Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sediaan Herbal adalah sediaan obat tradisional yang dibuat dengan cara
sederhana seperti infus, dekok dan sebagainya yang berasal dari simplisia.
Simplisia adalah bahan alamiah berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau
eksudat tanaman yang digunakan sebagai obat dan belum mengalami pengolahan
atau mengalami pengolahan secara sederhana serta belum merupakan zat murni
kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Eksudat tanaman
adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dengan
cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni.
(Badan POM. 2010)
Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh Negara di dunia.
Menurut WHO, negara negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin menggunakan
obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terima. Bahkan di
Afrika, sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat herbal untuk pengobatan
primer (WHO, 2003). Faktor pendorong terjadinya peningkatan penggunaan obat
herbal di negara maju adalah usia harapan hidup yang lebih panjang pada saat
prevalensi penyakit kronik meningkat, adanya kegagalan penggunaan obat
modern untuk penyakit tertentu di antaranya kanker serta semakin luas akses
informasi mengenai obat herbal di seluruh dunia. (Lusia. 2006)
WHO merekomendasi penggunaan obat tradisional termasuk Herbal
dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit,
terutama untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif dan kanker. WHO juga
mendukung upaya-upaya dalam peningkatan keamanan dan khasiat dari obat
tradisional (WHO, 2003). Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih
aman dari pada penggunaan obat modern. Hal ini disebabkan karena obat
tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit dari pada obat
modern. (Lusia. 2006)

1
B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Bagaimana toksisitas obat herbal dengan makanan ?
2. Bagaimana kontraindikasi obat herbal dan makanan?
3. Bagaimana inkompaktibilitas obat herbal dan makanan?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui toksisitas,
kontraindikasi, dan inkompaktibilitas obat herbal dan makanan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Toksisitas Obat Herbal dan Obat sintetik

Interaksi obat terjadi jika efek suatu obat (index drug) berubah akibat
adanya obat lain (precipitant drug), makanan, atau minuman. Interaksi obat dapat
menghasilkan efek yang memang dikehendaki (Desirable Drug Interaction), atau
efek yang tidak dikehendaki (Undesirable/Adverse Drug Interactions = ADIs)
yang lazimnya menyebabkan efek samping obat dan/atau toksisitas karena
meningkatnya kadar obat di dalam plasma, atau sebaliknya menurunnya kadar
obat dalam plasma yang menyebabkan hasil terapi menjadi tidak optimal.
Sejumlah besar obat baru yang dilepas di pasaran setiap tahunnya menyebabkan
munculnya interaksi baru antar obat akan semakin sering terjadi. (Retno. 2008)
Tanaman obat, seperti halnya obat buatan pabrik memang tak bisa
dikonsumsi sembarangan. Tetap ada dosis yang harus dipatuhi, seperti halnya
resep dokter. Buah mahkota ewa, misalnya, hanya boleh dikonsumsi dengan
perbandingan 1 buah dalam 3 gelas air. Sedangkan daun Mindi baru berkhasiat
jika direbus sebanyak 7 lembar dalam takaran air tertentu. Takaran yang tepat
dalam penggunaan obat tradisional memang belum banyak didukung oleh data
hasil penelitian. Peracikan secara tradisional menggunakan takaran sejumput,
segenggam atau pun seruas yang sulit ditentukan ketepatannya. Penggunaan
takaran yang lebih pasti dalam satuan gram dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya efek yang tidak diharapkan karena batas antara racun dan obat dalam
bahan tradisional amatlah tipis. Dosis yang tepat membuat tanaman obat bisa
menjadi obat, sedangkan jika berlebih bisa menjadi racun.(Lusia. 2006)
Obat tradisional tidak diperbolehkan mengandung bahan kimia obat yang
merupakan hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat. Hal ini disebabkan karena
terjadi interaksi antara komponen senyawa yang terdapat pada obat tradisional
dengan obat sintetik. Beberapa tanaman yang telah teridentifikasi memiliki
interaksi dengan obat sintetik adalah Allium sativum, Ginkgo biloba dengan obat-
obat antipaltelet seperti aspirin, warfarin, dan ibuprofen. (Siti. 2014)

