahan Islam yaitu
mengubah susunan masyarakat dari susunan masyarakat prasejarah Islam ke
masayarakat Islam yang bersistem keadilan sosial dan berdasarkan syariat Islam. Dari
tahapan-tahapan ini tampak strategi dakwah yang tepat yang bisa dijadikan model
untuk mencapai tujuan dakwah Islamiyah. Dalam merefleksikan kepemimpinan umat
Islam, figur ideal kepemimpinan Rasulullah SAW ditampilkan sebagai sendi dan
sistem kepemimpinan yang tetap relevan dan penuh teladan. Di tengah krisis
kepemimpinan manusia di dunia hampir setiap suksesi kepemimpinan menimbulkan
konflik yang berkepanjangan dan jatuhnya korban manusia. Tidak hanya itu tata nilai
dan sistem kepemimpinan yng lebih sarat kepentingan dan manipulasi semakin
mengaburkan kepercayaan umat sekaligus kehilangan pegangan moral dan nasibnya.
Rasulullah SAW dengan keindahan dan kesempurnan akhlaknya merupakan
jawaban dari permasalahan yang menimpa kaum muslimin dengan segenap sumber
daya dan perangkat yang dimiliki tampil sebagai sinar cahaya Islam kembali kepada
keutuhan Islam. Ajaran Rasulullah SAW yang dibawa dalam kegiatan dakwah
disajikan dengan sistematis dan esoteris, yang menyentuh unsur batiniyah dan
kejiwaan umat Islam (Khalid, 1984: 275-288).

B. Pernyataan Masalah
Pernyataan masalah dalam makalah metode dakwah Rasulullah SAW adalah
Rasulullah tidak memiliki metode dakwah namun untuk mencapai tujuan dakwah
Islam menggunakan strategi dakwah yang tepat.

C. Rumusan Masalah
Tujuan dari perumusan masalah adalah memberikan dan mempertegas
hubungan korelasi atau keterkaitan pada ruang lingkup pembahasan. Untuk
mempermudah dan sedikit membantu uraian di atas, berikut rumusan masalah dalam
penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan metode dakwah?


2. Apa tujuan dakwah Rasululah SAW?
3. Mengapa Rasulullah SAW menggunakan metode dakwah ketika berdakwah?
4. Bagaimana perjalanan dakwah Rasulullah pada periode Mekah dan Madinah?
5. Bagaimana proses metode dakwah Rasulullah SAW?

D. Tujuan Penulisan
Berdasar gambaran permasalahan di atas dapatlah dikemukakan bahwa
tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian metode dakwah
2. Untuk mengetahui tujuan dakwah Rasulullah SAW
3. Untuk mengetahui periode masa Rasulullah menggunakan metode dakwah
4. Untuk mengetahui alasan Rasulullah menggunakan metode dakwah
5. Untuk mengetahui perjalanan dakwah Rasulullah pada periode Mekah dan
Madinah

E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu, metode penulisan
disusun dengan mengumpulkan studi pustaka berupa jurnal dan referensi lain seperti
buku resmi serta panduan. Selain itu penulis juga menggunakan metode diskusi yaitu
metode yang mendapatkan data dengan cara berdiskusi untuk mengetahui tentang
informasi yang dipelukan dalam menyusun makalah.

F. Hal yang Ingin Didapatkan

Dari penulisan makalah ini hal yang diharapkan oleh segenap tim penyusun
makalah adalahterciptanya pengetahuan masyarakat mengenai metode dakwah yang
Rasulullah SAW lakukan pada periode dakwah Mekah dan Madiah, menjadikan
masyarakat atau pembaca menjadi pribadi yang lebih islami,dan dapat
mengimplementasikan ilmu dakwah dalam kehidupan bermasyarakat agar tercipta
masyarakat yang rukun,adil,dan tentramyang tentunya berjalansesuai kaidah-kaidah
islam.
BAB II
ISI

A. Pengertian Metode Dakwah

Dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang
benar sesuai dengan perintah tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka
dunia dan akhirat. Merupakan kenyataan bahwa Islam adalah agama yang paling
banyak mempengaruhi hati dan pikiran berbagai ras, bangsa dan suku dengan
kawasan yang luas, yang di dalamnya terdapat kemajemukan rasial dan budaya.
Dakwah itu sendiri secara filologi ialah lebih kurang-bermakna mengajak kepada
jalan (agama) Allah azza wa jalla. Al-Quran surat An-Nahl:125 menjelaskan:

