Anda di halaman 1dari 15

1

HUBUNGAN HIGIENE PENJAMAH MAKANAN DAN SANITASI MAKANAN DENGAN


KEBERADAAN ESCHERICHIA COLI PADA MAKANAN JAJANAN DI SEKOLAH
DASAR KECAMATAN MEDAN HELVETIA TAHUN 2016

Lena Tindaon
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Sari Mutiara Indonesia

ABSTRAK
Keberadaan Escherichia coli pada makanan merupakan masalah kesehatan masyarakat diseluruh dunia. Keberadaan
Escherichia coli dapat terjadi melalui makanan yang tidak dapat ditangani dengan baik, seperti higiene perorangan,
sanitasi yang buruk, serta dari makanan itu sendiri seperti peralatan, penyimpanan, pengolahan, penyajian sampai
bagaimana makanan itu disantap. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan higiene penjamah makanan dan
sanitasi makanan dengan keberadaan Escherichia coli pada makanan jajanan di Sekolah Dasar Kecamatan Medan
Helvetia. Jenis penelitian menggunakan desain Cross sectional dengan sampel sebanyak 60. Uji statitik
menggunakan Chi-Square dan Fisher. Hasil penelitian didapatkan, ada hubungan higiene penjamah makanan
dengan keberadaan Escherichia coli (p=0,000). Tidak ada hubungan lokasi dan bangunan dengan keberadaan
Escherichia coli (p=0,673). Ada hubungan pemilihan bahan makanan dengan keberadaan Escherichia coli
(p=0,006). Tidak ada hubungan penyimpanan bahan makanan dengan keberadaan Escherichia coli (p=0,175). Ada
hubungan pengolahan makanan dengan keberadaan Escherichia coli (p=0,001). Tidak ada hubungan penyajian
makanan dengan keberadaan Escherichia coli (p=0,082). Tidak ada hubungan pengangkutan makanan dengan
keberadaan Escherichia coli (p=0,592). Ada hubungan fasilitas sanitasi dengan keberadaan Escherichia coli
(p=0,035). Kepada Dinas Kesehatan sebaiknya melakukan pendekatan, pelatihan, serta pengetahuan tentang prinsip-
prinsip higiene dan sanitasi makanan jajanan kepada penjamah makanan serta memberikan penyuluhan tentang
prilaku hidup bersih dan sehat kepada guru, anak Sekolah serta penjamah makanan.

Kata kunci: higiene penjamah makanan, sanitasi makanan, keberadaan Escherichia coli, makanan jajanan, Sekolah
Dasar

ABSTRACT
The existence of Escherichia coli in food becomes a public health problem throughout the world. It can occur
through food which is not well protected like bad personal hygiene, bad sanitation, and the condition of the food
itself such as its flatware, its storage, its processing, its serving, and the way it is eaten. The objective of the
research was to find out the correlation of the hygiene of a person who touched food and food sanitation with the
existence of Escherichia coli in snacks at the Elementary Schools in Medan Helvetia Subdistrict. The research used
cross sectional design with 60 samples. The data were analyzed by using Chi Square and Fisher statistic tests. The
result of the research showed that there was the correlation of the hygiene of the person who touched food with the
existence of Escherichia coli (p = 0.000), there was no correlation of location and building with the existence of
Escherichia coli (p = 0.673), there was the correlation of choosing food stuffs with the existence of Escherichia coli
(p = 0.006), there was no correlation of food storing with the existence of Escherichia coli (p = 0.175), there was
the correlation of food processing with the existence of Escherichia coli (p = 0.001), there was no correlation of
food serving with the existence of Escherichia coli (p = 0.082), there was no correlation of food transportation with
the existence of Escherichia coli (p = 0.592), and there was the correlation of sanitation facility with the existence
of Escherichia coli (p = 0.035). It is recommended that the Health Agency provide approaches, training, and
knowledge of hygienic principles and snack sanitation for persons who touch food and provide counseling about
clean and healthy life behavior for teachers, students, and persons who touch food.

Keywords: Hygiene of Persons who Touch Food, Food Sanitation, Existence of Escherichia coli, Snack,
Elementary School

Pendahuluan disebabkan Escherichia coli yang terjadi di Jerman


Masalah keamanan pangan merupakan pada tahun 2011 dengan laporan sebanyak 818 kasus
masalah kesehatan masyarakat diseluruh dunia, salah disentri, 3.332 kasus yang disebabkan Escherichia
satunya adalah masalah kontaminasi makanan yang coli, serta 36 pasien telah dilaporkan meninggal
Hubungan Higiene Penjamah Makanan dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan Escherichia coli pada
Makanan Jajanan di SD Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2016
Universitas Sari Mutiara Indonesia
2

dunia. Berdasarkan informasi yang didapatkan, mengandung Angka Kapang-Khamir melebihi batas
bahwa penyebabnya adalah adanya masyarakat yang maksimal, 149 (3,10%) tercemar Escherichia coli, 18
mengkonsumsi sayuran mentah beserta salad dan (0,37%) mengandung bakteri S. Aureus dan 13
masih banyaknya masyarakat yang tinggal dengan (0,27%) mengandung bakteri Salmonella (Badan
keadaan sanitasi yang buruk. Pengawasan Obat dan Makanan, 2011). Selain itu
Selain itu terjadinya penyebaran penyakit Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani Departemen
melalui makanan dikarenakan adanya makanan yang Kesehatan (2007) juga melakukan penelitian
tidak dapat di tangani dengan baik, baik itu dari mengenai Sekolah sehat, hasil yang diperoleh dari
sektor kesehatan maupun dari sumber asal makanan 640 Sekolah Dasar (SD) yang tersebar di 20 Provinsi,
itu sendiri, misalnya peralatan, penyimpanan, cara didapatkan 40% belum memiliki kantin, 60%
pengolahan, cara penyajian serta sampai bagaimana memiliki kantin, 84,3% kantin tidak memenuhi
makanan itu harus di santap (Indonesia One Health persyaratan kesehatan serta mutu kebersihan,
University Network, 2015). Di Indonesia, masalah kesehatan dan keamanan juga tidak memenuhi
kesehatan yang terjadi sangat kompleks dan persyaratan, namun jika hal ini terus menerus terjadi
bervariasi, salah satunya adalah masalah kesehatan dapat merugikan serta menimbulkan dampak yang
yang terjadi dilingkungan anak sekolah. Menurut tidak baik bagi gizi dan kesehatan anak (Kemenkes
Antara dan WHO pada penelitian Agustina Febria RI, 2011).
(2009) mengatakan bahwa anak-anak merupakan Berdasarkan hasil survey yang dilakukan
kelompok yang beresiko tinggi tertular penyakit oleh peneliti di Kecamatan Medan Helvetia
melalui makanan maupun minuman serta sering didapatkan 2 Sekolah terjadi kasus keracunan
menjadi korban penyakit bawaan makanan akibat makanan, selain itu peneliti juga memperoleh data
konsumsi makanan yang disiapkan dari rumah dari Puskesmas Kecamatan Medan Helvetia yang
sendiri, kantin sekolah, serta berasal dari penjaja kaki mana jumlah kasus diare dari tahun 2014-2015
lima (Agustina Febria dkk, 2009). Adapun pengujian dilaporkan mengalami peningkatan yaitu 2.212-2.473
Laboratorium terhadap Pangan Jajanan Anak Sekolah kasus. Sementara itu yang kita ketahui bahwa
(PJAS) yang diambil dari 866 Sekolah Dasar dan penyakit diare pada umumnya terjadi dikarenakan
Madrasah Ibtidaiyah dari 30 Kota di Indonesia. wilayah yang tropis maupun sub tropis dengan
Pemeriksaan Laboratorium dilakukan dengan tujuan tingkat sosio-ekonomi yang rendah serta higiene dan
agar mutu kebersihan PJAS memenuhi persyaratan sanitasi yang buruk (Anorital Andayasari Lelly,
keamanan. Hasil menunjukan bahwa dari 4.808 2011).
sampel PJAS, ditemukan 1.705 (35,46%) pangan Berdasarkan latar belakang diatas maka
jajanan anak Sekolah yang tidak memenuhi penelitian tertarik untuk melakukan penelitian
persyaratan keamanan, kemudian ditemukannya 789 tentang hubungan antara higiene penjamah makanan
(16,41%) sampel mengandung cemaran mikroba dan sanitasi makanan dengan keberadaan
Alanin Amino Transferase (ALT) yang melebihi batas Escherichia coli pada makanan jajanan di Sekolah
maksimal, 570 (11,86%) mengandung bakteri Dasar Kecamatan Medan Helvetia tahun 2016.
Coliform melebihi batas maksimal, 253 (5,26%) Dengan tujuan untuk mengetahui hubungan higiene