3
B. Kontraindikasi Obat Herbal dengan Obat Sintetik
Dibandingkan dengan obat kimia, obat herbal memiliki daya kerja yang
cenderung lambat. Itulah yang membuat orang dengan penyakit serius akan lebih
memilih obat-obatan kimia bukan obat herbal. Sebagian besar orang tau bahwa
perbedaan yang signifikan dari obat kimia dan obat herbal hanya terletak pada
kecepatan kerja. Pada akhirnya, obat-obatan herbal hanya dipandang sebagai obat
alternatif setelah obat kimia tidak dapat menyembuhkan penyakit bagi si
penderita. Hal ini juga dibuktikan dengan penamaan herbal sebagai cara “obat
alternatif”. Perbedaan obat herbal dan obat kimia tidak hanya berdasarkan reaksi
cepat atau lambat dalam proses kerjanya. Selain itu, herbal memiliki banyak
keunggulan yang tidak dimiliki obat kimia. Namun, kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang perbedaan obat herbal dan obat kimia membuat posisi obat
kimia lebih diprioritaskan. Semua bahan-bahan alami yang dibuat, tidak memiliki
efek samping dengan demikian, konsumsi jangka panjang obat-obatan herbal
sebenarnya sehat dan dapat meningkatkan organ-organ tubuh berfungsi dengan
semestinya. Keuntungan obat herbal yaitu :
1. Tidak ada efek samping potensi
2. Bebas racun
3. Mudah diproduksi
4. Menghilangkan sumber penyakit sampai keakarnya
5. Mudah diperoleh
6. Ekonomis
7. Mengandung banyak manfaat
Sesuai dengan perkembangan zaman yang sudah modern dan tekhnologi
semakin canggih tentunya semua orang membutuhkan apa saja ingin secara cepat
dan instan. Contohnya seperti Obat, Obat itu ada obat herbal dan obat kimia
tentunya kedua obat itu sama tujuan yaitu untuk mengobati, namun adapula
perbedaan obat herbal dan obat kimia, berikut di antaranya :
1. Obat Kimiawi :
 Terdapat efek samping dari obat kimia yang bisa berupa efek samping
langsung maupun tidak langsung atau terakumulasi. Hal ini terjadi karena

4
bahan kimia bersifat anorganik dan murni sementara tubuh bersifat organik
dan kompleks. Maka bahan kimia bukan bahan yang benar-benar cocok
untuk tubuh karena Penggunaan bahan kimia pada tubuh dianggap sebagai
sesuatu yang tidak terhindarkan dan digunakan secara terbatas yang dapat
diterima dan ditoleransi oleh tubuh.
 Lebih diarahkan untuk menghilangkan gejala-gejalanya saja artinya Bersifat
sympthomatis yang hanya untuk mengurangi penderitaannya saja.
 Bersifat paliatif artinya penyembuhan yang bersifat spekulatif, bila tepat
penyakit akan sembuh, Lebih diutamakan untuk penyakit-penyakit yang
sifatnya akut (butuh pertolongan segera) seperti asma akut, diare akut, patah
tulang, infeksi akut dan lain-lain.
 Reaksi cepat, namun bersifat destruktif artinya melemahkan organ tubuh
lain, terutama jika dipakai terus-menerus dalam jangka waktu lama.
 Harga mahal karena Hampir semua obat kimia yang kita gunakan berasal
dari luar. Hal ini terjadi karena untuk menghasilkan obat kita membutuhkan
teknologi tinggi, biasa investasi yang tinggi dan waktu penelitian yang lama.
Alasan lain dai impor obat adalah perlunya kepercayaan atas produsen obat.
Sampai saat ini kepercayaan terutama ada pada beberapa negara yang
dikenal produsen obat. Bahan mahal yang diipor terdiri dari obat jadi, bahan
baku obat, bahan pengemas obat, teknologi, peralatan dan mesin-mesin,
tenaga ahli dan tenaga terampil. Tingginya harga terjadi karena impor
menggunakan mata uang asing yang berfluktuasi sesuai kurs dan juga
membuat ketersediaan tidak menentu.
2. Obat Herbal :
 Obat herbal tidak hanya berkhasiat menyembuhkan gejala penyakit, tetapi
juga menghilangkannya hingga ke akar penyebabnya. Hal ini karena efek
obat herbal bersifat holistik (menyeluruh) sehingga tidak hanya berfokus
pada penghilangan penyakit tapi juga pada peningkatan sistem kekebalan
tubuh untuk melawan penyakit.
 Obat herbal adalah produk alami yang ditemukan di alam dan benar-benar
bebas dari semua jenis efek samping. Orang Indonesia telah berabad-abad