Artinya:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Dalam surat An-Nahl ayat 125 mengandung tiga metode dakwah yang
terkenal, yaitu dengan Hikmah, Mauidhah Hasanah (ceramah), dan Mujadalah
(diskusi). Penyampaian nasehat ataupun pelajaran yang baik itu bisa dalam bentuk
lisan (verbal advice) dan juga secara tulisan (written advice). Dakwah dikatakan
sangat efektif dalam menyampaikan pesan dari da’i kepada mad’u apabila
menggunakan sarana atau media dakwah. Nabi Muhammad SAW dalam
menyampaikan dakwah Islam menggunakan berbagai macam metode antara lain:
metode sembunyi-sembunyi, dakwah secara terang-terangan, politik pemerintah,
surat-menyurat, peperangan, pendidikan dan pengajaran agama.
Metode dakwah adalah suatu cara, pendekatan, atau proses untuk
menyampaikan dakwah yang bersifat menyeru atau mengajak kepada orang lain untuk
mengamalkan ajaran Islam atau aktivitas menyampaikan ajaran agama Islam dari
seseorang kepada orang lain. Dakwah melalui tulisan (Dakwah Bil Al-Qalam)
merupakan salah satu metode dakwah dalam bentuk tulisan dan wahana untuk
mengajak beriman bagi kaum tertentu. Dakwah melalui tulisan bukanlah cara yang
baru dalam tradisi dakwah Islam, justru yang menjadi agent of change adalah Nabi
Muhammad SAW yang pertama mengenalkan metode dakwah melalui tulisan yang
ditujukan kepada para penguasa non-muslim saat itu. Secara tidak langsung
Rasulullah SAW telah mencontohkan kepada umatnya tentang dakwah beliau dalam
mempengaruhi orang yang kafir agar menjadi muslim dan orang yang buruk tingkah
lakunya menjadi baik. Salah satu cara dakwah beliau adalah dakwah dengan
menggunakan media surat kepada para raja yang disampaikan oleh duta-duta
Rasulullah SAW.
Fakta historis mencatat, pasca diberlakukannya perjanjian Hudaibiyah, Nabi
Muhammad SAW sangat gencar mengajak para raja di negeri seberang untuk
memeluk agama Islam. Rasulullah SAW menulis surat kepada para raja dunia dan
para pemimpin Arab, mengajak mereka masuk Islam, menuju jalan Tuhannya dengan
cara bijaksana dan nasihat baik. Beliau sangat memperhatikan hal ini dan memilih
orang yang layak untuk mengutusnya; orang yang mengetahui bahasa dan negaranya.
Paling tidak ada empat orang raja yang menjadi obyek dakwah Nabi SAW melalui
media surat. Ibnu Hisyam dalam Sirah Nabawiyah-nya menyebutkan yaitu: Raja
Negus Najasyi di Abbessinia (Ethiopia sekarang ini), Raja Heraclius (Kaisar
Imperium Romawi yang berpusat di Konstatinopel atau Byzantium), Raja Khosrou II
(Kisra Abrawaiz penguasa Persia), dan Raja Muqauqis penguasa Koptik (Qibthi
wilayah Mesir), mereka merupakan raja-raja yang menjadi obyek dakwah Nabi
Muhammad SAW dalam dakwahnya dengan menggunakan media surat.

Dalam mendakwahkan agama barunya dengan media tulisan yang berupa


surat resmi berstempel kenabian ini, kesuksesan banyak diraih. Tidak sedikit
pemimpin kerajaan dan rakyatnya yang berbondong-bondong memeluk Islam hanya
dengan membaca sepucuk surat Muhammad yang dikirimkan melalui utusannya.
Dakwah dengan menggunakan metode tulisan ini tetap terkandung nilai teologis
berupa ajakan kepada tauhid (Rasulullah SAW ingin membuktikan bahwa risalah
Islam adalah alamiah untuk seluruh umat manusia). Kedua, menginformasikan adanya
Islam sebagai penyempurna agama sebelumnya. Ketiga, sebagai sarana yang berperan
untuk melapangkan jalan dakwah.Rasulullah SAW tidak meninggalkan peran tulisan
dalam dakwahnya, meskipun beliau ditakdirkan sebagai seorang yang buta huruf.
Lewat para sahabatnya beliau menggunakan tulisan untuk menjangkau sasaran
dakwah yang sangat jauh. Seperti beliau mengirim surat kepada para raja, untuk
diajak beriman kepada Allah SWT.

B. Proses Metode Dakwah Rasulullah SAW dan Perjalanan Dakwah Periode Mekah
dan Madinah

Sejak kecil hingga diutusnya menjadi seorang Rasul, Nabi SAW hidup dan berada
di Kota Mekah. Maka itu beliau sangat mengenal kondisi sosial, politik dan karakter
masyarakatnya khususnya karakter mental para pembesar Quraisy yang tiada lain adalah
paman-paman beliau sendiri. Dengan mempertimbangkan peluang dan tantangan serta
ancaman yang akan dialami ketika diserukan Islam pada masyarakat Quraisy, maka
ketika beliau menerima perintah untuk menyebarkan Islam, Rasulullah SAW melakukan
langkah-langkah perencanaan dakwah yang akan diterapkan di Mekah hingga Madinah.
Ilaihi (2009: 9698)
Rasulullah menegaskan bahwa tugas penting dari perencanaan adalah menetukan
sasaran, pengelompokan sasaran dan penentuan skala prioritas, mengkaji kondisi yang
berkembang, mengetahui dan memahami segala potensi yang dimilki, mengkaji dan
mengevaluasi kegiatan dimasa lalu. Menurutnya tugas utama perencanaan dalam
aktivitas dakwah adalah menentukan langkah dan program dakwah dalam menentukan
setiap tujuan dakwah, menentukan sarana-prasarana atau media dakwah, serta personil
da’i yang akan diterjunkan, menentukan materi yang sesuai dan relevan, membuat
asumsi berbagai kemungkinan yang dapat terjadi dan dapat mempengaruhi proses
pelaksanaan program, serta cara menghadapinya dengan menentukan solusi alternative.
Dari hasil analisis sejarah dakwah Nabi, ditemukan beberapa langkah perencanaan
dakwah yang telah ditetapkan Nabi, yaitu: Penetapan tujuan dan sasaran dakwah
Tujuan dakwah Nabi bukan sekedar menyeru, tetapi melakukan perubahan dari
masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat muslim. Perubahan ini dimulai dari individu
menuju sebuah komunitas yang besar.Tujuan ini dibuktikan dengan gerakan dakwah
Nabi yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Dimulai dari gerakan
tauhid di Mekah hingga pembangunan masyarakat muslim dari Kota Madinah Adapun
sasaran dakwah Nabi adalah mengislamkan seluruh masyarakat yang berada di seluruh
wilayah Jazirah Arab. Namun dalam pelaksanaannya, Nabi menetapkan sasaran secara
bertahap.Pertama kali yang diseru adalah masyarakat Mekah, kemudian Madinah, dan
dari Madinah Islam diserukan ke seluruh jazirah Arab.Kemudian scara individu, sasaran
yang diseru bertahap juga. Dimulai dari mereka yang dinilai Nabi telah memiliki jiwa
yang condong kepada kebenaran Islam dan bersedia menerima Islam, seperti Abu Bakr
ra, istrinya Khadijah dan keponakannya Ali bin Abi Thalib. Kedua adalah keluarga dan
kerabat beliau, baru masyarakat luas.
Menurut Aziz (2009: 349-350) strategi adalah sebuah rencana tindakan (termasuk
rangkaian kegiatan dakwah) di dalamnya terdapat penggunaan metode dan pemanfaatan
berbagai sumber daya atau kekuatan.Berkaitan dengan dakwah, Al-Bayanuni (1993: 46)
mendefinisikan bahwa strategi dakwah (manahijud-dakwah) adalah ketentuan-ketentuan
dakwah dan rencana-rencana yang dirumuskan untuk kegiatan dakwah. Selanjutnya Al-
Bayanuni membagi strategi dakwah pada tiga bagian, yaitu: (1) Strategi Sentimentil, (2)
Strategi rasional, dan (3) Strategi indrawi. Sedangkan dalam pandangan Aziz (2009: 353-
356) dengan merujuk pada al-Quran strategi dakwah terdiri dari strategi tilawah
(membacakan ayat-ayat Allah Swt), strategi tazkiyah (menyucikan jiwa), dan strategi
ta’lim (mengajarkan alQuran dan al-Hikmah). Beberapa rencana strategi yang ditetapkan
Nabi di Mekah antara lain, yaitu:

