Anda di halaman 1dari 18

4 Patofisiologi

Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang
apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan
utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi
mekanis peristaltik mula-mula diperkuat kemudian intermiten akhirnya hilang. Limen usus yang
tersumbat profesif akan terenggang oleh cairan dan gas. Akumulasi gas dan cairan didalam lumen usus
sebelah proksimal dari letak obstruksi mengakibatkan distensi dan kehilangan H2O dan elektrolit
dengan peningkatan distensi maka tekanan intralumen meningkat, menyebabkan penurunan tekanan
vena dan kapiler arteri sehingga terjadi iskemia dinding usus dan kehilangan cairan menuju ruang
peritonium akibatnya terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari usus, bakteri yang berlangsung cepat
menimbulkan peritonitis septik ketika terjadi kehilangan cairan yang akut maka kemungkinan terjadi
syok hipovolemik. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi stranggulasi akan
menyebabkan kematian. (Pice and Wilson, hal 404)

2.4.1 Pathway

Obstruksi Ileus

Faktor fungsional

Akumulasi gas dan cairan di dalam lumen sebelah proksimal dari letak obstruksi

distensi

Tekanan intralumen

Tekanan vena, kapiler&arteri 

Refluk usus
Mual, Muntah

Kehilangan H2O cairan dan elektrolit

Gangguan Keseimbangan cairan dan elektrolit

Faktor Mekanis

Nutrisi Kurang dari Kebutuhan

Pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang nekrotik ke dalam peritoneum dan sirkulasi
sistemik

Peritonitis septikemia

Resiko infeksi

Iskemia dinding usus

Kehilangan cairan menuju ruang peritonium

Nyeri kolik

Ganggua rasa nyaman(nyeri)

komplikasi
2.4.2 Komplikasi

1. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi peradangan atau
infeksi yang hebat pada intra abdomen.

2. Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ intra abdomen.

3. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat.

4. Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.


(Brunner and Suddarth, 2001, hal 1122)

2.5 Manifestasi Klinis

1. Nyeri tekan pada abdomen

2. Muntah

3. Konstipasi (sulit BAB).

4. Distensi abdomen.
5. BAB darah dan lendir tapi tidak ada feces dan flatus (Kapita Selekta, 2000, hal 318).

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

Adapun pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan antara lain:

1. Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi abdomen

2. Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu empedu, volvulus, hernia)

3. Pemeriksaan sinar x: Untuk menunjukan kuantitas abnormal dari gas atau cairan dalam usus.

4. Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan jumlah darah lengkap) akan
menunjukan gambaran dehidrasi dan kehilangan volume plasma dan kemungkinan infeksi.

5. Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk menegakkan diagnosa obstruksi


usus. (Doenges, Marilyn E, 2000)

2.7 Penatalaksanaan Medis

Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit,
menghilangkan peregangan dan muntah dengan intubasi dan kompresi, memperbaiki peritonitis dan
syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus
kembali normal.

1. Perawatan :koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah
dengan intubasi dan kompresi, memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta menghilangkan
obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.

2. Farmakologi :Obat antibiotik dapat diberikan untuk membantu mengobati atau mencegah
infeksi dalam perut, obat analgesic untuk mengurangi rasa nyeri.

3. Paracentesis :Prosedur ini juga disebut tekan perut atau peritoneumatau dimasukkan obat
khusus di dalam perut. Menghapus cairan tambahan dapat membantu bernafas lebih mudah dan
merasa lebih nyaman. Cairan dapat dikirim ke laboratorium dan diperiksa untuk tanda-tanda
infeksi atau masalah lainnya

4. Tindakan Bedah :

Dengan laparoskopi, sayatan kecil (pemotongan) akan dilakukan pada perut.

a. Kolostomi: kolostomi adalah prosedur untuk membuat stoma (pembukaan) antara


usus dan dinding perut. Ini mungkin dilakukan sebelum memiliki operasi untuk menghapus
usus yang tersumbat. Kolostomi dapat digunakan untuk menghilangkan udara atau cairan dari
usus. Hal ini juga dapat membantu memeriksa kondisi perawatan sebelum operasi. Dengan
kolostomi, tinja keluar dari stoma ke dalam kantong tertutup. Tinja mungkin berair,
tergantung pada bagian mana dari usus besar digunakan untuk kolostomi tersebut. Stoma
mungkin ditutup beberapa hari setelah operasi usus setelah sembuh.

b. Tindakan pembedahan terhadap obstruksi usus halus tergantung penyebab obstruksi.


