Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PATULOUS TUBA
OLEH :
Yoriche Tallamma C 111 11 293
Syaiful Ulum C 111 11 306
PEMBIMBING :
dr. Masyita
DokterPembimbing
dr. Masyita
DAFTAR ISI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Sudah sejak lama Eustachius menjelaskan tentang anatomi tuba eustakhius, dan
pemahaman fungsinya pada telinga tengah. Hubungan secara anatomi antara ruang telinga
tengah dan nasofaring kemudian diketahui namun peranan dari tuba masih belum jelas
diketahui. Hubungan ini pada awalnya diduga merupakan bagian organ dari sistem
pernafasan, namun dari pengamatan selanjutnya diketahui bahwa tuba ini mempunyai
peranan yang sangat vital pada cavum timpani, membran timpani dan telinga tengah secara
keseluruhan.
Gangguan fungsi dari tuba eustakhius (seperti gangguan membuka dan menutup,
gangguan mukosiliari klirens) dapat menyebabkan perubahan yang patologis di telinga
tengah. Hal ini akan menyebabkan gangguan pendengaran dan komplikasi yang lain dari
otitis media. Perubahan-perubahan patologis ini termasuk otitis media akut rekuren dan otitis
media efusi. Retraksi membran timpani yang kronis juga dapat menyebabkan atelektasis
telinga tengah dan otitis media adesif. Retraksi pada pars tensa membran timpani yang
terbentuk akibat adanya disfungsi tuba eustakhius yang kronis. Hal ini menyebabkan
terjadinya kolesteatoma dan komplikasi yang serius di kemudian hari. Bertentangan dengan
konsep saat ini, tuba Eustakhius tidak hanya sebuah tabung namun merupakan sebuah organ
yang terdiri dari lumen dengan mukosa yang melapisinya, kartilago, jaringan lunak yang
mengitarinya, otot-otot paratuba (tensor veli palatine, tensor timpani, levator veli palatine dan
salpingofaringeus). Istilah celah telinga tengah (middle ear cleft) sering digunakan untuk
menggambarkan tuba eustakhius, telinga tengah dan sel-sel mastoid.
2
BAB II
TUBA EUSTACHIUS
3
Orifisium nasofaringealis terletak setinggi ujung posterior dari konka
inferior. Tuba eustakhius pada bayi relatif lebih horizontal, lebih pendek dan
lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa.
4
pada usia anak 5 sampai 6 tahun di mana tekanan udara telinga tengah menjadi
normal. Tuba eustakhius dapat dibagi menjadi 3 bagian diantaranya: bagian
kartilago (cartilaginous), antara (junctional) dan tulang (ossseus). Bagian
kartilago adalah bagian yang terletak di bagian proksimal dan bermuara di
nasofaring. Bagian tulang (osseus) terletak di bagian distal dan bermuara di
anterior telinga tengah. Bagian junction adalah bagian dimana bagian kartilago
dan bagian tulang terhubung dan sebelumnya diduga merupakan bagian yang
tersempit dari lumen tuba yang lebih dikenal sebagai isthmus. Dari penelitian tiga
dimensi saat ini terhadap 9 tulang temporal manusia oleh Sudo dkk, ditunjukkan
bahwa bagian isthmus dari lumen tuba lebih dekat di daerah distal dari bagian
kartilago dan bukan di daerah pertemuan dari bagian kartilago dan bagian tulang.
Mukosa yang melapisi seluruh lumen tuba sama dengan mukosa yang melapisi
saluran pernafasan.
5
pterigoideus. Aliran limfatik tuba masuk ke dalam kelenjar-kelenjar retrofaring
dan servikal bagian dalam.
Persyarafan dari m. tensor veli palatine dan m. tensor tympani berasal dari
bagian ventromedial nukleu motor trigeminal ipsilateral melalui n. trigeminus.
Musculus levator veli palatine menerima persyarafan dari n. ambigus melalui n.
vagus.
Dari ketiga fungsi fisiologis tuba eustakhius, fungsi yang paling utama
adalah sebagai regulasi tekanan (ventilasi) di dalam telinga tengah, dimana
pendengaran akan optimal jika tekanan gas di telinga tengah relatif sama
dengan tekanan udara di kanalis auditorius eksterna. Normalnya, pembukaan
aktif secara intermitten dari tuba eustakhius yang terjadi ketika m. tensor veli
palatine berkontraksi ketika proses menelan, menjaga tekanan udara di telinga
tengah.
6
dalam kemampuan untuk membuka tuba eustakhius ketika proses menelan
untuk menyeimbangkan perbedaan tekanan antara telinga tengah dan
nasofaring.