Hubungan Higiene Penjamah Makanan dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan Escherichia coli pada
Makanan Jajanan di SD Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2016
Universitas Sari Mutiara Indonesia
3

penjamah makanan dan sanitasi makanan dengan frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti.
keberadaan Escherichia coli pada makanan jajanan di Untuk analisis bivariat meggunakan uji Chi-Square
Sekolah Dasar Kecamatan Medan Helvetia tahun (Dengan tingkat kepercayaan 95% (P<0,05) namun
2016. bila tidak memenuhi syarat uji Chi-square maka
Metode Penelitian digunakan uji alternatifnya yaitu uji Fisher yang
Penelitian ini merupakan peneitan bersifat gunanya untuk melihat hubungan antara variabel
observasional dengan desain Cross sectional. independen (higiene penjamah makanan, lokasi dan
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Sekolah bangunan, pemilihan bahan makanan, penyimpanan
Dasar Negeri dan Swasta di Wilayah Kecamatan bahan makanan, pengolahan makanan, pengangkutan
Medan Helvetia yang berada diluar Sekolah pada makanan, penyajian makanan, fasilitas sanitasi)
radius 10 m tepatnya yang memiliki sarana jajanan dengan variabel dependen (keberadaan Escherichia
untuk anak Sekolah Dasar, besar sampel penelitian coli pada makanan jajanan).
ini sebanyak 60 pedagang makanan jajanan, dengan Hasil dan Pembahasan
teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Pada penelitian ini terdapat empat variabel
Sampel Kuota yang maksudnya adalah teknik ini yang mempunyai hubungan bermakna dengan
dilakukan berdasarkan yang telah mendasarkan diri keberadaan Escherichia coli pada makanan jajanan
pada jumlah yang sudah ditentukan tanpa (p<0,05) yaitu higiene penjamah makanan, pemilihan
menghiraukan dari mana asal subjek tersebut (asal bahan makanan, pengolahan bahan makanan, fasiitas
masih dalam populasi), yang terpenting dan harus sanitasi namun ada empat variabel yang tidak ada
diperhatikan adalah jumlah sampel harus terpenuhi hubungan bermakna dengan keberadaan Escherichia
berdasarkan yang telah ditetapkan. coli pada makanan jajanan yaitu lokasi bangunan,
Analisis data menggunakan analisis penyimpanan bahan makanan, penyajian makanan
univariat yang gunanya untuk mengetahi distribusi dan pengangkutan makanan (p>0,05) (Tabel 1).
Tabel 1 Hubungan Higiene Penjamah Makanan dan Sanitasi Makanan Jajanan Dengan Keberadaan E.coli
Pada Makanan Jajanan di SD Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2016
Keberadaan Jumlah
Higiene Penjamah Makanan Escherichia Coli (n=60)
Jajanan dan Sanitasi Ada Tidak Ada P PR (CI 95%)
Makanan Jajanan n %
n % n %

Higiene Penjamah Makanan


Buruk
32 62.7 19 37.3 51 100 0.373
Cukup Baik 0.000
0 0 9 100 9 100 (0.261-0.532)

Lokasi dan Bangunan


1.125
Buruk 12 50 12 50.0 24 100
0.673 (0.654-1.934)
Baik 20 55.6 16 44.4 36 100

Keberadaan Jumlah
P PR (CI 95%)
Escherichia Coli (n=60)
Hubungan Higiene Penjamah Makanan dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan Escherichia coli pada
Makanan Jajanan di SD Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2016
Universitas Sari Mutiara Indonesia
4

Higiene Penjamah Makanan Ada Tidak Ada


Jajanan dan Sanitasi N %
Makanan Jajanan n % n %

Pemilihan Bahan Makanan


Cukup Baik
10 90.0 1 9.1 11 100 2.025
Baik 0.006
22 44.9 27 55.1 49 100 (1.410-2.908)

Penyimpanan Bahan Makanan


Cukup Baik 66.7 0.636
12 6 33.3 18 100 0.175
Baik 47.6 (0.312-1.300)
20 22 52.4 42 100

Pengolahan Makanan
Cukup Baik 29 65.9 15 34.1 44 100 3.515
0.001
Baik 3 18.8 13 81.3 16 100 (1.240-9.964)

Penyajian Makanan
Cukup Baik 23 62.2 14 37.8 37 100 0.622
0.082
Baik 9 39.1 14 60.9 23 100 (0.367-1.053)

Pengangkutan Makanan
Cukup Baik 0.843
10 58.8 7 41.2 17 100
Baik 0.592 (0.442-1.607)
22 51.2 21 48.8 43 100

Fasilitas Sanitasi
20 40.0 25 100
Buruk 30 60.0 0.035 3.000
8 80.0 35 100
Baik 2 20.0 (0.851-0.577)