Penyebab paling umum dari obstruksi seperti hernia dan perlengketan. Tindakan
pembedahannya adalah herniotomi.
c. Stent: stent adalah suatu tabung logam kecil yang memperluas daerah usus yang
tersumbat. Dengan Menyisipkan stent ke dalam usus menggunakan ruang lingkup (tabung,
panjang ditekuk tipis). Stent dapat membuka usus untuk membiarkan udara dan makanan
lewat. Menggunakan stent juga untuk membantu mengurangi gejala sebelum operasi.

2.8. Asuhan Keperawatan Pada obstruksiIleus

2.8.1 Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan upaya untuk pengumpulan
data secara lengkap dan sistematis mulai dari pengumpulan data, identitas dan evaluasi status
kesehatan klien. (Nursalam, 2001).

a. Identitas :Nama, umur, alamat, pekerjaan, status perkawinan (Umumnya terjadi pada
semua umur, terutama dewasa laki – laki maupun perempuan)
b. Keluhan Utama : nyeri pada perut

c. Riwayat Penyakit Sekarang : nyeri pada perut, muntah, konstipasi (tidak dapat BAB
dan flatus dalam beberapa hari)

d. Riwayat Penyakit Dahulu :Biasanya klien sebelumnya menderita penyakit hernia,


divertikulum.

e. Riwayat Penyakit Keluarga :Ada keluarga dengan riwayat atresia illeum dan
yeyenum.

f. Activity Daily Life

Nutrisi :Nutrisi terganggu karena adanya mual dan muntah.

Eliminasi :Klien mengalami konstipasi dan tidak bisa flatus karena peristaltik usus
menurun/ berhenti.

Istirahat :Tidak bisa tidur karena nyeri hebat, kembung dan muntah.
Aktivitas :Badan lemah dan klien dianjurkan untuk istirahat dengan tirah baring sehingga
terjadi keterbatasan aktivitas.

Personal Hygiene : klien tidak mampu merawat dirinya.

g. Pemeriksaan

a) Keadaan umum: Lemah, kesadaran menurun sampai syok hipovolemia suhu


meningkat(39o C), pernapasan meningkat(24x/mnt), nadi meningkat(110x/mnt) tekanan
darah(130/90 mmHg)

b) Pemeriksaan fisik ROS (Review Of System)

1. Sistem kardiovaskular: tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada oedema, tekanan
darah 130/90 mmHg, BJ I dan BJ II terdengar normal

2. Sistem respirasi: pernapasan meningkat 24x/mnt, bentuk dada normal, dada simetris,
sonor (kanan kiri), tidak ada wheezing dan tidak ada ronchi

3. Sistem hematologi: terjadi peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi.

4. Sistem perkemihan: produksi urin menurun BAK < 500 cc

5. Sistem muskuloskeletal: badan lemah, tidak bisa melakukan aktivitas secara mandiri

6. Sistem integumen: tidak ada oedema, turgor kulit menurun, tidak ada sianosis, pucat

7. Sistem gastrointestinal: tampak mengembang atau buncit, teraba keras, adanya nyeri
tekan, hipertimpani, bising usus > 12x/mnt, distensi abdomen.