5
meminum berbagai macam jamu tradisional dan belum pernah tercatat ada
kasus efek samping yang mematikan. Namun Anda tetap perlu berhati-hati
karena beberapa jenis jamu tradisional diproduksi tidak secara higienis dan
bahkan dicampur zat-zat kimia sehingga berbahaya bagi tubuh. Dalam hal
ini yang berbahaya bukan jamunya, namun kontaminasi jamur dan zat
tambahannya.
 Multi khasiat atau bisa menghilangkan lebih dari satu penyakit
 Aplikasinya lebih sederhana, Jika diagnosa sudah jelas maka pengobatan
dapat dilakukan di rumah dengan bantuan anggota keluarga yang lain.
Bantuan dokter dibutuhkan untuk diagnosis yang benar berdasarkan data
laboratorium. Rekomendasi terapi dapat diberikan oleh dokter yang juga
herbalis, tetapi perawatannya bisa di rumah oleh anggota keluarga.
 Bersifat rekonstruktif atau memperbaiki organ dan membangun kembali
organ-organ, jaringan atau sel-sel yang rusak.
 Bersifat kuratif artinya benar-benar menyembuhkan karena pengobatannya
pada sumber penyebab penyakit.
 Lebih diutamakan untuk mencegah penyakit, pemulihan penyakit-penyakit
komplikasi menahun, serta jenis penyakit yang memerluakan pengobatan
lama.
 Reaksi lambat tetepi bersifat konstruktif atau memperbaiki dan membangun
kembali organ-Bebas toksin obat farmasi adalah racun. Anda tidak boleh
mengkonsumsinya sembarangan. Obat herbal bebas racun sehingga aman
dikonsumsi siapa pun, bahkan seringkali memberikan efek meluruhkan
racun dalam tubuh (detoksifikasi).

C. Inkompaktibilitas Obat Herbal dengan Obat Sintetik

Penggunaan obat kimia modern dan obat herbal termasuk jamu, secara
bersamaan untuk mengobati penyakit tertentu harus dilakukan secara berhati-hati.
Penggabungan secara serampangan bisa memperburuk kesehatan. Uji klinik yang
dilakukan di Rumah Sakit Umum dr Soetomo, Surabaya, menunjukkan,

6
penggunaan obat antikolesterol simvastatin ataupun campuran daun jambu, temu
lawak, dan jati belanda (obat tradisional) memberikan hasil yang baik jika
digunakan secara sendiri-sendiri. Tetapi, jika digabung, hasilnya justru buruk. Hal
yang sama terjadi pada penggunaan metformin dan teh hitam untuk mengobati
diabetes. Jika kedua obat itu digunakan sendiri-sendiri, bisa menurunkan kadar
gula darah rata-rata selama 1-3 bulan (HbA1C) hampir sama. Namun, jika
digabung, penurunan HbA1C justru sangat kecil. Jika ingin menggabungkan, obat
modern sebaiknya diminum lebih dulu. Setelah 1-2 jam, baru minum obat herbal.