Pembahasan (100%) yang tidak ditemukan keberadaan


Hubungan Higiene Penjamah Makanan dengan
Escherichia coli. Hal ini juga didukung dengan nilai
Keberadaan Escherichia coli Pada Makanan
p= 0,000 (p<0,05) dan PR 0,373 CI 95%= 0,261-
Jajanan di Sekolah Dasar Kecamatan Medan
0,532 yang artinya bahwa higiene penjamah makanan
Helvetia Tahun 2016
dapat menjadi faktor risiko, faktor pelindung dan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
bahkan tidak dapat menjadi faktor risiko dan faktor
hubungan antara higiene penjamah makanan dengan
pelindung.
keberadaan Escherichia coli pada makanan jajanan.
Berdasarkan hasil analisis univariat pada variabel
Hasil ini didasarkan dari hasil yang didapatkan
penjamah makanan diketahui 51 (85%) tidak
bahwa penjamah makanan yang melakukan higiene
mengikuti kursus, 60 (100%) tidak melakukan
yang kategori buruk lebih besar dibandingkan dengan
test/pemeriksaan kesehatan, 25 (41,7%)
penjamah makanan yang melakukan higiene yang
menggunakan pakaian kerja yang tidak bersih, 60
kategori buruk yaitu 32 (62,7%) ditemukan
(100%) tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum
keberadaan Escherichia coli dan 19 (37,3%) tidak
menyentuh makanan, 33 (55%) yang tidak mencuci
ditemukan keberadaan Escherichia coli pada kategori
tangan pakai sabun setelah buang air besar, 21 (35%)
buruk sedangkan pada kategori cukup baik hanya 9
Hubungan Higiene Penjamah Makanan dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan Escherichia coli pada
Makanan Jajanan di SD Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2016
Universitas Sari Mutiara Indonesia
5

yang berkuku panjang dan kotor, 1 (1,7%) yang Higiene yang memenuhi syarat seperti menjaga
merokok pada saat menyajikan makanan, 4 (6,7%) kebersihan hidung, mulut, telinga maupun kulit
tidak menggunakan alat pada saat menjamah penjamah makanan, berpakaian yang bersih, mencuci
makanan, 33 (55%) menggunakan cincin ataupun tangan sebelum menyentuh makanan maupun setelah
gelang yang berukir. buang air besar dan buang air kecil, tidak boleh
Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan memakai perhiasan, tidak boleh batuk maupun bersin
oleh Riyanto A, dkk (2011) mengenai faktor-faktor dan percikan ludah pada saat pngelolaan makanan
yang mempengaruhi kandungan E.coli makanan berlangsung, tidak boleh merokok diwaktu mengelola
jajanan di Wilayah Cimahi Selatan yang mengatakan makanan atau berada didalam ruang pengolahan
bahwa kebersihan pengolah makanan jajanan yang makanan (Kemenkes RI, 2012).
tidak memenuhi syarat mempunyai risiko 14 kali Hubungan Antara Lokasi dan Bangunan dengan
makanan yang dijual mengandung Escherichia coli Keberadaan Escherichia coli
dibandingkan dengan kebersihan pengolah makanan Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada
yang memenuhi syarat. Hal ini terbukti dengan hubungan antara lokasi dan bangunan dengan
ditemukan 53% (p= 0,001) Escherichia coli pada keberadaan Escherichia coli pada makanan jajanan.
pengolah makanan yang tidak memenuhi syarat Hasil ini dikarenakan lokasi dan bangunan dengan
kebersihannya, hal ini dikarenakan masih banyaknya kategori baik lebih sedikit ditemukan keberadaan
pengolah makanan jajanan yang tidak memenuhi Escherichia coli dibandingkan dengan lokasi dan
syarat disebabkan sebagian besar pedagang makanan bangunan yang berkategori cukup baik yaitu 12
jajanan tidak mengetahui tentang penyehatan (50%) sampel ditemukan Escherichia coli dan 12
makanan serta belum ada yang mengikuti kursus (50%) sampel yang tidak ditemukan Escherichia coli
penyehatan makanan sehingga masih banyak sedangkan pada kategori baik 20 (55,6%) sampel
pedagang yang tidak menerapkan kebersihan diri yang ditemukan Escherichia coli dan 16 (44,4%)
seperti kuku kotor, merokok serta menggaruk anggota sampel yang tidak ditemukan Escherichia coli.
badan sambil mengelola makanan dan tidak mencuci Namun hal ini juga didukung dengan perolehan nilai
tangan dengan sabun sebelumnya. uji Chi-square dengan nilai p= 0,673 (p>0,05),
Kementerian Kesehatan RI (2012) mengatakan dengan nilai PR yaitu 1,125 dan CI 95% (0.654-
bahwa higiene penjamah makanan merupakan kunci 1.934) yang artinya lokasi dan bangunan merupakan
kebersihan dalam pengolahan makanan yang aman faktor pelindung untuk keberadaan Escherichia coli
dan sehat. Sedangkan menurut Ensiklopedi Indonesia pada makanan jajanan. Namun untuk perolehan nilai
(1982) higiene adalah ilmu yang berhubungan hasil didapatkan dari metode penggabungan sel.
dengan masalah kesehatan serta suatu usaha untuk Penggabungan sel dilakukan karena tabel tidak
mempertahankan atau untuk memperbaiki kesehatan ditemukan risk estimate yang tujuannya agar dapat
oleh karena itu higiene perorangan sangat perlu di mengetahui seberapa besar lokasi dan bangunan
perhatikan untuk mencegah terjadinya penyebaran dapat mempengaruhi keberadaan Escherichia coli
penyakit melalui makanan (Purnawijayanti A.H., pada makanan jajanan. Maka dari itu dilakukan
2001). penggabungan sel agar dapat menanggulangi

Hubungan Higiene Penjamah Makanan dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan Escherichia coli pada
Makanan Jajanan di SD Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2016
Universitas Sari Mutiara Indonesia
6

permasalahan tersebut. Penggabungan sel dilakukan terjadinya kontaminasi makanan oleh


pada kategori yang bernilai kecil dengan kategori mikroorganisme seperti bakteri dan jamur yang dapat
lain. menimbulkan risiko terhadap kesehatan.
Pada penelitian Yunaenah (2009) terkait Lokasi tempat pengelolaan makanan (TPM)
kontaminasi Escherichia coli pada makanan jajanan harus jauh dan terhindar dari pencemaran yang
di Kantin Sekolah Dasar Wilayah Jakarta Pusat diakibatkan antara lain bahan pencemar seperti udara
menunjukkan hasil yang sama dengan peneliti bahwa (debu, asap, serbuk, bau), bahan padat (sampah,
tidak ada hubungan antara kontruksi bangunan serangga dan tikus). Bukan hanya lokasi tetapi untuk
dengan kontaminasi Escherichia coli dengan nilai p= bangunan juga harus dibuat dengan cara yang
0,131 (p>0,05) dan OR= 2,417 hal ini dikarenakan terlindung dari sumber pencemaran seperti tempat
kontaminasi Escherichia coli hanya tergantung pada pembuangan sampah umum, WC umum, pengolahan
kualitas proses pematangan dan penyajian makanan limbah dan sumber pencemar lainnya yang diduga
sedangkan konstruksi hanya diisyaratkan secara fisik dapat mencemari hasil produksi makanan (Kemenkes
dalam pengelolaan makanan. RI, 2012).
Namun berbeda dengan penelitian Agustina Hubungan Antara Pemilihan Bahan Makanan
(2011) terkait hubungan antara higiene penjamah dan dengan Keberadaan Escherichia coli
sanitasi makanan jajanan dengan keberadaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
Escherichia coli pada warung jus buah yang berada hubungan antara pemilihan bahan makanan dengan
di sekitar Kampus Universitas Negeri Semarang yang keberadaan Escherichia coli pada makanan jajanan.
mengatakan bahwa ada hubungan antara sanitasi Hasil ini dikarenakan pemilihan bahan makanan
tempat dengan keberadaan Escherichia coli dengan dengan kategori baik lebih besar ditemukan
nilai p= 0,008 (p<0,05). Hal ini dikarenakan 90,5% keberadaan Escherichia coli dibandingkan dengan
adanya pencemaran dari tempat sampah yang tidak kategori cukup baik yang lebih sedikit ditemukan
layak dan berdekatan dengan tempat penjualan dan keberadaan Escherichia coli yaitu pemilihan bahan
dalam keadaan terbuka sehingga memungkinkan makanan dengan kategori baik ditemukan 22 (44,9%)
adanya vektor pembawa penyakit seperti lalat yang Escherichia coli dan 27 (55,1%) yang tidak
hinggap di tempat sampah tersebut, serta terdapatnya ditemukan Escherichia coli sedangkan pada kategori
alat-alat pembuatan jus dalam keadaan kotor cukup baik 10 (90,9%%) bahan makanan yang
(Agustina Laila Nur, 2011). ditemukan Escherichia coli dan 1 (9,1%) bahan
Kementerian Kesehatan (2012) mengatakan makanan yang tidak ditemukan Escherichia coli. Hal
bahwa kualitas makanan yang dihasilkan dan ini didukung dengan perolehan nilai p=0,006
disajikan dan dijual oleh pengelolaan makanan harus (p<0,05) dengan perolehan nilai PR yaitu 2.025 dan
memenuhi syarat-syarat kesehatan salah satu syarat CI 95% (1,410-2,908) yang artinya pemilihan bahan
kesehatan TPM yang terpenting dan mempengaruhi makanan merupakan faktor risiko untuk keberadaan
kualitas higiene dan sanitasi makanan adalah lokasi Escherichia coli. Hal ini juga didukung dengan hasil
dan bangunan. Lokasi dan bangunan yang tidak yang diperoleh dari hasil univariat yaitu masih ada
memenuhi syarat kesehatan akan memudahkan tesponden yang menggunakan bahan makanan yang