7
melindungi telinga tengah melawan suara tersebut. Tuba Eustachius yang
normal juga melindungi telinga tengah dari reflux sekresi nasofaring. Reflux
ini terjadi dengan mudah jika diameter tuba lebar (patulous tube), pendek
(seperti pada bayi), atau membran timpani yang perforasi (menyebabkan
infeksi telinga tengah yang persisten pada kasus perforasi membran timpani).
Tekanan tinggi di dalam nasofaring juga dapat memaksa sekresi nasofaring ke
dalam telinga tengah , misalnya meniup hidung dengan kuat.
8
BAB III
Tuba biasanya dalam keadaan tertutup dan baru terbuka apabila oksigen diperlukan
masuk ke dalam telinga tengah atau pada saat mengunyah, menelan dan menguap.
Pembukaan tuba dibantu oleh otot tensor velli palatine apabila perbedaan tekanan
berbeda Antara 20- 40 mmHg. Gangguan fungsi tuba dapat terjadi oleh beberapa hal,
seperti tuba terbuka abnormal, mioklonus palatal, palatoskisis, obstruksi tuba karena
beberapa penyebab (seperti radang adenoid, tumor nasofaring, radang nasofaring),
barotraumas, OMA, OMSK, OMS, dan otosklerosis.
Pada anak, mekanisme pembukaan tuba eustachius saat menelan sering kali menjadi
satu permasalahan. Hal ini disebabkan oleh, 1) Persisten kolaps kartilago tuba
eustachius 2) inefisien muskulus tensor veli palatine 3) atau kedua-duanya.
9
A. DEFINISI
Patulous Tuba ialah tuba terus menerus terbuka, sehingga udara masuk
ke telinga tengah waktu respirasi.
Selain itu, faktor lain yang mungkin adalah penyakit kronis tertentu
seperti rinitis atrofi dan faringitis, gangguan fungsi otot seperti myasthenia
gravis, penggunaan obat anti hamil pada wanita dan penggunaan estrogen
pada laki-laki.
C. EPIDEMIOLOGI
D. GAMBARAN KLINIS
10
kadang sangat mengganggu, sehingga pasien mengalami stress berat. Vertigo
dan gangguan pendengaran juga dapat terjadi karena tuba terbuka abnormal
memungkinkan perubahan tekanan yang berlebihan terjadi di telinga tengah,
perubahan tekanan kemudian dikirim ke telinga bagian dalam melalui gerakan
tulang pendengaran. Beberapa pasien mungkin mengalami kesulitan makan
karena suara mengunyah ditransmisikan ke telinga. Gejala mungkin
berhubungan dengan perubahan siklus yang terjadi dalam mukosa tuba
eustachius. Beberapa pasien merasa lega dengan peningkatan kongesti
mukosa yang terkait dengan cara berbaring, menempatkan kepala di antara
lutut, atau selama infeksi saluran pernapasan atas.
E. PEMERIKSAAN FISIS
11
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
G. PENATALAKSANAAN
12
• Menambah atau mendapatkan kembali berat badan yang hilang
H. DIAGNOSIS BANDING
I. Obstruksi Tuba
Obstruksi tuba eustakhius dapat terjadi secara fungsional atau mekanik atau
bahkan keduanya. Obstruksi mekanik disebabkan dari (a) penyebab intrinsik seperti
peradangan atau alergi atau (b) penyebab ekstrinsik seperti tumor dinasofaring.
Obstruksi fungsional disebabkan oleh karena peningkatan kelenturan tulang rawan
yang tidak membuka secara fisiologis atau kegagalan mekanisme membuka tuba
aktif karena fungsi tensor veli palatini yang berkurang. Pada bayi dan anak-anak
memiliki tulang rawan yang lebih banyak sehingga lumen tuba eustakhius lebih
lentur yang menyebabkan tuba eustakhius kurang terbuka saat kontraksi otot tensor
veli palatini.
13
Gambar 5. Perbedaan lumen tuba eustakhius pada dewasa dan anak saat menelan.
Gejala oklusi tuba termasuk otalgia, yang dapat ringan sampai berat, gangguan
pendengaran, sensasi “popping”, tinitus dan gangguan keseimbangan atau bahkan
vertigo. Tanda-tanda gejala oklusi tuba eustakhius bervariasi dan tergantung pada
lamanya gejala dan tingkat keparahan. Gejalanya diantaranya, retraksi membran
timpani, pergerakan kaku pada membran timpani, transudate terlihat di belakang
membran timpani dan gangguan pendengaran konduktif. Dalam kasus yang parah
seperti barotrauma, membran timpani tertarik secara signifikan dengan pendarahan
di lapisan subepitel, haemotympanum atau kadangkadang terjadi perforasi.