 Membentuk dan mempersiapkan tenaga da’i yang tangguh


 Membentuk dan mempersiapkan pasukan tempur yang siap dan tangguh

Untuk mewujudkan kedua strategi dakwah di atas, beberapa tahapan dan metode
dakwah ditetapkan Nabi dalam dakwahnya, yaitu:
1. Hikmah, yang ditujukan kepada orang yang memiliki pemahan yang tinggi sepert tokoh-
tokoh Yahudi, Nasrani maumpun para bangsawan.
2. memberi perlajaran yang baik, yang ditujukan pada orang-orang yang awam serta yang
rendah tingkat pemahamannya. Saperti memberikan cerita Nabi atau orang shaleh
3.dengan cara berdiskusi , ditujukan pada orang-orang yang tingkat pemahamannya sedang-
sedang saja, yang mana rasa ingin tahunya cukup tinggi biasanya mereka suka
mempertanyakan sampai mereka paham dari yang mereka pertanyakan, sehingga tidak ada
keragu-raguan lagi

4. Berdakwah secara sembunyi yang dilakukan di awal ke-Nabiannya, serta tidak


menunjukkan ada gerakan dakwah kepada masyarakat luas, sehingga situasi di awal tetap
tenang dan hidup berdampingan dengan damai.

5. Memilih dan menetapkan orang yang pertama kali diseru adalah mereka yang dinilai Nabi
telah memiliki kecenderungan pada kebenaran dan memiliki pengaruh di kalangan
masyarakat Quraisy, serta mampu mengajak sahabat lain pada Islam, seperti Abu Bakr RA.

6. Memilih dan menetapkan rumah Al-Arqam sebagai “markas dakwah’”, sehingga pada
proses pembentukan awal, orang Quraisy tidak menaruh curiga. Secara intensif, Nabi,
melakukan pembinaan langsung dengan al-Quran dan bersama Nabi menjalankan ibadah.

Setelah melewati masa persiapan secara tertutup, strategi terbuka dimulai.


Beberapa strategi dan metode dakwah ditetapkan Nabi, yaitu:

a. Nabi memulai menyeru keluarganya. Dukungan keluarga bagi masyarakat


Quraisy merupakan hal yang penting dalam menjalankan sebuah misi.
b. Dakwah dilakukan dengan “penawaran” bukan paksaan apalagi ancaman
c. Nabi menyampaikan Islam, menjawab dan berdialog dengan al-Quran.
d. Selama di Mekah Nabi tidak melakukan konfrontasi, sekalipun terjadi tekanan
dari kaum Quraisy.
e. Nabi meyakinkan dan menghibur, serta menasihati untuk bersabar dan
bertahan terhadap serangan dan tekanan kaum Quraisy.
f. Memilih untuk berhijrah di saat terjadi tekanan yang luar biasa.
g. Memilih tempat yang tepat untuk dijadikan tempat hijrah, seperti Negeri
Habasah yang dinilai dipimpin oleh Raja yang adil dan bukan dari kalangan
Quraisy.
h. Memilih dan mengutus orang-orang yang tepat untuk dijadikan pimpinan atau
utusan ketika berhijrah.