Hubungan Higiene Penjamah Makanan dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan Escherichia coli pada
Makanan Jajanan di SD Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2016
Universitas Sari Mutiara Indonesia
7

tidak segar dan rusak sebanyak 7 (11,7%) responden, makanan yang berkategori cukup baik yaitu
menggunakan bahan makanan yang kadaluarsa 1 ditemukan keberadaan Escherichia coli yaitu 20
(1,7%) responden, menggunakan bahan makanan (47,6%) dan 22 (52,4%) yang tidak ditemukan
yang bukan aroma makanan khasnya 2 (3,3%) serta keberadaan Escherichia coli pada kategori baik
ditemukan responden menggunakan bahan makanan sedangkan pada kategori cukup baik ditemukan 12
dengan kondisi makanan yang rusak sebanyak 3 (66,7%) Escherichia coli dan 6 (33,3%) tidak
(5%). ditemukan Escherichia coli. Hal ini didukung dengan
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian perolehan uji Chi-square dengan nilai p= 0,175
yang dilakukan oleh Yunaenah (2009) yang (p>0,05) dan nilai PR yaitu 0,636 dan CI 95%
mengatakan bahwa bahan makanan tidak (0.312-1.300) yang artinya penyimpanan bahan
menunjukkan memiliki hubungan yang bermakna makanan merupakan faktor pelindung, maksudnya
terhadap kontaminasi Escherichia coli, hal ini adalah penyimpanan bahan makanan bukan
dikarenakan bahan makanan telah memenuhi syarat merupakan faktor dalam mempengaruhi keberadaan
seperti terdaftar pada Departemen Kesehatan Escherichia coli pada makanan jajanan.
(61,5%), kondisi fisik tidak kadaluwarsa (66,2%), Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan
sayuran dalam keadaan segar (49,2%) dan tidak oleh Sofiana Erna (2011) mengenai hubungan
menunjukkan tanda-tanda pembusukan (47,7%). higiene dan sanitasi dengan kontaminasi Escherichia
Menurut Kementerian Kesehatan RI dalam coli pada jajanan di Sekolah Dasar Kecamatan Tapos
Undang-Undang Nomor 942/MENKES/SK/VII/2003 Depok yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan
yang tertulis pada BAB IV tentang Air, Bahan antara penyimpanan bahan makanan terhadap
Makanan, Bahan Tambahan dan Penyajian dalam kontaminasi Escherichia coli pada makanan jajanan
Pasal 5 yang mengatakan untuk semua bahan yang di Sekolah Dasar Kecamatan Tapos Depok dengan
diolah menjadi makanan jajanan harus dalam nilai p= 1,000 (p>0,05). Hal ini dikarenakan
keadaan baik mutunya, segar dan tidak busuk dan pedagang makanan jajanan yang berjualan di Sekolah
untuk semua bahan olahan dalam kemasan yang Dasar Kecamatan Tapos Depok setiap harinya
diolah menjadi makanan jajanan harus bahan olahan membeli bahan makanan dalam jumlah sedikit dan
yang terdaftar di Departemen Kesehatan, tidak sesuai kebutuhan, sehingga tidak menyimpan bahan
kadaluwarsa, tidak cacat atau tidak rusak makanan. Makanan jajanan pada umumnya telah
(Departemen Kesehatan RI, 2003). dikemas dalam wadah plastik atau pembungkus
Hubungan Antara Penyimpanan Bahan Makanan terpisah dengan makanan lainnya. Tetapi penutup
dengan Keberadaan Escherichia coli pada wadah makanan masih dalam kondisi yang tidak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada rapat (Sofiana Erna, 2011). Namun berbeda dengan
hubungan antara penyimpanan bahan makanan penelitian yang dilakukan oleh Bestari (2015)
dengan keberadaan Escherichia coli pada makanan mengenai hubungan antara sumber sanitasi tempat
jajanan. Hal ini dapat dijelaskan dari hasil penyimpanan dan higiene penjamah makanan dengan
penyimpanan bahan makanan yang berkategori baik keberadaan Escherichia coli pada es batu di warung
lebih besar dibandingkan dengan penyimpanan bahan makan kawasan Boulevard Kota Manado yang

Hubungan Higiene Penjamah Makanan dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan Escherichia coli pada
Makanan Jajanan di SD Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2016
Universitas Sari Mutiara Indonesia
8