Pada kenyataannya banyak kasus kelainan obat terjadi oleh karena


interaksi obat yang tidak dapat digabungkan (bercampur) ataupun digunakan
secara bersamaan yang dikenal sebagai inkompatibilitas obat. Inkompatibilitas
obat menunjukkan ketidakcampuran suatu obat apabila dicampur dengan molekul
obat lain sehingga dapat berpengaruh pada efek yang dihasilkan.
Inkompaktibilitas obat pada umumnya merupakan suatu interaksi obat yang tidak
diinginkan dan memiliki efek yang merugikan. Hal ini dapat dimisalkan pada
penggunaan bersama antibiotika tetrasiklin dengan suatu antasida (yang
mengandung kalsium, aluminium, magnesium atau bismuth) yang berdampak
pada laju absorpsi dari tetrasiklin menjadi terhambat di dalam tubuh. Sehingga
dalam penggunaan obat yang secara bersama-sama tersebut diperlukan juga
penanganan dalam menghindari terjadinya inkompatibilitas obat yang dapat
merugikan tubuh.
Herbal dan obat kimia sebenarnya memiliki khasiat yang sama. Namun,
bekerja dengan cara yang berbeda. Kalau obat-obatan kimia bekerja dengan
meredam gejala sakit, herbal (baik dalam bentuk suplemen, kapsul, jamu, atau
rebusan) umumnya berperan dalam menyeimbangkan fungsi organ tubuh agar
kembali bekerja dengan baik. Interaksi herbal dan obat kimia dapat terjadi, karena
herbal dan obat kimia mengandung senyawa aktif yang sama-sama mempengaruhi
tubuh. Jika herbal dan obat kimia ini dikonsumsi secara bersamaan, ada 3
interaksi yang mungkin timbul yaitu efeknya semakin kuat, menjadi berkurang,
atau malah hilang sama sekali. Cukup sulit menentukan mana yang paling baik,

7
karena efek yang diinginkan sangat dipengaruhi oleh jenis penyakit dan kondisi
tubuh pasien. Interaksi yang menguntungkan juga akan terjadi jika Herbal yang
dikonsumsi berefek mengurangi efek samping obat.

Cara aman dalam kombinasi obat, jika akan mengkombinasikan Herbal


dengan obat kimia, ada baiknya berkonsultasi terlebih dulu dengan ahli Herbal,
sinse, atau dokter yang mendalami Herbal. Mereka ini tergabung dalam
Perhimpunan Dokter Indonesia Pengembang Kesehatan Tradisional Timur
(PDPKT), sebagai organisasi di bawah Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Agar aman
dan efektif, waktu mengkonsumsi juga harus diperhatikan. Menurut Dr
Dalimartha (yang menjabat Ketua II PDPKT), sebaiknya nimum Herbal dua jam
sebelum atau sesudah mengkonsumsi obat dokter. Selama waktu itu, biasanya
proses mencerna obat sudah selesai sehingga interaksi yang tidak diinginkan bisa
dihindari, dan efektivitas Herbal yang dikonsumsi tetap terjaga. Berikut ini
kombinasi obat herbal dan kimia yang cocok dan tidak cocok untuk konsumsi :

1. Pasangan Serasi
 Obat Umum
Jika digunakan dalam jangka panjang, obat-obat kimia berpotensi
mengganggu fungsi hati. Untuk menghindarinya, konsumsilah temulawak
atau milk thistle (Sylibum marianum). Kedua Herbal ini terbukti secara
ilmiah tidak berinteraksi dengan obat kimia, namun membantu regenerasi
sel-sel hati.
 Obat Pembunuh Virus
Ada beberapa jenis herbal yang meningkatkan sistem imun dan
meningkatkan khasiat obat antiviral. Contohnya, echinacea (Echinacea
angustifolia, E. Purpurea, E. Pallida), dan meniran (Phyllanthus niruri).
Meskipun demikian, jangan mengkonsumsi echinacea dan meniran
berbarengan, karena justru dapat mengganggu sistem imun.