Dalam melakukan dakwahnya, Rasulullah berdakwah dengan beberapa


karakteristik dalam setiap perjalanannya yaitu pada periode Mekah dan Madinah

1. Dakwah Periode Mekah


Karakteristik Pelaksanaan Dakwah Nabi di Kota Mekah
a. Stategi Membentuk Tenaga Da’i Sekaligus Pasukan Tempur yang Tangguh
Tahap I
Setelah menerima wahyu surah al-Muddatsir: 1-5, Rasulullah mulai
menjalankan keimananya yakni beribadah serta melakukan seruan dakwah.
Namun seruan yang pertama ini beliau tujukan kepada mereka yang dianggapnya
telah memiliki kesiapan untuk menerima kebenaran, mereka dikenal secara baik
dan diketahui mencintai kebaikan serta mereka mengenal kebaikan dan kejujuran
beliau.
Secara diam-diam Rasulullah mengajak istri tercintanya Khadijah binti
khuwailid. Mereka shalat bersama di depan keluarganya, sehingga akhirnya
ponakan beliau Ali bin Abi Thalib yang kala itu berusia 10 tahun terpesona
dengan perbuatan sujud Rasulullah SAW yang akhirnya ia masuk Islam disusul
Zaid bin Haritsah pembantu Rasulullah SAW.Kemudian sahabat karib Nabi SAW,
yakni Abu Bakar Ash-Shiddiq.Mereka ini masuk Islam pada hari pertama
dimulainya dakwah, sehingga dalam tarikh Islam dikenal dengan As-Sabiqunal-
Awwalun3 (Al-Mubarrakfuri, 2014: 73-74).
Abu Bakar ibn Abi Kuhafah menunjukan semangat yang tinggi dalam
menyambut dakwah, sehingga dengan seluruh kekuatan yang dimilikinya
beberapa tokoh Quraisy berhasil diajak memeluk Islam diantaranya; Utsman bin
Affan, Az-Zubair bin Al-Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Sa’d bin Abi Waqash,
dan Thalhah bin Ubaidillah At- Taimi.
Selanjutnya Rasulullah dan para muslim kelompok pertama ini
menyampaikan dakwah secara fardliyah (perorangan) dan sembunyi- sembunyi
kepada keluarga dan saudara, sahabat yang ditemuinya. Dari usaha ini masuklah
diantaranya‘Ubaidah, Abu Salamah, Arqom bin Abi al Arqom, dll, yang mereka
juga disebut As-Sabiqunal- Awwalun (Al-Qathan, 1994:108).
Selama periode ini, Nabi, kaum meslimin dapat hidup berdampingan
dengan orang Quraisy, sekalipun akidah mereka sudah berbeda. Selain kebiasaan
jahiliyah yang belum terusik, tempat pertemuan gerakan dakwah Nabi pada saat
itu tidak diketahui. Ini berkaitan dengan siasat Nabi yang memilih rumah Al-
Arqom sebagai pusat pengajaran dan pembinaan kelompok muslim. Orang-orang
Quraisy tidak mengira karena Arqom bin abil Arqam berasal dari bani Makhzum
yang menjadi musuh bani Hasyim.Juga Arqam saat itu baru berusia 16 tahun.
Dalam membebaskan kejahiliahan pada masyarakat Quraisy, pada
tahapan pertama Rasulullah SAW, melakukannya dengan tahapan yang
matang.Pada tahap ini, selama tiga tahun perubahan dilakukan secara sembunyi-
sembunyi. Langkah ini dilakukan Nabi saw. guna membentuk pasukan dakwah
yang siap bekerja bersamanya untuk mengubah ideologi jahiliyah menjadi
ideologi tauhidullah. Rasulullah SAW telah sukses membentuk satu komunitas
kecil yang bersatu dan diantara mereka saling memperkuat konstruksi komunitas
tersebut. Hati mereka telah diikat dengan karunia Ilahiyah, sehingga diantara
mereka tidak lagi berselisih tentang satu perkarapun, dan mereka bersama-sama
menempuh tujuan yang sama. Dengan keimanan yang mantap, mereka
melakukan dakwah dengan tidak mengharapkan imbalan dan balasan apalagi
berbuat riya kepada manusia.Apapun yang mereka lakukan bermuara pada ridho
Allah swt.(Yusuf, 2002: 22- 23).
b. Stategi Membentuk Tenaga Da’i Sekaligus Pasukan Tempur yang Tangguh
Tahap II (menyerukan Islam secara terbuka, mendialogkan al-Quran,
menghindari permusuhan hingga hijrah)
Setelah tiga tahun Nabi SAW menyerukan Islam secara rahasia,
selanjutnya Nabi SAW diperintahkan memproklamirkan agama-Nya kepada
seluruh kerabatnya secara terbuka, seperti diserukan dengan turunya wahyu surah
al-Syu’ara (26: 214).
Menyampaikan Islam secara terbuka, nampaknya ini tugas yang sangat
berat dan penuh tantangan bagi Nabi SAW Beliau sangat memahami karakter
masyarakat Arab terutama keluarganya para pemuka Quraisy.Namun demikian
tiga tahun cukup untuk Nabi membangun dan memupuk mental untuk
menghadapi pemberontakan dari kaumnya. Menurut al-Mubarrakfuri (2014: 77),
langkah pertama yang dilakukan Nabi SAW adalah mengundang dan menyajikan
jamuan kepada keluarganya Bani Hasyim. Diantara yang datang adalah Bani Al-
Muthalib bin Abi Manaf yang jumlahnya sekitar 45 orang yaitu paman-paman
beliau dan keluarganya. Ketika Nabi mencoba menyampaikan Allah kepada
mereka, Abu Lahab segera menyetop Nabi dengan perkataan yang tidak pantas
dan kecaman, serta bangkit mengajak semua untuk pergi meninggalkan Nabi
sambil mengejek. Namun Abu Thalib paman sekaligus ayah angkatnya dengan
tegas menyatakan siap menjaga dan melindungi Nabi yang disampaikan di depan
Bani Muthalib yang hadir. Penolakan Abu Lahab tidak menyurutkan semangat
jihad Nabi.Beliau mengundang kembali paman-pamanya, dan menyampaikan
tentang Allah dan kerasulan beliau serta adanya kehidupan akhirat.Namun