mengatakan ada hubungan antara sanitasi tempat jajanan yang disajikan harus dengan tempat/alat
penyimpanan dengan keberadaan Escherichia coli perlengkapan yang bersih dan aman bagi kesehatan.
pada es batu, hal ini dikarenakan hasil yang Hubungan Antara Pengolahan Makanan dengan
menunjukkan dengan kategori tidak baik dengan Keberadaan Escherichia coli
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
adanya keberadaan Escherichia coli berjumlah 11
hubungan yang signifikan antara pengolahan
(36,7%) tempat penyimpanan dan 6 (20%) tempat
makanan dengan keberadaan Escherichia coli pada
penyimpanan tidak ada keberadaan Escherichia coli
makanan jajanan. Hal ini dikarenakan dari hasil
berjumlah dan kategori baik dan ditemukannya
pengolahan makanan dengan kategori cukup baik
keberadaan Escherichia coli berjumlah 3 (10%)
lebih tinggi dibandingkan dengan pengolahan
tempat penyimpanan sedangkan dengan yang tidak
makanan dengan kategori baik dengan perolehan
ditemukannya keberadaan Escherichia coli berjumlah
nilai yaitu 29 (65,9%) makanan jajanan yang
10 (33,3%) tempat penyimpanan dengan nilai p=
ditemukan Escherichia coli dan 15 (34,1%) tidak
0,024 (p<0,05) (Bestari Hardianty dkk, 2015).
ditemukan keberadaan Escherichia coli pada
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2012)
makanan jajanan sedangkan pada kategori baik 3
mengatakan bahwa peralatan untuk menyimpan
(18,8%) makanan jajanan yang ditemukan
makanan pada prinsipnya harus terpisah antara lain
Escherichia coli dan 13 (81,3%) makanan jajanan
terpisah antara makanan matang dan makanan
yang tidak ditemukan keberadaan Escherichia coli.
mentah, terpisah bahan makanan kering dan bahan
Hal ini didukung dengan perolehan uji Chi-square
makanan basah, terpisah tiap jenis makanan masing-
dengan nilai p= 0,001 (p<0,05) dengan PR yaitu
masing dan setidaknya setiap wadah mempunyai
3,515 dan CI 95% (1,240-9,964) yang artinya
tutup tetapi berventilasi guna dapat mengeluarkan
pengolahan makanan merupakan faktor risiko untuk
uap air. Jika untuk pemisahan makanan yang hasil
mempengaruhi keberadaan Escherichia coli pada
dari produksi pabrik seperti bumbu atau makanan
makanan jajanan. Perolehan hasil nilai pada
kaleng setidaknya harus terlebih dahulu di bersihkan,
pengolahan makanan didapatkan dari metode
makanan dalam keadaan kering, dan tidak terkena
penggabungan sel. Penggabungan sel dilakukan agar
sinar matahari langsung.
terdapat nilai hasil Risk Estimate yang tujuannya agar
Sedangkan menurut Kementerian Kesehatan RI
dapat mengetahui seberapa besar variabel pengolahan
dalam Undang-Undang Nomor
makanan dapat mempengaruhi untuk menimbulkan
942/MENKES/SK/VII/2003 yang tertulis pada BAB
keberadaan Escherichia coli pada makanan jajanan.
IV tentang Air, Bahan Makanan, Bahan Tambahan
Berdasarkan hasil univariat dapat dijelaskan
dan Penyajian dalam Pasal 7 dan 8. Dalam Pasal 7
bahwa 20 (33,3%) terdapat bangunan dapur yang
tertulis bahwa bahan makanan serta bahan tambahan
tidak terjaga kebersihannya, 2 (3,3%) pengolahan
makanan dan bahan penolong makanan jajanan siap
makanan yang letaknya berhubungan dengan jamban,
saji harus disimpan secara terpisah, dan untuk bahan
12 (20%) terdapat pada saat pengolahan makanan
makanan yang cepat rusak atau cepat membusuk
meja yang tidak dibersihkan, 5 (8,3%) ditemukan
harus disimpan dalam wadah terpisah. Sedangkan
serangga maupun tikus pada ruangan dapur, 17
pada Pasal 8 tertulis dan mengatakan bahwa makanan
(28,3%) ditemukan lantai tidak dibersihkan serta
Hubungan Higiene Penjamah Makanan dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan Escherichia coli pada
Makanan Jajanan di SD Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2016
Universitas Sari Mutiara Indonesia
9

licin, 49 (81,7%) tidak tersedia sarana untuk tempat Hubungan Antara Penyajian Makanan dengan
cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun serta 59 Keberadaan Escherichia coli
(98,3%) tidak tersedia tempat sampah yang tertutup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada
Hasil penelitian ini di dukung dengan penelitian hubungan yang signifikan antara penyajian makanan
yang dilakukan oleh Kurniadi (2013) tentang faktor dengan keberadaan Escherichia coli pada makanan
kontaminasi bakteri Escherichia coli pada makanan jajanan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa kategori
jajanan dilingkungan kantin Sekolah Dasar Wilayah penyajian makanan cukup baik lebih besar
Kecamatan Bangkinang yang mengatakan bahwa dibandingkan dengan penyajian makanan dengan
tidak ada hubungan yang signifikan antara kategori baik yaitu 23 (62,2%) makanan jajanan yang
pengolahan makanan dengan kontaminasi ditemukan Escherichia coli dan 14 (37,8%) makanan
Escherichia coli (p= 0,684) hal ini dikarenakan jajanan yang tidak ditemukan keberadaan
pengolahan makanan dilingkungan kantin Sekolah Escherichia coli sedangkan pada kategori pengolahan
Dasar Wilayah Kecamatan Bangkiang telah makanan yang baik 9 (39,1%) ditemukan keberadaan
memenuhi syarat dimana hasil observasi lapangan Escherichia coli pada makanan jajanan dan 14
didapatkan bahwa sebagian besar responden dalam (60,9%) tidak ditemukan keberadaan Escherichia
hal ini pengolahan makanannya telah menyediakan coli. Hal ini didukung dengan perolehan uji Chi-
meja kerja untuk peracikan makanan, meja terbuat square dengan nilai p= 0,082 (p>0,05) dengan nilai
dari bahan yang kuat dan tahan goresan serta PR yaitu 0,622 dan CI 95% (0.367-1.053) yang
peralatan pengolahan makanan yang sudah dalam artinya penyajian makanan merupakan faktor
keadaan bersih dan tertutup. pelindung pada makanan jajanan. Perolehan hasil
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2012) nilai pada penyajian makanan didapatkan dari metode
pengusaha dan penanggung jawab tempat pengolahan penggabungan sel. Penggabungan sel dilakukan agar
makanan berkewajiban menyediakan tempat terdapat nilai hasil Risk Estimate yang tujuannya agar
pengolahan makanan atau disebut dapur yang dapat mengetahui seberapa besar variabel penyajian
memenuhi standard dan persyaratan higiene dan makanan dapat mempengaruhi untuk menimbulkan
sanitasi untuk mencegah risiko pencemaran keberadaan Escherichia coli pada makanan jajanan.
(kontaminasi silang dan kontaminasi ulang) terhadap Berdasarkan hasil univariat yang dilakukan
makanan. Beberapa hal yang harus di perhatikan bahwa terdapat 19 (31,7%) penyajian makanan
dalam pengolahan makanan yang memenuhi syarat ditempat pada wadah yang tidak tertutup dan tidak
seperti ventilasi harus cukup baik agar asap dan udara bersih, 13 (21,7%) penyajian makanan yang waktu
panas dapat keluar dengan sempurna, lantai maupun peyajiannya lebih dari 6 jam, 7 (11,7%) penyajian
dinding ruangan harus dalam keadaan bersih dan makanan disajikan dalam wadah yang tidak dipisah
terpelihara agar pencemaran terhadap makanan tidak serta 20 (33,3%) saat pengambilan makanan tidak
dapat terjadi, meja peracikan dalam keadaan bersih menggunakan peralatan yang bersih.
dan terhindar dari goresan-goresan, dan ruangan Hasil ini tidak sama dengan penelitian yang
bebas dari lalat dan tikus. dilakukan oleh Kurniadi (2013) yang mengatakan
bahwa ada hubungan antara penyajian makanan