2.8.2 Analisa Data

N Dat Etiologi Pr
o a ob
. pen le
unja m
ng

1 DS: Tekanan intralumen meningkat Ga


Klie ng
n gu
men an
gata ras
kan a
sakit ny
pad am
a an
abd (ny
ome eri
n )

DO:

1. Waj
ah
nam
pak
meri
ngis

2. Bisin
g
usus
>12
x/m
nt

3. TTV
men
ingk
at:
(TD
>12
0/80
mm
Hg,
N:>
100
x/m
nt,
S: >
38oC
,
RR:>
20x/
mnt
)

4. P:
nyer
i
kare
na
teka
nan
intr
alu
men

5. Q:
nyer
i
sepe
rti
tert
usuk

6. R:
nyer
i di
bagi
an
kua
dran
kan
an
baw
ah

7. S:
skal
a
nyer
i7
8. T: n
yeri
kolik
(hila
ng
timb
ul)

2 DS: Kehilangan cairan Ga


pasi berlebih ng
en gu
men an
gata ke
kan sei
seri m
ng ba
hau ng
s an
cai
DO:
ra
1. TTV n
tida da
k n
stab ele
il (T ktr
D oli
>12 t
0/80
mm
Hg,
N:>
100
x/m
nt,
S: >
38oC
,
RR:>
20x/
mnt
)

2. Mat
a
cow
ong

3. Turg
or
kulit
turu
n

4. Me
mbr
an
muk
osa
bibir
keri
ng

3 DS: Mual, muntah n


klie utr
n isi
men ku
gata ra
kan ng
tida da
k ri
nafs ke
u bu
untu tu
k ha
mak n
an tu
bu
DO:
h
1. BB
klie
n
turu
n

2. A:
BB<
45
kg,
TB
165
cm

3. B:
Hb<
12

4. C:
konj
ungt
iva
ane
mis

5. D:
Diet
ting
gi
sera
t

4 DS: - Komplikasi peritonitis septikemia Re


- sik
o
DO:
Inf
1. Suh ek
u si
tubu
h>3
8oC

2. Leuk
osit
>11.
000
µml

2.8.3 Diagnosa keperawatan :

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri)b/d peningkatan tekanan intralumen

2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d kehilangan cairan berlebih

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual, muntah

4. Resiko infeksi b/d komplikasi peritonitis septikemia

2.8.4 Perencanaan

Diagnosa 1

Tujuan: setelah di lakukan tindakan perawatan 1x24jam di harapkan gangguan rasa nyaman (nyeri)
dapat teratasi.

KH:

1. Tidak ada tanda-tanda nyeri

2. Skala nyeri (0-3).

3. Ekspresi wajah rileks.

4. TTV dalam batas normal (TD: 110/70-120/80 mmHg, N: 80-100x/mnt, RR: 16-20x/mnt, S: 36,5-
37,5 oC)

5. Bising Usus normal (5-12x/menit)

No.Dx INTERVENSI RASIONAL

1 1. Observasitingkat nyeri 1. Memudahkan perawat dalam


menentukan tingkat nyeri

2. Diduga inflamasi peritoneal,


2. Pantau statusabdomen tiap 4 jam
memerlukan intervensi medis yang
cepat.

3. Menurunkan kekakuan otot dan sendi


ambulasi atauperubahan posisi sering
3. Dorong ambulasi dini dan hindari duduk yang
menurunkan tekanan perianal
lama
4. Menurunkan tekanan diafragma yang
terdorong oleh organ visceral

5. Memungkinkan makanan peroral


4. Pertahankan klien pada posisi semi fowler
dengan tidak ada bising usus akan
meningkatkan distensi dan
ketidaknyamanan
5. Pertahankan puasa sampai bising usus
kembali, distensi abdomen berkurang dan 6. Mengurangi nyeri dengan mengalihkan
flatus keluar perhatian klien ke hal yang lain

7. Menurunkan ambang nyeri dan


meningkatkan kenyamanan
6. Ajarkan teknik relaxasi dan distraksi

7. Kolaborasi: Berikan analgesik sesuai indikasi


dan evaluasi keefektifannya

Diagnosa 2

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam kebutuhan cairan dan elektrolit
dapat dipertahankan secara maksimal

KH:

1. TTV dalam batas normal.

- TD: 110/70-120/80 mmHg

- N: 80-100x/mnt

- RR: 16-20x /mnt

- S: 36,5-37,5oC

2. Turgor kulit normal (<2 detik)

3. Membran mukosa bibir basah

4. Mata tidak cowong

No. Dx INTERVENSI RASIONAL


2 1. Observasi TTV 1. Peningkatan suhu/memanjangnya
demam meningkatkan laju metabolik, TD
ortostatik berubah dan peningkatan
takikardia menunjukkan kekurangan
cairan sistemik