Patensi lumen tuba eustakhius juga dapat terjadi kelainan diantaranya tuba
patulous dan semipatulous. Tuba patulous yaitu terbukanya lumen tuba eustakhius
walaupun saat istiahat, sedangkan pada semipatulous, lumen tuba eutakius tertutup
14
saat istirahat namun mempunyai resistensi yang rendah dibandingkan resistensi
pada lumen tuba yang normal.
Fungsi tuba eustakhius terganggu pada pasien celah palatum karena: (a)
kelainan torus tubarius, yang menunjukkan kepadatan elastin yang tinggi
menyebakan lumen tuba eustakhius sulit untuk membuka, (b) tensor veli
palatini otot tidak menempel ke dalam tubarius torus dalam kasus 40% kasus
dari kalainan celah palatum. Otitis media dengan efusi sering terjadi pada pasien
ini. Bahkan setelah operasi, diperlukan pemasangan gromet untuk ventilasi
telinga tengah.
15
Gambar 6 Mekanisme obstruksi fungsional tuba eustakhius
Pada obstruksi intrinsik paling terjadi karena inflamasi pada lumen yang dapat
disebabkan oleh virus, bakteri atau alergi. Obstuksi pada bagian tulang dari tuba
eutakius biasanya disebabkan inflamasi akut atau kronik. Obtruksi total dapat
terjadi pada ujung muara telinga tengah. Obstruksi juga dapat terjadi pada
bagian tulang rawan dari tuba eustakhius. Patogenesis obstruksi intrinsik sama
halnya dengan obstruksi fungsional.
Pada obstruksi ektrinsik dapat terjadi karena tekanan dari luar lumen yang
disebabkan oleh tumor nasofaring, adenoid atau lesi pada dasar tengkorak.
Adenoid menyebabkan disfungsi tuba oleh karena (a) obstruksi mekanik
pembukaan tuba, (b) bertindak sebagai reservoir untuk organisme patogen, (c)
dalam kasus alergi , sel mast dari jaringan adenoid melepaskan mediator
inflamasi yang menyebabkan penyumbatan tuba eustakhius. Dengan demikian,
16
adenoid bisa menyebabkan otitis media dengan efusi atau otitis media akut
berulang. Adenoidektomi dapat membantu mengurangi kedua kondisi tersebut.
17
Gambar 8. Mekanisme obstruksi mekanik ekstrinsik tuba eustakhius
18
ada pecah membran labirin dengan vertigo dan gangguan pendengaran
sensorineural.
Mekanisme bisa terjadi saat menyelam bawah laut, terbang atau perjalanan
udara, trauma kepala tumpul, dan terapi oksigen hiperbarik. Pada perjalanan
udara. Sebagai acuan tekanan, permukaan laut adalah 1atmosfer (ATM),
ketinggian 18.000 kaki adalah ½ ATM. Selama lepas landas di dalam pesawat
terbang, tekanan udara menurun pada tingkat perkiraan 15 mmHg setiap
ketinggian 400 kaki. Selama mendarat, relatif tekanan udara meningkat.
"Tekanan" di dalam pesawat terbang adalah relatif dan tidak semua pesawat
yang sama. Sebuah pesawat biasanya bertekanan 8,5 psi, yang diartikan bahwa
dalam kabin pesawat hingga ketinggian 16.000 kaki memiliki tekanan sama
pada ketinggian permukaan laut, namun pada ketinggian 40.000 kaki, di dalam
kabin pesawat memmiliki tekanan yang sama dengan 7.000 kaki. Secara
keseluruhan, kabin bertekanan dapat mengurangi tetapi tidak akan
menghilangkan risiko barotrauma. Otalgia dirasakan ketika perbedaan tekanan
yang melintasi membran timpani melebihi 60 mm Hg dan lumen tuba
eustakhius "terkunci" pada 90 mmHg. Membran timpani dapat terjadi perforasi
pada tekanan, diperlukan tekanan 100 mmHg sampai 500 mmHg. Implosive
trauma telinga disebabkan oleh peningkatan secara akut tekanan telinga tengah
atau tekanan tulang pendengaran memaksa kaki stapes ke vestobullum. Trauma
telinga ledakan ini disebabkan oleh peningkatan tekanan cairan cerebrospinal
(CSF) atau manuver valsava yang terlalu kuat, mengakibatkan peningkatan
tekanan intracochlear dan kemungkinan pecahnya oval atau round window.