Hubungan Higiene Penjamah Makanan dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan Escherichia coli pada
Makanan Jajanan di SD Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2016
Universitas Sari Mutiara Indonesia
10

dengan kontaminasi Escherichia coli pada makanan pengangkutan makanan dengan kategori cukup baik
jajanan dimana penyajian makanan yang tidak ada 10 (58,8%) makanan jajanan yang ditemukan
memenuhi syarat berpeluang terkontaminasi Escherichia coli dan 7 (41,2%) makanan jajanan
Escherichia coli 12,500 kali (95% CI= 1,820-85,863 tidak ditemukan keberadaan Escherichia coli. Hal ini
dengan nilai p=0,002 (p <0,05). Hal ini dikarenakan didukung dengan perolehan uji Chi-square dengan
penyajian makanan dilingkungan kantin Sekolah nilai p= 0,592 (p>0,05) dengan nilai PR yaitu 0,843
Dasar Wilayah Kecamatan Bangkinang pada dan CI 95% (0.442-1.883) yang artinya
umumnya tidak memenuhi syarat hal ini dapat pengangkutan makanan merupakan faktor pelindung
dijelaskan berdasarkan observasi yang dilakukan dan tidak mempengaruhi keberadaan Escherichia
sebagian besar para pedagang kantin tidak coli pada makanan jajanan. Perolehan hasil nilai pada
menggunakan wadah yang bersih dan kering pada pengangkutan makanan didapatkan dari metode
saat menyajikan makanan, tidak menggunakan alat penggabungan sel. Penggabungan sel dilakukan agar
yang bersih pada saat pengambilan makanan serta terdapat nilai hasil Risk Estimate yang tujuannya agar
tempat penyajiannya dalam kondisi kotor (Kurniadi Y dapat mengetahui seberapa besar variabel
dkk, 2013). pengangkutan makanan dapat mempengaruhi untuk
Dalam penyajian makanan ada beberapa yang menimbulkan keberadaan Escherichia coli pada
seharusnya diperhatikan oleh penjamah makanan makanan jajanan. Penggabungan sel juga dilakukan
yaitu setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah agar dapat mengetahui seberapa besar pengangkutan
terpisah dan di usahakan tertutup, untuk penyajian makanan dapat mempengaruhi keberadaan
makanan yang mengandung kadar air tinggi (kuah, Escherichia coli pada makanan jajanan.
soto, saus) setidaknya pada saat dihidangkan baru di Dari hasil pengamatan terhadap pengangkutan
campur guna mencegah makanan agar tidak rusak, makanan, umumnya makanan dibawa menggunakan
setiap peralatan yang digunakan harus bersih dan alat angkutan seperti gerobak dan sepeda motor,
baik. Bersih artinya telah dicuci dengan cara higienis, sehingga kemungkinan untuk terkontaminasi
baik artinya utuh, tidak rusak (Kemenkes RI, 2012). kembali. Hal ini sama dengan penelitian yang
Hubungan Antara Pengangkutan Makanan dilakukan oleh Yunaenah (2009) bahwa
dengan Keberadaan Escherichia coli pengangkutan makanan dengan menggunakan alat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada angkutan seperti gerobak dan sepeda dapat
hubungan yang signifikan antara pengangkutan memungkinkan untuk terjadinya kontaminasi yang
makanan dengan keberadaan Escherichia coli pada sangat besar terhadap makanan oleh karena itu pada
makanan jajanan. Hal ini dikarenakan pengangkutan skala yang cukup sebaiknya cara pengangkutan
makanan dengan kategori baik lebih besar makanan matang dari tempat pengolahan makanan ke
dibandingkan dengan pengangkutan makanan yang kantin Sekolah Dasar masih harus ditingkatkan
kategori cukup baik yaitu 22 (51,2%) makanan kualitasnya.
jajanan yang ditemukan bakteri Escherichia coli dan Menurut Kementerian Kesehatan RI (2012)
21 (48,8%) makanan jajanan yang tidak ditemukan pengangkutan makanan yang sehat akan sangat
keberadaan Escherichia coli sedangkan pada berperan di dalam mencegah terjadinya pencemaran

Hubungan Higiene Penjamah Makanan dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan Escherichia coli pada
Makanan Jajanan di SD Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2016
Universitas Sari Mutiara Indonesia
11

makanan. Pencemaran makanan masak lebih tinggi dikarenakan tempat sampah dalam kondisi baik
risikonya dari pada pencemaran bahan makanan. (96%) dan tempat sampah merupakan tempat sampah
Oleh karena itu titik berat pengendalian yang perlu kedap air (84%) dan tempat sampah dibuang setiap
diperhatikan adalah pada makanan masak (Kemenkes hari (100%). Namun berbeda dengan hasil pengujian
RI, 2012). antara kualitas air cucian dengan keberadaan
Hubungan Antara Fasilitas Sanitasi dengan Escherichia coli pada minuman jus buah, yang
Keberadaan Escherichia coli mengatakan bahwa ada hubungan antara kualitas air
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada cucian dengan keberadaan Escherichia coli hal ini
hubungan yang signifikan antara fasilitas sanitasi dikarenakan hasil pemeriksaan kualitas air yang
dengan keberadaan Escherichia coli pada makanan dilakukan memperoleh hasil sebanyak 14 (78,6%) air
jajanan. Hal ini dikarenakan dari hasil perolehan pada cucian tidak memenuhi syarat dengan nilai p=0,005
fasilitas sanitasi dengan kategori baik ditemukan (p<0,05) (Lestari dkk, 2015).
keberadaan Escherichia coli sebanyak 2 (20%) dan 8 Mengingat pentingnya air bagi kehidupan, maka
(80%) yang tidak ditemukan keberadaan Escherichia air harus dikelola dengan sangat hati-hati karena air
coli sedangkan pada kategori fasilitas sanitasi cukup dapat berperanan mengganggu kesehatan manusia
baik ditemukan keberadaan Escherichia coli yaitu sebagai penyebaran penyakit secara langsung
sebanyak 30 (60%) dan 20 (40%) tidak ada kepada manusia. Air juga merupakan tempat
ditemukan keberadaan Escherichia coli pada perkembangbiakan penyakit. Begitu juga dengan
makanan jajanan. Hal ini didukung dengan perolehan sampah, sampah merupakan sisa-sisa produk dalam
uji Fisher Exact Test dengan nilai p= 0,035 (p<0,05) bentuk padat sebagai aktivitas manusia yang
dengan nilai PR yaitu 3,000 dan CI 95%= 0.851- dianggap tidak bermanfaat. Pada umumnya sampah
10.577 yang artinya fasilitas sanitasi merupakan berupa bahan organik yang sangat baik untuk
dapat menjadi faktor risiko, faktor pelindung dan makanan maupun untuk tempat perkembang biaknya
bahkan tidak dapat menjadi faktor risiko dan faktor serangga terutama lalat dan tikus, oleh karena itu
pelindung. Berdasarkan hasil uivariat dapat sampah yang di produksi hendaknya segera langsung
dijelaskan bahwa 58 (96,7%) fasilitas sanitasi seperti di masukkan ke dalam tempat yang mudah di tutup
tempat sampah kering dan basah pembuangan akhir sehingga tidak sempat menjadi makanan lalat dan
tidak tersedia, 49 (81,7%) tidak ada air untuk tikus (Kemenkes RI, 2012).
mencuci tangan yang mengalir, serta 23 (38,3%) Kesimpulan dan Saran
tidak tersedia air bersih yang cukup dan mengalir. Kesimpulan
Hal ini berbeda dengan penelitian yang 1. Ada hubungan higiene penjamah makanan
dilakukan oleh Lestari (2015) tentang hubungan dengan keberadaan Escherichia coli pada
higiene penjamah dengan keberadaan Escherichia makanan jajanan di Sekolah Dasar Kecamatan
coli pada minuman jus buah di Tembalang yang Medan Helvetia
2. Tidak ada hubungan lokasi dan bangunan
mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara tempat
dengan keberadaan Escherichia coli pada
sampah dengan keberadaan Escherichia coli pada
makanan jajanan di Sekolah Dasar Kecamatan
minuman jus buah di daerah Tembalang, hal ini
Medan Helvetia
Hubungan Higiene Penjamah Makanan dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan Escherichia coli pada
Makanan Jajanan di SD Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2016
Universitas Sari Mutiara Indonesia
12