8
 Obat Alergi
Untuk meredakan gejala alergi dengan cepat, kita dapat minum
antihistamin. Herbal yang dapat dikombinasikan adalah bawang putih, yang
bisa digunakan dalam masakan dalam jumlah yang diperbanyak.

2. Pasangan Tidak Serasi

 Obat Umum
Herbal yang mengandung tanin dapat mengurangi penyerapan tubuh
terhadap obat-obatan yang mengandung codein, ephedrine, dan theophyline.
Hindari konsumsi daun jambu biji, teh, dan herbal yang rasanya sepat.
 Obat Pengencer Darah
Jika mengkonsumsi obat-obatan seperti aspirin dan warfarin, hindari
bawang putih, jahe, ginseng, pegagan (Centella asiatica), dan nanas. Selain
itu waspadai kandungan dan shen (Salvia miltiorrhiza) dan dang qui
(Angelica sinensis) yang kerap terdapat dalam ramuan sinse. Herbal tersebut
bersifat melancarkan peredaran darah sehingga jika dikonsumsi bersama
aspirin atau warfarin bisa menyebabkan perdarahan organ.
 Obat Jantung
Herbal yang dapat mempengaruhi kerja obat jantung, di antaranya jenis
pencahar seperti ginseng, buah senna (Senna folium), licorice (Glycrrhiza
glabra), dan ma huang (Herbal ephedrae). Herbal-Herbal ini dapat
menganggu ritme denyut jantung.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sediaan Herbal adalah sediaan obat tradisional yang dibuat dengan cara
sederhana seperti infus, dekok dan sebagainya yang berasal dari simplisia. Obat
tradisional tidak diperbolehkan mengandung bahan kimia obat yang merupakan
hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat. Hal ini disebabkan karena terjadi
interaksi antara komponen senyawa yang terdapat pada obat tradisional dengan
obat sintetik. Beberapa tanaman yang telah teridentifikasi memiliki interaksi
dengan obat sintetik adalah Allium sativum, Ginkgo biloba dengan obat-obat
antipaltelet seperti aspirin, warfarin, dan ibuprofen.

B. Saran
Agar kiranya makalah ini dapat digunakan sebagai sarana untuk
mendapatkan ilmu, terutama tentang toksisitas, kontraindikasi, dan
inkompaktibilitas obat herbal dengan obat sintetik dan juga penggunaan obat
sintetik, obat herbal termasuk jamu, secara bersamaan untuk mengobati penyakit
harus dilakukan secara berhati-hati. Penggabungan secara serampangan bisa
memperburuk kesehatan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Badan POM. 2010. Acuan Sediaan Herbal volume kelima edisi pertama. Jakarta:
Badan POM RI

Gitawati, Retno. 2008. Interaksi Obat dan Beberapa Implikasinya Media Litbang
Kesehatan Volume XVIII Nomor 4

http://luminaiik.blogspot.co.id/2016/06/amankah-kombinasi-obat-kimia-obat-
herbal.html?m=1

http://hikmahkesehatanblogspot.co.id/2012/05/herbal-vs-obat-kimia.html?m=1

http://inidiablog989.blogspot.co.id/2014/perbedaan-obat-herbal-dengan-obat-
kimia.html?m=1

https://www.google.com/search?ie=UTF-8&source=android
browser&q=kenapa+obat+herbal+tidak+dapqt+dikombinasikan+dengan+ob
at+sintetik xxri=2

Oktora, Lusia. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan


Manfaat dan Keamanannya Vol. 3 No. 1. Universitas Jember

Rofida, Siti. 2014. Bahan Kimia Obat pada Obat Tradisional Indonesia. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang

11

Anda mungkin juga menyukai