Anda di halaman 1dari 12

BAB V

HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus putih jantan strain Wistar

(Rattus norvegicus) yang dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan masing-masing 4

ekor, yaitu KKJ, KCMC, KAR, P1, P2, dan P3. Dalam bab ini diuraikan hasil

penelitian dan analisisnya yang meliputi analisis statistik deskriptif dan analisis

statistik inferensial.

A. Hasil Penelitian

Hasil analisis rerata ( ) dan simpangan baku (SD) kadar malondialdehid

(MDA) serum pada kelompok KKJ, KCMC, KAR, P1, P2, dan P3 disajikan

dalam tabel V.1 dibawah ini.

Tabel V.1 Deskripsi Kadar malondialdehid (MDA) Serum Perkelompok


Variabel Kelompok Perlakuan
Kadar MDA KKJ KCMC KAR P1 P2 P3
(U/L) 10,29 ± 1,23 11,73 ± 0,69 13,18 ± 2,79 12,27 ± 0,83 12,09 ± 0,69 10,47 ± 0,72
Sumber: Data diolah 2015

Berdsarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata nilai kadar

malondialdehid (MDA) serum tertinggi ada pada kelompok KAR (kelompok yang

dipapar asap rokok dan Na-CMC 0,5%) yaitu sebesar 13,18 dan nilai kadar

malondialdehid (MDA) serum terendah ada pada kelompok KKJ yang diberikan

ekstrak kulit buah jeruk mandarin dalam Na-CMC 0,5% dengan dosis 500 mg/kg

BB/hari yaitu sebesar 10,29. Pada tabel V.1 menunjukkan adanya peningkatan

kadar malondialdehid (MDA) setelah terpapar Asap rokok.


B. Uji Normalitas Data

Uji statistik ini diperlukan untuk membandingkan distribusi data

pengukuran kadar malondialdehid (MDA) serum dengan distribusi normal baku.

Untuk keperluan tersebut makadilakukan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov

dengan jumlah sampel sebesar 24 buah. Uji ini dilakukan dengan menggunakan

SPSS version 20.0 dengan taraf signifikansi (α) = 0,05. Data pengukuran

kadar malondialdehid (MDA) serum dikatakan mempunyai distribusi normal

jika nilai p > α. Sebaliknya, jika nilai p < α maka data mempunyai

distribusi tidak normal. Hasil pengujian yang diperoleh disajikan pada tabel V.2

dibawah ini.

Tabel V.2
Hasil Uji Normalitas
Variabel Penelitian ± SD p Keterangan
Kadar malondialdehid 11,67 ± 1,60 0,312 Distribusi data normal
(MDA) serum (U/L)
Sumber: Data diolah 2015

Berdasarkan tabel V.2 diatas, data pengukuran kadar malondialdehid

(MDA) serum mempunyai nilai p = 0,312. Hal ini berarti data pengukuran kadar

malondialdehid (MDA) serum mempunyai distribusi normal (p > 0,05).

C. Uji Homogenitas Data antar Kelompok


Data pengukuran kadar malondialdehid (MDA) serum mempunyai

distribusi yang normal maka dilanjutkan dengan melakukan uji homogenitas

varians (uji Levene) yang bertujuan untuk mengetahui kelompok data (KKJ,

KCMC, KAR, P1, P2, dan P3) mempunyai varians homogen atau tidak. Uji ini

dilakukan dengan menggunakan SPSS version 20.0 dengan taraf signifikansi (α)

= 0,05. Data pengukuran kadar malondialdehid (MDA) serum dikatakan homogen

jika nilai p > α. Sebaliknya, jika nilai p < α maka data tidak homogen. Hasil

pengujian yang diperoleh disajikan pada tabel V.3 dibawah ini.

Tabel V.3
Hasil Uji Homogenitas Data
Variabel Penelitian Df p Keterangan
Kadar malondialdehid 5 0,034 Data tidak homogen
(MDA) serum (U/L)
Sumber: Data diolah 2015

Berdasarkan tabel V.3 diatas, hasil uji Levene untuk kadar malondialdehid

(MDA) serum mempunyai nilai p = 0,034. Hal ini berarti varians data kadar

malondialdehid (MDA) serum tidak homogen (p < 0,05). Sehingga pengujian ada

tidaknya perbedaan antar kelompok digunakan uji Kruskal Wallis.