hasilnya sama penolakan.
Tidak berhasil mengajak keluarganya, dengan kesabaranya Rasulullah
melanjutkan seruanya kepada penduduk Mekah secara terbuka.Berulang kali
Nabi naik ke bukit Shafa dan berseru mengajak kaumnya ke jalan Allah.Beliau
mengajak kepada tauhid dan beriman kepada risalah beliau serta beriman kepada
hari akhirat.Selain itu disampaikan juga penjelasan bahwa pembenaran terhadap
risalah beliau merupakan inti hubungan antara diri beliau dengan mereka.
Fanatisme kekerabatan yang selama ini dipegang erat bangsa Arab menjadi
mencair dalam kehangatan peringatan yang datang dari sisi Allah ini9 (Al-
Qathani, 2006: 202-203). Setelah penyeruan secara nyata di bukit shafa dan di
sekitar Ka’bah, hari-hari berikutnya Nabi sering mendapat ejekan dan perlakuan
yang tidak menyenangkan terutama dari Abu Jahl dan kelompoknya.Sekalipun
pertentangan ini dilakukan berulang- ulang, Nabi SAW tidak ada keinginan
membalasnya walaupun beliau mampu.
Suatu hari penganiayaan Abu Jahal dan diamnya Nabi dengan luka di
kepala, menghantarkan paman beliau Hamzah bin Abdul Muthalib menerima
Islam sebagai agama pilihanya. Setelah masuknya Hamzah yang disusul dengan
Umar bin Khatab kekuatan dakwah Nabi SAW semakin tak terbendung dan
membuat kaum Quraisy semakin tidak berdaya. Terutama setelah turunya wahyu
surah al-Hijr: 9410 Setelah turun perintah tersebut, Nabi dan para pengikutnya
mulai bangkit dan tidak ada kompromi lagi dalam memberantas berbagai
tindakan khurafat dan kemusyrikan. Nabi mulai menyebutkan kedudukan berhala
dan hakikatnya.Namun tindakan Nabi SAW ini disampaikan dengan
mendialogkan Al-Quran. Demikian juga dalam menghadapi keangkuhan dan
kesombongan orang-orang Quraisy yang terkungkung dengan tradisi kuat
jahiliyah, maka Nabi menghadapinya dengan jawaban Al-Quran yang memiliki
daya tarik yang luar biasa (Al-Mubarrakfuri, 2014: 36) Seperti pembahasan
kedudukan berhala, Nabi menyampaikan Qs. Saba: 24., al-Zumar: 38 ). Begitu
juga ketika menerima utusan Quraisy ‘Utbah bin Rabi’ah yang mengajak
berunding. Ketika Utbah menawarkan berbagia keuntungan materi
gunamenghentikan dakwah Nabi Saw., Rasulullah saw. menjawab dengan surah
Fushilat.Jawaban ayat di atas, ternyata mampu membuat kelompok Quraisy
kecewa dan semakin bingung, karena sang utusan Utbah yang dianggap
cendekiawan ternyata bungkam menyerah bahkan mengakui kehebatan Islam
sekalipun belum mengubah keyakinanya (Al- Ismail,1996: 96-98). Melihat
gerakan dakwah kaum muslimin semakin gencar, berbagai siasat menentang
dakwah semakin keras juga dilakukan kelompok Abu Jahal, sampai pada
pemboikotan hingga rencana pembunuhan Nabi SAW.
Melihat penyiksaan demi penyiksaan yang menimpa kelompok muslim,
secara fisik memang Nabi tidak dapat menolongnya (membalaskanya). Namun
sejak awal dan terus- menerus dilakukan oleh beliau kepada para sahabatnya
adalah penguatan iman (tauhid), iman kepada hari akhir serta kabar gembira
tentang datangnya kemenangan. Ketika Nabi dan Para Sahabat sudah semakin
menderita dengan keganasan musuh Islam, Nabi memerintahkan para Sahabatnya
untuk berhijrah, dan Nabi SAW memilih Negeri Habasah sebagai tujuan hijrah
pertama. Dipilihnya Habasyah, diyakini Rasulullah SAW bahwa raja yang sedang
berkuasa pada waktu itu yaitu Ashhamah An-Najsyi adalah seorang raja yang
adil, sehingga tidak aka nada yang teraniaya di sisinya.Maka Rasulullah
memerintahkan beberapa sahabatnya untuk hijrah ke Habasyah. Maka pada bulan
rajab tahun kelima dari nubuwwah sekelompok sahabat berangkat menuju negeri
Habasyah. Dan untuk menjelaskan tentang islam kepada raja Najasyi, nabi saw.
memilih dan mengutus Ja’far bin Abdul Muthalib (Al-Mubarrakfuri, 2014:98)
Demikian juga yang dilakukan Nabi SAW di tahun kesepuluh kenabian,
ketika sepeninggal pamanya dan istrinya penganiayaan kaumnya semakin tak
terbendung. Secara diam- diam beliau mencari perlindungan ke negeri Tha’if
dengan berjalan kaki. Harapan beliau mendapat sambutan dan perlindungan dari
masyarakat Thaif, ternyata bertolak belakang. Selama berada di Tha’if
Rasulullah saw. mendapat penolakan yang amat menyakitkan. Cacian dan
kekerasan fisik hingga pengusiran membuat beliau terluka.Seruan dan penawaran
yang dilakukan Nabi SAW melalui kehebatan al-Quran tidak hanya disampaikan
kepada bangsa Arab tetapi di luar Arab. Rasulullah menawarkan Islam kepada
para Kabilah yang datang pada musim haji untuk menziarahi Ka’bah, Kabilah
yang hendak berdagang seperti di pasar Ukadz, Majnah, Dzi Majaz, dan
sebagainya.Dari penawaran ini akhirnya kabar Islam sampai kepada penduduk
Yatsrib yang akhirnya sekelompok penduduknya mendatangi Nabi Saw.dan
melakukan perjanjian/ bai’at (al-Qathhani, 1994: 117-121). Kondisi ini disambut
Nabi saw. dengan gembira hingga akhirnya beliau mengirim duta untuk
mengajarkan Islam di Yatsrib, dan dipilihnya Mus’ab bin Umair (Antonio, 2007:
140).
2. Dakwah Periode Madinah

Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah berlangsung selama sepuluh


tahun, yakni dari semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriah sampai
dengan wafatnya Rasulullah SAW, tanggal 13 Rabiul Awal tahun ke-11 hijriah.
Materi dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode Madinah,
selain ajaran Islam yang terkandung dalam 89 surat Makiyah dan Hadis periode
Mekah, juga ajaran Islam yang terkandung dalm 25 surat Madaniyah dan hadis
periode Madinah. Adapaun ajaran Islam periode Madinah, umumnya ajaran Islam
tentang masalah sosial kemasyarakatan.
Mengenai objek dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah adalah
orang-orang yang sudah masuk Islam dari kalangan kaum Muhajirin dan Ansar. Juga
orang-orang yang belum masuk Islam seperti kaum Yahudi penduduk Madinah, para
penduduk di luar kota Madinah yang termasuk bangsa Arab dan tidak termasuk
bangsa Arab.
Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT bukan hanya untuk bangsa Arab,
tetapi untuk seluruh umat manusia di dunia, Allah SWT berfirman:

Artinya: “Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi semesta alam.” (Q.S. Al-Anbiya’, 21: 107)
Dakwah Rasulullah SAW yang ditujukan kepada orang-orang yang sudah
masuk Islam (umat Islam) bertujuan agar mereka mengetahui seluruh ajaran Islam
baik yang diturunkan di Mekah ataupun yang diturunkan di Madinah, kemudian
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka betul-betul menjadi
umat yang bertakwa.Selain itu, Rasulullah SAW dibantu oleh para sahabatnya
melakukan usaha-usaha nyata agar terwujud persaudaraan sesama umat Islam dan
terbentuk masyarakat madani di Madinah.
Mengenai dakwah yang ditujukan kepada orang-orang yang belum masuk
Islam bertujuan agar mereka bersedia menerima Islam sebagai agamanya,
mempelajari ajaran-ajarannya dan mengamalkannya, sehingga mereka menjadi umat
Islam yang senantiasa beriman dan beramal saleh, yang berbahagia di dunia serta
sejahtera di akhirat.
Tujuan dakwah Rasulullah SAW yang luhur dan cara penyampaiannya yang
terpuji, menyebabkan umat manusia yang belum masuk Islam banyak yang masuk
Islam dengan kemauan dan kesadarn sendiri. namun tidak sedikit pula orang-orang
kafir yang tidak bersedia masuk Islam, bahkan mereka berusaha menghalang-halangi
orang lain masuk Islam dan juga berusaha melenyapkan agama Isla dan umatnya
dari muka bumi. Mereka itu seperti kaum kafir Quraisy penduduk Mekah, kaum
Yahudi Madinah, dan sekutu-sekutu mereka.
Setelah ada izin dari Allah SWT untuk berperang, sebagaimana firman-Nya
dalam surah Al-Hajj, 22:39 dan Al-Baqarah, 2:190, maka kemudian Rasulullah SAW
dan para sahabatnya menusun kekuatan untuk menghadapi peperangan dengan orang
kafir yang tidak dapat dihindarkan lagi. Peperangan-peperangan yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW dan para pengikutnya itu tidaklah bertujuan untuk melakukan
penjajahan atau meraih harta rampasan pernag, tetapi bertujuan untuk membela diri,
kehormatan, dan harta, menjamin kelancaran dakwah, dan memberi kesempatan
kepada mereka yang hendak menganutnya, untuk memelihara umat Islam agar tidak
dihancurkan oleh bala tentara Persia dan Romawi.
Adapun stategi dakwah Rasululullah SAW. Periode Madinah, yaitu :
a. Pembinaan Masjid
Setelah Nabi hijrah ke Madinah, kota tersebut dijadikan pusat jamaah
kaum muslimin, dan selanjutnya menjadi ibukota Negara islam yang segera
didirikan oleh Nabi, dengan dirubah namanya Madinah, yang semula bernama
Yastrib.
Masjid merupakan institusi dakwah pertama yang dibina oleh Rasulullah
SAW.setibanya baginda di Madinah. Ia menjadi nadi pergerakan Islam yang
menghubungkan manusia dengan Penciptanya serta manusia sesama manusia.
Masjid menjadi lambang akidah umat Islam atas keyakinan tauhid mereka kepada
Allah SWT.Pembinaan masjid dimulakan dengan membersihkan persekitaran
kawasan yang dikenali sebagai ‘mirbad’ dan meratakannya sebelum menggali
lubang untuk diletakkan batu-batu sebagai asas binaan. Malah, Rasulullah SAW.
sendiri yangmeletakkan batu-batu tersebut. Batu-batu itu kemudiannya disemen
dengan tanah liat sehingga menjadi binaan konkrit.
Masjid pertama ini dibina dalam keadaan kekurangan tetapi penuh dengan
jiwa ketaqwaan kaum muslimin di kalangan muhajirin dan ansar. Mesjid pertama
yang dibangun rasulullah SAW. adalah mesjid Quba’. Tanggla 16 Agustus Rasul
dan para sahabat yang berjumlah lebih kurang seratus orang menuju Madinah
pada hari jumat.Ditengah jalan pada suatu tempat yang bernama perkampungan
lembah Bani Salim, Rasul mendapat perintah untuk mendirikan shlat jumat,
sebagai suatu isyarat sudah waktunya memproklamirkan berdirinya Daulah
Islamiyah.Di dalamnya, dibina sebuah mimbar untuk Rasulullah
SAW.menyampaikan khutbah dan wahyu daripada Allah. Terdapat ruang
muamalah yang dipanggil ‘sirda’untuk pergerakan kaum muslimin melakukan
aktivitas kemasyarakatan.Pembinaan masjid ini mengukuhkan dakwah baginda
untuk menyebarkan risalah wahyu kepada kaum muslimin serta menjadi pusat
perbincangan di kalangan Rasulullah SAW.dan para sahabat tentang masalah
ummah.
b. Meneguhkan Persaudaraan
Rasulullah SAW mempersadarakan kaum Muhajirin dan Ansar. Jalinan ini
diasaskan kepada kesatuan cinta kepada Allah serta pegangan akidah tauhid yang
sama. Persaudaraan ini membuktikan kekuatan kaum muslimin melalui
pengorbanan yang besar sesama mereka tanpa membeda – bedakan pangkat,
bangsa dan harta. Selain itu, ia turut memadamkan api persengketaan di kalangan
suku kaum Aus dan Khajraz. Sebagai contoh, Abu bakar dipersaudarakan dengan
Harisah bin Zaid, Jafar bin Abi Thalib dipersaudarakan dengan Mu’az bin Jabal,
dan Umar bin Khattab dipersaudarakan dengan Itbah bin Malik. Begitu
seterusnya sehingga tiap – tipa orang dari kaum Ansar dipersaudarakan dengan
kaum Muhajirin.
c. Pembentukan Piagam Madinah
Madinah sebagai sebuah Negara yang menghimpunkan masyarakat Islam