3. Ada hubungan pemilihan bahan makanan dapat meningkatkan prilaku hidup bersih dan
dengan keberadaan Escherichia coli pada sehat dalam lingkungan Sekolah.
5. Sebaiknya melakukan kegiatan pengawasan
makanan jajanan di Sekolah Dasar Kecamatan
yang intensif terhadap penyediaan makanan
Medan Helvetia.
4. Tidak ada hubungan penyimpanan bahan jajanan di Sekolah dan diharapkan kegiatan ini
makanan dengan keberadaan Escherichia coli dapat menjadi salah satu yang prioritas dalam
pada makanan jajanan di Sekolah Dasar mengembangkan program peningkatan higiene
Kecamatan Medan Helvetia. dan sanitasi makanan jajanan di Sekolah.
5. Ada hubungan pengolahan bahan makanan 6. Diharapkan dapat melakukan penyelenggaraan
dengan keberadaan Escherichia coli pada kantin sekolah yang memenuhi syarat higiene
makanan jajanan di Sekolah Dasar Kecamatan dan sanitasi makanan jajanan agar dapat
Medan Helvetia. mencegah penyebaran penyakit akibat
6. Tidak ada hubungan penyajian makanan
makanan jajanan yang tidak memenuhi syarat
dengan keberadaan Escherichia coli pada
kesehatan
makanan jajanan di Sekolah Dasar Kecamatan
Bagi Penjamah Makanan
Medan Helvetia.
1. Dapat mengetahui higiene, sanitasi makanan
7. Tidak ada hubungan pengangkutan makanan
jajanan dan gizi serta menjaga kesehatan.
dengan keberadaan Escherichia coli pada
2. Sebaiknya dapat mengikuti pedoman
makanan jajanan di Sekolah Dasar Kecamatan
penyelenggaraan kursus higiene dan sanitasi
Medan Helvetia.
makanan sebagaimana dengan keputusan yang
8. Ada hubungan fasilitas sanitasi dengan
dilakukan oleh pemerintah.
keberadaan Escherichia coli pada makanan
Bagi Peneliti Selanjutnya
jajanan di Sekolah Dasar Kecamatan Medan
Helvetia. 1. Sebaiknya dapat melanjutkan penelitian
Saran
tentang sebab-sebab yang dapat
Bagi Dinas Kesehatan Kecamatan Medan Helvetia
1. Diharapkan melakukan pengembangan mempengaruhi keberadaan Escherichia coli
pendekatan yang berkaitan higiene dan sanitasi pada makanan jajanan.
makanan jajanan dilingkungan sekolah
terhadap penjamah makanan jajanan.
2. Sebaiknya memberikan pengetahuan tentang
prinsip-prinsip higiene dan sanitasi makanan
Daftar Pustaka
jajanan di Sekolah.
3. Sebaiknya memberikan fasilitasi pelatihan Agustina Febria, dkk. 2009. Higiene dan Sanitasi
pada penjamah makanan dalam meningkatkan pada Pedagang Makanan Jajanan
Tradisional di Lingkungan Sekolah Dasar di
higiene dan sanitasi makanan jajanan di Kelurahan Demang Lebar Daun Palembang
Sekolah. Tahun 2009. Palembang.
4. Sebaiknya memberikan penyuluhan maupun
Agustina Laila Nur. 2011. Hubungan antara Higiene
promosi kesehatan kepada anak Sekolah Penjamah dan Sanitasi Makanan dengan
Dasar, Kepala Staff dan Guru dengan tujuan Keberadaan Bakteri Escherichia Coli (Studi
pada Warung Jus Buah di Sekitar Kampus
Unnes Sekaran Gunungpati Semarang
Hubungan Higiene Penjamah Makanan dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan Escherichia coli pada
Makanan Jajanan di SD Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2016
Universitas Sari Mutiara Indonesia
13

Tahun 2011). Skripsi. Universitas Negeri Departemen Kesehatan RI. 2004. Keputusan Menteri
Semarang. Semarang. Kesehatan RI No. 28 Tahun 2004 Tentang
Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan. Jakarta.
Alias N.B. 2014. Pengetahuan Dan Sikap Higiene
Tenaga Pengolah Makanan Di Mcdonald’s Departemen Kesehatan RI. 2009. Peningkatan
Cawangan Kepong. Skripsi. Universitas Higiene dan Sanitasi Makanan Di Sekolah
Hasanuddin, Makassar. Melalui Pendekatan Partisipatori Prinsip-
Prinsip Higiene dan Sanitasi Makanan.
Anorital, Andayasari Lelly. 2011. Kajian Jakarta.
Epidemiologi Penyakit Infeksi Saluran
Pencernaan yang disebabkan oleh Amuda di Dewi Zulfiana, dkk. 2015. Higiene Sanitasi
Indonesia. Media Litbang Kesehatan. Pedagang dan Kandungan Borak serta
Cemaran Mikroba pada Pentol Celup di
Arisman. 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi Keracunan Kota Banjarbaru. Skripsi. Jurnal Skala
Makanan. Jakarta: Penerbit Buku Kesehatan. Banjarmasin.
Kedokteran EGC.
ECDC. Escherichia coli. 2015.
Arikunto Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu http://ecdc.europa.eu/en/healthtopics/escheri
Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. chia_coli/pages/index.aspx. (Diakses Maret
Jakarta: PT Rineka Cipta. 2016).