D. Hasil Uji Beda

Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kulit buah jeruk

mandarin (Citrus reticulata) berpengaruh terhadap penurunan kadar

malondialdehid (MDA) serum pada tikus putih jantan strain wistar (Rattus
norvegicus) yang dipapar asap rokok. Hasil ini juga dapat di buktikan dengan uji

Kruskal Wallis di bawah ini:

Tabel V.4 Hasil Uji Kruskal Wallis Antar Kelompok

Variabel Penelitian p Keterangan


Kadar malondialdehid 0,030 Ada perbedaan
(MDA) serum (U/L)
Sumber: Data diolah 2015

Dari hasil output di atas menunjukkan signifikansi p-value = 0,030 yaitu <

α (0.05) maka ada pengaruh pemberian ekstrak kulit buah jeruk mandarin (Citrus

reticulata) terhadap penurunan kadar malondialdehid (MDA) serum pada tikus

putih jantan strain wistar (Rattus norvegicus) yang dipapar asap rokok.

E. Analisis Post Hoc Test

Selanjutnya dilakukan uji Post Hoc Test dengan uji Mann Whitney untuk

mengetahui lebih rinci mengenai pasangan kelompok sampel yang saling berbeda

secara signifikan dan pasangan kelompok sampel yang tidak berbeda (Triton,

2006) maka akan diketahui perlakuan mana yang paling berpengaruh terhadap

penurunan kadar malondialdehid (MDA) serum pada tikus putih jantan strain

wistar (Rattus norvegicus) yang dipapar asap rokok.

Tabel V.5 Uji Post-Hoc Turkey Kadar Malondialdehid (MDA) Serum


Kelompok Perlakuan Kadar Malondialdehid (MDA) Serum (U/L)
KJ 10,29 ± 1,23bcdef
KCMC 11,73 ± 0,69acdef
KAR 13,18 ± 2,79abdef
P1 12,27 ± 0,83abcef
P2 12,09 ± 0,69abcdf
P3 10,47 ± 0,72abcde
Keterangan: Superscript a,b,c,d,e,f dengan huruf yang sama pada kolom variabel penelitian (kadar
MDA serum) berarti tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p > 0,05).

Pada output tabel V.5 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang

bermakna rata-rata kadar MDA serum antar kelompok perlakuan dengan

kelompok kontrol yang diberikan Na-CMC 0,5% dan kelompok yang diberikan

Paparan Asap rokok, terbukti dengan tingkat signifikansi di atas 0,05.

Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata kelompok P1 tidak mempunyai

perbedaan dengan kelompok KAR. Ini menunjukkan bahwa penurunan kadar

MDA antara kelompok P1 dengan kelompok KAR tidak terlalu berbeda jauh.

Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata kelompok P2 tidak mempunyai

perbedaan dengan kelompok KAR. Ini menunjukkan bahwa penurunan kadar

MDA antara kelompok P2 dengan kelompok KAR tidak terlalu berbeda jauh.

Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata kelompok P3 tidak mempunyai

perbedaan dengan kelompok KAR. Ini menunjukkan bahwa penurunan kadar

MDA antara kelompok P3 dengan kelompok KAR tidak terlalu berbeda jauh.
BAB VI

PEMBAHASAN

A. Ekstrak kulit jeruk mandarin (Citrus reticulata)


Ekstrak kulit buah jeruk mandarin adalah kulit buah jeruk mandarin

yang di potong kecil-kecil kemudian dikeringakn disuhu ruangan dengan cara

diangin-anginkan dan diekstraksi dengan pelarut etanol dengan metode

maserasi selama 5 hari dengan suhu ruangan. Semua maserat yang diperoleh

dikumpulkan, kemudian diuapkan pelarutnya menggunakan rotary evaporator

pada suhu 40°C.Ekstrak kental yang diperoleh ditimbang dan disimpan.