dan Yahudi daripada pelbagai bangsa memerlukan kepada satu perlembagaan
khusus yang menjaga kepentingan semua pihak. Rasulullah SAW. telah
menyediakan sebuah piagam yang dikenali sebagai Piagam Madinah untuk
membentuk sebuah masyarakat di bawah naungan Islam.
Piagam ini mengandungi 32 pasal yang menyentuh segenap aspek kehidupan
termasuk akidah, akhlak, kebajikan, undang-undang, kemasyarakatan, ekonomi
dan lain-lain.Di dalamnya juga terkandung aspek khusus yang mesti dipatuhi oleh
kaum Muslimin seperti tidak mensyirikkan Allah, tolong-menolong sesama
mukmin, bertaqwa dan lain-lain. Selain itu, bagi kaum bukan Islam, mereka mesti
berkelakuan baik kepada kaum islam di Madinah.
Piagam ini harus dipatuhi oleh semua penduduk Madinah Islam atau bukan Islam.
Strategi ini telah menjadikan Madinah sebagai model Negara Islam yang adil,
membangun serta disegani oleh musuh-musuh Islam.
d. Stratergi Ketentaraan
Peperangan merupakan strategi dakwah Rasulullah di Madinah untuk
melebarkan perjuangan Islam ke seluruh pelosok dunia. Strategi ketenteraan
Rasulullah s.a.w digeruni oleh pihak lawan khususnya pihak musyrikin di Mekah
dan Negara-negara lain. Antara tindakan strategik baginda menghadapi
peperangan ialah persiapan sebelum berlakunya peperangan seperti pengitipan
dan maklumat musuh. Ini berlaku dalam perang Badar, Rasulullah SAW. telah
mengutuskan pasukan berani mati seperti Ali bin Abi Talib, Saad Ibnu Waqqash
dan Zubair Ibn Awwam untuk bersiap-sedia menghadapi perang.
Rasulullah SAW. turut membacakan ayat-ayat al-Quran untuk menggerunkan hati
musuh serta menguatkan jiwa kaum Muslimin. Antara firman Allah Taala
bermaksud:
“Dan ingatlah ketika Allah menjajikan kepadamu bahwa salah satu dari dua
golongan yang kamu hadapi adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa
yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah yang untukmu, dan Allah
menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayatNya dan
memusnahkan orang-orang kafir.” (Surah al-Anfal: 7)
Rasulullah SAW. turut mengambil pandangan dari para sahabat dalam
menyusun strategi peperangan. Dalam perang Khandak, Rasulullah SAW. setuju
dengan pandangan Salman al-Farisi yang berketurunan Parsi berkenaan
pembinaan benteng. Strategi ini membantu pasukan tentera Islam berjaya dalam
semua peperangan dengan pihak musuh.
e. Hubungan Luar
Hubungan luar merupakan orientasi penting bagai melebarkan sayap
dakwah.Ini terbukti melalui tindakan Rasulullah SAW.menghantar para dutanya
ke negara-negara luar untuk menjalin hubungan baik berteraskan dakwah tauhid
kepada Allah. Negara-negara itu termasuk Mesir, Iraq, Parsi dan Cina.Sejarah
turut merekamkan bahwa Saad Ibn Waqqas pernah berdakwah ke negeri Cina
sekitar tahun 600 hijrah.Sejak itu, Islam bertebaran di negeri Cina hingga saat ini.
para sahabat yang pernah menjadi duta Rasulullah ialah Dukyah Kalibi kepada
kaisar Rom, Abdullah bin Huzaifah kepada kaisar Hurmuz, Raja Parsi, Jaafar bin
Abu Talib kepada Raja Habsyah.
Strategi hubungan luar ini diteruskan pada pemerintahan khalifah Islam
selepas kewafatan Rasulullah SAW. Sebagai contoh, pasukan Salehuddin al-
Ayubi di bawah pemerintahan Bani Uthmaniah telah berjaya menawan kota suci
umat Islam di Baitul Maqdis. Penjajahan ke Negara-negara luar merupakan
strategi dakwah paling berkesan di seluruh dunia.
f. Memelihara dan Mempertahankan Masyarakat Islam dalam Upaya Menciptakan
Suasana Tentram dan Aman agar Masyarakat Muslim yang di Bina dapat
Terpelihara dan Bertahan
Rasulullah SAW membuat perjanjian persahabatan perdamaian dengan
kaum Yahudi yang berdiam di kota Madinah dan sekitarnya. Tindakan ini belum
pernah dilakukan oleh nabi dan rasul sebelumnya. Isi perjanjiannya sebagai
berikut :
1) Kebebasan beragama bagi semua golongan dan masing-masing golongan
mempunyai wewenang penuh terhadap anggits golongannya.
2) Semua lapisan, baik muslim maupun Yahudi harus tolong menolong dan
saling mebantu untuk melawan siapa saja yang memerangi mereka. Semua
wajib mempertahankan kota bila ada serangan dari luar
3) Kota Madinah adalah ota suci yang wajib dihormati oleh mereka yang terikat
dengan perjanjian itu. Apabila terjadi perselisihan antara muslim dan Yahudi,
maka urusan itu diserahkan kepada Allah SWT danrasul(Al Qur’an dan
sunah).
4) Mengakui dan mentaati kesatuan pimpinan untuk kota Madinah yang
disetujui dipegang oleh Nabi Muhammad SAW.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Rasulullah SAW menggunakan berbagai pendekatan dalam berdakwah yaitu,
melalui keluarga dekat, pendekatan dengan tidak memaksa untuk masuk islam, lebih
memilih bersabar dan diam ketika ada yang menentang, dan memilih berhijrah dalam
berdakwah. Penyampaian dakwah Rasulullah dalam bentuk lisan dengan menjelaskan
intisari ajaran Islam dan juga secara tulisan dengan mengirim surat kepada raja-raja.
Setelah memahami metode dakwah yang tertera di dalam Alquran yaitu tiga
metode dakwah yang terkenal, yaitu dengan Hikmah, Mauidhah Hasanah (ceramah),
dan Mujadalah (diskusi). dapat dipahami bahwa metode dakwah yang digunakan oleh
Rasulullah adalah metode yang sesuai dengan yang tertera di dalam Alquran, dengan
melalui pendekatan-pendekatan tertentu, sehingga dalam catatan sejarah dakwah
Islam, Rasulullah merupakan tokoh utama dalam penyebaran agama Islam di
kalangan masyarakat Arab, selain dakwah yang juga dilaksanakan oleh nabi sebelum
Rasulullah kepada kaumnya.
Dakwah yang Rasulullah lakukan pada periode Mekah berlangsung secara
sembunyi-sembunyi yang didahului berdakwah kepada kerabatnya. Pada peiode
dakwah ini setelah turunnya Surah As Syura dakwah dilakukan secara terang-terangan
sehingga masyarakat muslim mendapat kecaman. Hal tersebut yang melatar belakangi
Rasulullah memutuskan untuk berhijrah. Dakwah pada periode Madinah berlangsung
selama 10 tahun yang bertujuan dalam membina masyarakat muslim.