Bestari Hardianty, dkk. 2015. Hubungan Antara Hastono S.P, Sabri L. 2011. Statistik Kesehatan. Edisi
Sumber, Sanitasi Tempat Penyimpanan dan 1-6. Jakarta: Penerbit Rajawali Pers.
Higiene Penjamah Makanan dengan
Keberadaan Escherichia coli Pada Es Batu Indonesia One Health University Network. 2015.
di Warung Makan Kawasan Boulevard Kota Kolaborasi Multi-Sektoral Riset &
Manado. Jurnal Universitas Sam Ratulangi, Surveilans Zoonosis Untuk Meningkatkan
Manado. Derajat Kesehatan dan Keamanan Pangan,
serta Kemandirian Ekonomi. Yogyakarta:
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2011. Laporan Naskah Akademik.
Tahunan 2011. Jakarta.
Johnson A.G., dkk. 2011. Essential Mikrobiologi dan
BPPN. 2010. Pedoman Umum Sanitasi dan Higiene Imunologi. Edisi ke-lima. Tangerang
Sekolah. Jakarta. Selatan: Penerbit Binarupa Aksara.

Chusna I.F. 2012. Faktor Yang Mempengaruhi Kemendikbud RI. 2013. Mikrobiologi Paket
Kualitas Sarana Sanitasi Kantin Di Keahlian Kimia Analis. Buku Teks Bahan
Universitas Negeri Semarang Tahun 2012. Ajar Siswa Kelas X. Kurikulum. Jakarta.
Skripsi. Universitas Negeri Semarang,
Semarang. Kemendikbud RI. 2013. Sanitasi Hygiene Dan
Keselamatan Kerja Bidang Makanan 1.
Dahlan S.M. 2011. Statistik Untuk Kedokteran dan Bahan Ajar Kurikulum 2013. Jakarta.
Kesehatan. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Kemenkes RI. 2012. Kumpulan Modul Kursus
Salemba Medika. Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman.
Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2003. Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 942/MenKes/SK/ Kemenkes RI. 2011. Pedoman Keamanan Pangan di
VII/2003 Tentang Pedoman Persyaratan Sekolah Dasar: Ditjen Bina Gizi dan
Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan. Jakarta. Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian
Kesehatan RI. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2003. Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 715/MenKes/SK/V/2003 Kemenkes RI. 2011. Keputusan Menteri Kesehatan
Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi RI No. 1096/MenKes/Per/VI/2011 Tentang
Jasaboga. Jakarta. Higiene Sanitasi Jasaboga. Jakarta.

Hubungan Higiene Penjamah Makanan dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan Escherichia coli pada
Makanan Jajanan di SD Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2016
Universitas Sari Mutiara Indonesia
14

Kemenkes RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia Purnawijayanti A.H. 2001. Sanitasi, Higiene dan
Tahun 2011. Jakarta. Keselamatan Kerja Dalam Pengolahan
Makanan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Kemenkes RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2012. Jakarta. Rejeki Sri. 2015. Sanitasi, Hygiene, dan Kesehatan
& Keselamatan Kerja (K3). Bandung:
Kemenkes RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia Penerbit Rekayasa Sains.
Tahun 2013. Jakarta.
Riyanto A., Abdillah A.D. 2011. Faktor yang
Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Memengaruhi Kandungan E. coli Makanan
Tahun 2014. Jakarta. Jajanan SD di Wilayah Cimahi Selatan.
Jurnal. STIKes Jenderal Ahmad Yani
Kementerian Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi. Cimahi.
2014. Kondisi Pencapaian Program
Kesehatan Anak Indonesia. Jakarta Selatan. Saputra L. 2011. Buku Ajar Mikrobiologi
Kedokteran. Edisi Revisi. Tangerang:
Kurniadi Y., dkk. 2013. Faktor Kontaminasi Bakteri Penerbit Binarupa Aksara Publisher.
E.coli Pada Makanan Jajanan di
Lingkungan Kantin Sekolah Dasar Wilayah Sofiana Erna. 2011. Hubungan Higiene dan Sanitasi
Kecamatan Bangkinang. Jurnal Ilmu dengan Keberadaan Escherichia coli Pada
Lingkungan. Universitas Riau. Makanan Jajanan di Sekolah Dasar
Kecamatan Tapos Depok Tahun 2012.
Latudi R. 2012. Aspek Hygiene dan Sanitasi Skripsi. Depok. Universitas Indonesia.
Makanan di Pasar Jajan Kota
GorontaloTahun 2012. Skripsi. Universitas Suardana I.W., Swacita I.B.N. Higiene Makanan
Negeri Gorontalo. Kajian Teori Dan Prinsip Dasar. Udayana
University Press.
Lemeshow S., dkk. 1990. Adequacy of Sample Size
in Health Studies. WHO. Valman B. 2007. Diagram Penyakit Anak dan Cara
Mengatasinya. Jogjakarta: Citra Pustaka.
Lestari Dyah Puji, dkk. 2015. Hubungan Higiene
Penjamah dengan Keberadaan Bakteri Wauran M.H. 1977. Pendidikan Anak Sebelum
Escherichia coli Pada Minuman Jus Buah Sekolah. Bandung: Indonesia Publishing
di Tembalang. Jurnal Kesehatan Lingkungan House.
Indonesia. Universitas Diponegoro.
Widyaastuti P., Apriningsih. 2011. Pedoman Mutu
Melliawati Ruth. 2009. Escherichia Coli dalam Air Minum. Edisi ke-3. Jakarta: Buku
Kehidupan Manusia. Jurnal BioTrends. Kedokteran EGC.
Jakarta.
WHO. Enterohaemorrhagic Escherichia coli
Muhammad A. 2009. Aplikasi Manajemen (EHEC).
Pengelolaan Obat Dan Makanan. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/f
Jogjakarta: Nuha Medika. s125/en/. (Diakses Februari 2016).
Mohede M., Saptorini K.K. 2014.Hubungan Higiene
Penjual dengan Keberadaan Bakteri WHO Europe. 2011. Public Health Review Of The
Escherichia Coli pada Sambal Makanan Enterohaemorrhagic Escherichia Coli
yang dijual di Sekitar Universitas Dian Outbreak In Germany.
Nuswantoro Semarang Tahun 2014. Jurnal
Artikel Ilmiah. Semarang: Universitas Dian WHO Thailand. World Health Day 2015 From Farm
Nuswantoro. To Plate Make Food Safe. Ministry of Public
Health, Nonthaburi.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. http://www.searo.who.int/thailand/news/whd
2015. Situasi Pangan Jajanan Anak 2015-pr/en/. (Diakses Maret 2016).
Sekolah. Jakarta Selatan.

Hubungan Higiene Penjamah Makanan dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan Escherichia coli pada
Makanan Jajanan di SD Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2016
Universitas Sari Mutiara Indonesia
15

WHO. 2002. Penyakit Bawaan Makanan Fokus


Pendidikan Kesehatan. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Yunaenah. 2009. Kontaminasi E.coli Pada Makanan


Jajanan di Kantin Sekolah Dasar Wilayah
Jakarta Pusat Tahun 2009. Tesis.
Universitas Indonesia.

Yunus S.P. , Umboh J. M.L., Pinontoan O. 2015.


Hubungan Personal Higiene dan Fasilitas
Sanitasi dengan Kontaminasi Escherichia
Coli Pada Makanan di Rumah Makan
Padang Kota Manado Dan Kota Bitung.
Jurnal Artikel Penelitian. Universitas Sam
Ratulangi Manado.

Hubungan Higiene Penjamah Makanan dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan Escherichia coli pada
Makanan Jajanan di SD Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2016
Universitas Sari Mutiara Indonesia

Anda mungkin juga menyukai