Kemudian ekstrak yang didapat dilarutkan dalam Na-CMC 0,5%. Kulit buah

jeruk mandarin diperoleh dari pasar darmo Surabaya, Indonesia. Ekstrak kulit

buah jeruk mandarin dalam Na-CMC 0,5% ini diberikan sekali dalam sehari,

pada pagi hari jam 08.00 WIB, setiap hari selama 4 minggu pada hewan coba

secara peroral lewat sonde lambung dengan dosis 350 mg/kg BB/hari, 500

mg/kg BB/hari, dan 650 mg/kg BB/hari.

B. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Jeruk mandarin (Citrus reticulata)

Terhadap Kadar Malondialdehid (MDA)

Asap rokok yang dihirup seorang perokok, mengandung komponen

gas dan partikel. Komponen gas sangat berpotensi untuk menimbulkan

radikal bebas, yang diantaranya terdiri dari karbon monoksida,

karbondioksida, oksida dari nitrogen dan senyawa hidrokarbon. Sedangkan

komponen partikel beberapa diantaranya terdiri dari tar, nikotin, benzopiren,

fenol, dan cadmium (Zavos et all., 1998).


Penelitian Aktivitas merokok dapat menghasilkan asap rokok yang

berasal dari proses pembakaran yang tidak sempurna. Diketahui bahwa asap

rokok mengandung 4800 macam senyawa kimia yang berbahaya

(Valavanidis, 2009), salah satunya yaitu radikal bebas (Droge, 2002). Di

dalam tubuh, radikal bebas dapat menyebabkan proses peroksidasi lipid

(Yustika, 2103). Peroksidasi lipid adalah perusakan oksidatif terhadap asam

lemak tak jenuh berantai panjang (Polyunsaturated Fatty Acid) yang

menghasilkan senyawa malondialdehid (MDA). Dengan demikian,

malondialdehid (MDA) dapat digunakan sebagai indeks pengukuran aktivitas

radikal bebas dalam tubuh. Tingginya kadar malondialdehid (MDA) di dalam

tubuh dapat disebabkan oleh menigkatnya aktivitas radikal bebas (Yustika,

2013).

Hasil pengujian yang dilakukan dengan uji Kruskal Wallis

menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian ekstrak kulit buah jeruk

mandarin (Citrus reticulata) terhadap penurunan kadar malondialdehid

(MDA) serum pada tikus putih jantan strain wistar (Rattus norvegicus) yang

dipapar asap rokok., terbukti dengan nilai signifikansi p-value = 0,030 yaitu <

α (0.05).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah pemberian ekstrak kulit

jeruk mandarin (Citrus reticulata) menunjukkan adanya penurunan kadar

malondialdehid (MDA) serum pada tikus putih jantan strain wistar (Rattus

norvegicus) yang dipapar asap rokok, nilai kadar malondialdehid (MDA)

serum terendah ada pada kelompok KKJ yang diberikan ekstrak kulit buah
jeruk mandarin dalam Na-CMC 0,5% dengan dosis 500 mg/kg BB/hari yaitu

sebesar 10,29.

Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kulit jeruk mandarin

(Citrus reticulata) mampu untuk menurunkan kadar malondialdehid (MDA)

serum pada tikus putih jantan strain wistar (Rattus norvegicus) yang dipapar

asap rokok.

Adanya penurunan kadar malondialdehid (MDA) serum pada tikus

putih jantan Strain Wistar (Rattus norvegicus) yang dipapar asap rokok lebih

disebabkan karena Kulit jeruk mandarin mengandung beberapa senyawa yang

penting seperti senyawa flavonoids, phenolic acids dan adrenergic amines

(Vesna et al, 2010). Flavonoid merupakan senyawa yang memiliki aktivitas

antioksidan. Antioksidan adalah senyawa pemberi elektron pada senyawa

yang memiliki elektron yang tidak berpasangan (radikal bebas). Antioksidan

dapat meredam atau mengurangi dampak negatif radikal bebas dengan cara

mengikatnya lalu mengubahnya menjadi tidak berbahaya bagi tubuh

(wulandari, 2013). Berdasarkan data data tersebut di dapatkan bahwa buah

jeruk mandarin (Citrus reticulata) memiliki efek antioksidan yang dapat

meredam atau mengurangi dampak negatif radikal bebas sehingga

menurunkan malondialdehid (MDA).