B. Saran
Sebaiknya metode dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW dicontoh dan di
implementasikan dalam berdakwah.
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Kadir, Mohammad Nidzam. 2011. Fiqah Muallaf Antara Tuntunan dan Keutamaan,
Kuala Lumpur: Telaga Biru
Abdul Karim, Abdur rahman. 2013. Kitab Sejarah Nabi Muhammad SAW, Jogyakarta: Diva
Press
Al-Uqaili, Syaikh Uhaimid Muhammad. 2011. Surat-Surat Nabi kepada Para Raja dan
Panglima Perang, Penerjemah: Wafi Marzuqi Ammar, Surabaya: Putaka Yassir
Al- Mubarakfuri, Shafiyurrahman. 2013. Sirah Nabawiyah, Jakarta: Gema Insani
An-Nadwi, Abul Hasan Ali Al-Hasan. 2011. Shirah Nabawiyah, Sejarah Lengkap Nabi
Muhammad SAW, Cet Ke-6, Penerjemah: M. Halabi Hamdi dkk, Yogyakarta: Darul
Manar
Aziz, Moh. Ali. 2004. Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana.
Departemen Agama Republik Indonesia. 2009. Alqur’an dan Terjemahannya, Bandung:
Hatta, Ahmad, dkk. 2011, The Great Story of Muhammad saw., Jakarta: Maghfirah Pustaka,
Ilaihi, Wahyu, Harjani Hefni. 2007, Pengantar Sejarah Dakwah, Jakarta: Kencana

Anda mungkin juga menyukai