2. Indikator langsung keadekuatan volume


cairan

3. Indikator keseimbangan cairan


2. kaji turgor kulit,kelembaban membran
terutama kehilangan cairan
mukosa (bibir, lidah)
4. Mengurangi sekresi lambung dan
3. Observasi intake dan output
mencuci elektrolit

5. Pemenuhan kebutuhan dasar cairan,


4. Berikan cairan tambahan intravena sesuai menurunkan risiko dehidrasi
indikasi

5. Kolaborasi:pemberian cairan parenteral,


transfusi sesuai indikasi

Diagnosa 3

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam nutrisi optimal

KH :

1. BB meningkat atau normal sesuai umur

2. Nafsu makan meningkat

3. Px tidak mengalami mual, muntah

No. Dx INTERVENSI RASIONAL

3 1. Anjurkan pembatasan aktivitas selama fase1. Menurunkan kebutuhan metabolik untuk


akut mencegah penurunan kalori dan
simpanan energi

2. Menurunkan kebutuhan metabolik untuk


mencegah penurunan kalori dan
2. Anjurkan istirahat sebelum makan simpanan energi
3. Diet rendah residu dapat dipertahankan 6
– 8 minggu untuk memberikan waktu
yang adekuat untuk penyembuhan usus
3. Tingkatkan diet oral baik cairan maupun
makanan rendah residu

4. Mengkaji kebutuhan nutrisi dalam


perubahan pencernaan dan fungsi usus

5. Untuk mencegah mual dan muntah


4. Konsultasi dengan ahli gizi

Kolaborasi:

5. Berikan obat sesuai indikasi: Antimetik,


mis: proklorperazin (Compazine).

Diagnosa 4

Tujuan : setelah dilakukan tindakan 2x24 jam klien tidak menunjukkkan tanda dan gejala infeksi.

KH:

1. Suhu tubuh normal (36,5-37,5 oC)

2. Leukosit normal 4.000-11000 µml

No. Dx INTERVENSI RASIONAL

4 1. Pantau kualitas&intensitas nyeri, observasi1. deteksi dini terhadap potensial masalah


TTV, distensi abdomen
2. peningkatan suhu indikasi perkembangan
2. Beri tahu segera bila nyeri abdomen, suhu, infeksi, peningkatan lingkar abdomen
lingkaran abdomen terus meningkat. memungkinan penyakit bertambah parah
menjadi peritonitis sehingga dapat
memperlambat pemulihan.
3. Obstruksi vaskuler atau mekanis
umumnya memerlukan intervensi bedah

4. Menghindari dan melindungi klien dari


3. Siapkan pasien untuk pembedahan bila
infeksi nosokomial.
direncanakan

5. Untuk membantu mengobati atau


4. Ikuti kewaspadan umum (Cuci tangan
mencegah infeksi dalam perut
sebelum dan sesudah perawatan

5. Kolaborasi : Berikan obat antibiotik sesuai


indikasi
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Obstruksi ileus adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan
mekanik.

Etiologi Ileus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis obstruksi usus, yaitu:
Mekanis dan fungsional/ non-mekanis.

Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus itu sama, tanpa memandang apakah
obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau funsional.

Manifestasi klinis pada ileus Nyeri tekan pada abdomen, Muntah, Konstipasi (sulit BAB), Distensi
abdomen, BAB darah dan lendir tapi tidak ada feces dan flatus.

Pemeriksaan diagnostik meliputi:rontgen thorax, Rontgen Abdomen, Pemeriksaan sinar


x, Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan jumlah darah
lengkap),Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk menegakkan diagnosa obstruksi
usus.

Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit,
menghilangkan peregangan dan muntah dengan intubasi dan kompresi, memperbaiki peritonitis dan
syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus
kembali normal serta dilakukan tindakan kolostomi dan stent.
Asuhan keperawatan: Pengkajian, diagnosa dan perencanaan

Anda mungkin juga menyukai