Senyawa flavonoids merupakan senyawa bioaktif yang utama

terkandung dalam kulit jeruk mandarin dan merupakan senyawa yang bersifat

antimutagenic, antiinflamatory, antioksidan, antitumor, dan

antiatherosclerosis. Pada penelitin sebelumnya, senyawa flavonoids


mempengaruhi peran penting dalam aktivitas antikanker (Sun Y et al,2010).

Penelitian menunjukan ekstrak kulit jeruk mandarin dapat menghambat

ekspresi onkogen N-Ras melalui inhibisi CYP1A2 dengan dosis optimal 500

mg/kg/BB (Adhi P et al, 2009).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada penurunan kadar kadar

malondialdehid (MDA) serum pada tikus putih jantan strain wistar (Rattus

norvegicus) yang dipapar asap rokok setelah diberi ekstrak kulit buah jeruk

mandarin (Citrus reticulata), namun penurunan ini tidak menunjukkan

perbedaan yang signifikan dengan kelompok yang dipapar asap rokok saja

tanpa perlakuan.

Hasil penguji yang dilakukan dengan uji Post Hoc Test dengan uji

Mann Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna

rata-rata kadar MDA serum antar kelompok perlakuan dengan kelompok

kontrol yang diberikan Na-CMC 0,5% dan kelompok yang diberikan Paparan

Asap rokok, terbukti dengan tingkat signifikansi di atas 0,05.

Keadaan ini disebabkan oleh karena ekstrak kulit jeruk mandarin pada

penelitian ini tidak memiliki daya antioksidan yang kuat untuk menurunkan

kadar MDA serum. Hal ini dapat disebabkan oleh karena beberapa faktor

yaitu konsentrasi pelarut saat maserasi, PH, suhu, cahaya dan oksigen.

Faktor lain yang juga berpengaruh pada hasil percobaan ini adalah

adanya standar deviasi yang besar, dimana hal ini dapat terjadi karena adanya

bias pada saat pemeriksaan kadar MDA serum dengan metode TBARS. Bias

ini timbul karena adanya lisis dari eritrosit tikus coba pada saat pengambilan
darah sehingga diperoleh warna serum yang kemerahan yang akan

mempengaruhi hasil pembacaan spektrofotometri (Nielsen,1997).


BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Rata-rata nilai kadar malondialdehid (MDA) serum tertinggi ada pada

kelompok KAR (kelompok yang dipapar asap rokok dan Na-CMC 0,5%)

yaitu sebesar 13,18 dan nilai kadar malondialdehid (MDA) serum terendah

ada pada kelompok KKJ yang diberikan ekstrak kulit buah jeruk mandarin

dalam Na-CMC 0,5% dengan dosis 500 mg/kg BB/hari yaitu sebesar 10,29.

Hasil ini menunjukkan adanya peningkatan kadar malondialdehid (MDA)

setelah terpapar Asap rokok.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian ekstrak

kulit buah jeruk mandarin (Citrus reticulata) terhadap penurunan kadar

malondialdehid (MDA) serum pada tikus putih jantan strain wistar (Rattus

norvegicus) yang dipapar asap rokok, terbukti dengan nilai signifikansi p-

value = 0,030 yaitu < α (0.05).

B. Saran

1. Pengembangan penelitian serupa dapat dilakukan dengan masa perlakuan

pemberian ekstrak kulit jeruk mandarin (Citrus reticulata) yang lebih lama,

sehingga dapat diperoleh gambaran tentang ekstrak kulit jeruk mandarin

(Citrus reticulata) terhadap penurunan kadar malondialdehid (MDA) serum


pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus) strain wistar yang dipapar asap

rokok.

2. Penelitian dengan mempertimbangan “dose effect relationship” pada ekstrak

kulit jeruk mandarin (Citrus reticulata), untuk mendapatkan gambaran

pengaruh ekstrak kulit jeruk mandarin (Citrus reticulata) pada berbagai

variasi dosis, sekaligus mengkaji toksisitasnya.

3. Penelitian selanjutnya dengan menggunakan kulit jeruk mandarin (Citrus

reticulata) dalam bentuk ekstrak dapat dilakukan, sehingga aplikasi klinik

akan semakin dimungkinkan, khususnya menuju tahapan uji klinik.

Anda mungkin juga menyukai