19
adalah rasa penuh pada telinga dan nyeri, tapi pada otoskopi normal, tipe II
adalah rasa nyeri, penurunan pendengaran, membran timpani eritema, efusi ,
dan hemotimpanum, dan tipe III adalah membran timpani perforasi.
1. Hindari perjalanan udara saat terjadi infeksi saluran pernapasan atas atau
alergi.
3. Jangan biarkan tidur selama mendarat karena saat tidur tidak dapat
menelan.
20
KESIMPULAN
Tuba eustachius tidak hanya merupakan sebuah tabung namun sebuah organ yang
merupakan bagian dari sistem organ. Rongga hidung, palatum dan faring merupakan bagian
ujung proksimal dari tuba eustakhius dan telinga tengah serta sistem sel-sel gas mastoid
merupakan ujung bagian distal dari tuba eustakhius. Oleh karena itu fungsi dari tuba inipun
pasti berhubungan dengan sistem ini.
b. Sebagai pelindung terhadap telinga tengah dari tekanan suara dan sekresi dari
rongga nasofaring.
c. Sebagai klirens (drainase) cairan yang dihasilkan di dalam telinga tengah yang
kemudian dialirkan ke nasofaring. Dari ketiga fungsi fisiologis tuba eustakhius,
fungsi yang paling utama adalah sebagai regulasi tekanan (ventilasi) di dalam
telinga tengah, dimana pendengaran akan optimal jika tekanan gas di telinga
tengah relatif sama dengan tekanan udara di kanalis auditorius eksterna.
Metoda dalam menilai fungsi tuba terutama menilai ventilasi tuba sudah banyak
tersedia bagi para klinisi dan harus digunakan sesuai indikasinya, mulai dari yang sederhana
hingga dengan menggunakan alat yang sudah canggih. Obstruksi tuba eustakhius dapat
terjadi secara fungsional atau mekanik atau bahkan keduanya. Obstruksi mekanik disebabkan
dari (a) penyebab intrinsik seperti peradangan atau alergi atau (b) penyebab ekstrinsik seperti
tumor di nasofaring. Patensi lumen tuba eustakhius juga dapat terjadi kelainan diantaranya
tuba patulous dan semipatulous. Tuba patulous yaitu terbukanya lumen tuba eustakhius
walaupun saat istiahat, sedangkan pada semipatulous, lumen tuba eutakius tertutup saat
istirahat namun mempunyai resistensi yang rendah dibandingkan resistensi pada lumen tuba
yang normal.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. O’reilly, Robert C. Sando, Isamu. Anatomy and Physiology of the Eustachian Tube. In:
Cummings Otolaryngology: Head & Neck Surgery, 5th Edition. Mosby. 2010
2. Bluestone, Charles D, Klein, Jerome. Otitis Media and Eustachian Tube Dysfunction In:
Pediatric Otolaryngology. 4th Edition. Saunders, 2003
4. Snow Jr, JB; Ballenger, JJ. Ballenger’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery.
6th edition. BC Decker. 2003
5. Vicente, Javier. Trinidad, Almudena. Et al. Evolution of Middle Ear Changes After
Permanent Eustachian Tube Blockage. Arch Otolaryngol Head and Neck Surgery. Vol
133. June 2007
7. Martino, Ercole. Walther, Leif Erik. Westhofen, Martin. Endoscopic Examination of the
Eustachian Tube: A Step by Step Approach. Otology &Neurotolgy. Vol 26 .No. 6; page
1112-117. 2005
Mechanics. J ApplPhysiolVol 93; page 1007-1014. 2002 Grimmer, JF. Poe, Dennis S.
CurrOpinOtolaryngol Head Neck Surg. Vol 13; page 277-282. Lippincott Williams,
2005
9. Heerbeek, Niels. Avoort, Stijn. Sonotubometry. Arch Otolaryngol Head and Neck
10. Avoort, Stijn. Herbeek, Niels. Sonotubometry in Children With Otitis Media With
Effusion Before and After Insertion of Ventilation Tube. Arch Otolaryngol Head and
22
11. Lino, Yukiko. Kakizaki, Keiko. Saruya, Shoji. Et al. Eustachian Tube Function in
Patients With Eosinophilic Otitis Media Associated With Bronchial Asthma Evaluated
by Sonotubometry. Arch Otolaryngol Head and Neck Surgery. Vol 132. Oct 2006
12. Yagi, Nobuya. Haji, Tomoyuki. Honjo, Iwao. Eustachian tube patency detected by a
photoelectric method. The Laryngoscope. Vol 97, Issue 6, page 732-736, June 1987.
13. Dhingra PL. Disease of Ear Nose Throat. First Edition. Elsevier. 2007. Jackler RK,
23